Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH OBJEK WISATA TEROPONG KOTA

TERHADAP ALIH FUNGSI LAHAN DI DAERAH BUKIT SINDY

KECAMATAN TANJUNG KARANG PUSAT KOTA BANDAR LAMPUNG

(Proposal Penelitian)

Oleh

Intan Purnamasari

1813034003

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

UNIVERSITAS LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nyasehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal yang berjudul “Pengaruh
Objek Wisata Teropong Kota Terhadap Alih Fungsi Lahan Bukit di Daerah Bukit Sindy
Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung”. Shalawat dan salam tidak lupa
kita hanturkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk kepada
kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.

Terselesainya proposal penelitian ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung, penulis mengucapakan terimakasih kepada Ibu Dr.
Trisnaningsih, M. Si. selaku Dosen Pengampu di Mata Kuliah Metode Peneltian Geografi
dan terimakasih juga kepada teman-teman Pendidikan Geografi 18 atas bantuan, dorongan,
motivasi dalam penyusunan proposal ini.

Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas penyusunan proposal ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalamansaya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan.

Bandar Lampung, November 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Identifikasi Masalah 2

C. Rumusan Masalah 3
D. Tujuan Penelitian 3
E. Kegunaan Penelitian 3
F. Ruang Lingkup Penelitian 3

II. KAJIAN PUSTAKA 4


A. Landasan Teori 4

B. Penelitian Yang Relevan 7


C. Kerangka Berpikir 8
D. Hipotesis 9

III. METODE PENELITIAN 12


A. Metode Penelitian 12
B. Lokasi Penelitian 13

C. Populasi dan Sampel 13


D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 14
E. Teknik Pengumpulan Data 15
F. Teknik Analisis Data 16

DAFTAR BAGAN 8
DAFTAR PUSTAKA 17
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lahan memiliki beberapa pengertian yang diberikan baik oleh FAO maupun pendapat ahli.
Menurut Purwowidodo (1983) lahan mempunyai pengertian “Suatu lingkungan fisik yang
mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan
mempengarhi kemampuan penggunaan lahan.

Lahan juga diartikan sebagai “Permukaan daratan dengan benda- benda padat, cair
bahkan gas” (Rafi‟I, 1985). Definisi lain juga dikemukakan oleh Arsyad yaitu : Lahan
diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi
serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan,
termasuk didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil
reklamasi laut, pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang
tersalinasi. (FAO dalam Arsyad, 1989)

Perkembangan pariwisata di Indonesia sekarang ini semakin pesat. Perkembangan sektor


pariwisata menjanjikan dan memberikan manfaat kepada banyak pihak dari pemerintah,
masyarakat maupun swasta. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan sektor yang dianggap
menguntungkan untuk dikembangkan sebagai salah satu aset yang di gunakan sebagai sumber
yang menjanjikan bagi pemerintah maupun masyarakat sekitar objek wisata. Oleh karena itu
2

membuat banyak daerah berkeinginan untuk mengadakan pembangunan di bidang pariwisata


sehingga tidak jarang terjadi alih fungsi lahan.
Menururt Dahuri (Akhmad, 2011) mendefinisikan alih fungsi lahan sebagai sebuah mekanisme
yang mempertemukan permintaan dan penawaran terhadap lahan dan menghasilkan
kelembagaan lahan baru dengan karakteristik sistem produksi yang.Utomo,
dkk.(1992)mendefinisikan alih fungsilahan adalah berubahnya pemanfaatan suatu lahan dari
pemanfaatan sebelumnya yang menyebabkan dampak negatif terhadap potensi yang dimiliki oleh
lahan tersebut sebelum dialihfungsikan. Dapat disimpulkan bahwa alih fungsi lahan adalah
perubahan pemanfaatan lahan dari satu fungsi ke fungsi yang lain sesuai dengan manfaat
tertinggi yang diberikan kepada pemilik lahan.
Kota Bandar Lampung khususnya di Kecamatan Tanjung Karang Barat merupakan salah satu
daerah yang mengalami alih fungsi lahan perbukitan menjadi Objek Wisata Teropong Kota.
Munculnya objek wisata ini tentu memberikan perubahan baik dari segi fisik maupun non fisik.
Oleh karena itu dilakukannya penelitian mengenai pengaruh alih fungsi lahan perbukitan
menjadi objek wisata Teropong Kota di Kecamatan Tanjung Karang Pusat agar dijadikan sebagai
refernsi upaya preventif apabila terjadi fenomena alam diakibatkan alih fungsi lahan ini.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Adanya alih fungsi lahan perbukitan menjadi objek wisata Teropong Kota di daerah Pasir
Gintung Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
2. Adanya pengaruh alih fungsi lahan perbukitan menjadi objek wisata Teropong Kota di
daerah Pasir Gintung Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar Lampung.
3

