Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN

“Filsafat”

Disusun oleh:

Nama: Renaldy Ryan Guntur Molo

NIM: 20208093

KELAS/SEMESTER:

3/1

PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

DESEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan saya kemudahan sehingga dapat menyelesaikan Makalah
FILSAFAT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN yang berjudul “ FILSAFAT
’’ini dengan tepat waktu.Tanpa pertolongannya, tentunya saya tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini saya buat untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah sistem operasi.

Saya berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah


pengetahuan rekan-rekan Mahasiswa.Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik
lagi.Apabaila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini,penulis mohon maaf
sebesar-besarnya.

Manganitu, 30 november 2020

Renaldy R.G Molo

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
Latar Belakang................................................................................................................1
Rumusan Masalah..........................................................................................................1
Tujuan............................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. PENGERTIAN FILSAFAT.......................................................................................3
B. SEJARAH FILSAFAT..............................................................................................5
C. OBJEK FILSAFAT..................................................................................................8
D. CIRI-CIRI FILSAFAT..............................................................................................9
E. ASAL FILSAFAT..................................................................................................10
F. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT...........................................................................11
G. KEGUNAAN FILSAFAT.......................................................................................12
H. PERANAN FILSAFAT..........................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
KESIMPULAN................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Filsafat, Ratuya ilmu-ilmu, begitu biasanya ia disebut. Sebuah disiplin yang telah

berusia ribuan tahun. Sejak dari perkembangan yang paling awal, filsafat tidak

pernah lepas dari konteks kultural masyarakat tempat ia tumbuh dan berkembang.

Kehadiran filsafat di zaman Yunani kuno dapat dikatakan sebagai langkah awal

pembebasan akal manusia dari kultur mitologis yang membelenggu potensi-

potensi rasional manusia. Kesangsian, keheranan yang bercampur kekaguman,

merupakan titik awal munculnya filsafat. Kesadaran baru bahwa akal manusia

memiliki kekuatan yang luar biasa tajam untuk membelah semua dogmatisme dan

kepercayaan palsu. Kritis! Itulah kata kunci yang digenggam semua filsuf di

sepanjang zaman.

Makalah ini bermaksud memandu pembaca untuk memperoleh gambaran

apakah filsafat itu, sejarahnya, objek-objek dalam filsafat, ciri-ciri filsafat, asal,

manfaat, kegunaan, dan peranan filsafat.

Rumusan Masalah

A. Apa itu filsafat?


B. Sejarah filsafat!
C. Apa itu Objek filsafat?
D. Apa saja ciri-ciri filsafat?
E. Penyebab asal filsafat!
F. Sebutkan manfaat belajar filsafat?
G. Apa saja kegunaan filsafat?
H. Sebutkan peranan filsafat!
Tujuan

1
A. Untuk mengetahui apa itu filsafat
B. Untuk mengetahui Sejarah filsafat
C. Untuk mengetahui Objek filsafat
D. Untuk mengetahui ciri-ciri filsafat
E. Untuk mengetahui Penyebab asal filsafat
F. Untuk mengetahui manfaat dari belajar filsafat
G. Untuk mengetahui kegunaan filsafat
H. Untuk mengetahui apa saja peranan filsafat!

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT

Pengertian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan

terminologi:

1. Filsafat Secara Etimologi

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia. Kata philosophia

terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang berarti

kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta

kebijaksanaan (love of wisdom).

Istilah filsafat (philosophia) itu sendiri menunjukkan bahwa manusia tidak

pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh tentang segala sesuatu

yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus menerus mencarinya. Berkaitan

dengan apa yang dilakukannya, filsafat adalah pengetahuan yang dimiliki rasio

manusia yang membuat dasar-dasar terakhir dari segala sesuatu. Filsafat

menggumuli seluruh realitas. Jadi, filsafat adalah upaya spekulatif untuk

menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.

2. Filsafat secara Terminologi

Pengertian Filsafat menurut para ahli:

Plato

3
Plato berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk

mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli.

Aristoteles

Menurus Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran

yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,

ekonomi, politik, dan estetika (filsafat keindahan).

Rene Descartes

Menurut Rene Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di mana

Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikan.

Immanuel Kant

Menurut Kant, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pangkal semua

pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat

pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.

N. Driyarkara

Menurut Driyarkara, filsafat adalah perenungan yang sedalam-dalamnya tentang

sebab-sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan (reality) yang

sedalam-dalamnya sampai ke ‘mengapa’ yang penghabisan.

Jadi, dari batasan-batasan di atas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menyelidiki segala sesuatu yang ada

secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakekatnya.

4
B. SEJARAH FILSAFAT

1. Sejarah Filsafat Barat

Menurut Surajiyo dalam buku Ilmu Filsafat (2014) sejarah Filsafat Barat

dibagi dalam periode Yunani kuno, abad pertengahan, zaman modern, dan masa

kini.

1. Zaman Filsafat Yunani Kuno

Zaman kuno meliputi zaman pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal

dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche)

yang dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales, arche itu air,

Anaximandros berpendapat arche itu ‘yang tak terbatas’ (to apeiron). Menurut

Anaximenes, arche itu udara, Pythagoras, arche itu bilangan, Heraklitos arche itu

api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu itu terus mengalir (panta rhei).

Parmenides mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.

2. Zaman Abad Pertengahan

Filsafat pada abad pertengahan mengalami dua periode:

a. Periode Patristik

Patristik berasal dari bahasa Latin patres yang berarti bapa-bapa gereja,

ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen.

b. Skolastik. Berlangsung dari tahun 800 M – 1500 M.

3. Zaman Modern

5
Zaman modern dimulai dari zaman renaissance yang berarti kelahiran

kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik (Yunani-

Romawi). Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam filsafat renaissance itu

‘antroposentrisme’nya. Pusat perhatian itu tidak lagi kosmos seperti zaman kuno,

atau Tuhan seperti abad pertengahan, melainkan manusia. Mulai zaman modern

inilah manusia dianggap sebagai titik focus dari kenyataan.

4. Masa Kini

Masa kini dimulai dari abad ke-19 dan 20. Dengan timbulnya berbagai

aliran yang berpengaruh seperti positivism, marxisme, eksistensialisme,

pragmatism, neo-kantianisme, neo-thomisme, dan fenomenologi. Aliran-aliran ini

sangat terikat oleh keadaan negara maupun lingkungan bahasa sehingga dalam

perkembangan terakhir lahirlah filsafat analitis yang lahir sejak tahun 1950.

2. Sejarah Filsafat Timur

Filsafat India

Menurut Rabindranath Tagore (1861-1941), filsafat India berpangkal pada

keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni

antara individu dan kosmos. Harmoni ini harus disadari supaya dunia tidak

dialami sebagai tempat keterasingan ataupun sebagai penjara.

Filsafat India bercorak religious dan etis. Sejarah filsafat India dibagi

menjadi empat periode, yaitu periode Weda (1500-600 SM), periode Wiracarita

(600 SM – 200 SM), periode Sutra-sutra (200 SM – sekarang), periode Skolastik

(200 SM – sekarang).

6
Periode Weda

1. Weda Samhita adalah suatu pengumpulan mantra-mantra, yang berbentuk

syair yang dipergunakan untuk mengundang dewa, yang untuknya akan

dipersembahkan korban, agar ia berkenan menghadiri upaya korban itu, juga

untuk menyambut dewa yang diundang tadi, setelah dianggapnya sebagai

telah hadir, dan untuk mengubah korban yang dipersembahkan hingga

menjadi makanan dewa yang sebenarnya.

2. Kitab Brahmana yaitu bagian kedua kitab Weda, berbentuk prosa yang

pewahyuannya terjadi setelah zaman mantra-mantra diwahyukan.

3. Kitab Upanisad berbentuk prosa dan diwahyukan setelah zaman Brahmana.

Jadi, yang menonjol untuk filsafat India adalah dalam Upanisad, yakni

ajaran tentang hubungan antara Atman dan Brahman. Atman adalah segi subyektif

dari kenyataan ‘diri’ manusia. Brahman adalah segi obyektif makrokosmos alam

semesta.

Periode Wiracarita

Periode ini sering disebut periode epic atau periode hikayat cerita-cerita

kepahlawanan. Periode ini meliputi berkembangnya upanisad-upanisad yang

tertua dan system filsafat (Darstyana).

Periode Sutra-sutra

7
Pada periode ini bahan yang berupa konsep-konsep pemikiran menjadi banyak

sehingga sukar sekali untuk disederhanakan serta perlu untuk membuat semacam

rangkuman, skema kefilsafatan yang pendek dan ringkas. Ikhtisar ini dibuat dalam

bentuk suta-sutra.

Periode Skolastik

Pada periode ini, guru-guru filsafat dijumpai berselisih paham karena masing-

masing mempunyai teori-teori sendiri yang cukup mantap, dengan mengajukan

alasan-alasan yang tersusun rapi (Surajiyo, 2014).

C. OBJEK FILSAFAT

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari suatu penelitian atau

pembentukan pengetahuan (Surajiyo, 2014). Ada dua obyek filsafat yaitu objek

material dan objek formal.

Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau

pembentukan pengetahuan itu. Objek formal yaitu sudut pandang yang ditujukan

pada bahan dari penelitian atau pmembentukan pengetahuan itu (Surajiyo, 2014).

Jadi, yang membedakan filsafat dengan ilmu-ilmu lain terletak dalam

objek material dan objek formalnya. Jika dalam ilmu-ilmu lain, objek materialnya

mambatasi dari apapun pada objek formalnya membahas objek materialnya itu

sampai ke hakikatnya untuk esensi dari yang dihadapinya

8
D. CIRI-CIRI FILSAFAT

1. Berpikir radikal

Berpikir radikal berarti berpikir secara mendalam untuk mencapai akar

persoalan yang dipermasalahkan. Berpikir radikal hendak memperjelas realitas

lewat penemuan serta pemahaman akan akar realitas itu sendiri.

2. Mencari asas

Mencari asas pertama berarti berupaya menemukan sesuatu yang menjadi

esensi realitas. Dengan menemukan esensi suatu realitas, realitas itu dapat

diketahui dengan pasti dan jelas.

3. Memburu kebenaran

Kebenaran filsafati tidak pernah bersifat mutlak dan final, melainkan terus

bergerak dari suatu kebenaran menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran

yang baru ditemukan itu juga terbuka untuk dipersoalkan kembali, demi

menemukan kebenaran yang lebih meyakinkan.

4. Mencari kejelasan

Mengejar kejelasan berarti berjuang untuk mengeliminasi segala sesuatu

yang tidak jelas, yang kabur, dan yang gelap, bahkan juga serba rahasia dan

berupa teka-teki. Berfilsafat sesungguhnya merupakan suatu perjuangan untuk

mendapatkan kejelasan pengertian dan kejelasan seluruh realitas.

9
5. Berpikir rasional

Berpikir rasional adalah berpikir logis, sistematis, dan kritis. Berpikir logis

berarti upaya menarik kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan

benar dari premis-premis yang digunakan. Pemikiran sistematis adalah rangkaian

pemikiran yang berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.

Berpikir kritis berarti upaya untuk terus menerus mengevaluasi argumen-argumen

yang mengklain diri benar. (Jan Hendrik Rapar, 1995).

E. ASAL FILSAFAT

Ada beberapa hal yang mendorong manusia untuk berfilsafat, yaitu sebagai

berikut:

1. Ketakjuban.

Ketakjuban hanya mungkin dirasakan dan dialami oleh makhluk yang

berperasaan dan berakal budi. Manusia adalah makhluk yang takjub. Objek

ketakjuban adalah segala sesuatu yang ada dan yang dapat diamati.

2. Ketidakpuasan

Sebelum filsafat lahir, berbagai mitos dan mite (dongeng dan takhayul)

menjelaskan tentang asal mula dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam

semesta serta sifat-sifat peristiwa itu. Manusia tidak puas dengan penjelasan itu.

manusia terus menerus mencari penjelasan dan keterangan yang lebih pasti itu

lambat-lambat mulai berpikir secara rasional. Akibatnya, akal budi semakin

berperan. Mitos dan mite tersisih, filsafat lahir.

10
3. Hasrat bertanya

Ketakjuban manusia telah melahirkan pertanyaan, dan ketidakpuasan

manusia membuat pertanyaan-pertanyaan yang tak kunjung habis. Pertanyaanlah

yang membuat manusia melakukan pengamatan, penelitian dan penyelidikan.

4. Keraguan

Pertanyaan yang diajukan untuk memperoleh kejelasan dan keterangan

yang pasti pada hakikatnya merupakan suatu pernyataan tentang adanya keraguan

di pihak manusia yang bertanya.

5. Kesadaran akan keterbatasan

Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat terutama pada waktu

mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaran akan keterbatasan

dirinya ini, manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa di luar manusia

yang terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

F. MANFAAT BELAJAR FILSAFAT

1. Menjawab pertanyaan mendasar tentang kehidupan.

2. Memeberi alternative penanganan masalah terdalam manusia serta hakikat

kebaikan dan kebenaran.

3. Merefleksikan pikiran filsuf terdahulu dan mengambil maknanya untuk

kehidupan sekarang.

4. Mampu berpikir kritis-rasional dan otonom-mandiri.

11
G. KEGUNAAN FILSAFAT

Kegunaan filasafat adalah sebagai pedoman untuk berpikir, bersikap, dan

bertindak secara sadar dalam menghadapi berbagai gejala–peristiwa yang timbul

dalam alam dan masyarakat. Untuk berfilsafat, orang harus mengetahui dan

memahami ajarannya secara ilmu – mempelajari aliran-aliran filsafat. Berfilsafat

berarti bersikap dan bertindak kritis, mencari sebab, mencari isi, mencari hakikat

dari gejala–peristiwa alam dan masyarakat, bukan bersikap dan bertindak secara

tradisi, kebiasaan, adat-istiadat dan naluri. (Darsono)

Filsafat berguna sebagai penghubung antardisiplin ilmu. Selain itu, filsafat

juga sanggup memeriksa, mengevaluasi, mengoreksi, dan lebih menyempurnakan

prinsip-prinsip dan asas-asas yang melandasi berbagai ilmu pengetahuan. Dalam

kehidupan praktis, filsafat menggiring manusia ke pengertian yang terang dan

pemahaman yang jelas. Kemudian menuntun manusia ke tindakan dan perbuatan

yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman yang jelas. (Jan

Hendrik Rapar, 1995).

Menurut Frans Magnis Suseno, Filsafat berguna untuk membantu

mengambil sikap sekaligus terbuka dan kritis menghadapi tantangan modernisasi

dengan perubahan pandangan hidup, nilai, dan norma (Surajiyo, 2014).

12
H. PERANAN FILSAFAT

a. Pendobrak.

Mendobrak tembok-tembok tradisi (dongeng dan takhayul) yang begitu sakral dan

selama itu tak boleh diganggu-gugat.

b. Pembebas

Membebaskan manusia dari “penjara” yang hendak mempersempit ruang gerak

akal budi manusia.

c. Pembimbing

 Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir mistis dan mitis dengan

membimbing manusia untuk berpikir secara rasional.

 Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal

dengan membimbing manusia untuk berpikir luas dan lebih mendalam

(radikal).

 Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir tidak teratur dan tidak

jernih dengan membimbing manusia berpikir sistematis dan logis.

 Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang tak utuh dan

fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir secara integral dan

koheren.

13
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Filsafat adalah upaya manusia untuk menyelidiki segala sesuatu yang ada

secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada hakekatnya. Jadi,

dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Filsafat membahas objeknya sampai

kedalamannya, sampai keradikalan dan totalitas. Secara umum, asal filsafat ada

tiga hal yakni, keheranan, kesangsian, dan kesadaran akan keterbatasan.

Karatkteristik pemikiran filsafat adalah berpikir radikal, mencari asas, memburu

kebenaran, mencari kejelasan, dan berpikir rasional.

Pemikiran filsafat banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Di Yunani dengan

mitosnya, di India dengan kitabnya, Weda. Di Barat, mitos dapat lenyap sama

sekali dan rasio yang menonjol, sedangkan di India, filsafat tidak bisa lepas

dengan induknya yaitu agama Hindu.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/17093283/Makalah_Filsafat_Sejarah_Objek_Ciri_Asal

_Kegunaan_Peranan. ( akses 16.00 – 1/12/2020)

15

Anda mungkin juga menyukai