Anda di halaman 1dari 28

Kelompok III

MAKALAH
AKUNTANSI AKAD MURABAHAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Akuntansi Syariah
Dosen: Iin Muyasarah, M.E

Disusun Oleh:

NIA KARLINA
NIM. 1904120031
SITI MUNAWWARAH
NIM. 1904120061
FAISAL ANSARI
NIM. 1904120103

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 1442 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakaatuh


Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Waata’ala, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini.Tidak lupa sholawat serta salam tim penulis curahkan kepada Nabi Muhammad
Saw, semoga kita bisa bersama dengan beliau di akhirat kelak.
Ungkapan rasa terima kasih juga penulis haturkan kepada dosen pengajar khususnya
Ibu Iin Muyasarah, M.E selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Syariah yang
telah membimbing dan selalu memberikan semangat yang pada akhirnya bisa membantu
untuk lebih sedikit demi sedikit memperluas wawasan pengetahuan tim penulis sehingga
dapat terselesaikannya makalah ini yang berjudul “Akuntansi Akad Murabahah”,
meskipun jika ditinjau lebih jauh makalah ini masih belum sempurna untuk dikatakan sebagai
makalah yang baik, dan tim penulis menyadari bahwa tim penulis bukanlah manusia yang
tercipta dalam kesempurnaan, namun tim penulis akan tetap berusaha untuk menjadi lebih
baik dengan terus belajar.
Tim penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh sebab itu, tim penulis mengharapksn kritik dan saran dari pembaca yang
dapat membangun agar makalah selanjutnya bisa lebih baik.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.

Palangka Raya, April 2021

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2

D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................2

E. Metode Penulisan............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3

A. Pengertian Akuntansi Akad Murabahah.........................................................................3

B. Jenis Akuntansi Akad Murabahah..................................................................................5

C. Dasar Syariah Akuntansi Akad Murabahah....................................................................6

D. Perlakuan Akuntansi Akad Murabahah..........................................................................7

E. Pencatatan Akuntansi Akad Murabahah.......................................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................................22

A. Kesimpulan...................................................................................................................22

B. Saran..............................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi di Indonesia semakin tumbuh pesat, baik secara lokal
maupun nasional. Saat ini, sudah banyak lembaga keuangan syariah yang berkembang di
hampir setiap daerah dan menawarkan produk yang bermacam-macam pada masyarakat.
Namun, kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui produk-produk
yang ditawarkan oleh bank yang berbasis syariah.
Akuntansi syariah berlandasakan nilai Al-Qur’an dan Hadits, membantu manusia
untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak dan kewajiban secara adil.
Hak dan kewajiban tersebut timbul karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk
mengelola bumi. Sehingga akuntansi sesungguhnya merupakan alat pertanggungjawaban
kepada Sang Pencipta dan antar sesama makhluk, yang digunakan manusia untuk
mencapai kodratnya sebagai khalifah.
Salah satu produk lembaga keuangan syariah yang akan dibahas adalah mengenai
murabahah. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli barang yang
dikembangkan oleh perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, murabahah
memberikan dominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di hampir seluruh
bank syariah. Murabahah juga memberi banyak manfaat kepada bank syariah, salah
satunya adalah adanya keuntunngan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah.
Dalam pembiayaan murabahah diperlukan adanya perlakuan akuntansi, dimana
kegiatan ini akan menunjukkan proses pencatatan produk pembiayaan yang memakai
sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang digunakan
lembaga keuangan syariah.1
Dari penjelasan di atas, penulis akan mengembangkan pembahasan mengenai
akuntansi dalam akad murabahah. Yang di dalamnya merujuk pembahasan mengenai arti
akuntansi akad murabahah, jenis, dasar syariah, perlakuan akuntansi dan pencatatan yang
sesuai dengan akuntansi murabahah.

B. Rumusan Masalah
1
Abdi Miharja, “Akuntansi Transaksi Murabahah”, Jurnal Politeknik Negeri Samarinda, 2019, hlm. 1.
2

Ada beberapa rumusan masalah yang akan dijelaskan di bab pembahasan, antara
lain:
1. Pengertian akuntansi akad murabahah?
2. Jenis akuntansi akad murabahah?
3. Dasar syariah akuntansi akad murabahah?
4. Perlakuan akuntansi akad murabahah?
5. Pencatatan akuntansi akad murabahah?
C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan yang akan didapatkan pada pembahasan ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian akuntansi akad murabahah
2. Untuk mengetahui jenis akuntansi akad murabahah
3. Untuk mengetahui dasar syariah akuntansi akad murabahah
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi akad murabahah
5. Untuk mengetahui pencatatan akuntansi akad murabahah
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan di pembahasan ini, terutama yang berkaitan tentang akuntansi akad
murabahah. Selain itu, manfaat penulisan dalam makalah ini untuk memberikan
pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca dalam ruang lingkup akademisi.
E. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan mencari
referensi keperpustakaan (Library Research) dan telusur internet (Web Research) sebagai
referensi yang ada kaitannya atau hubungannya dengan pembuatan makalah ini dan
disimpulkan dalam makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akuntansi Akad Murabahah


Istilah akuntansi syariah sebenarnya diwacanakan pada tahun 1995, berawal dari
sebuah disertasi di University of Wollongong, Australia yang berjudul “Shari’ate
Organization and Accounting: The Reflection of Self’s Faith and Knowledge.” Istilah ini
kemudian berkembang membentuk cara pandang baru tentang akuntansi syariah, yang
melekat pada kata akuntansi, dalam tataran normatif akan memasukkan nilai tentang
bagaimana seharusnya peran akuntansi sebagai sebuah alat untuk mewujudkan tujuan
syariah sendiri.2
Akuntansi dalam bahasa Arab yaitu al-Muhasabah berasal dari kata masdar
hassaba-yuhasbu yang artinya menghitung atau mengukur. Secara istilah, al-Muhasabah
berasal dari kata istiasaba yang berarti “mengharapkan pahala di akhirat dengann
diterimanya kitab seseorang dari Tuhan”, juga berarti “menjadikan perhatian” atau
“mempertanggung jawabkannya.”3
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan
ditambah keuntungan yang disepakati, dan penjual harus mengungkapkan biaya
perolehan barang tersebut kepada pembeli. Sabiq menjelaskan jual beli sebagai
pemindahan suatu kepemilikan dengan suatu ganti yang dapat dibenarkan secara syariah.
Akad murabahah merupakan akad yang diperbolehkan pelakunya memperoleh
keuntungan karena termasuk kategori tijarah. Akad yang termasuk kategori tijarah pada
satu waktu dapat dipindahkan menjadi akad tabarru’, sedangkan sebaliknya akad yang
menjadi kategori tabarru’ tidak diperbolehkan menjadi sifat tijarah. 4 Praktik akad
murabahah di lapangan haruslah memenuhi rukun dan ketentuan yang menjadi
prasyaratnya. Rukun dan ketentuan tersebut yaitu:
1. Adanya pelaku yang meliputi penjual (ba’i) dan pembeli (musytari).
2. Adanya objek jual beli (mabi’) yang diperbolehkan secara syariah.
2
Jeni Wardi dan Gusmarila Eka Putri, “Analisis Perlakuan Akuntansi Syariah Untuk Pembiayaan
Murabahah, Mudharabah, Serta Kesesuaiannya dengan PSAK No. 102 dan 105”, Jurnal Pekbis, Vol. 3, No. 1,
Maret 2011, hlm. 448.
3
Ali Mauludi, “Akuntansi Syariah: Pendekatan Normatif, Historis dan Aplikatif”, Jurnal Iqtishadia,
Vol. 1, No. 1, Juni 2014, hlm. 60.
4
Novan Bastian Dwi Ardha, Analisa Perlakuan Akuntansi Murabahah Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Syariah Cabang Kota Malang, Malang: Universita Brawijaya, 2013, hlm. 5.

3
4

3. Munculnya harga barang (tsaman) yang disebutkan secara jelas jumlah dan satuan
mata uangnya.
4. Terjadinya kontrak (ijab qabul) antara penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan ataupun tanpa pesanan. Di dalam
murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari nasabah. Harga yang di sepakati dalam murabahah adalah harga jual
sedangkan harga beli harus diberitahukan.5
Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk penjual persediaan yang
dimiliki oleh penjual dinilai sebesar biaya atau harga perolehannya. Harga perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset, hingga aset
tersebut siap untuk dijual atau digunakan. PSAK 102 secara jelas menyebutkan bahwa
penjual harus memiliki akun persediaan dalam mencatat perolehan aset murabahah.
Setelah persediaan tersebut berada di tangan penjual, penjual harus mengukur nilai
persediaan berdasarkan jenis transaksi murabahah. Pengukuran persediaan murabahah
pesanan mengikat berdasarkan dari besaran nilai biaya perolehan dan apabila terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut
dicatat sebagai beban dan mengurangi nilai aset.6
PSAK No.102 tentang Akuntansi Murabahah, murabahah adalah akad jual beli
barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati
dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga
pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan
mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad
murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan
harga jual. Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin
keuntungan.
Menurut Karim, murabahah adalah suatu penjelasan barang seharga barang tersebut
ditambah keuntungan yang disepakati, yang merupakan salah satu bentuk natural
certainty contracts sebab dalam murabahah ditentukan jumlah keuntungan yang ingin
diperoleh. Sedangkan menurut Sri Nurhayati, murabahah adalah transaksi penjualan
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual

5
Zulia Hanum, Analisis Penerapan Transaksi Murabahah Pada PT Bank Pembiayaan Rakyat syariah
Gebu Prima Medan, Medan: UMSU, 2015, hlm. 7.
6
Ibid, hlm. 8.
5

dan pembeli. Pembayaran atas akad dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Dapat
disimpulkan bahwa murabahah merupakan transaksi antara penjual dan pembeli yang
biaya perolehan dan keuntungannya dinyatakan dalam transaksi tersebut. Sedangkan
syarat murabahah menurut Antonio, yaitu: 7
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual Harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah
pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
pembelian. Pembelian dilakukan secara hutang.
Menurut Muhammad sejumlah alasan yang digunakan untuk menjelaskan
popularitas murabahah dalam operasi investasi perbankan Islam, yaitu:
1) Murabahah adalah suatu mekanisme jangka pendek dan dibandingkan dengan sistem
Profit and Loss Sharing cukup memudahkan.
2) Mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat
dipastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan, bank-bank berbasis bunga
yang menjadi saingan bank-bank Islam.
3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis
Profit and Loss Sharing.8
B. Jenis Akuntansi Akad Murabahah
Murabahah sesuai jenisnya dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Murabahah tanpa pesanan, artinya ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan
barang. Murabahah tanpa pesanan juga dapat dikatakan bahwa pengadaan barang
tanpa adanya pemesanan atau pembelian dari pelanggan dan perhatian utama dari
pengadaan persediaan ini adalah pemenuhan nilai persediaan minimum sesuai
kebijakan perusahaan, dengan memperhatikan biaya pengiriman dan termasuk
kelangkaan barang.9

7
Shindy Marcela Nasir dan Siswandi Sululing, “Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap
Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk”, Jurnal Akuntansi, Vol. 19,
No. 1, Januari 2015, hlm. 113.
8
Ibid, hlm. 114.
9
Muzayyidatul Habibah dan Alfu Nikmah, “Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAK
102 Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Se-Kabupaten Pati”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 4, No. 1, Juni
2016, hlm. 117.
6

2. Murabahah berdasarkan pesanan, artinya bank syariah baru akan melakukan transaksi
jual beli apabila ada pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dikategorikan
dalam sifat yang mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat
untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan. Dan sifat yang tidak mengikat, artinya
walaupun nasabah telah melakukan pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat
untuk membeli barang tersebut. Dari cara pembayaran murabahah dapat dikategorikan
menjadi pembayaran tunai dan Pembayaran tangguh. Dalam praktik yang dilakukan
oleh bank syariat saat ini adalah Murabahah Berdasarkan pesanan, sifatnya mengikat
dengan cara pembayaran tangguh.10
C. Dasar Syariah Akuntansi Akad Murabahah
Dalam kegiatan akuntansi murabahah, terdapat dasar syariah yang ada dalam Al-
Qur’an, Hadits, kaidah Ushul al-Fiqh dan Ijma’yaitu:
1. Al-Qur’an
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar syariah akuntansi akad
murabahah, yaitu:
a. Surah An-Nisa ayat 29
ِ ‫ين ءَ َامنُ واْ اَل تَ ۡأ ُكلُ ٓاوْ أَ مۡ َٰولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِٱ ۡلبَٰط‬
ۡ‫ِل إِٓاَّل أَن تَ ُك و َن جِت َٰ َر ًة َعن َت َراضٖ ِّمن ُك مۡۚ َواَل تَ ۡقُتلُ ٓواْ أَن ُف َس ُك مۡۚ إِ َّن ٱللَّهَ َك ا َن بِ ُك م‬ ِ َّ ٰٓ
َ ‫يَأَيُّ َه ا ٱلذ‬
‫َر ِحيمٗا‬

Artinya: “Hai orang-orang beriman! Janganlah kamu saling memakan


(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di antaramu….” (QS.
An-Nisa/4: 29).
b. Surah Al-Baqarah ayat 275
‫ٱلر َب ٰو ۚ ْا‬
ِّ ‫َح َّل ٱللَّهُ ٱ ۡلبَ ۡي َع َو َحَّر َم‬
َ ‫َوأ‬
Artinya: “Allah telah menghalakan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-
Baqarah/2: 275).

c. Surah Al-Baqarah ayat 282


ُ‫َجلٖ ُّم َس ّمٗى فَٱ ۡكتُبُو ۚه‬ ِ ِ ِ ِ َّ ٓ ٰ
َ ‫ين ءَ َامنُ ٓواْ إذَا تَ َدايَنتُم ب َد ۡي ٍن إىَل ٰ ٓى أ‬
َ ‫يَأَيُّ َها ٱلذ‬

10
Muhamad Yusuf, “Analisa Penerapan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Pesanan Tanpa Pesanan
Serta Kesesuaian Dengan PSAK 102”, Jurnal Binus Busines Review, Vol. 4, No. 1, 2013, hlm. 19.
7

Artinya: “Hai orang-orang beriman! Jika kamu melakukan transaksi utang


piutang untuk jangka waktu yang ditentukan, tuliskanlah…” (QS. Al-Baqarah/2:
282).11

2. Hadits
Adapun hadits-hadits yang menjadi dasar syariah akuntansi akad murabahah,
yaitu:
a. HR. Ibnu Majah dan Shuhaib
Artinya: “Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga hal yang mengandunng
keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual.” (HR. Ibnu Majah dan Shuhaib).
b. HR. Muslim
Artinya: “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia,
Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
c. HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad
Artinya: “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.” (HR. Abu Dawud,
Ibn Majah dan Ahmad).
3. Kaidah Ushul Al-Fiqh
Akuntansi akad murabahah sejalan dengan kaidah Ushul Fiqh, yaitu “Pada
dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
4. Ijma’
Umat manusia telah berkosensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia
sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki
orang lain. Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkan secara
sah, dengan demikian mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Dari dasar hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa transaksi murabahah itu
dibolehkan dan tidak bertentangan dengan ajaran syariat Islam serta memberikan

11
Sri Nurhayati dan Wasiah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat,
2009, hlm. 164.
8

keringanan kepada pembeli untuk memperoleh barang yang diinginkan walaupun


dengan pembayaran yang tidak tunai.12

D. Perlakuan Akuntansi Akad Murabahah


Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 102, murabahah adalah menjual barang dengan
harga jual sebesar harga perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan harga perolehan barang tersebut kepada pembeli. PSAK No. 102 merupakan
pernyataan akuntansi yang melihat bagaimana proses pencatatan terhadap produk pembiayaan
yang memakai sistem jual beli dari proses transaksi antara pihak-pihak yang terkait menjadi
sistem akuntansi yang dipakai di lembaga perbankan syari’ah. Dalam PSAK No. 102 dijelaskan
bahwa pembiayaan murabahah dapat dilakukan dengan pesanan atau tanpa pesanan, dalam artian
bahwa lembaga keuangan yang menyediakan barang sesuai pesanan pembeli atau melakukan
pembelian barang sekalipun ada pembeli atau tidak, sehingga perlakuan akuntansi terhadap
transaksi pembiayaan murabahah tersebut telah diatur mengenai pengakuan, pengukuran,
penyajian dan pengungkapannya.13
Menurut Ismail, perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah dapat dibedakan menjadi
beberapa perlakuan, yaitu:
1. Akuntansi Untuk Penjual
a. Pada saat perolehan, aset murabahah diakui sebagai persediaan sebesar biaya
perolehan.
Aset Murabahah (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
b. Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan mengikat, akan ditanggung
penjual.
Beban Penurunan Nilai (Debit/Dr) xxx
Aset Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Jika terjadi penurunan nilai untuk murabahah pesanan tidak mengikat
Kerugian (Debit/Dr) xxx
Aset Murabahah (Kredit/Cr) xxx
c. Apabila terdapat diskon pada saat pembelian aset murabahah, maka perlakuannya
sebagai berikut:

12
Yenti Afrida, “Analisis Pembiyaan Murabahah di Perbankan Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2016, hlm. 159.
13
Amrullah, “Analisis Penerapan PSAK No. 102 Tentang Akuntansi Murabahah”, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, Vol. 1, No. 1, 2016, hlm. 342-343.
9

Jika terjadi sebelum akad murabahah, akan menjadi pengurang biaya perolehan
aset murabahah.
Aset Murabahah (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Jika terjadi setelah akad murabahah menjadi kewajiban kepada pembeli, jika
terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli.
Kas (Debit/Dr) xxx
Utang (Kredit/Cr) xxx
Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
penjual, menjadi tambahan keuntungan murabahah.
Kas (Debit/Dr) xxx
Keuntungan Murabahah (Kredit/Cr) xxx

Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka
akan menjadi hak penjual dan diakui pendapatan operasional.
Kas (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional Lain (Kredit/Cr) xxx
d. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan
tereliminasi pada saat: dilakukan pembayaran kepada pembeli.14
Utang (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual:
Utang (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Dana Kebajikan-Kas (Debit/Dr) xxx
Dana Kebajikan-Pot. Pembelian (Debit/Cr) xxx
e. Pada saat akad murabahah, piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah
dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah dinilai sebesar dinilai sebesar nilai bersih yang dapat

14
Shindy Marcela Nasir dan Siswadi Sululing, “Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap
Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk”, Jurnal Akuntansi, Vol. 19,
No. 1, Januari 2015, hlm, 115.
10

direalisasi (sama dengan akuntansi konvensional). Jurnal untuk penyisihan


piutang tak tertagih:
Beban Piutang Tak Tertagih (Debit/Dr) xxx
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Kredit/Cr) xxx
f. Pengakuan keuntungan murabahah: pada saat terjadinya akad murabahah jika
dilakukan secara tunai atau secara tangguh sepanjang masa angsuran murabahah
tidak melebihi satu periode laporan keuangan dapat langsung diakui.
Kas (Debit/Dr) xxx
Piutang Murabahah (Debit/Dr) xxx
Aset Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Keuntungan (Kredit/Cr) xxx
Namun apabila lebih dari satu periode, maka:
1) Keuntungan diakui saat penyerahan aset murabahah dengan syarat apabila
risiko penagihannya kecil, jurnal sama dengan butir a.
2) Diakui secara proporsional dengan besaran kas yang berhasil ditagih dari
piutang murabahah, jurnal:
Pada saat penjualan kredit dilakukan:
Piutang Murabahah (Debit/Dr) xxx
Aset Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Keuntungan Tangguhan (Kredit/Cr) xxx
Pada saat penerimaan angsuran:
Kas (Debit/Dr) xxx
Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Keuntungan Tangguhan (Debit/Dr) xxx
Keuntungan Murabahah (Kredit/Cr) xxx
g. Potongan pelunasan piutang murabahah diberikan pada saat pelunasan, diakui
sebagai pengurang keuntungan murabahah:15
Diberikan pada saat pelunasan, jurnal:
Kas (Debit/Dr) xxx
Keuntungan Ditangguhkan (Debit/Dr) xxx
Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Keuntungan Murabahah (Kredit/Cr) xxx

15
Ibid, hlm. 116.
11

Memberikan setelah pelunasan (penjual menerima pelunasan dan membayarkan


potongan kepada pembeli), jurnalnya:

Pada saat penerimaan piutang dari pembeli:

Kas (Debit/Dr) xxx

Keuntungan Ditangguhkan (Debit/Dr) xxx

Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx

Keuntungan Murabahah (Kredit/Cr) xxx

Pada saat pengembalian kepada pembeli:

Keuntungan Murabahah (Debit/Dr) xxx

Kas (Kredit/Cr) xxx

h. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda
yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Dana Kebajikan-Kas (Debit/Dr) xxx
Dana Kebajikan-Pend. Denda (Kredit/Cr) xxx
i. Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah sebagai berikut, yaitu
uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok). Jika barang batal dibeli oleh
pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Jurnal yang terkait
dengan penerimaan uang muka:16
Penerimaan uang muka dari pembeli:
Kas (Debit/Dr) xxx
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Apabila murabahah jadi dilaksanakan:
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx
16
Ibid, hlm. 117.
12

Untuk jumlah margin keuntungan berdasarkan atas nilai piutang (harga jual-uang
muka). Pesanan dibatalka, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli
lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka
memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon
pembeli.
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional (Kredit/Cr) xxx
Kas/Utang (Kredit/Cr) xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
kecil daripada biaya yang telah dikelurakan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk
membayarkan kekurangannya, jurnal:
Kas/Piutang (Debit/Dr) xxx
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional (Kredit/Cr) xxx
Jika pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangannya atau uang
muka sama dengan beban yang dikeluarkan:
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional (Kredit/Cr) xxx
2. Akuntansi Untuk Pembeli
a. Uang Muka
Pembeli membayarkan uang muka, dengan jurnal:
Uang Muka (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx

Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya:17

Aset (Debit/Dr) xxx

Beban Murabahah Tangguhan (Debit/Dr) xxx

Uang Muka (Kredit/Cr) xxx

Utang Murabahah (Kredit/Cr) xxx

17
Ibid, hlm. 118.
13

Potongan uang muka akibat pembeli batal membeli barang diakui sebagai
kerugian, jurnal:

Kas (Debit/Dr) xxx

Kerugian (Debit/Dr) xxx

Uang Muka (Kredit/Cr) xxx

Potongan uang muka akibat pembeli batal membeli barang dan biaya yang
dikenakan lebih besar dari besaran uang muka.

Kerugian (Debit/Dr) xxx

Uang Muka (Kredit/Cr) xxx

Kas/Utang (Kredit/Cr) xxx

b. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah tunai (apabila tidak ada uang
muka).
Aset (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx

Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai utang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan),
aset dicatat sebesar biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang
disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah
tangguhan, jurnal:

Aset (Debit/Dr) xxx

Beban Murabahah Tangguhan (Debit/Dr) xxx

Utang Murabahah (Kredit/Cr) xxx

c. Diskon pembelian yang diterima setelah akad murabahah, diperlakukan sebagai


pengurang beban murabahah tangguhan. Jika diskon pembelian yang diterima
setelah akad murabahah.
14

Kas (Debit/Dr) xxx


Beban Murabahah Tangguhan (Kredit/Cr) xxx

Jurnal potongan pelunasan dan potongan utang murabahah

Utang Murabahah (Debit/Dr) xxx

Beban (Debit/Dr) xxx

Kas (Kredit/Cr) xxx

Beban Murabahah Tangguhan (Kredit/Cr) xxx

d. Denda yang dikenakan akibat kelalaian dalam melakukan kewajiban sesuai


dengan akad diakui sebagai kerugian.18
Kerugian (Debit/Dr) xxx
Kas/Utang (Kredit/Cr) xxx
3. Akuntansi Penyelesaian Utang Piutang Bermasalah Untuk Kreditur/Penjual
a. Pemberian potongan tagihan murabahah
Potongan ini diakui sebagai pengurang jumlah tercatat marjin/keuntungan
murabahah tangguhan, jurnal:
Keuntungan Murabahah Tangguhan (Debit/Dr) xxx
Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Atau (Jika potongan lebih besar dari marjin)
Keuntungan Murabahah Tangguhan (Debit/Dr) xxx
Kerugian (Debit/Dr) xxx
Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx
b. Penjadwalan kembali tagihan murabahah
1) Tidak menambah jumlah utang yang tersisa.
2) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua belah
pihak.
3) Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah biaya riil yaitu
biaya langsung (direct cost) dari aktivitas kreditor dalam melakukan
penjadwalan kembali.

18
Ibid, hlm. 118.
15

a) Atas pembebanan biaya ini, kreditor mengakuinya sebagai pendapatan,


jurnal:
Kas/Piutang (Debit/Dr) xxx
Pendapatan (Kredit/Cr) xxx
b) Konnversi akad murabahah, dilakukan dengan menghentikann akad
murabahah dan membuat akad baru dengan skema ijarah muntahiyah
bittamlik, mudharabah atau musyarakah.19
Akad murabahah dihentikan dengan menjual objek murabahah oleh
debitur kepada kreditur dengan harga pasar, jurnal:
Aset (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx

Debitur melunasi sisa utangnya kepada kreditor dari hasil penjualan, jika
hasil penjualan lebih besar dari sisa utang, jurnal:

Kas (Debit/Dr) xxx

Keuntungan Murabahah Tangguhan (Debit/Dr) xxx

Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx

Keuntungan Murabahah (Kredit/Cr) xxx

Jika hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap
menjadi utang debitur, jurnal:

Kas (Debit/Dr) xxx

Piutang Lain-lain (Debit/Dr) xxx

Keuntungan Murabahah Tangguhan (Debit/Dr) xxx

Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx

Keuntungan Murabahah (Kredit/Cr) xxx

19
Ibid, hlm. 119.
16

Jika hasil penjualan lebih kecil daripada nilai tercatat utang dan kreditor
membebaskannya maka kurang bayar diakui sebagai kerugian, jurnal:

Kas (Debit/Dr) xxx

Kerugian (Debit/Dr) xxx

Keuntungan Murabahah Tangguhan (Debit/Dr) xxx

Piutang Murabahah (Kredit/Cr)20 xxx

E. Pencatatan Akuntansi Akad Murabahah


Adapun pencatatan akuntansi akad murabahah, yaitu:
1. Tunai
a. Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Mengikat
Transaksi (dalam Penjual Pembeli
ribuan rupiah)
1 Januari 2013
Penjual dan pembeli Aset Murabahah 100.000
melakuka akad Kas/Utang 100.000
murabahah. Penjual
membeli dari pihak lain
barang yang akan
dijual kepada pembeli.
Penjual membeli
persediaan dari pihak
lain dengan harga Rp.
100.000 dan akan
diserahkan pada 1 Juni
2013.
1 Maret 2013
Jika terjadi penurunan Beban Penurunan
nilai sebelum barang Nilai 5.000
pesanan diserahkan Aset Murabahah
kepada pembeli sebesar 5.000
20
Ibid, hlm. 119.
17

Rp. 5.000
1 Juni 2013
Penjual sesuai akad Kas 115.000 Aset 115.000
menyerahkan barang Pendapatan Margin Kas 115.000
kepada pembeli dengan Murabahah 20.000
nilai Rp. 115.000 Aset Murabahah
95.000

b. Transaksi Murabahah Tunai Pesanan Tidak Mengikat21


Transaksi (dalam Penjual Pembeli
ribuan rupiah)
1 Januari 2013
Jika penjual Aset Murabahah 100.000
memperoleh aset Kas/Utang 100.000
murabahah dengan
harga beli Rp. 100.000.
1 Maret 2013
Jika terjadi penurunan Kerugian Penurunan Nilai
nilai sebelum barang 5.000
pesanan diserahkan Aset Murabahah
kepada pembeli sebesar 5.000
Rp. 5.000
1 Maret 2013
Penjual sesuai akad Kas 115.000 Aset 115.000
menyerahkan barang Pendapatan Margin Kas 115.000
kepada pembeli dengan Murabahah 20.000
nilai Rp. 115.000 Aset Murabahah
secara tunai. 95.000
1 April 2013
Apabila diskon
diberikan oleh pihak
ketiga setelah akad
ditandatangani oleh
pembeli dan penjual,

21
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi Empat, Jakarta: Salemba Empat,
2015, hlm. 190-191.
18

sebesar Rp. 5.000 dan


biaya pengembalian
diskon Rp. 1.000.
Pada saat menerima
diskon dari pihak
ketiga. Jika merupakan
hak pembeli:
Saat diskon diterima Kas 4.000
Utang 4.000
Saat diskon dibayarkan Utang 4.000 Kas 4.000
kepada pembeli Kas 4.000 Aset 4.000
Saat diskon tidak dapat Dana Kebajikan-Kas
dibayarkan kepada 4.000
pembeli karena Dana Kebajikan-
pembeli tidak diketahui Denda 4.000
secara pasti
keberadaannya
Jika merupakan hak
penjual Kas 4.000
Saat diskon diterima Penda. Margin
dan diperjanjikan Murabahah 4.000
dalam akad Kas 4.000
Saat tidak dijanjikan Pend. Operasional
dalam akad Lain 4.000

2. Non-Tunai
19

a. Tidak Menggunakan Akun Penjualan dan Harga Pokok Penjualan Ketika Barang
Diserahkan (Biasa Digunakan dalam Lembaga Keuangan22
Transaksi (dalam Rp. Penjual Pembeli
000)
1 Januari 2013
Penjual dan pembeli Aset Murabahah 200.000
melakukan akad Kas/Utang
murabahah pesanan 200.000
mengikat. Penjual
membeli dari pihak
lain barang yang akan
dijual kepada pembeli.
Penjual membeli
persediaan dari pihak
lain dengan harga Rp.
200.000 dan akan
diserahkan pada 1
Juni 2013 akan
dibayarkan dalam dua
kali angsuran.
1 Juni 2013
Penjual sesuai akad Piutang Murabahah Aset 200.000
menyerahkan barang 250.000 Beban Murabahah
kepada pembeli Margin Murabahah Tangguhan 50.000
dengan nilai Rp. Tangguhan Utang 250.000
250.000 secara tidak 50.000
tunai dan akan dibayar Aset Murabahah
selama 2 tahun. Nilai 200.000
tunai dari aset Rp.
200.000 dengan dua
kali angsuran. (Margin murabahah (Beban murabahah
tangguhan akan tangguhan akan
diamortisasi sepanjang diamortisasi sepanjang

22
Ibid, hlm.192.
20

akad) akad)
1 Juni 2014
Pembayaran sebesar Kas 125.000 Utang Murabahah
Rp. 125.000 Margin Murabahah 125.000
Tangguhan 25.000 Beban Murabahah
Piutang Murabahah 25.000
125.000 Beban Murabahah
Pendapatan Margin Tangguhan 25.000
Murabahah 25.000 Kas 125.000

1 Juni 2015 Kas 125.000 Utang Murabahah


Pembayaran sebesar Margin Murabahah 125.000
Rp. 125.000 Tangguhan 25.000 Beban Murabahah
Piutang Murabahah 25.000
125.000 Beban Murabahah
Pendapatan Margin Tangguhan 25.000
Murabahah 25.000 Kas 125.000

b. Transaksi Murabahah Jika Penjual adalah Produsen (Menggunakan Akun HPP)


Walaupun Kasus ini Tidak Diatur dalam PSAK 102, Penulis Menganggap Perlu
Karena Akad Murabahah Seperti ini Mungkin Saja Terjadi23
Transaksi Penjual Pembeli
1 Januari 2013
Penjual menandatangani Aset Murabahah Uang Muka 10.000
akad murabahah. Penjual 190.000 Kas
dilakukan secara kredit Kas/Utang 10.000
Rp. 250.000 dengan harga 190.000
perolehan Rp. 200.000
dan diskon sebelum akad Kas 10.000
Rp. 10.000 serta Utang Lain-lain
menerima uang muka Rp. Murabahah
10.000 dan akan 10.000
diserahkan kepada
pembeli 1 Juni 2013.
23
Ibid, hlm. 193.
21