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan dapat dirumuskan beberapa masalah yang akan diteliti
sebagai berikut :

1. Apa faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan bukit menjadi objek wisata?
2. Bagaimana dampak alih fungsi lahan bukit menjadi objek wisata?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah didapatkan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan bukit menjadi objek wisata
2. Mengathui dampak alih fungsi lahan bukit menjadi objek wisata.

E. Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Menambah wawasan peneliti


2. Menambah wawasan untuk masyarakat
3. Referensi untuk penulisan penelitian yang sejenis

F. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup pada penelitian ini yaitu:

1. Ruang Lingkup Objek : Pengaruh alih fungsi lahan


2. Ruang Lingkup Subjek : Pembangunan Objek Wisata Teropong Kota
3. Ruang Lingkup Tempat : Objek Wisata Teropong Kota di Kelurahan Pasir Gintung
Kecamatan Tj. Karang Pusat
4

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Lahan

Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air dan vegetasi
serta benda yang diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk
didalamnya hasil kegiatan manusia dimasa lalu dan sekarang seperti hasil reklamasi laut,
pembersihan vegetasi dan juga hasil yang merugikan seperti yang tersalinasi. (FAO dalam
Arsyad, 1989).

Menurut FAO (1995) dalam Luthfi Rayes (2007:2), lahan memiliki banyak fungsi yaitu :

a) Faktor Produksi

Sebagai basis bagi berbagai sistem penunjang kehidupan , melalui produksi biomassa
yang menyediakan makanan, pakan ternak, serat, bahan bakar kayu dan bahan-bahan
biotik lainnya bagi manusia, baik secara langsung maupun melalui binatang ternak
termasuk budidaya kolam dan tambak ikan.

b) Fungsi Lingkungan Biotik


Lahan merupakan basis bagi keragaman daratan (terrertrial) yang menyediakan habitat
biologi dan plasma nutfah bagi tumbuhan, hewan dan jasad-mikro diatas dan dibawah
5

permukaan tanah.
c) Fungsi Pengatur Iklim
Lahan dan penggunaannya merupakan sumber (source) dan rosot (sink) gas rumah kaca
dan menentukan neraca energi global berupa pantulan, serapan dan transformasi dari
energi radiasi matahari dan daur hidrologi global.
d) Fungsi Hidrologi
Lahan mengatur simpanan dan aliran sumberdaya air tanah dan air permukaan serta
mempengaruhi kualitasnya.
e) Fungsi Penyimpanan
Lahan merupakan gudang (sumber) berbagai bahan mentah dan mineral untuk
dimanfaatkan oleh manusia.
f) Fungsi Pengendali Sampah dan Polusi
Lahan berfungsi sebagai penerima, penyaring, penyangga dan pengubah senyawa-
senyawa berbahaya.
g) Fungsi Ruang Kehidupan
Lahan menyediakan sarana fisik untuk tempat tinggal manusia, industri, dan aktivitas
social seperti olahraga dan rekreasi.
h) Fungsi Peninggalan dan Penyimpanan
Lahan merupakan media untuk menyimpan dan melindungi benda- benda bersejarah
dan sebagai suatu sumber informasi tentang kondisi iklim dan penggunaan lahan masa
lalu.
i) Fungsi Penghubung Spasial
Lahan menyediakan ruang untuk transportasi manusia, masukan dan produksi serta
untuk pemindahan tumbuhan dan binatang antra daerah terpencil dari suatu ekosisitem
alami.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa lahan merupakan tanah dengan
segala ciri, kemampuan maupun sifatnya beserta segala sesuatu yang terdapat diatasnya
termasuk didalamnya kegiatan manusia dalam memanfaatkan lahan. Lahan memiliki banyak
fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam usaha meningkatkan kualitas hidupnya.
6

2. Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan untuk membantu bagi kebutuhan hidup manusia perlu pengolahan yang
lebih lanjut. Oleh sebab itulah diperlukan suatu kebijakan atau keputusan pada suatu
penggunaan lahan. Penggunaan lahan (major kinds of land use) sendiri dimaksudkan oleh
Luthfi Rayes (2007:162) adalah “Penggolongan penggunaan lahan secara umum seperti
pertanian tadah hujan, pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan atau daerah rekreasi”.
Pengertian penggunaan lahan juga dikemukakan oleh Arsyad (1989:207), “Penggunaan lahan
(land use) adalah setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual”. Penggunaan lahan dapat
dikelompokkan ke dalam dua golongan besar yaitu penggunaan lahan pertanian dan
penggunaan lahan bukan pertanian.

Penggunaan lahan dibedakan dalam garis besar penggunaan lahan berdasar atas penyediaan air
dan komoditi yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat diatas lahan tersebut.
Berdasarkan hal ini dapat dikenal macam-macam penggunaan lahan seperti tegalan, sawah,
kebun, , hutan produksi, hutan lindung, dan lain-lain. Sedangkan penggunaan lahan buka
pertanian dapat dibedakan menjadi lahan permukiman, industri, dll.

3. Alih Fungsi Lahan


Menurut Rhina dan Ani (2012), Alih fungsi lahan dapat bersifat permanen dan dapat bersifat
sementara.Menurut Ilham N dkk.(2005), faktor penentu terjadinya alih fungsi lahan adalah
faktor ekonomi, sosial, dan peraturan pertanahan. Alih fungsi dipengaruhi oleh fakto
.rpertumbuhan penduduk, perkembangan perekonomian yang cepat, dan kemiskinan (Giri dalam
Willson, 2006).

Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan
adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti
yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap
lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai
perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi
keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.
7

Menurut Wahyunto (2001), perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak
dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan kedua berkaitan dengan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik.

Jadi dari pendapat di atas disimpulkan bahwa alih fungsi lahan adalah suatu proses yang
disengaja oleh manusia (anthropogenic) dengan perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan
lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi
dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Selain itu,
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: pertama faktor eksternal; merupakan faktor yang
disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan perkotaan, kedua faktor internal; faktor ini lebih
melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi, ketiga faktor kebijakan; yaitu aspek
regulasi. Pada perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena dua hal, pertama adanya keperluan untuk memenuhi
kebutuhan makin kebutuhan penduduk dan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang
lebih baik.

B. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai perbandingan atau acuan dalam melakukan
kajian penelitian, maka dibawah ini penulis akan menuliskan beberapa penelitian yangrelevan
yang berkaitan dengan pokok masalah dalam penelitian.
1) Penelitian yang dilakukan oleh Syarif Imama Hidayat dengan judul penelitian “Analisis
Konversi Lahan Sawah di Provinsi Jawa Timur” Penelitian ini berisikan materi tentang
analisis dari konversi lahan sawah yang terjadi di Provinsi Jawa Timur.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Listia Dewi dkk. dengan judul penelitian “Faktor
Pendorong Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan non-Pertanian.” Hasil dari
penelitian ini adalah Lemahnya kelembagaan subak dan dukungan lembaga pemerintahan
khususnya dalamhal mencegah kegiatanalihfungsilahan sangat merugikan subak itu
8

