MAKALAH
AKUNTANSI AKAD MURABAHAH
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Mata Kuliah: Akuntansi Syariah
Dosen: Iin Muyasarah, M.E
Disusun Oleh:
NIA KARLINA
NIM. 1904120031
SITI MUNAWWARAH
NIM. 1904120061
FAISAL ANSARI
NIM. 1904120103
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan...........................................................................................................2
E. Metode Penulisan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Kesimpulan...................................................................................................................22
B. Saran..............................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ekonomi di Indonesia semakin tumbuh pesat, baik secara lokal
maupun nasional. Saat ini, sudah banyak lembaga keuangan syariah yang berkembang di
hampir setiap daerah dan menawarkan produk yang bermacam-macam pada masyarakat.
Namun, kenyataannya masih banyak masyarakat yang belum mengetahui produk-produk
yang ditawarkan oleh bank yang berbasis syariah.
Akuntansi syariah berlandasakan nilai Al-Qur’an dan Hadits, membantu manusia
untuk menyelenggarakan praktik ekonomi yang berhubungan dengan pengakuan,
pengukuran dan pencatatan transaksi dan pengungkapan hak dan kewajiban secara adil.
Hak dan kewajiban tersebut timbul karena manusia ditugaskan oleh Allah SWT untuk
mengelola bumi. Sehingga akuntansi sesungguhnya merupakan alat pertanggungjawaban
kepada Sang Pencipta dan antar sesama makhluk, yang digunakan manusia untuk
mencapai kodratnya sebagai khalifah.
Salah satu produk lembaga keuangan syariah yang akan dibahas adalah mengenai
murabahah. Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli barang yang
dikembangkan oleh perbankan syariah. Dalam perbankan syariah, murabahah
memberikan dominasi pendapatan bank dari produk-produk yang ada di hampir seluruh
bank syariah. Murabahah juga memberi banyak manfaat kepada bank syariah, salah
satunya adalah adanya keuntunngan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual
dengan harga jual kepada nasabah.
Dalam pembiayaan murabahah diperlukan adanya perlakuan akuntansi, dimana
kegiatan ini akan menunjukkan proses pencatatan produk pembiayaan yang memakai
sistem jual beli dari pihak-pihak yang terkait menjadi sistem akuntansi yang digunakan
lembaga keuangan syariah.1
Dari penjelasan di atas, penulis akan mengembangkan pembahasan mengenai
akuntansi dalam akad murabahah. Yang di dalamnya merujuk pembahasan mengenai arti
akuntansi akad murabahah, jenis, dasar syariah, perlakuan akuntansi dan pencatatan yang
sesuai dengan akuntansi murabahah.
B. Rumusan Masalah
1
Abdi Miharja, “Akuntansi Transaksi Murabahah”, Jurnal Politeknik Negeri Samarinda, 2019, hlm. 1.
2
Ada beberapa rumusan masalah yang akan dijelaskan di bab pembahasan, antara
lain:
1. Pengertian akuntansi akad murabahah?
2. Jenis akuntansi akad murabahah?
3. Dasar syariah akuntansi akad murabahah?
4. Perlakuan akuntansi akad murabahah?
5. Pencatatan akuntansi akad murabahah?
C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan yang akan didapatkan pada pembahasan ini, antara lain:
1. Untuk mengetahui pengertian akuntansi akad murabahah
2. Untuk mengetahui jenis akuntansi akad murabahah
3. Untuk mengetahui dasar syariah akuntansi akad murabahah
4. Untuk mengetahui perlakuan akuntansi akad murabahah
5. Untuk mengetahui pencatatan akuntansi akad murabahah
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan di pembahasan ini, terutama yang berkaitan tentang akuntansi akad
murabahah. Selain itu, manfaat penulisan dalam makalah ini untuk memberikan
pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca dalam ruang lingkup akademisi.
E. Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang digunakan dalam makalah ini yaitu dengan mencari
referensi keperpustakaan (Library Research) dan telusur internet (Web Research) sebagai
referensi yang ada kaitannya atau hubungannya dengan pembuatan makalah ini dan
disimpulkan dalam makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
3. Munculnya harga barang (tsaman) yang disebutkan secara jelas jumlah dan satuan
mata uangnya.
4. Terjadinya kontrak (ijab qabul) antara penjual dan pembeli.
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan ataupun tanpa pesanan. Di dalam
murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan pembelian barang setelah ada
pemesanan dari nasabah. Harga yang di sepakati dalam murabahah adalah harga jual
sedangkan harga beli harus diberitahukan.5
Pengakuan dan pengukuran transaksi murabahah untuk penjual persediaan yang
dimiliki oleh penjual dinilai sebesar biaya atau harga perolehannya. Harga perolehan
adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan untuk memperoleh aset, hingga aset
tersebut siap untuk dijual atau digunakan. PSAK 102 secara jelas menyebutkan bahwa
penjual harus memiliki akun persediaan dalam mencatat perolehan aset murabahah.
Setelah persediaan tersebut berada di tangan penjual, penjual harus mengukur nilai
persediaan berdasarkan jenis transaksi murabahah. Pengukuran persediaan murabahah
pesanan mengikat berdasarkan dari besaran nilai biaya perolehan dan apabila terjadi
penurunan nilai aset karena usang, rusak, atau kondisi lainnya, penurunan nilai tersebut
dicatat sebagai beban dan mengurangi nilai aset.6
PSAK No.102 tentang Akuntansi Murabahah, murabahah adalah akad jual beli
barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati
dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli.
Murabahah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga
pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan
mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad
murabahah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan
harga jual. Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin
keuntungan.
Menurut Karim, murabahah adalah suatu penjelasan barang seharga barang tersebut
ditambah keuntungan yang disepakati, yang merupakan salah satu bentuk natural
certainty contracts sebab dalam murabahah ditentukan jumlah keuntungan yang ingin
diperoleh. Sedangkan menurut Sri Nurhayati, murabahah adalah transaksi penjualan
barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual
5
Zulia Hanum, Analisis Penerapan Transaksi Murabahah Pada PT Bank Pembiayaan Rakyat syariah
Gebu Prima Medan, Medan: UMSU, 2015, hlm. 7.
6
Ibid, hlm. 8.
5
dan pembeli. Pembayaran atas akad dapat dilakukan secara tunai atau tangguh. Dapat
disimpulkan bahwa murabahah merupakan transaksi antara penjual dan pembeli yang
biaya perolehan dan keuntungannya dinyatakan dalam transaksi tersebut. Sedangkan
syarat murabahah menurut Antonio, yaitu: 7
a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual Harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah
pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya
pembelian. Pembelian dilakukan secara hutang.
Menurut Muhammad sejumlah alasan yang digunakan untuk menjelaskan
popularitas murabahah dalam operasi investasi perbankan Islam, yaitu:
1) Murabahah adalah suatu mekanisme jangka pendek dan dibandingkan dengan sistem
Profit and Loss Sharing cukup memudahkan.
2) Mark up dalam murabahah dapat ditetapkan sedemikian rupa sehingga dapat
dipastikan bahwa bank dapat memperoleh keuntungan, bank-bank berbasis bunga
yang menjadi saingan bank-bank Islam.
3) Murabahah menjauhkan ketidakpastian yang ada pada pendapatan dari bisnis-bisnis
Profit and Loss Sharing.8
B. Jenis Akuntansi Akad Murabahah
Murabahah sesuai jenisnya dapat dikategorikan menjadi 2, yaitu:
1. Murabahah tanpa pesanan, artinya ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan
barang. Murabahah tanpa pesanan juga dapat dikatakan bahwa pengadaan barang
tanpa adanya pemesanan atau pembelian dari pelanggan dan perhatian utama dari
pengadaan persediaan ini adalah pemenuhan nilai persediaan minimum sesuai
kebijakan perusahaan, dengan memperhatikan biaya pengiriman dan termasuk
kelangkaan barang.9
7
Shindy Marcela Nasir dan Siswandi Sululing, “Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap
Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk”, Jurnal Akuntansi, Vol. 19,
No. 1, Januari 2015, hlm. 113.
