Dosen pembimbing :
Romdiyah, S.SIT, M.Kes
Disusun Oleh :
1. Baskoro Widiatmoko
2. Nurul Ika Sulistyowati
3. Istikomah
4. Rifqi Gayuh Pradani
5. Shofa Widianti
6. Yusti Al Barokah
Dengan rahmat Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, yang telah
memberikan, berkat, rahmat, serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun
dam menyelesaikan makalah yang berjudul “MAKALAH SISTEM MEDIS”
Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Rasulullah SAW sebagai
figur iman kamil di muka bumi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan ......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Osteoporosis ................................................................................1
B. Tanda dan Gejala...........................................................................................1
C. Patofisiologi Osteoporosis.............................................................................3
D. Pathway Penyakit Osteoporosis.....................................................................5
E. Komplikasi Penyakit Osteoporosis................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang........................................................7
G. Penatalaksanaan Medis Penyakit Osteoporosis..............................................7
H. Contoh kasus pasien dengan Osteoporosis.....................................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................20
B. Saran............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropologi kesehatan mengkaji manusia dan prilaku seputar masalah
kesehatan dan suatu penyakit. Hughes dalam Foster dan Anderson (2011:6)
mengemukakan bahwa “etnomedisin merupakan kepercayaan dan praktek-
praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari
perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari kerangka
konseptual kedokteran modern”. Lieban dalam Foster dan Anderson
(2011:11) menyatakan bahwa antropologi kesehatan mencakup studi tentang
fenomena medis”. Penyakit sebagai suatu unsur yang dapat mempengaruhi
adanya perubahan dalam diri manusia. Perubahan itu dapat dilihat oleh
masyarakat luas dan dapat dilihat serta dirasakan langsung oleh orang itu
sendiri, biasanya perubahan yang sangat jelas tampaknya yaitu perubahan
secara fisik.
Manusia melakukan berbagai macam cara untuk menyembuhkan suatu
penyakit dalam tubuh, baik itu secara medis maupun non medis dikatakan
medis yaitu pengobatan melalui tenaga kedokteran yang mana di dukung oleh
alat-alat medis yang serba modern sedangkan pengobatan dengan non medis
yaitu pengobatan secara tradisional yang mana pada proses pengobatannya
dapat dilakukan dengan memanfaatkan tenaga dari pengobat tradisional
(dukun maupun tabib) dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau hewani
yang dipercaya dapat menyembukan suatu penyakit. Untuk penjelasan
tersebut dapat dikatakan keduanya merupakan jenis pengobatan yang saling
mendukung dalam proses 1 penyembuhan suatu penyakit, hingga sekarang
kedua pengobatan tersebut masih dipercaya oleh masyarakat perkotaan
maupun pedesaan sebagai proses pengobatan. Bahkan kebanyakan orang
sekarang justru memadukan kedua pengobatan itu sebagai proses
penyembuhan penyakit dalam tubuh sebab setidaknya penyembuhan
dilakukan dari dalam maupun luar tubuh, dari tenaga medis maupun
tradisional.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari osteoporosis ?
2. Apakah patofisiologi dari osteoporosis ?
3. Bagaimanakah pathway osteoporosis ?
4. Bagaimana tes diagnostik osteoporosis ?
5. Bagaimana penatalaksanaan osteoporosis ?
6. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan osteoporosis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui gambaran secara nyata dan lebih mendalam tentang
pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan osteoporosis .
2. Mahasiswa mampu memahami pengertian osteoporosis .
3. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi osteoporosis .
4. Mahasiswa mampu memahami pathway osteoporosis .
5. Mahasiswa mampu memahami tes diagnostik osteoporosis .
6. Mahasiswa mampu mengetahui cara penatalaksanaan osteoporosis .
7. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan
keperawatan osteoporosis
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
mempercayai mitos dan makhluk-makhluk lain yang
mendatangkan penyakit, serta adanya pantangan-pantangan yang
didapat dari sesepuhnya.
Masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang
menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan
tingkah laku rewel, sering menangis, dan tidak nafsu makan. Orang
dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan
nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang).
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam
tiga bagian yaitu :
a. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap
tubuh manusia.
b. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas
dan dingin.
c. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan
kedua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok,
pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab
sakit yang ketiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-
lain. Dengan demikian upaya penanggulangannya tergantung
kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
7
Illness adalah penyakit yang dianggap sebagai suatu konsep
kebudayaan atau dapat dikategorikan konsep penyebab sakit
personalistik dimana dianggap munculnya penyakit disebabkan
oleh intervensi suatu aagen aktif yang dapat berupa makhluk atau
bukan manusia. Sedangkan disease adalah penyakit yang dianggap
sebagai suatu konsep patologi atau dapat dikategorikan konsep
penyebab sakit naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat
pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup,
ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas
dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, tergantung dari
kebudayaan yang ada dan berkembang dalam masyarakat tersebut.
Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan
sampai saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu
generasi ke generasi berikutnya dan bahkan dapat berkembang
luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit
malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan di
Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu
yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh
dari mereka tinggal terdapat hutan lebat. Penduduk desa tersebut
beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang dapat
menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk tanah
pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit
dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit
tersebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan
untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat
8
mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan
sederhana dan mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit
akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh jahat, udara busuk,
tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya.Pada sebagian
penduduk Pulau Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati
dengan cara menyiram air di malam hari. Air yang telah diberi
ramuan dan jampi–jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang
disegani digunakan sebagai obat malaria.
9
memberikan daun suwuk. Walaupun banyak praktik-praktik
“pencegahan” ala pribumi tidak lebih dari mitos atau tahayul,
namun beberapa tindakan memberikan hasil, walaupun tidak untuk
alasan yang diasumsikan. Namun hal demikian juga termasuk
dalam upaya preventif di mana tindakan tersebut dilakukan untuk
mencegah sakit.
10
a. Sistem teori penyakit juga berperan dalam dorongan norma-
norma budaya sosial dan moral
Psikiater John Cawte menyatakan dalam sanksi atas
ketidaksepakatan sosial di kalangan penduduk asli Australia, di
mana timbale balik antara dominasi-submissi digunakan oleh
para dukun pribumi sebagai suatu dorongan menuju
kesepakatan sosial. Dukun mengatakan: sesuaikan diri atau
kamu akan menjadi sakit, ia memaksakan para pembangkang
pada tindakan yang kompromistis supaya kelompok
kekerabatan tersebut dapat hidup bersama secara lebih baik.
b. Sistem teori penyakit dapat memberikan rasional bagi
pelaksanaan-pelaksanaan konservasi (perlindungan alam)
Hal ini dapat dilihat di kalangan tertentu, misalnya kalangan
pemburu orang-orang Indian Tukano di daerah Amazon
Columbia. Mereka tidak boleh sembarangan memburu dan
untuk melakukan perburuan mereka harus mentaati beberapa
peraturan tertentu dari sang penguasa yang ditakuti oleh orang-
orang Tukano. Mereka mempercayai bahwa hewan buruan
dapat melakukan tindakan balasan terhadap para pemburu
dengan mengakibatkan penyakit di kalangan penduduk
desanya. Dengan demikian hal tersebut menekankan pemburu
agar membunuh hewan apabila makanan diperlukan.
Kepercayaan-kepercayaan terhadap penyakit jelas
menghasilkan konservasi yang baik bagi pelaksanaan
perburuan.
c. Sistem teori penyakit dapat mengatasi agresi
Dalam masyarakat luas yang terbuka, jumlah tertentu dari sifat-
sifat agresif yang terbuka dapat diserap tanpa mengancam
masyarakat. Namun dalam masyarakat kecil yang tertutup,
agresi terbuka merupakan ancaman yang tak dapat diterima
bagi kelangsungan hidup masyarakat tersebut.
11
d. Peran nasionalistik pengobatan tradisional
Pengobatan tradisional suatu negara berperan dalam
pengembangan kebangsaan nasional, hal ini dikarenakan
pengobatan tradisional mencerminkan tingkatan kebudayaan
suatu negara di masa silam. Misalnya, kebangsaan Cina
termasuk salah satu kebudayaan yang maju, hal ini ditandai
dengan teknik-teknik pengobatan Cina yang telah dikenal dan
digunakan lama sebelum pengobatan itu muncul di Barat
(Huard dan Wong 1968). Salah satu contoh peran nasionalistik
pengobatan tradisional di Indonesia adalah jamu yang
merupakan khas milik Indonesia.
D. Sistem Medis Tradisional
Sistem medis tradisional pada kenyataannya masih tetap hidup, meskipun
praktik biomedik kedokteran semakin berkembang dengan munculnya pusat
pusat layanan kesehatan baik yang dikelola pemerintahmaupun swasta.
Fenomena semacam itu, menurut kasniyah (22) membuktikan bahwa
perawatan kesehatan merupakan fenomena sosial budaya yang kompleks.
Juaniadi mengutipPayyappallimana menyebutkan, ada berbagai istilah
yang digunakan untuk menjelaskan praktik pengobatan tradisional seperti
alternative medicine, complementary medicine, natural medicine, herbal
medicine, phyto-medicine, nonvonvensional medicine, indigenous medicine,
folk medicine, dan etho medicine. 23
Meski ada banyak istilah yang digunakan untuk menyebutkan praktik
pengobatan tradisional, intinya adalah pengobatan tradisional lahir
berdasarkan tradisi yang lahir dalam masyarakat tradisional.
Perbedaan yang paling mendasar antara pengobatan modern dan
pengobatan tradisional terletak pada cara merwka mengobati dan memahami
suatu penyakit. Pengobatan medis memandang suatu penyakit hanya sebagai
suatu kondisi biologis yang ditandai dengan kelainan pada fungsi atau steuktur
organ organ tertentu atau seluruh sistem organ. Sedangkan pengobatan
alternatif atau pengobatan tradisional menganggap penyakit lebih dari itu
12
selain biologis mereka juga melibatkan aspek spiritual, psikologis dan sosial
tertentu dari orang yang terkena. Ini yang kadang-kadang sering diabaikan
oleh pengobatan modern.
E. Antropologi Kesehatan menjelaskan secara komprehensif dan interpretasi
berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara
tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan
penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional antropolog dalam program-
program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman
yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan
kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini
akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
F. Pandangan ahli antropologi penyebab orang sakit ada dua hal yaitu:
1. Secara personalistik (secara personal)
Secara personalistik (secara personal) penyakit (illness) disebabkan
oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa mahluk
supanatural (mahluk gaib atau dewa), mahluk yang bukan manusia (seperti
hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun mahluk manusia (tukang sihir
attau tukang tenung). Orang yang sakit adalah korbanya, objek dari agresi
atau hukuman yang ditunjukan khusus kepadanya untuk alasan-alasan
yang khusus menyangkut dirinya saja. Kepercayaan tentang kausalitas
penyakit yang bersifat personalistik menonjol dalam data-data medis dan
kesehatan yang tercatat dalam etnografi klasik tentang masyarakat-
masyarakat “primitif” (masyarakat yanng belum berkembang). Hal ini
termasuk kelompok-kelompok seperti penduduk-penduduk pribumi.
Sebagian besar dari kelompok ini (pada mulanya) relatif kecil, terisolir,
buta askara, dan kurang kontak dengan peradaban tinggi.
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan
cara perawatannya. Kusta telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama.
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala massolong
(kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta
13
secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah
masyarakat tersebut.
Secara naturalistic
1. Secara naturalistik
Secara naturalistik penyakit dijelaskan dengan istilah
sistemik yang bukan pribadi. Sistem-sistem naturalistik
mengakui adanya suatu model keseimbangan, sehat terjadi
karena unsur-unsur yang tetap dalam tubuh, seperti panas,
dingin, cairan tubuh (humor atau dosha), yin dan yang berada
dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu
dalam lingkungan alamiah dan lingkungan sosialnya. Apabila
keseimbangan ini terganggu, maka hasilnya adalah timbulnya
penyakit. Walaupun prinsip keseimbangan dalam sistem-sistem
neuralistik dieksprresikan dalam berbagai cara, tulisan masa
kini mengungkapkan peran utama panas, dingin, sebagai
ancaman pokok terhadap kesehatan. Natural, nonsupranatural,
dan empiris adalah istilah-istilah yang sejajar dengan predikat
“naturalistik” namun istilah “supranatural” dan “magical”
kurang tepat karena keduanya, membutuhkan sejumlah agen
yang secara konseptual berbeda.
14