sendiri. Ketidakpastianaturan pemerintah atuapun aturan dari masing-masing subak


mengakibatkan sulitnya subakmembuat langkah pencegahan terhadap
kegiatanalihfungsilahan pertanian menjadi nonpertanian. Terlebih lagi subak-subak yang
berada diwilayah perkotaan ataupun daerah pinggirakota, yang harus berpacu pada
pesatnya perkembangan perekonomian di daerah perkotaan.Perkembangan perekonomian
di daerah perkotaan berpengaruh negatif terhadap keberadaansubak di daerah pinggiran
kota, seperti yang terjadi pada Subak Kerdung.
3) Penelitian yang dilakukan oleh I Gede Swata Wijaya Saputra dengan judul penelitian

“Studi Alih Fungsi Lahan Dan Dampaknya Terhadap Sosial Ekonomi Petani Jambu
Mete Di Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem”. Hasil penelitian ini adalah variabel
tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang
dimiliki, keberadaan penerus usaha, kecepatan memperoleh penghasilan, dorongan petani
tetangga yang telah mengalihfungsikan lahan.

C. Kerangka Berpikir

Lahan Bukit

Kebutuhan lahan untuk objek wisata meningkat

Alih fungsi lahan Faktor dan dampak alih fungsi lahan

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakan) menjadi
fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu
sendiri. Berdasarkan bagan di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor dan dampak
9

alih fungsi lahan bukit menjadi Objek Wisata Teropong Kota di Kecamatan Tanjung Karang
Pusat.

D. Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini
adalah :

 Hipotesis Deskriptif

H1 : Terdapat pengaruh faktor alih fungsi lahan perbukitan terhadap objek wisata.

H0 : Tidak terdapat pengaruh antara faktor alih fungsi lahan perbukitan terhadap objek wisata.

 Hipotesis Deskriptif

H1: Terdapat pengaruh dampak alih fungsi lahan terhadap objek wisata.

H0: Tidak terdapat pengaruh antara dampak alih fungsi lahan terhadap objek wisata.
10

A. Variabel Penelitian
Berdasarkan judul penelitian di atas peneliti menentukan variabel penelitian sebagai berikut:
Variabel (X) : Adanya Pembangunan Objek Wisata Teropong Kota di Lahan Bukit Sindy
Kecamatan Tanjung Karang Pusat
Variabel (Y) : Adanya Pembangunan Objek Wisata Teropong Kota Mengakibatkan Alih Fungsi
Lahan Bukit di Daerah Bukit Sindy Kecamatan Tanjung Karang Pusat

B. Definisi Operasional Variabel (DOV)


Definisi operasional variabel adalah mendefinisikan variabel secara operasional dan berdasarkan
karakteristik yang diamati sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek penelitian.
Berdasarkan pengertian Definisi Operasional Variabel jadi definisi operasional variabel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Lokasi Titik Alih Fungsi Lahan

Dalam penelitian ini lokasi yang dimaksud adalah lokasi absolute terjadi alih fungsi lahan di
Daerah Bukit Sindy Kelurahan Pasir Gintung Kecamatan Tanjung Karang Pusat Kota Bandar
Lampung.

b) Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia (anthropogenic) dengan
perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang
direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan
dan potensi lahan itu sendiri.

c) Faktor Alih Fungsi Lahan

Adapun faktor dari alih fungsi lahan sebagai berikut:

 Faktor Eksternal : merupakan faktor yang disebabkan oleh adanya dinamika pertumbuhan
perkotaan
11

 Faktor Internal : faktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan oleh kondisi sosial
ekonomi
 Faktor Kebijakan : aspek regulasi
d) Dampak Alih Fungsi Lahan
 Berkurangnya lahan perbukitan
 Mengancam keseimbangan ekosistem
 Lahan menjadi rawan terjadi longsor
12

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metodologi Penelitian
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.
Sugiyono (2013, hlm. 3) menyatakan bahwa:
Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmun, yaitu
rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan
dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris
berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang
lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya,
proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang
bersifat logis
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan data yang diperoleh melalui penelitian itu
adalah data rasional,empiris (teramati) dan sistematis yang mempunyai kriteria tertentu yaitu
valid. Valid menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sampel sumber data
dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi (Sugiyono (2013, hlm. 15).
13

B. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Daerah Bukit Sindy Kecamatan Tanjung Karang Pusat
Kota Bandar Lampung.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Kerlinger (Furchan, 2004: 193) menyatakan bahwa populasi merupakan semua anggota
kelompok orang, kejadian, atau objek yang telah dirumuskan secara jelas. Nazir (2005: 271)
menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang
telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah
individu tertentu dinamakan populasi finit`sedangkan, jika jumlah individu dalam kelompok
tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak terhingga, disebut populasi infinit.
Misalnya, jumlah petani dalam sebuah desa adalah populasi finit. Sebaliknya, jumlah pelemparan
mata dadu yang terus-menerus merupakan populasi infinit . Populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat daerah Bukit Sindy Kecamatan Tanjung Karang Pusat
2. Sampel

Margono (2004: 121) menyataka bahwa sampel adalah sebagai bagian dari populasi, sebagai
contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu. Hadi (Margono, 2004:
121) menyatakan bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul disebabkan hal berikut:
1) Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah
populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.
2) Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasil kepenelitiannya, dalam
arti mengenakan kesimpulan-kesimpulan kepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih
luas.
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian adalah teknik purposive sampling (sampel
bertujuan) teknik ini memudahkan pengumpulan data tentang kondisi lingkungan pada lokasi
penelitian (Iriyanti, 2006). Purpossive Sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data
dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang di anggap paling tahu tentang
kondisi eksisting yang ada di wilayah pengamatan dan tahu tentang apa yang peneliti harapkan.
14

Jadi Alasan menggunakan teknik purposive sampling adalah supaya dapat memperoleh
responden yang benar-benar tahu yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti
dalam kaitannya dengan alih fungsi lahan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
10 masyarakat Daerah Bukit Sindy Kelurahan Pasir Gintung Kecamatan Tanjung Karang Pusat
Kota Bandar Lampung.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


1. Variabel Penelitian
Menurut Kidder (1981) variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari
dan menarik kesimpulan darinya. Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu
variabel bebas dan variabel terikat:

1) Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah objek
wisata teropong kota.

2) Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah alih fungsi lahan.

2. Definisi Operasional Penelitian

Definisi operasional variabel atau DOV adalah pengertian variabel yang diungkap dalam definisi
konsep. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:
1) Objek Wisata

Objek wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah
bangsa, dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikujungi wisatawan
(Fandeli dalam Asriandy, 2016). Menurut UU RI No 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
dinyatakan ahwa obyek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata
15

baik itu pembangunan obyek dan daya tarik wisata, yangdilakukan dengan cara mengusahakan,
mengelola dan membuat obyek-obyek baru sebagai obyek dan daya tarik wisata.
2) Alih Fungsi lahan
Alih fungsi lahan adalah suatu proses yang disengaja oleh manusia (anthropogenic) dengan
perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti yang
direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negatif (masalah) terhadap lingkungan
dan potensi lahan itu sendiri.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara observasi atau pengamatan adalah alat pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara.
2. Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2013 : 240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumentel dari seseorang. Menurut Arikunto (2002:206) menyebutkan dokumentasi yaitu
mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat
kabar,jurnal, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.
Berdasarkan kedua pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa pengumpulan data
dengan cara dokumentasi merupakan suatu hal yang dilakukan oleh peneliti guna mengumpulkan
data dari berbagai hasil media cetak membahas mengenai narasumber yang akan diteliti.
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk mencari data tentang alih fungsi lahan
akibat objek wisata.
3. Wawancara
Menurut Sugiyono (2010 : 194), wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga peneliti ingin mengetahui hal-hal yang responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondennya sedikit. Dalam wawancara peneliti melakukan wawancara kepada Kepala
16

Desa dan perwakilan 10 masyarakat yang dianggap paham mengenai alih fungsi lahan bukit
akibat objek wisata di sekitar Objek Wisata Teropong Kota Kecamatan Tanjung Karang Pusat
Kota Bandar Lampung.

F. Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi. Terjadi
secara bersamaan berarti reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi
sebagai sesuatu yang saling jalin menjalin merupakan proses siklus dan interaksi pada saat
sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar yang membangun
wawasan umum yang disebut “analisis” (Ulber Silalahi, 2009:339).
Teknik yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini didasarkan pada jenis data
yang didapatkan. Untuk data sekunder berupa angka disajikan dalam bentuk tabel, kemudian
dianalisis menggunakan metode statistik deskriptif. Tahap analisis selanjutnya didasarkan pada
data primer yang berupa data kata-kata dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif.
Data pada analisis ini diperoleh dari angket yang telah diisi oleh responden. Dari data tersebut
kemudian masing-masing pilihan akan dianalisis persentasinya dilihat dari masing-masing
wilayah. analisis persentase dengan langkah berikut:
a. Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh responden.
b. Menghitung total skor jawaban seluruh responden
c. Menghitung persentase menggunakan rumus seperti dikemukakan Sudjana (2001:129)
berikut:

Keterangan :
P = Persentase
F = Total Skor
Jawaban N = Jumlah Responden

100% = Bilangan Tetap


17

DAFTAR PUSTAKA

Arischa, Suci. 2019. Analisis Beban Kerja Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan
Hidup Dan Kebersihan Kota Pekanbaru. Universitas Riau:Riau. JOM FISIP Vol. 6: Edisi
1 Januari-Juni 2019
Dewi, Ida Ayu Listia, dkk. 2015. Faktor Pendorong Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan
Non-Pertanian. Universitas Udayana:Bali.
Dipayanaa, A., & Sunartaa, I. N. 2015. Dampak Pariwisata Terhadap Alih Fungsi Lahan di

Desa Tibubeneng Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung (Studi Sosial-Budaya).


Jurnal Destinasi Pariwisata ISSN, 2338, 8811. Bali.
Kurniadi, B. 2019. Persepsi Masyarakat Mengenai Alih Fungsi Lahan Kawasan Caringin Tilu
Kecamatan Cimenyan Kabupaten Bandung. SOSIOHUMANITAS, 21(2), 79-85.
Bandung.

Miswanto, M., & Safaat, M. 2018. Dampak Pembangunan Industri Pariwisata terhadap Alih
Fungsi Lahan. Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, 20(1), 45-55. Kepulauan Riau.

Mokodompit, Putri Indah Sari, dkk. 2019. Perubahan Lahan Perntanian Basah di Kota
Amobagu. Universitas Sam Ratulangin:Sulawesi Utara. Jurnal Spasial Vol. 6 No. 3, 2019
ISSN 2442-3262
Saputra, I Gede Swata Wijaya. 2015. Studi Alih Fungsi Lahan dan Dampaknya Terhadap
Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Jambu Mete di Kecamatan Kubu Kabupaten
Karangasem. Universitas Udayana:Bali.
Setiawan, Nugraha. 2005. Teknik Sampling. Departemen Pendidikan Nasional Inspektoral
Jenderal: Semarang
Sinta. 2016.Pengaruh Alih Fungsi Lahan. Universitas Udayana:Bali
18

Suputra, D. P. A., Ambarawati, I. G., & Tenaya, I. M. N. 2012. Faktor-faktor yang


mempengaruhi alih fungsi lahan studi kasus di subak daksina, Desa Tibubeneng,
Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung. Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal
of Agribusiness and Agritourism). Bali.

Suryani. 207. Metode Penelitian. Universitas Pasundan:Bandung.


Repository.unpas.ac.id

Susilana, Rudi. Modul 6 Populasi dan Sampel. Universitas Pendidikan Indonesia:Bandung.


file.upi.edu

Anda mungkin juga menyukai