8
Ibid, hlm. 114.
9
Muzayyidatul Habibah dan Alfu Nikmah, “Analisis Penerapan Akuntansi Syariah Berdasarkan PSAK
102 Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Se-Kabupaten Pati”, Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 4, No. 1, Juni
2016, hlm. 117.
6
2. Murabahah berdasarkan pesanan, artinya bank syariah baru akan melakukan transaksi
jual beli apabila ada pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan dapat dikategorikan
dalam sifat yang mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat
untuk dibeli oleh nasabah sebagai pemesan. Dan sifat yang tidak mengikat, artinya
walaupun nasabah telah melakukan pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat
untuk membeli barang tersebut. Dari cara pembayaran murabahah dapat dikategorikan
menjadi pembayaran tunai dan Pembayaran tangguh. Dalam praktik yang dilakukan
oleh bank syariat saat ini adalah Murabahah Berdasarkan pesanan, sifatnya mengikat
dengan cara pembayaran tangguh.10
C. Dasar Syariah Akuntansi Akad Murabahah
Dalam kegiatan akuntansi murabahah, terdapat dasar syariah yang ada dalam Al-
Qur’an, Hadits, kaidah Ushul al-Fiqh dan Ijma’yaitu:
1. Al-Qur’an
Adapun ayat-ayat Al-Qur’an yang menjadi dasar syariah akuntansi akad
murabahah, yaitu:
a. Surah An-Nisa ayat 29
ِ ين ءَ َامنُ واْ اَل تَ ۡأ ُكلُ ٓاوْ أَ مۡ َٰولَ ُكم بَ ۡينَ ُكم بِٱ ۡلبَٰط
ِۡل إِٓاَّل أَن تَ ُك و َن جِت َٰ َر ًة َعن َت َراضٖ ِّمن ُك مۡۚ َواَل تَ ۡقُتلُ ٓواْ أَن ُف َس ُك مۡۚ إِ َّن ٱللَّهَ َك ا َن بِ ُك م ِ َّ ٰٓ
َ يَأَيُّ َه ا ٱلذ
َر ِحيمٗا
10
Muhamad Yusuf, “Analisa Penerapan Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Pesanan Tanpa Pesanan
Serta Kesesuaian Dengan PSAK 102”, Jurnal Binus Busines Review, Vol. 4, No. 1, 2013, hlm. 19.
7
2. Hadits
Adapun hadits-hadits yang menjadi dasar syariah akuntansi akad murabahah,
yaitu:
a. HR. Ibnu Majah dan Shuhaib
Artinya: “Rasulullah saw bersabda, “Ada tiga hal yang mengandunng
keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah) dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga bukan untuk
dijual.” (HR. Ibnu Majah dan Shuhaib).
b. HR. Muslim
Artinya: “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitannya di dunia,
Allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat; dan Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.” (HR. Muslim).
c. HR. Abu Dawud, Ibn Majah dan Ahmad
Artinya: “Menunda-nunda (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu
menghalalkan harga diri dan pemberian sangsi kepadanya.” (HR. Abu Dawud,
Ibn Majah dan Ahmad).
3. Kaidah Ushul Al-Fiqh
Akuntansi akad murabahah sejalan dengan kaidah Ushul Fiqh, yaitu “Pada
dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.”
4. Ijma’
Umat manusia telah berkosensus tentang keabsahan jual beli, karena manusia
sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki
orang lain. Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkan secara
sah, dengan demikian mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Dari dasar hukum di atas, dapat disimpulkan bahwa transaksi murabahah itu
dibolehkan dan tidak bertentangan dengan ajaran syariat Islam serta memberikan
11
Sri Nurhayati dan Wasiah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta: Salemba Empat,
2009, hlm. 164.
