Anda di halaman 1dari 14

A.

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder berasal dari sumber data yang telah dilakukan rekapitulasi sebelumnya,
data ini berasal dari data Puskesmas Rowosari, data FKK, data kader posyandu dan data
Gasurkes. Dari data tersebut kemudian dilakukan analisis data hingga akhirnya terkumpul
data penyakit yang ada di Meteseh RW 2. Data yang digunakan dalam penentuan 10 prioritas
masalah penyakit yang ada di Meteseh RW 2 menggunakan data dari Puskesmas dan data
dari kader posyandu RW 2 digunakan sebagai penguat dalam menentukan masalah yang
terjadi di Meteseh RW 2. Analisis prioritas penyakit diambil dari besaran penderita yang ada.

B. Menentukan Akar Penyebab Masalah


Setelah mendapatkan prioritas masalah kesehatan di RW 2 Kelurahan Meteseh yaitu
Hipertensi dengan matriks MCUA, kemudian dilakukan identifikasi dan analisis faktor risiko
utama tersebut menggunakan fish bone diagram yang mengacu pada kerangka teori H.L Blum
dengan 4 kategori yaitu perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan dan genetic yang
digantikan dengan faktor demografi. Namun pada kenyatannya untuk kasus hipertensi,
genetic memiliki pengaruh penting dalam factor resiko.
Pendekatan dalam mengidentifikasi dan menganalisis faktor penyebab dari masalah
kesehatan hipertensi dengan metode fish bone diagram yang mengacu pada konsep H. L
Blum. Langkah-langkah dalam membuat fish bone diagram yaitu dimulai dengan mambuat
garis seperti tulang ikan dan selanjutnya ditulis empat unsur tersebut.
Faktor-faktor yang mungkin menyebabkan masalah kesehatan hipertensi yang
dituliskan pada cabang-cabangnya menjadi sebuah kerangka. Berdasarkan fish bone yang
telah dibuat diperoleh berbagai faktor-faktor yang mungkin menyebabkan masalah kesehatan
hipertensi. Langkah selanjutnya adalah pembuatan instrumen. Instrumen adalah alat yang
digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam suatu penelitian.
Instrumen yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner memuat pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan faktor resiko yang berkaitan dengan masalah stunting di RW 2 Kelurahan
Meteseh. Kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur faktor penyebab masalah kesehatan
hipertensi berupa kuesioner tertutup kepada responden masyarakat. Wawancara dilakukan
bersama responden menggunakan kuisioner online.
Penjelasan Fish Bone Masalah Hipertensi berdasarkan Teori H. L. Blum atau factor yang
dicantumkan pada kuesioner.

NO Akar Penyebab Masalah Penjelasan


1. Jenis Kelamin Pada umumnya pria lebih banyak menderita
hipertensi dibandingkan dengan perempuan,
dengan rasio sekitar 2,29% untuk peningkatan
tekanan darah sistolik. Pria sering mengalami
tanda-tanda hipertensi pada usia akhir tiga
puluhan. Pria diduga memiliki gaya hidup yang
cenderung dapat meningkatkan tekanan darah
dibandingkan dengan perempuan. Akan tetapi
setelah memasuki menopause, prevalensi
hipertensi pada perempuan meningkat. Wanita
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita
hipertensi. Produksi hormon estrogen menurun
saat menopause, wanita kehilangan efek
menguntungkannya sehingga tekanan darah
meningkat (Herbert Benson, dkk, 2012).
2. Umur Hipertensi pada orang dewasa berkembang mulai
umur 18 tahun ke atas. Hipertensi meningkat
seiring dengan pertambahan umur, semakin tua
usia seseorang maka pengaturan metabolisme zat
kapur (kalsium) terganggu. Hal ini menyebabkan
banyaknya zat kapur yang beredar bersama aliran
darah. Akibatnya darah menjadi lebih padat dan
tekanan darah pun meningkat. Endapan kalsium di
dinding pembuluh darah menyebabkan
penyempitan pembuluh darah (arteriosklerosis).
Aliran darah pun menjadi terganggu dan memacu
peningkatan tekanan darah (Dina T et al, 2013).
Dalam penelitian yang dilakukan Sigalargi (2006),
menemukan insidensi hipertensi pada usia 41-55
sebesar 24,52% dan pada usia lebih dari 55 tahun
sebesar 65,68%. Penelitian Aris (2007)
menyatakan bahwa umur lebih dari 40 tahun
mempunyai risiko terkena hipertensi. Pertambahan
usia menyebabkan elastisitas arteri berkurang dan
jantung harus memompa darah lebih kuat sehingga
meningkatkan tekanan darah (Chobanian et al,
2003).
3. Pekerjaan Berdasarkan suatu penelitian menyebutkan bahwa
orang yang bekerja mempunyai peluang sebanyak
3,2 kali untuk terkena penyakit hipertensi
dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja.
Hasil ini didukung juga dengan teori Drnasry Noor
(2008) yang menyatakan bahwa pekerjaan lebih
banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan
khusus dan tingkat atau derajat keterpaparan
tersebut serta besarnya risiko menurut sifat
pekerjaan, lingkungan kerja, dan sosioekonomi
pada pekerjaan tertentu. Pekerjaan juga
mempunyai hubungan yang erat dengan status
sosial ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit
yang timbul dalam keluarga sering berkaitan
dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi
pendapatan keluarga (Azhari MH, 2017).
4. Status perkawinan Status perkawinan didefinisikan sebagai keadaan
responden berdasarkan ada dan tidaknya
pendamping hidup (suami/istri) dalam kehidupan
sehari-hari. Status perkawinan memiliki hubungan
69,2% dengan kejadian hipertensi tidak terkendali.
Status perkawinan dibedakan dalam dua kelompok,
yaitu ada pasangan (menikah, nikah siri, dan
kohabitasi atau kumpul kebo) dan status tidak ada
pasangan (lajang, cerai, berpisah, tidak menikah,
dan janda). Pada kelompok tidak ada pasangan
memiliki risiko lebih tinggi untuk hipertensi tidak
terkendali (Dina T et al, 2013).
Studi penelitian di Eropa mengevaluasi bahwa
status pasangan berhubungan dengan kejadian
hipertensi. Pasien tanpa pasangan memiliki risiko
lebih tinggi untuk menderita hipertensi dan laki-
laki yang tidak ada pasangan memiliki risiko lebih
besar menderita hipertensi tidak terkendali karena
tidak menyadari dan tidak ada perawatan pada
hipertensi yang sudah ada (Van Rossum et al,
2000).
PERILAKU
1. Perilaku merokok Rokok mengandung ribuan zat kimia berbahaya
bagi kesehatan tubuh, diantaranya yaitu tar,
nikotin, dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut
yang masuk kedalam aliran darah dapatr merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan
mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi
(Nurkhalida, 2003).
Seseorang merokok dua batang maka tekanan
sistolik maupun diastolik akan meningkat 10
mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian
ini sampai
30 menit setelah berhenti menghisap rokok.
Sedangkan untuk perokok berat tekanan darah akan
berada pada level tinggi sepanjang hari (Sheldon
G, 2005).
2. Perilaku berolahraga Olahraga dihubungkan dengan pengelolaan
tekanan darah. Olahraga yang teratur dapat
menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah. Kurang olahraga akan
meningkatkan kemungkinan obesitas dan asupan
garam dalam tubuh. Kurang olahraga memiliki
risiko 30-50% lebih besar mengalami hipertensi
(Mac Mahon S. et al, 2004).
Olahraga yang teratur yaitu rata-rata selama 30
menit per hari. Dan akan lebih baik apabila
dilakukan rutin setiap hari. Diperkirakan sebanyak
17% kelompok usia produktif memiliki aktifitas
fisik yang kurang. Dari angka prevalensi tersebut,
antara 31% sampai dengan 51% hanya melakukan
aktifitas fisik < 2 jam/minggu (WHO, 2005).
Aktivitas olahraga dikelompokan menjadi 3
kelompok, yaitu:
1. Baik, jika dilakukan  30 menit,  3 kali per
minggu.
2. Cukup, jika dilakukan  30 menit, < 3 kali per
minggu.
3. Kurang, jika dilakukan < 30 menit, < 3 kali per
minggu (WHO, 2005).
3. Konsumsi kopi Pengaruh kopi terhadap terjadinya hipertensi saat
ini masih kontroversial. Kopi mempengaruhi
tekanan darah karena mengandung polifenol,
kalium, dan kafein. Kafein memiliki efek yang
antagonis kompetitif terhadap reseptor adenosin.
Adenosin merupakan neuromodulator yang
mempengaruhi sejumlah fungsi pada susunan saraf
pusat. Hal ini berdampak pada vasokonstriksi dan
meningkatkan total resistensi perifer, yang akan
menyebabkan tekanan darah. Kandunagan kafein
pada secangkir kopi sekitar 80-125 mg (Uiterwaal
C, et al, 2007).
4. Konsumsi garam berlebih Garam merupakan faktor yang sangat penting
dalam patogenesis hipertensi. Pengaruh asupan
terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung, dan
tekanan darah. Yang dimaksud garam adalah
garam natrium seperti yang terdapat dalam garam
dapur (NaCl), soda kue (NaHCO3), baking
powder, natrium benzoat, dan vetsin (mono
sodium glutamat). Dalam keadaan normal, jumlah
natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin harus
sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga
terdapat keseimbangan (Almatsier S, 2010).
WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam
dapur hingga 6 gram sehari (2400 mg natrium).
Asupan natrium yang berlebih terutama dalam
bentuk natrium klorida dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga
menyebabkan hipertensi (Depkes RI, 2006).
5. Konsumsi makanan yang Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
berkolesterol tinggi mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang
tinggi diketahui dapat memperbesar risiko
seseorang untuk terkena hipertensi (Pradono J,
2010).
LINGKUNGAN
1. Kondisi ekonomi Orang dengan tekanan darah tidak terkendali
(pendapatan) biasanya dihubungkan dengan minimnya status
sosial ekonomi. Jenis pekerjaan berpengaruh
terhadap tinggi atau rendahnya pendapatan.
Pendapatan yang rendah akan mempengaruhi
pendidikan, akses menuju pelayanan kesehatan,
dan kepemilikan asuransi pembayaran gratis. Akan
tetapi status sosial ekonomi bukan penyebab
tekanan darah tidak terkendali secara signifikan.
Penelitian NHANES III melaporkan pada 92%
penderita hipertensi tidak terkendali, 86%
melaporkan melakukan perawatan ke layanan
kesehatan secara mandiri tanpa asuransi atau
pembayaran gratis. Dalam studi multivariabel di
sebuah kota dan sebagian populasi, juga
menekankan kontribusi kepemilikan asuransi
kesehatan dan status ekonomi rendah tidak cukup
berhubungan dengan tekanan darah tidak
terkendali (Shea S, et al, 2003).
2. Dukungan keluarga (dalam Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat
penerapan pola makan berpengaruh dalam menentukan keyakinan dan
rendah kolesterol) nilai kesehatan bagi individu serta memainkan
peran penting dalam program perawatan dan
pengobatan. Pengaruh normatif pada keluarga
dapat memudahkan atau menghambat perilaku
kepatuhan (Sutanto, 2010).
3. Akses untuk mendapatkan Kemudahan dalam mendapatkan makanan yang
makanan dengan kadar menjadi kebutuhan hidup seperti tersedianya
kolesterol rendah makanan siap saji dengan berbagai jenis dan
kemasan yang menarik merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi dalam pola
konsumsi masyarakat. Dengan banyaknya
makanan dengan kadar kolesterol yang rendah ada
dipasaran maka akan mempengaruhi pembeli
untuk membeli makanan tersebut, sehingga
pembeli akan mengurangi pembelian terhadap
makanan dengan kadar kolesterol yang tinggi. Hal
ini dapat mengurangi kejadian hipertensi yang ada
di lingkungan masyarakat (Kamilla L, et al, 2018).
PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan pemeriksaan Dengan adanya pemeriksaan tekanan darah yang
tekanan darah dilakukan oleh pelayanan kesehatan dapat menjadi
sebuah langkah screening awal untuk mengetahui
seberapa banyak pasien yang mengalami
hipertensi, dan juga melakukan pelayanan lebih
lanjut ataupun controlling pasien yang mengalami
hipertensi sehingga hipertensi dapat dikendalikan
(Jannah M, et al, 2016).
2. Penyuluhan tenaga kesehatan Penyuluhan tenaga kesehatan mengenai hipertensi
berpengaruh terhadap perubahan perilaku berisiko
meliputi riwayat merokok, pola makan asin, dan
frekuensi olah raga. Tujuan penyuluhan kesehatan
itu sendiri adalah mengubah perilaku masyarakat
ke arah perilaku sehat sehingga tercapi derajat
kesehatan masyarakat yang optimal (Nelwan JE,
2019).
3. Akses menuju pelayan Akses menuju pelayanan kesehatan memegang
kesehatan peranan penting dalam upaya praktik pengendalian
hipertensi dalam mengendalikan kesehatannya,
semakin baik akses pelayanan kesehatan akan
semakin baik pula praktik pengendalian
kesehatannya (Soesanto E, 2010).
Akses terhadap pelayanan kesehatan bisa diartikan
baik apabila ada ketersediaan pelayanan kesehatan
yang kontinyu/terus menerus, sehingga jika
masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan
mereka dapat menggunakannya tanpa dibatasi
waktu, adanya kemudahan dan kecepatan
masyarakat dapat segera memperoleh pelayanan
dari tenaga/fasilitas kesehatan, yang dalam hal ini
berkaitan dengan aspek geografis, jarak tempuh,
kemudahan alat transportasi, tingkat kesulitan
medan, biaya pelayanan kesehatan yang tidak
memberatkan/terjangkau masyarakat, khususnya
bagi masyarakat miskin dan tidak kalah pentingnya
bahwa aspek mutu harus memperhatikan tingkat
kesempurnaan pelayanan, artinya memuaskan
dengan tatacara yang etis dan standar yang
ditetapkan (Soesanto E, 2010).
GENETIKA
1. Keturunan Pada 70-80% kasus hipertensi esensial, terdapat
riwayat hipertensi dalam keluarga. Faktor genetik ini
juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
kemudian menyebabkan seseorang menderita
hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan dengan
metabolisme pengaturan garam dan renin membran
sel. Menurut Davidson bila kedua orang tuanya
menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun
ke anak-anaknya dan bila salah satu orang tuanya
yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan
turun ke anak-anaknya (Anna Palmer, 2007).
Hipertensi ditemukan lebih banyak terjadi pada
kembar monozigot (berasal dari satu sel telur)
dibanding heterozigot (berasal dari sel telur yang
berbeda). Jika memiliki riwayat genetik hipertensi
dan tidak melakukan penanganan atau pengobatan
maka ada kemungkinan lingkungan akan
menyebabkan hipertensi berkembang dalam waktu
30 tahun, akan muncul tanda-tanda dan gejala
hipertensi dengan berbagai komplikasi (Lany
Gunawan, 2005).

C. Pengumpulan Data Primer


1. Populasi dan Sampel
2. Definisi operasional

No Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Pertanyaan Skala


.
1. Jenis Jenis kelamin 0 = Perempuan Apakah jenis Nominal
Kelamin responden 1 = Laki-laki kelamin anda ?
2. Umur Umur respoden yang 0 = Dewasa (20-45) Berapakah umur Nominal
terhitung sejak lahir 1 = Tua (>45) anda ?
hingga ulang tahun
terakhir
3. Pekerjaan Pekerjaan responden 1 = Pegawai Negeri Apa pekerjaan Nominal
yang dilakukan sehari anda ?
2 = Pegawai Swasta
hari
3 = Pedagang
4 = Buruh
5 = Ibu Rumah Tangga
6 = Lainnya
4. Status Status hubungan 0 = Tidak Apakah anda Nominal
responden karena bisa sudah menikah ?
1 = Ya
mempengaruhi perilaku
responden
5. Pelayanan Pendapat responden 0 = Tidak Apakah ketika Ordinal
kesehatan di mengenai kualitas 1 = Ya berkunjung ke
wilayah pelayanan kesehatan puskesmas/ruma
responden yang ada di wilayah h sakit diberikan
Kelurahan Meteseh layanan
meliputi keadaan pemeriksaan
fasilitas kesehatan, tekanan darah ?
kelengkapan data
kesehatan, dan
peekembangan kualitas
layanan.
0 = Tidak Apakah anda Ordinal
1 = Ya pernah
mendapatkan
penyuluhan dari
pelayanan
kesehatan
mengenai
hipertensi ?
0 = Ya Apakah akses Ordinal
menuju
1 = Tidak
pelayanan
kesehatan sulit
untuk
dijangkau ?
6. Sikap dan Sikap dan perilaku 0 = Ya Apakah anda Ordinal
perilaku sehari-hari responden 1 = Tidak Seorang
responden yang berhubungan perokok?
dengan terjadinya
kejadian Hipertensi 1 = Ya Apakah anda Ordinal
yang dinilai dari 2 = Tidak berolahraga
kesadaran diri, pola setiap hari?
makan, pola tidur,
aktivitas fisik, perilaku 1 = Tidak Apakah anda Ordinal
merokok, stress, serta 0 = Ya sering
konsumsi alkohol dan mengkonsumsi
kopi. kopi?

1 = Tidak Apakah anda Ordinal


0 = Ya sering
mengkonsumsi
garam berlebih ?
1 = Tidak Apakah anda Ordinal
0 = Ya sering
mengkonsumsi
makanan
berkolesterol
tinggi? (nb :
bebek, gorengan,
keju, makanan
cepat saji, jeroan,
dll)

11. Genetik Riwayat keluarga 1 = Tidak Apakah terdapat Ordinal


Responden responden yang 0 = Ya keluarga (ayah,
memiliki gejala ibu, kakek,
hipertensi seperti nenek, dan
hubungan
sedarah) yang
memiliki riwayat
hipertensi ?

12. Kondisi Kondisi dan situasi 0 = Tidak Apakah Ordinal


lingkungan lingkungan yang 1 = Ya penghasilan anda
di wilayah berhubungan dengan di atas UMR
responden terjadinya kasus Kota Semarang?
Hipertensi di wilayah (UMR : Rp
responden 2.700.000)

0 = Tidak Apakah keluarga Ordinal


1 = Ya anda menerapkan
pola makan
rendah
kolesterol?

0 = Tidak Apakah akses Ordinal


1 = Ya untuk
mendapatkan
makanan dengan
kadar kolesterol
rendah mudah
ditemukan di
daerah anda?

3. Penyusunan instrument/kuisioner

Instrumen kuesioner dibuat berdasarkan metode fishbone yang berisi beberapa


kategori, yang berasal dari faktor-faktor masalah kesehatan yang terdapat di Teori
H.L Blum. Dalam teori H.L Blum terdapat 4 faktor yaitu faktor demografi,
genetik, perilaku, pelayanan kesehatan dan lingkungan. Oleh karena itu instrumen
kuesioner ini mengandung unsur demografi, genetik, perilaku, pelayanan
kesehatan dan lingkungan. Jenis kuesioner kami yaitu tertutup karena dalam
kuesioner kami terdapat pertanyaan multiple choice yang sudah disediakan
jawabannya. Didalam instrumen kuesioner ini, kategori-katagori tersebut
memiliki jumlah pertanyaan dan tipe pertanyaan yang berbeda. Pada kategori
perilaku tedapat 5 soal multiple choice, pada kategori lingkungan terdapat 3 soal
multiple choice, pada kategori pelayanan kesehatan terdapat 3 soal multiple
choice, dan pada kategori genetic terdapat 1 soal multiple choice.
Untuk penilaian instrumen kuisioner dilakukan berdasarkan jawaban dari
responden jika jawaban sesuai dengan penanya makan nilainya 1 sedangkan jika
jawaban tidak sesuai dengan jawaban penanya makan nilainya 0. Dalam kuisioner
terdapat dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negative.
Untuk pertanyaan positif, jika responden menjawab “Ya” maka nilainya 1 dan
menjawab “Tidak” nilainya 0. Untuk pertanyaan negative, jika responden
menjawab “Ya” maka nilainya 0 dan menjawab “Tidak” nilainya 1.

4. Uji validitas

Setelah Definisi Operasional Kuisioner berhasil dibuat, selanjutnya kami


melakukan Uji Validitas Kuisioner. Validitas merupakan suatu ukuran yang
menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Jadi pengujian validitas itu mengacu
pada sejauh mana suatu instrumen dalam menjalankan fungsi. Instrumen
dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang hendak diukur. Uji Validitas Kuisioner merupakan prosedur untuk
memastikan apakah kuisioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel
penelitian sudah valid atau belum. Valid di sini berarti kuisioner tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Apabila kuisioner sudah
valid, maka data yang dikumpulkan nantinya pun valid. Pengujian ini dilakukan
dengan memilih target responden di Kelurahan Meteseh. Dan termasuk dalam
satu wilayah kerja Puskesmas Rowosari.
Berdasarkan hasil pengisian kuisioner online, semua responden mudah
menangkap pertanyaan yang diberikan tanpa adanya pertanyaan balik kepada
peneliti. Dan semua pertanyaan pada kuisioner yang kami ajukan, dapat dijawab
dengan mudah sehingga jawabannya sesuai untuk mengukur apa yang hendak
kami ukur sesuai dengan variabel penelitian. Sehingga kami menyimpulkan
bahwa kuisioner yang kami buat sudah valid.

DAFTAR PUSTAKA
Almatsier Sunita, 2010, Penuntun Diet, Edisi Baru, Gramedia, Jakarta.

Anna Palmer, 2007, Simpel Guide Tekanan Darah Tinggi, Erlangga, Jakarta.

Azhari MH, 2017, Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian


Hipertensi di Puskemas Makrayu Kecamatan Ilir Barat II
Palembang, Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 2 No.1, 23-30.

Chobanian et al, 2003, The Seventh Report of the Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment of High Blood
Pressure (JNC-VII), Jama 289:2560-2571.

Depkes RI, 2003, Kebijakan Dan Strategi Nasional Pencegahan Dan


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.

Dina T, Elperin, et al, 2013, A Large Cohort Study Evaluating Risk Factors
Assosiated With Uncontrolled Hypertension, The Journal of Clinical
Hypertension, Vol. 16 No. 2 Februari 2014.

Soesanto E, 2010, Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan dengan Praktik


Lansia Hipertensi Dalam Mengendalikan Kesehatannya di
Puskesmas Mranggen Demak, Jurnal Keperawatan Vol. 3 No. 2, 98-
108.

Herbert Benson, dkk, 2012, Menurunkan Tekanan Darah, Gramedia, Jakarta.

Jannah M, et al, Analisis Faktor Penyebab Kejadian Hipertensi di Wilayah


Kerja Puskesmas Mangasa Kecamatan Tamalate Makassar, Pena :
Jurnal Kreativitas Ilmiah Mahasiswa Unismuh Vol. 3 No. 1, 409-417.

Kamilla L, et al, Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Hipertensi dengan


Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD dr. Soedarso
Pontianak, Jurnal Laboratorium Khatulistiwa Vol. 2 No. 2, 99-103.

Lany Gunawan, 2005, Hipertensi, Kanisius, Yogyakarta.

Mac Mahon S, et al, 2004, Obesity and Hypertension: Epidemiological and


Clinical Issues, European Heart Journal.

Nelwan, JE, 2019, Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Terhadap Perubahan


Pengetahuan Masyarakat Tentang Hipertensi di Kota Manado,
Journal PHWB Vol. 1 No. 2, 1-7.

Nurkhalida, 2003, Warta Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI,


Jakarta.
Pradono J, 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi
Di Daerah Perkotaan, Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan
Masyarakat Balitbangkes Vol. 33 No. 1, 59-66.

Shea S, et al, 2003, Uncontrolled Hypertension in an Inner-City Minority


Population, N Engl J Med.

Sheldon G,Sheps, et al, 2005, Mayo Clinic Hipertensi, Mengatasi Tekanan


Darah Tinggi, PT Intisari Mediatama, Jakarta.

Sutanto, 2010, Cekal (Cegah Dan Tangkal) Penyakit Modern, Yogyakarta,


C.V Andi Offset

Uiterwaal C, et al, 2007, Coffe Intake and Incidence of Hypertension, Am J


Clin Nutr.

Van Rossum, et al, 2000, Prevalence, Treatment, And Control of


Hypertension by Sosiodemograpic Factors Among the Dutcth
Elderly, Hypertension.

WHO, 2005, Clinical Guidelines For the Management of Hypertension,


World Health Organization, Kairo.

Anda mungkin juga menyukai