Anda di halaman 1dari 2

Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah salah satu metode yang digunakan untuk mencari

data-data otentik yang bersifat dokumentasi, baik data itu berupa catatan harian, memori atau catatan
penting lainnya. Adapun yang dimaksud dengan dokumen di sini adalah data/dokumen yang tertulis.27
Penulis menggunakan metode ini dengan cara menyelidiki dokumen/buku, dokumen di buletin/majalah,
catatan harian. Yang dapat memberikan keterangan penelitian tersebut. Metode ini digunakan untuk
memperoleh catatan atau arsip yang berkaitan dengan kajian yang berasal dari dokumen-dokumen di
SMP Nasima Semarang

Pengelolaan sarana dan prasarana di lembaga pendidikan sangat penting karena dengan adanya
pengelolaan sarana dan prasarana lembaga pendidikan akan terpelihara dan jelas kegunaanya. Dalam
pengelolaan pihak sekolah harus dapat bertanggung jawab terhadap sarana dan prasarana terutama
kepala sekolah yang langsung menangani sarana dan prasarana tersebut. Dan pihak sekolahpun harus
dapat memelihara dan memperhatikan sarana dan prasarana sekolah yang sudah ada. Maka dengan
adanya sarana dan prasarana di sekolah siswa dapat belajar dengan maksimal dan seefesien mungkin.
Jadi pengelolaan terhadap sarana dan prasarana harus lebih ditekankan lagi dalam lembaga pendidikan
seperti sekolah. Dan harus ada yang bertanggung jawab atas pengelolaan sarana dan prasarana
tersebut. Dengan pengelolaan sarana dan prasarana yang ada di sekolah kepala sekolah dapat
merencanakan dan mendata apa saja sarana dan prasarana yang harus digunakan di sekolah tersebut.
Jika semua langkah-langkah pengelolaan telah berjalan dengan baik seperti yang diharapkan maka akan
berdampak positif terhadap siswa-siswa dalam proses belajar mengajar dan tercapainya tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Maka penyelenggara pendidikan baik itu pemerintah, kepala
sekolah, guru, personil sekolah yang lainnya maupun masyarakat perlu terus berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman.
Untuk menunjang pelaksanaan pendidikan dasar, pemerintah melaksanakan program Dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Dana BOS diperuntukkan untuk pendanaan biaya operasi nonpersonalia
pada satuan pendidikan dasar. Sasaran program BOS adalah semua sekolah SD/SDLB, SMP/SMPLB/SMPT
termasuk SD-SMP Satu Atap (SATAP), Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKB Mandiri) dan SMA/SMK di
seluruh provinsi di Indonesia. Pengalokasian, komponen pengunaan, dan hal teknis lainnya terkait Dana
BOS telah diatur pada Permendikbud Nomor 1 Tahun 2018. Dalam perkembangannya, Dana BOS
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, besaran anggaran Dana BOS yang telah
disalurkan oleh Pemerintah Pusat adalah sebesar Rp30,9 triliun, tahun 2016 sebesar Rp43,1 triliun,
tahun 2017 sebesar Rp43,5 triliun dan pada tahun 2018 meningkat menjadi sebesar Rp44,1 triliun.
Peningkatan anggaran Dana BOS hendaknya diikuti dengan pengelolaan Dana BOS yang akuntabel dan
transparan. Namun, berdasarkan Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2018 atas Laporan
Keuangan ii | Pusat Kajian AKN Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi dan Kabupaten/Kota Tahun
Anggaran 2017, BPK RI mengungkap masih banyaknya permasalahan dalam pengelolaan Dana BOS,
seperti: penggunaan Dana BOS yang tidak diverifikasi dan dicatat secara valid dan akurat; pencatatan
Dana BOS tidak didukung dengan dokumen pengesahan; realisasi penggunaan Dana BOS tidak sesuai
dengan rencana penganggaran Dana BOS; Bendahara Dana BOS dan rekening Dana BOS belum
ditetapkan; pendapatan jasa giro Dana BOS belum disetor ke kas daerah, dan lain sebagainya. Untuk
memperkuat pengawasan DPR RI atas penggunaan keuangan negara, khususnya Dana BOS, dengan
berbasis pada IHPS I Tahun 2018 atas LKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota TA. 2017, Pusat Kajian
Akuntabilitas Keuangan Negara dalam memberikan dukungan pelaksanaan fungsi pengawasan DPR RI,
telah melakukan penelaahan terhadap temuan dan permasalahan pengelolaan Dana BOS berdasarkan
hasil pemeriksaan BPK RI atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi dan
Kabupaten/Kota TA. 2017. Adapun permasalahan pengelolaan Dana BOS yang paling sering terjadi di
provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia berdasarkan hasil penelaahan Pusat Kajian Akuntabilitas
Keuangan Negara adalah belum ditetapkannya Bendahara Dana BOS dan rekening Dana BOS oleh Kepala
Daerah; Dana BOS belum dianggarkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ; dan
APBD terkait Dana BOS belum melalui mekanisme pengesahaan pendapatan dan belanja (SP3B dan
SP2B). Demikianlah hal-hal yang dapat kami sajikan. Kami berharap hasil telaahan atas akuntabilitas
pengelolaan Dana BOS ini dapat memberikan informasi bermanfaat kepada seluruh Alat Kelengkapan
Dewan DPR RI, terutama komisikomisi terkait dan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI,
sehingga dapat dijadikan acuan dasar dalam melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan
Dana BOS.

Anda mungkin juga menyukai