8
12
Yenti Afrida, “Analisis Pembiyaan Murabahah di Perbankan Syariah”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2016, hlm. 159.
13
Amrullah, “Analisis Penerapan PSAK No. 102 Tentang Akuntansi Murabahah”, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Ekonomi Akuntansi, Vol. 1, No. 1, 2016, hlm. 342-343.
9
Jika terjadi sebelum akad murabahah, akan menjadi pengurang biaya perolehan
aset murabahah.
Aset Murabahah (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Jika terjadi setelah akad murabahah menjadi kewajiban kepada pembeli, jika
terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
pembeli, menjadi kewajiban kepada pembeli.
Kas (Debit/Dr) xxx
Utang (Kredit/Cr) xxx
Jika terjadi setelah akad murabahah dan sesuai akad yang disepakati menjadi hak
penjual, menjadi tambahan keuntungan murabahah.
Kas (Debit/Dr) xxx
Keuntungan Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Jika terjadi setelah akad murabahah dan tidak diperjanjikan dalam akad, maka
akan menjadi hak penjual dan diakui pendapatan operasional.
Kas (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional Lain (Kredit/Cr) xxx
d. Kewajiban penjual kepada pembeli atas pengembalian potongan tersebut akan
tereliminasi pada saat: dilakukan pembayaran kepada pembeli.14
Utang (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Akan dipindahkan sebagai dana kebajikan jika pembeli sudah tidak dapat
dijangkau oleh penjual:
Utang (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Dana Kebajikan-Kas (Debit/Dr) xxx
Dana Kebajikan-Pot. Pembelian (Debit/Cr) xxx
e. Pada saat akad murabahah, piutang diakui sebesar biaya perolehan ditambah
dengan keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan keuangan,
piutang murabahah dinilai sebesar dinilai sebesar nilai bersih yang dapat
14
Shindy Marcela Nasir dan Siswadi Sululing, “Penerapan Akuntansi Murabahah Terhadap
Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank Syariah Mandiri Cabang Luwuk”, Jurnal Akuntansi, Vol. 19,
No. 1, Januari 2015, hlm, 115.
10
15
Ibid, hlm. 116.
11
h. Denda dikenakan jika pembeli lalai dalam melakukan kewajibannya, dan denda
yang diterima diakui sebagai bagian dana kebajikan.
Dana Kebajikan-Kas (Debit/Dr) xxx
Dana Kebajikan-Pend. Denda (Kredit/Cr) xxx
i. Pengakuan dan pengukuran penerimaan uang muka adalah sebagai berikut, yaitu
uang muka diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima.
Pada saat barang jadi dibeli oleh pembeli maka uang muka diakui sebagai
pembayaran piutang (merupakan bagian pokok). Jika barang batal dibeli oleh
pembeli maka uang muka dikembalikan kepada pembeli setelah diperhitungkan
dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual. Jurnal yang terkait
dengan penerimaan uang muka:16
Penerimaan uang muka dari pembeli:
Kas (Debit/Dr) xxx
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Kredit/Cr) xxx
Apabila murabahah jadi dilaksanakan:
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Piutang Murabahah (Kredit/Cr) xxx
16
Ibid, hlm. 117.
12
Untuk jumlah margin keuntungan berdasarkan atas nilai piutang (harga jual-uang
muka). Pesanan dibatalka, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli
lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan oleh penjual dalam rangka
memenuhi permintaan calon pembeli maka selisihnya dikembalikan pada calon
pembeli.