Pembayaran akan
dilakukan secara angsuran
5 kali setiap 3 bulan.
1 Juni 2013
Untuk mencatat Piutang Murabahah Aset Nonkas 190.000
penyerahan 240.000 Beban Murabahah
Utang Lain-lain Tangguhan 60.000
10.000 Utang
Penjualan Murabahah
250.000
HPP 190.000 240.000
Aset Murabahah Uang Muka
190.000 10.000
Penjualan 250.000
Jurnal pengakuan laba HPP
tangguhan/jurnal penutup 190.000
Margin Murabahah
Tangguhan 60.000
1 September 2013
Pasa saat pelunasan Kas 48.000 Uang Murabahah
(dengan cicilan 5 kali) Piutang Murabahah 48.000
dan dilakukan amortisasi 48.000 Kas
atas keuntungan dan biaya Margin Murabahah 48.000
ditangguhkan24 Tangguhan 12.000 Beban Murabahah
Pendapatan Margin 12.000
Murabahah 12.000 Beban
Murabahah
Tangguhan
12.000
1 Desember 2013
Jika pembeli tidak dapat Dana Kebajikan-Kas Kerugian 1.000
membayar karena 1.000 Kas 1.000
kelalaiannya sehingga Dana Kebajikan-
dikenakan denda rp. 1.000 Denda
24
Ibid, hlm. 193.
22

pada saat pelunasan dan 1.000


dilakukan amortisasi atas Kas 48.000 Utang Murabahah
keuntungan dan biaya Margin Murabahah 48.000
ditangguhkan.25 Tangguhan 12.000 Beban Murabahah
Piutang Murabahah 12.000
48.000 Kas
Pendapatan Margin 48.000
Murabahah 12.000 Beban
Murabahah
Tangguhan
12.000
1 Februari 2013
Jika pembeli dapat Margin Murabahah Utang Murabahah
melunasi lebih cepat dari Tangguhan 36.000 144.000
yang seharusnya, maka Kas 139.000 Beban Murabahah
penjual dapat Piutang Murabahah 31.000
memberikan potongan. 144.000 Beban
Pada saat pembayaran Pendapatan Margin Murabahah
cicilan ke-3, dilunasi Murabahah 31.000 Tangguhan
kemudian dengan 36.000
pemberian potongan Kas
sebesar Rp. 5.000 (31.000 139.000
= 36.000 – 5.000)26

25
Ibid, hlm. 193.
26
Ibid, hlm. 193.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

23
DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku
Dwi Ardha, Novan Bastian. 2013. Analisa Perlakuan Akuntansi Murabahah Pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang. Malang: Universita
Brawijaya.
Hanum, Zulia. 2015. Analisis Penerapan Transaksi Murabahah Pada PT Bank
Pembiayaan Rakyat syariah Gebu Prima Medan. Medan: UMSU.
Nurhayati, Sri dan Wasiah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta:
Salemba Empat.
----------------------------------. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi Empat. Jakarta:
Salemba Empat.
B. Sumber Jurnal
Afrida, Yenti. Juli-Desember 2016. “Analisis Pembiyaan Murabahah di Perbankan
Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol. 1, No. 2.
Amrullah. 2016. “Analisis Penerapan PSAK No. 102 Tentang Akuntansi Murabahah”.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi. Vol. 1, No. 1.
Habibah, Muzayyidatul dan Alfu Nikmah. Juni 2016. “Analisis Penerapan Akuntansi
Syariah Berdasarkan PSAK 102 Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Se-
Kabupaten Pati”. Jurnal Ekonomi Syariah. Vol. 4, No. 1.
Mauludi, Ali. Juni 2014. “Akuntansi Syariah: Pendekatan Normatif, Historis dan
Aplikatif”. Jurnal Iqtishadia. Vol. 1, No. 1.
Miharja, Abdi. 2019. “Akuntansi Transaksi Murabahah”. Jurnal Politeknik Negeri
Samarinda.
Nasir, Shindy Marcela dan Siswandi Sululing. Januari 2015. “Penerapan Akuntansi
Murabahah Terhadap Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Luwuk”. Jurnal Akuntansi. Vol. 19, No. 1.
Wardi, Jeni dan Gusmarila Eka Putri. Maret 2011. “Analisis Perlakuan Akuntansi Syariah
Untuk Pembiayaan Murabahah, Mudharabah Serta Kesesuaiannya dengan
PSAK No. 102 dan 105”. Jurnal Pekbis. Vol. 3, No. 1.

24
25

Yusuf, Muhamad. 2013. “Analisa Penerapan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan


Pesanan Tanpa Pesanan Serta Kesesuaian Dengan PSAK 102”. Jurnal Binus
Busines Review. Vol. 4, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai