Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

influenza merupakan penyakit yang dapat menjalar dengan cepat di


lingkungan masyarakat. Walaupun ringan penyakit ini tetap berbahaya untuk mereka
yang berusia sangat muda dan orang dewasa dengan fungsi kardiopulmoner yang
terbatas. Juga pasien yang berusia lanjut dengan penyakit ginjal kronik atau
ganggugan metabolik endokrin dapat meninggal akibat penyakit yang dikenal tidak
berbahaya ini. Serangan penyakit ini tercatat paling tinggi pada musim dingin di
negara beriklim dingin dan pada waktu musim hujan di negara tropik. Pada saat ini
sudah diketahui bahwa pada umumnya dunia dilanda pandemi oleh influenza 2-3
tahun sekali. Jumlah kematian pada pandemi ini dapat mencapai puluhan ribu orang
dan jauh lebih tinggi dari pada angka-angka pada keadaan non-epidemik.
Risiko komplikasi, kesakitan, dan kematian influenza lebih tinggi pada individu di
atas 65 tahun, anak-anak usia muda, dan individu dengan penyakit-penyakit tertentu.
Pada anak-anak usia 0-4 tahun, yang berisiko tinggi komplikasi angka morbiditasnya
adalah 500/100.000 dan yang tidak berisiko tinggi adalah 100/100.000 populasi.
Virus influenza mempunyai sifat dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari
pada suhu 220C dan lebih dari 30 hari pada suhu 00C. Mati pada pemanasan 600C
selama 30 menit atau 560C selama 3 jam dan pemanasan 80 0C selama 1 jam. Virus
akan mati dengan deterjen, disinfektan misalnya formalin, cairan yang mengandung
iodin dan alkohol 70%.
Struktur antigenik virus influenza meliputi antara lain 3 bagian utama berupa:
antigen S (atau soluble antigen), hemaglutinin dan neuramidase. Antigen S
merupakan suatu inti partikel virus yang terdiri atas ribonukleoprotein. Antigen ini
spesifik untuk masing-masing tipe. Hemaglutinin menonjol keluar dari selubung
virus dan memegang peran pada imunitas terhadap virus. Neuramidase juga menonjol
keluar dari selubung virus dan hanya memegang peran yang minim 8 pada
imunitas.Virus influenza A dibedakan menjadi banyak subtipe berdasarkan tanda
berupa tonjolan protein pada permukaan sel virus. Ada 2 protein petanda virus
influenza A yaitu protein hemaglutinin dilambangkan dengan H dan protein
neuraminidase dilambangkan dengan N. Ada 15 macam protein H, H1 hingga H15,
sedangkan N terdiri dari sembilan macam, N1 hingga N9. Kombinasi dari kedua
protein ini bisa menghasilkan banyak sekali varian subtipe dari virus influenza tipe
A.
Semua subtipe dari virus influenza A ini dapat menginfeksi unggas yang
merupakan pejamu alaminya, sehingga virus influenza tipe A disebut juga sebagai
avian influenza
atau flu burung. Sebagian virus influenza A juga menyerang manusia, anjing, kuda
dan babi. Variasi virus ini sering dinamai dengan hewan yang terserang, seperti flu
burung, flu manusia, flu babi, flu kuda dan flu anjing. Subtipe yang lazim dijumpai
pada manusia adalah dari kelompok H1, H2, H3 serta N1, N2 dan disebut human
influenza.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mampu melakukan skrining resep yang meliputi skrining administratif,


farmasetis, dan klinis.
2. Mahasiswa mampu melaksanakan pelayanan resep dengan memnuhi kaidah good
dispensing practice.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Amoksisilin adalah salah satu obat antibiotika yang banyak diresepkan di Indonesia.
Bahkan orang awam sering kali ditemukan membeli obat ini secara bebas tanpa resep
dokter. Perlu menjadi perhatian bahwa hal tersebut tidak tepat karena penggunaan
antibiotik yang tidak pada tempatnya malah menyebabkan seseorang kebal (resisten)
terhadap antibiotik tersebut.

Amoksisilin dapat dibilang merupakan antibiotik dasar untuk penyakit, biasanya


diberikan untuk pasien anak-anak. Dewasa ini telah banyak diketahui bahwa
beberapa jenis kuman telah kebal terhadap amoksisilin.

Amoksisilin termasuk dalam golongan antibiotik beta laktamase, yakni antibiotik


yang bekerja dengan cara merusak dinding sel bakteri sehingga bakteri pecah dan
mati. Amoksisilin diindikasikan untuk bakteri gram positif, yaitu bakteri-bakteri yang
banyak ditemukan di kulit, saluran napas, dan saluran kemih.

Struktur kimia
Parasetamol di kenal dengan nama lain asetaminofen merupakan turunan  para
aminofenol yang memiliki efek analgesik serupa dengan salisilat yaitu
menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol
menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat. Parasetamol merupakan penghambat biosintesis
prostaglandin yang lemah. Penggunaan parasetamol mempunyai beberapa
keuntungan dibandingkan dengan derivat asam salisilat yaitu tidak ada efek iritasi
lambung, gangguan pernafasan, gangguan keseimbangan asam basa. Di Indonesia
penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik,Demam (antipiretik).
Parasetamol digunakan untuk menurunkan panas demam yang dapat digunakan pada
semua golongan umur pasien. World Health Organization (WHO)
merekomendasikan penggunaan parasetamol pada anak dengan suhu badan lebih dari
38,5 derajat celcius. Parasetamol meiliki aktivitas antipriretik yang lebih rendah dari
ibuprofen. Kendati demikian parasetamol telah memberikan peran yang telah terbukti
pada penanganan analgesik dan antipiretik pada pediatrik (pasien anak-anak).
Nyeri parasetamol digunakan secara luas terhadap manifestasi nyeri ringan
hingga sedang pada berbagai bagian tubuh. Parasetamol memiliki sifat analgesik
yang sebanding dengan aspirin, namun sifat antiinflamsinya lebih rendah.
Parasetamol dapat ditoleransi lebih baik daripada aspirin pada pasien dengan
produksi asam lambung yang tinggi dan atau dengan pendarahan saluran cerna.
Parasetamol dapat menghilangkan nyeri artritis ringan, namun tidak berefek pada
penyebab nyeri tersebut yaitu peradangan yang mendasarinya, kemerahan dan
pembengkakan sendi. Efektivitas parasetamol yang digunakan dalam kombinasi
dengan opioid lemah seperti kodein masih diragukan. Sedangkan kombinasinya
dengan opioid kuat seperti morfin telah terbukti dapat mengurangi dosis opioid.

Struktur kimia :

Tablet CTM digunakan sebagai antihistaminikum. Antihistaminikumadalah obat


yang menentang kerja histamin pada H- 1 reseptor histamin sehinggaberguna dalam
menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnyasimptom karenahistamin
(Ansel,1989). Antihistamin bekerja dengan menempati tempat pada sel yang
biasanya ditempati oleh histamin,dengan demikian akan menghilangkankemampuan
histamin untuk menimbulkan reaksi alergi (Harkness, 1989). Untuk interaksi
obatnya antihistamin akan menekan sistem syaraf pusat. Obat ini menekan atau
mengurangi sejumlah fungsi tubuh seperti koordinasi dan kewaspadaan, depresi
berlebihan dan hilangnya fungsi tubuh dapat terjadi jika antihistamin di gunakan
bersama dengan sistem syaraf pusat lainnya (Harkness,1989).Pembuatan tablet CTM
yang paling menguntungkan adalah dengan metode kempa langsung. Metode ini
dinilai sangat memuaskan karena hemat waktu, peralatan, energi yang digunakan dan
sangat sesuai untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan kelembaban tinggi sehingga
dapat menghindari kemungkinan terjadi perubahan zat aktif akibat pengkristalan
kembali yang tidak terkendali selama proses pengeringan pada metode granulasi
basah. kadar yang kecil di dalam suatu tablet CTM ( kurang lebih 4 mg pertablet).
Sehingga lama pencampuran yang berbeda dari magnesium stearat dimungkinkan
akan mempengaruhi sifat fisik tablet seperti keseragaman bobottablet, kekerasan
tablet, kerapuhan tablet dan waktu hancur. Ctm mempunyai efek samping yang
sering terjadi seperti efek sedatif, gangguan saluran cerna dan mulut kering
(Gunawan, 2007). Pemberian secara per oral ctm dapat mengalami first pass
metabolismsehingga bioavabilitasnya rendah mencapai 25-50 %.

Struktur kimia :
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN

ALAT

- Lumpang
- Alu
- Perkamen
- Plastik klip
- Sudip
- lap kain

BAHAN

Tablet Paracetamol 500 mg


Amoxicilin dry syrup 60 ml
Chlorpheniramine maleas 4 mg

B. PROSEDUR KERJA

Pengenceran

1. Ambil 5 tablet paracetamol @500mg pisahkan 1 tablet buat pengenceran


2. Jumlah pct unruk pengenceran 0,02 x 100mg = 10 mg
3. Timbang 1 tablet pct dengan lactosa add 1000mg gerus homogen
4. Ambil 20 mg untuk pct lalu bungkus masukan kedalam perkamen dan beri etiket
``` dan tulis pengenceran pct.
5. Ctm tablet @4 mg ambil sebanyak 4 tab lalu gerus

Cara kerja

Resep 1

1. Ambil alat dan siapkan bahan


2. Ambil amoxicilin dry syrup, lalu tambahkan air matang sebanyak 50 ml dan kocok
ad homogen
3. Beri etiket warna putih dan serahkan tandai dihabiskan selama 7 hari
Resep 2

1. Siapkan alat dan bahan


2. Ctm dimasukan kedalam lumpang lalu gerus homogen keluarkan (massa 1)
3. Paracetamol dimasukan kedalam lumpang gerus homogen
4. Lalu tambahkan massa 1 gerus homogen
5. Bagi dua bagian sama banyak masing-masing 7 bagian, lalu bungkus.
6. Masukan kedalam wadah lalu beri etiket putih dan copy resep

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum farmasi klinis dan komunitas kita dapat melakukan skrining
resep, baik itu skrining administratif dan skrining farmaseetis klinis. Dengan telah
dilakukan praktikum ini mendapatkan hasil dan SOAP sebagai berikut
A. assesmen
Problem medik Subjektif & terapi analisis DRP
objektif
Influenza S : pilek,batuk 1. amoxisilin Dosis amoksisilin Dosis
berdahak terlalu rendah amoksisilin
dengan secret dan bentuk terlalu rendah
berwarna sediaan kurang dan bentuk
hijau, demam sesuai, dapat sediaan
menimbulkan kurang sesuai
kurang akurat
dalam pemberian
dosis obat pada
saat digunakan.
O : temperatur 2. parasetamol Dosis Dosis pct
40oC parasetamol terlalu tinggi
terlalu tinggi dan
harus disesuaikan
3. CTM Dosis ctm terlalu Dosis ctm
tinggi dan harus terlalu tinggi
disesuaikan.
B. Plan
NO Nama obat Bentuk dan jumlah Aturan Rencana
kekuatan sediaan minum monitoring
1. amoksisilin Pulveres 21 bks 3x250mg Kondisi untuk
250mg/bks pc demam, pilek,
batuk berdahak
2. parasetamol Pulveres 21bks 3x150mg Tanda vital,
150mg/bks pc temperatur
3. CTM Pulveres 1mg/bks 21bks 3x1mg pc Parameter lab

Adapun hasil yang didapat adalah tanda vital yang dialami pada pasien meliputi
tempertur 40℃,dan kodisi klinis pasien adalah demam, batuk berdahak berwarna
hijau. Pasien diberikan paracetamol unuk menurunkan suhu, dan chlorpeniramine
maleat sebagai antialergi, dan amoxicilin sebagai antibiotik. Pada sediaan amoxicilin
diberikan sediaan bentuk dry syrup agar memudahkan pasien dalam penggunaan.
Sediaan dry syrup memerlukan perlakuan khusus sebelum digunakan, adapun
sebelum menggunakan sediaan amoxicilin dry syrup perlu di konruksi terlebih
dahulu menggunakan air matang sebanyak 50 cc, lalu di kocok, sediaan amoxicicili
termasuk sediaam antibiotik, yang mana harus di habiskan selama 7 hari, pasien juga
seharusnya diberikan obat untuk indikasi batuk berdahak dengan secret berwarna
hijau seperti ambroxol.
BAB V

KESIMPULAN

Setelah dilakukannya praktikum di dapatkan suatu kesimpulan, pasien mengalami


influenza dan disertai batuk berdahak yang berwarna hijau. Untuk memudahkan
penggunaan obat maka sediaan dibuat dalam bentuk dry syrup dan pulvis (serbuk).

Anda mungkin juga menyukai