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional (Kredit/Cr) xxx
Kas/Utang (Kredit/Cr) xxx
Pesanan dibatalkan, jika uang muka yang dibayarkan oleh calon pembeli lebih
kecil daripada biaya yang telah dikelurakan oleh penjual dalam rangka memenuhi
permintaan calon pembeli, maka penjual dapat meminta pembeli untuk
membayarkan kekurangannya, jurnal:
Kas/Piutang (Debit/Dr) xxx
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional (Kredit/Cr) xxx
Jika pesanan dibatalkan, dan perusahaan menanggung kekurangannya atau uang
muka sama dengan beban yang dikeluarkan:
Utang Lain-Uang Muka Murabahah (Debit/Dr) xxx
Pendapatan Operasional (Kredit/Cr) xxx
2. Akuntansi Untuk Pembeli
a. Uang Muka
Pembeli membayarkan uang muka, dengan jurnal:
Uang Muka (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Jika sudah memberikan uang muka, maka ketika penyerahan barang jurnalnya:17
17
Ibid, hlm. 118.
13
Potongan uang muka akibat pembeli batal membeli barang diakui sebagai
kerugian, jurnal:
Potongan uang muka akibat pembeli batal membeli barang dan biaya yang
dikenakan lebih besar dari besaran uang muka.
b. Aset yang diperoleh melalui transaksi murabahah tunai (apabila tidak ada uang
muka).
Aset (Debit/Dr) xxx
Kas (Kredit/Cr) xxx
Utang yang timbul dari transaksi murabahah tangguh diakui sebagai utang
murabahah sebesar harga beli yang disepakati (jumlah yang wajib dibayarkan),
aset dicatat sebesar biaya perolehan tunai dan selisih antara harga beli yang
disepakati dengan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban murabahah
tangguhan, jurnal:
18
Ibid, hlm. 118.
15
Debitur melunasi sisa utangnya kepada kreditor dari hasil penjualan, jika
hasil penjualan lebih besar dari sisa utang, jurnal:
Jika hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa utang tetap
menjadi utang debitur, jurnal:
19
Ibid, hlm. 119.
16
Jika hasil penjualan lebih kecil daripada nilai tercatat utang dan kreditor
membebaskannya maka kurang bayar diakui sebagai kerugian, jurnal:
Rp. 5.000
1 Juni 2013
Penjual sesuai akad Kas 115.000 Aset 115.000
menyerahkan barang Pendapatan Margin Kas 115.000
kepada pembeli dengan Murabahah 20.000
nilai Rp. 115.000 Aset Murabahah
95.000
21
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi Empat, Jakarta: Salemba Empat,
2015, hlm. 190-191.
18
2. Non-Tunai
19
a. Tidak Menggunakan Akun Penjualan dan Harga Pokok Penjualan Ketika Barang
Diserahkan (Biasa Digunakan dalam Lembaga Keuangan22
Transaksi (dalam Rp. Penjual Pembeli
000)
1 Januari 2013
Penjual dan pembeli Aset Murabahah 200.000
melakukan akad Kas/Utang
murabahah pesanan 200.000
mengikat. Penjual
membeli dari pihak
lain barang yang akan
dijual kepada pembeli.
Penjual membeli
persediaan dari pihak
lain dengan harga Rp.
200.000 dan akan
diserahkan pada 1
Juni 2013 akan
dibayarkan dalam dua
kali angsuran.
1 Juni 2013
Penjual sesuai akad Piutang Murabahah Aset 200.000
menyerahkan barang 250.000 Beban Murabahah
kepada pembeli Margin Murabahah Tangguhan 50.000
dengan nilai Rp. Tangguhan Utang 250.000
250.000 secara tidak 50.000
tunai dan akan dibayar Aset Murabahah
selama 2 tahun. Nilai 200.000
tunai dari aset Rp.
200.000 dengan dua
kali angsuran. (Margin murabahah (Beban murabahah
tangguhan akan tangguhan akan
diamortisasi sepanjang diamortisasi sepanjang
22
Ibid, hlm.192.
20
akad) akad)
1 Juni 2014
Pembayaran sebesar Kas 125.000 Utang Murabahah
Rp. 125.000 Margin Murabahah 125.000
Tangguhan 25.000 Beban Murabahah
Piutang Murabahah 25.000
125.000 Beban Murabahah
Pendapatan Margin Tangguhan 25.000
Murabahah 25.000 Kas 125.000
Pembayaran akan
dilakukan secara angsuran
5 kali setiap 3 bulan.
1 Juni 2013
Untuk mencatat Piutang Murabahah Aset Nonkas 190.000
penyerahan 240.000 Beban Murabahah
Utang Lain-lain Tangguhan 60.000
10.000 Utang
Penjualan Murabahah
250.000
HPP 190.000 240.000
Aset Murabahah Uang Muka
190.000 10.000
Penjualan 250.000
Jurnal pengakuan laba HPP
tangguhan/jurnal penutup 190.000
Margin Murabahah
Tangguhan 60.000
1 September 2013
Pasa saat pelunasan Kas 48.000 Uang Murabahah
(dengan cicilan 5 kali) Piutang Murabahah 48.000
dan dilakukan amortisasi 48.000 Kas
atas keuntungan dan biaya Margin Murabahah 48.000
ditangguhkan24 Tangguhan 12.000 Beban Murabahah
Pendapatan Margin 12.000
Murabahah 12.000 Beban
Murabahah
Tangguhan
12.000
1 Desember 2013
Jika pembeli tidak dapat Dana Kebajikan-Kas Kerugian 1.000
membayar karena 1.000 Kas 1.000
kelalaiannya sehingga Dana Kebajikan-
dikenakan denda rp. 1.000 Denda
24
Ibid, hlm. 193.
22
25
Ibid, hlm. 193.
26
Ibid, hlm. 193.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
23
DAFTAR PUSTAKA
A. Sumber Buku
Dwi Ardha, Novan Bastian. 2013. Analisa Perlakuan Akuntansi Murabahah Pada PT.
Bank Rakyat Indonesia Syariah Cabang Kota Malang. Malang: Universita
Brawijaya.
Hanum, Zulia. 2015. Analisis Penerapan Transaksi Murabahah Pada PT Bank
Pembiayaan Rakyat syariah Gebu Prima Medan. Medan: UMSU.
Nurhayati, Sri dan Wasiah. 2009. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta:
Salemba Empat.
----------------------------------. 2015. Akuntansi Syariah di Indonesia. Edisi Empat. Jakarta:
Salemba Empat.
B. Sumber Jurnal
Afrida, Yenti. Juli-Desember 2016. “Analisis Pembiyaan Murabahah di Perbankan
Syariah”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol. 1, No. 2.
Amrullah. 2016. “Analisis Penerapan PSAK No. 102 Tentang Akuntansi Murabahah”.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi. Vol. 1, No. 1.
Habibah, Muzayyidatul dan Alfu Nikmah. Juni 2016. “Analisis Penerapan Akuntansi
Syariah Berdasarkan PSAK 102 Pada Pembiayaan Murabahah di BMT Se-
Kabupaten Pati”. Jurnal Ekonomi Syariah. Vol. 4, No. 1.
Mauludi, Ali. Juni 2014. “Akuntansi Syariah: Pendekatan Normatif, Historis dan
Aplikatif”. Jurnal Iqtishadia. Vol. 1, No. 1.
Miharja, Abdi. 2019. “Akuntansi Transaksi Murabahah”. Jurnal Politeknik Negeri
Samarinda.
Nasir, Shindy Marcela dan Siswandi Sululing. Januari 2015. “Penerapan Akuntansi
Murabahah Terhadap Pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah Pada Bank
Syariah Mandiri Cabang Luwuk”. Jurnal Akuntansi. Vol. 19, No. 1.
Wardi, Jeni dan Gusmarila Eka Putri. Maret 2011. “Analisis Perlakuan Akuntansi Syariah
Untuk Pembiayaan Murabahah, Mudharabah Serta Kesesuaiannya dengan
PSAK No. 102 dan 105”. Jurnal Pekbis. Vol. 3, No. 1.
24
25