Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN GERONTIK

“HIPERTENSI”

Disusun oleh :
Yulianti Anhar
P27220020339

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI NERS
2021
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Penyakit darah tinggi atau hipertensi (hypertension) adalah suatu
keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas
normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka
bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa (Spygmomanometer)
ataupun alat digital lainnya (Herlambang, 2013).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh
darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya
(Amin,2016).

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua menurut
Syaifoellah Noer (2010):
1. Hipertensi Esensial
Yaitu hipertensi yang belum diketahui penyebabnya dan meliputi
90 % dari seluruh penderita hipertensi, faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain:
a. Genetik
Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dibuktikan
bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada penderita
kembar monozigot dari pada heterozigot, apabila salah satu
diantara menderita hipertensi. Pada 70 % kasus hipertensi esensial
didapatkan riwayat hipertensi esensial.
b. Usia
Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun dengan jelas
menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
prematur.
c. Obesitas
Adanya penumpukan lemak terutama pada pembuluh darah
mengakibatkan penurunan tahanan perifer sehingga
meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengakibatkan
peningkatan vasokontriksi dan penurunan vasodilatasi dimana hal
tersebut dapat merangsang medula adrenal untuk mensekresi
epinerpin dan norepineprin yang dapat menyebabkan hipertensi.
d. Hiperkolesterol
Lemak pada berbagai proses akan menyebabkan pembentukan
plaque pada pembuluh darah. Pengembangan ini menyebabkan
penyempitan dan pengerasan yang disebut aterosklerosis.
e. Asupan Natrium meningkat (keseimbangan natrium)
Kerusakan ekskresi natrium ginjal merupakan perubahan pertama
yang ditemukan pada proses terjadinya HT. Retensi Na+ diikuti
dengan ekspansi volume darah dan kemudian peningkatan output
jantung. Autoregulasi perifer meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan berakhir dengan HT.
f. Rokok
Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran
adrenalin yang merangsang denyutan jantung dan tekanan darah.
Selain itu asap rokok mengandung karbon monoksida yang
memiliki kemampuan lebih kuat dari pada Hb dalam menarik
oksigen. Sehingga jaringan kekurangan oksigen termasuk ke
jantung.
g. Alkohol
Penggunaan alkohol atau etanol jangka panjang dapat
menyebabkan peningkatan lipogenesis (terjadi hiperlipidemia)
sintesis kolesterol dari asetil ko enzim A, perubahan seklerosis
dan fibrosis dalam arteri kecil.
h. Obat-obatan tertentu atau pil anti hamil
Pil anti hamil mengandung hormon estrogen yang juga bersifat
retensi garam dan air, serta dapat menaikkan kolesterol darah dan
gula darah.
i. Stres psikologis
Stres dapat memicu pengeluaran hormon adrenalin dan
katekolamin yang tinggi, yang bersifat memperberat kerja arteri
koroner sehingga suplay darah ke otot jantung terganggu. Stres
dapat mengaktifkan saraf simpatis yang dapat meningkatkan
tekanan darah secara intermiten.
2. Hipertensi sekunder
Disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya:
a. Penyakit ginjal
Kerusakan pada ginjal menyebabkan renin oleh sel-sel
juxtaglomerular keluar, mengakibatkan pengeluaran angiostensin
II yang berpengaruh terhadap sekresi aldosteron yang dapat
meretensi Na dan air.
b. Diabetes Mellitus
Disebabkan oleh kadar gula yang tinggi dalam waktu yang sama
mengakibatkan gula darah pekat dan terjadi pengendapan yang
menimbulkan arterosklerosis meningkatkan tekanan darah.

3. Manifestasi Klinis
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal
sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,
perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang
dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau
menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut (Kristanti, 2013):
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan
pada otak, mata, jantung dan ginjal. Kadang penderita hipertensi berat
mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi
pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang
memerlukan penanganan segera. Tanda dan gejala pada hipertensi
dibedakan menjadi: (Edward K Chung, 2013).
a. Tidak Ada Gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala Yang Lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.

4. Komplikasi
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong
kelas berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan,
Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan
darah yang tinggi dapat meningkatkan resiko serangan jantung, gagal
jantung, stroke dan gagal ginjal (Wahdah, 2011).
Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya komplikasi
kardiovaskular dan merupakan masalah utama kesehatan masyarakat
yang tengah mengalami transisi sosial ekonomi. Dibandingkan dengan
individu yang memiliki tekanan darah normal, penderita hipertensi
memiliki risiko terserang penyakit jantung koroner 2 kali lebih besar dan
risiko yang lebih tinggi untuk terserang stroke. Apabila tidak diobati,
kurang lebih setengah dari penderita hipertensi akan meninggal akibat
penyakit jantung dan sekitar 33% akan meninggal akibat stroke
sementara 10 sampai 15 % akan meninggal akibat gagal ginjal. Oleh
sebab itu pengontrolan tekanan darah merupakan hal yang sangat penting
(Junaidi, 2010).

5. Patofisiologi dan Pathway


Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon
ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah,
yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Rahmawati, 2012).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi
palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi
oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 2010).
G3 pola tidur
6. Penatalaksanaan
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis penatalaksanaan (Ni Kadek, et al, 2014):
1. Penatalaksanaan medis
Pengobatan dengan menggunakan Standar Triple Therapy (STT)
terdiri dari :
a. Diuretik, misalnya : Tiazid, Furosemid, Hidroklorotiazid
b. Beta blocker : Metildopa, Reserpin
c. Vasodilator : Dioksid, Pranosin, Hidralasin
d. Angiotensin, Converting enzyme inhibitor
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi
b. Memotivasi pasien untyk selalu mengonsumsi obat hipertensi
jika sudah rutin menggunakan obat hipertensi
c. Memotivasi pasien untuk mengurangi konsumsi garam
d. Memeriksa tekanan darah secara teratur
e. Memotivasi pasien untuk rileks dan mengendalikan stress
f. Memotivasi pasien untuk berhenti merokok jika pasien
merupakan seorang perokok.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat
1) Riwayat keluarga: penyakit hipertensi, cardiovascular dan DM
2) Catatan tekanan hipertensi meliputi umur saat kejadian dan obat
nya
3) Riwayat adanya penyakit atau trauma pada organ target
4) Hasil dan efek samping terapi antihipertensi
5) Manifestasi klinik gangguan cardiovascular seperti angina, sesak
nafas
6) Riwayat berat badan bertambah, aktifitas olah raga, intake garam,
intake lemak dan alkohol
7) Faktor lingkungan dan psikososial (stres emosional, budaya
makanan, status ekonomi) yang memungkinkan mempengaruhi
tekanan darah
8) Adanya faktor resiko penyakit cardiovascular lain  merokok,
obesitas, hyperlidemia
9) Riwayat penggunaan obat: kortikosteroid dll

b. Pemeriksaan Fisik
Menentukan TD & mengevaluasi organ target.
1) Leher : distensi vena, suara bising arteri, pembesaran thyroid.
2) Jantung : nadi (Heart Rate).
3) Abdomen : pembesaran ginjal.
4) Ekstermitas : penurunan atau hilangnya denyut perifer, edema.
5) Neurologic  adanya tanda trombosis atau perdarahan cerebral.
6) Waspada kemungkinan hipertensi sekunder: sakit kepala, palpitasi
dan keringat berlebihan  pada penyakit peochromocytoma, Kaki
pucat, penurunan/hilangnya denyut nadi ekstremitas bawah

c. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengetahui beratnya
penyakit vaskular, luasnya kerusakan target organ dan kemungkinan
penyebab hipertensi: Darah rutin, serum potasium & sodium, gula
darah, kolesterol, BUN, creatini, serum, Urinalisis, ECG, RO Thorax.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (D.0077)
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrient (D.0019)
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan restraint fisik ditandai
dengan mengeluh sulit tidur (D.0055)
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload
dibuktikan dengan edema; tekanan darah meningkat (D.0008)
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan dibuktikan
dengan merasa lemah (D.0056)
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(D.0111)

3. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi:
dengan agen keperawatan selama 3x 12 - Lakukan pengkajian
pencedera jam nyeri dapat berkurang nyeri
fisiologi dengan kriteria hasil: - Identifikasi faktor yang
(D.0077) Pain level memperberat dan
1. Keluhan nyeri dan memperingan nyeri
meringis - Identifikasi
berkurang dari 5 pengetahuan tentang
menjadi 2 dengan men nyeri
ggunakan menejemen - Identifikasi pengaruh
nyeri. nyeri terhadap kualitas
2. Pasien merasa nyaman hidup
dan tidak kesulitan Teraupetik:
tidur setelah nyeri - Berikan teknik
berkurang. nonfarmakologis untuk
- TTD dalam batas mengurangi nyeri
normal Edukasi:
- Anjurkan istirahat dan
tidur
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi:
- Anjurkan untuk
miminum obat yang
diresepkan dari dokter
2 Defisit Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi
berhubungan Setelah dilakukan asuhan (I.03119)
dengan keperawatan selama 3x 12 Observasi:
ketidakmamp jam nutrisi adekuat - Identifikasi alergi dan
uan dengan kriteria hasil: intoleransi makanan
mengabsorbsi 1. Nafsu makan - Identifikasi makanan
nutrient meningkat yang disukai
(D.0019) 2. Porsi makanan - Monitor berat badan
meningkat Teraupetik:
3. Membran mukosa - Fasilitasi menentukan
lembab/normal pedoman diet
TTD dalam batas Edukasi:
normal - Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi:
- Kolaborasi dalam
pemberian suplemen
makanan
3 Gangguan (L.05045) Dukungan Tidur (I.05174)
pola tidur Setelah dilakukan asuhan Observasi:
berhubungan keperawatan selama 3x12 - Identifikasi pola
dengan jam, diharapkan masalah aktivitas tidur
restraint fisik gangguan tidur dapat - Identifikasi faktor
ditandai teratasi dengan kriteria pengganggu tidur
dengan hasil: Teraupetik:
mengeluh 1. Pasien tampak - Fasilitasi
sulit tidur bergairah saat menghilangkan stress
(D.0055) beraktivitas pagi hari sebelum tidur/
modifikasi lingkungan
2. Mata pasien tidak - Batasi waktu tidur siang
nampak merah Edukasi:
(mengantuk) - Jelaskan pentingnya
3. Pasien tidur nyenyak tidur cukup selama
dan tidak terbangun- sakit
bangun pada malam - Anjurkan untuk minum
hari air hangat sebelum tidur
- Ajarkan relaksasi dan
- Melaporkan secara distraksi sebelum tidur
verbal bahwa
gangguan tidur
berkurang
4 Penurunan L.02008 I.02075
curah jantung Tujuan: Setelah dilakukan Perawatan Jantung
berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan keperawatan selama 3 x - Identifikasi tanda/ gejala
perubahan 24 jam diharapkan curah primer penurunan curah
preload jantung meningkat. jantung
dibuktikan Kriteria hasil: - Identifikasi tanda/ gejala
dengan - Kekuatan nadi perifer sekunder penurunan
edema; meningkat curah jantung
tekanan darah - Tidak palpitasi - Monitor tekanan darah
meningkat - TTV dalam batas - Monitor intake dan
(D.0008) normal output cairan
- Tidak edema - Monitor berat badan
setiap hari pada waktu
yang sama
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor keluhan nyeri
dada
- Monitor EKG 12
sadapan
- Monitor aritmia
- Monitor nilai
laboratorium jantung
- Monitor fungsi alat pacu
jantung
- Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum dan sesudah
aktivitas
- Periksa tekanan darah
dan frekuensi nadi
sebelum pemberian obat
Terapeutik
- Posisikan pasien semi
fowler dengan kaki ke
bawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung
yang sesuai
- Gunakan stocking elastis
atau pneumatik
intermiten
- Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi stres
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
berat badan harian
- Anjurkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
antiaritmia
- Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
5 Intoleransi L.05047 I.05178
aktivitas Tujuan: Setelah dilakukan Manajemen Energi
berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan keperawatan selama 2 x - Identifikasi gangguan
kelemahan 24 jam diharapkan dapat fungsi tubuh yang
dibuktikan mentoleransi aktivitas. menyebabkan kelelahan
dengan Kriteria hasil: - Monitor kelelahan fisik
merasa lemah - Frekuensi nadi normal dan emosional
(D.0056) - Tidak mengeluh lelah - Monitor pola dan jam
- Tidak dispnea saat tidur
beraktivitas - Monitor lokasi dan
- Tidak dispnea ketidaknyamanan
setelah selama melakukan
beraktivitas aktivitas
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
yang nyaman dan redah
stimulus
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau
aktif
- Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi
tempat tidur, jika tidak
dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
6 Defisit L.12111 I.12383
pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan
berhubungan tindakan asuhan Observasi
dengan keperawatan selama 3x24 - Identifikasi kesiapan
kurang jam diharapkan deficit dan kemampuan
terpapar pengetahuan berkurang menerima informasi
informasi dengan kriteria hasil: Terapeutik
(D.0111) Kemampuan menjelaskan - Sediakan materi dan
pengetahuan tentang suatu media pendidikan
topik meningkat dari 2 kesehatan
menjadi 4 Edukasi
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat

4. Implementasi
Implementasi yang merupakan komponen dari proses keperawatan
adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan diselesaikan
b. Tindakan keperawatan mandiri
Tindakan yang dilakukan tanpa pesanan dokter. Tindakan
keperawatan mandiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan
lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.
c. Tindakan keperawatan kolaboratif
Tindakan yang dilakuknoleh perawat apabila perawat bekerja
dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat
keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasai masalah klien.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemati atau terencana
tentang kesehatan pasiendengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan
dengan cara berkeseimbangan dengan melibatkan pasien, keluarga, dan
tenaga kesehatan lainnya.
a. Pasien melaporkan nyeri/ketidaknyamanan hilang atau terkontrol
b. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/diperlukan
c. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan darah
atau beban kerja jantung.
d. Menunjukkan perubahan pola makan (misalnya pilihan makan,
kuantitas, dan sebagainya), mempertahankan berat badan yang
diinginkan dengan pemeliharaan kesehatan optimal.
e. Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya
f. Pasien menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan
Daftar Pustaka
Agus Purwadianto. (2000). Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan
Praktis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Amin, Nurarif Huda. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 1. Media Action.
Yogyakarta.
Callahan, Barton, Schumaker. (1997). Seri Skema Diagnosis dan
Penatalaksanaan gawat Darurat Medis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Carpenito Lynda Juall. (2000). Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek
Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging.
Little Brown and Company. Boston.
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Evelyn C. Pearce. (1999). Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta:
Penerbit PT Gramedi.
Gallo, J.J. (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman.
Jakarta: EGC.
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo. (1996). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri.
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai