Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PNEUMOTHORAK
Disusun Oleh:
20317084
PENDAHULUAN
A. Definisi
Pneumothorak adalah adanya udara dalam rongga pleura. Biasanya
pneumotoraks hanya temukan unilateral, hanya pada blast-injury yang hebat
dapat ditemukan pneumotorak bilateral (Danusantoso dalam Wijaya dan
Putri, 2013). Dari definisi tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa
pneumotoraks adalah keadaan adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura. Pneumothorak adanya udara dalam rongga pleura akibat
robeknya pleura (price 2006 dalam). Pneumothorak suatu keadaan
terdapatnya udara di dalam rongga paru pleura (Muttaqin, 2014). Dari definisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pneumothorak adalah keadaan
adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan
pleura normalnya merembes secara terus menerus kedalam rongga dada dari
kapiler-kapiler yang membatasi pleura parietalis dan diserap ulang oleh
kapiler dan system limpatik pleura viseralis. Kondisi apapun yang
mengganggu sekresi atau drainase dari cairan ini akan menyebabkan efusi
pleura (Black, 2014).
Jadi dapat disimpulkan bahwa pneumothoraks adalah terdapatnya
akumulasi udara dalam rongga pleura, yang umumnya diakibatkan oleh
kelainan intrapulmonal dan trauma, sedangkan efusi pleura adalah tedapatnya
penumpukan cairan dalam rongga pleura, yang umumnya berasosiasi dengan
infeksi, gangguan intrabdomen, gangguan sirkulasi, dan penyakit sistemik
lainnya.
C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari pneumothoraks sedang meliputi takipnea,
dispnea, nyeri tajam mendadak pada sisi yang terluka dengan gerakan dada,
bernafas, atau batuk, ekspansi dada yang tidak simetris, suara nafas yang
berkurang atau hilang pada sisi yang terluka, gelisah, cemas, dan takikardi.
Manifestasi klinis dari pneumothoraks berat meliputi semua di atas
dan distensi vena leher, pergeseran impuls apeks, efisema subkutan,
penurunan taktil dan vokal fremitus, deviasi trakea ke arah sisi sehat, dan
sianosis pregresif.
Rongent dada menunjukan sedikit pergeseran trakea ke arah sisi sehat
dan retraksi paru kembali dari pleura parietal. Pada rongent dada,
pneumothoraks di tampilkan dalam presentase. Misalnya, klien mungkin
memiliki pneumothoraks 100% komplet atau 10% parsial. Penggunaan
presentase memungkinkan evaluasi pregresivitas pada rongent berikutnya.
Jika di duga ada pneumothoraks tetapi gangguan nafas terlalu parah untuk
melakukan konfirmasi rongent, dokter dapat memasukan jarum 18 G
(torakosentesis darurat) ke dalam ruang interkostal menunjukan apakah udara
bebas di rongga pleura. (black, 2014)
D. Patofisiologi
Pneumotoraks dapat tertutup atau terbuka. Pada pneumotoraks
tertutup, udara dapat lolos ke dalam rongga pleura dari tusukan atau robekan
pada struktur pernapasan internal seperti bronkus, bronkioulus atau alveolus.
Rusuk yang patah dapat juga menyebabkan pneumotoraks tertutup. Pada
pneumotoraks terbuka, udara dapat memasuki ronga pleura secara langsung
melalui lubang didinding dada atau diafragma. Pneumotoraks dapat
diklasifikasikan sebagai spontan atau traumatik, dan keduanya dapat
menyebabkan tekanan pneumotoraks. Pneumotoraks spontan dapat bersifat
idiopatik ketika tidak ada penyebab yang ditemukan (primer) atau sebagai
akibat dari penyakit paru lainnya seperti PPOK, tuberkulosis, atau kanker
(sekunder). Lepuh atau bula dapat ruptur walaupun dinding dada tetap utuh,
sehingga menyebabkan paru kolaps. Pneumotoraks traumatik yang
mengakibatkan paru kolaps disebabkan oleh gaya trauma tumpul ke dinding
dada atau pembentukan luka dada terbuka yang menghisap disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, luka tembak atau tusukan pisau, atau prosedur
diagnostik seperti torakosentesis. Tekanan pneumotoraks terjadi ketika udara
terjebak didalam rongga pleura selam inspirasi dan tidak dapat lolos keluar
saat ekspirasi. Tekanan intrapleura menjadi lebih besar dari tekanan jaringan
paru, menyebabkan kompresi paru dan struktur disekitarnya (Black, 2014).
E. Pathway
Pneumothoraks
Symtom penyakitTB,
Terbuka Tertutup Tension PPOK, Asma, Pneumonia
dll
Memicu respon
Trauma dada
thalamus
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Pneumotoraks bergantung pada jenis Pneumotoraks
yang di alaminya, derajat kolaps, berat ringannya gejala, penyakit dasar dan
penyakit yang terjadi saat melaksanakan pengobatan yang meliputi:
1. Tindakan Dekompres
a. Membuat hubungan antara rongga pleura dengan lingkungan luar
dengan cara menusukan jarum melalui dinding dada rongga ke rongga
pleura, dengan demikian tekanan udara yang positif di rongga pleura
akan berubah menjadi negative. Hal ini disebabkan karena udara
keluar melalui jarum tersebut. Cara lainnya adalah melakukan
penusukan kerongga pleura memakai transfusion set.
b. Membuat hubungan dengan udara luar melalui kontraventil:
1) Penggunaan pipa Water Sealed Drainage (WSD).
Pipa khusus (kateterthoraks) steril, di masukkan kerongga pleura
dengan troalar dengan bantuan penjepit (pen) memasukan pipa
plastic (kateterthoraks) dapat juga dilakukan melalui celah yang
telah dibuat dengan bantuan insisi kulit dari sela iga ke-4 pada
garis klavikula tengah. Selanjutnya ujung selang plastic di dada
dan pipa kaca wsd dihubungkan melalui pipa plastic lainnya.
Posisi ujung pipa kaca yang berada di botol sebaiknya berada 2cm
di bawah permukaan air supaya gelembung udaara mudah keluar
melalui pembedahan tekanan tersebut.
2) Pengisapan Kontinu (Continuc Suction)
Penghisapan di lakukan secara kontinu apabila tekanan intrapleura
tetap positive. Pengisapan ini di lakukan dengan cara memberikan
tekanan negative 10-20cmH20. Tujuannya adalah agar paru cepat
mengembang dan segera terjadi perlekatan antara pleura visceral
dan pleura parietalis
3) Pencabutan Drain
Apabila paru telah mengembang maksimal dantekanan negative
kembali, drain dapat di cabut. Sebelum di cabut, drain di tutup
dengan cara di jepit atau di tekuk selama 24jam. Apabila paru
tetap mengembang penuh, drain dapat di vcabut.
2. Tindakan Bedah
Pembedahan dinding toraks dengan cara operasi, maka dapat di
cari lubang yang menyebabkan terjadinya pneumotoraks, lalu lubang
tersebut di jahit. Pada pembedahan, jika di jumpai adanya penebalan
pleura yang menyebabkan paru tidak dapat mengembang, maka dapat di
lakukan pengelupasan atau dekortisasi. Pembedahan paru kembali di
lakukan bila ada bagian paru yang mengalami robek atau bila ada fitsel
dari paru yang rusak, sehingga paru tersebut tidak berfungsi dan tidak
dapat dipertahankan kembali.
3. Penatalaksaan tambahan Apabila terdapat proses lain di paru, pengobatan
tambahan di tunjukkan terhadap penyebabnya, yaitu:
a. Terhadap proses tuberculosis paru di beri OAT.
b. Untuk pencegah obstipasi dan memperlancar defekasi. Penderita
diberiobat laktasifringan, dengan tujuan agar saat defekasi, penderita
tidak perlu mengejan terlalu keras
c. Istirahat total, klien dilarang melakukan kerja keras (mengangkat
barang), batuk,bersin terlalu keras dan mengejan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tn. S Usia 35 Tahun, tinggal di kecamatan balaraja. Klien datang ke IGD
RSUD Kab. Tangerang pada tanggal senin 29 Maret 2021. Klien mengeluh
ditusuk oleh begal menggunakan pisau saat sedang pulang bekerja, klien dalam
keadaan compos mentis dan akan dilakukan tindakan OP WSD. Setelah selesai
operasi klien akan segera dipindahkan di Ruang Mawar klien dengan keadaan CM
dan sudah terpasang WSD. Klien mengatakan nyeri dibagian dada akibat luka
tusukan pisau nyerinya seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri 5 dirasakan terus
menerus saat menarik nafas dalam, pasien mengatakan bahwa dirinya sesak nafas,
dan terkadang batuk serta mengeluh lemas aktivitas dibantu oleh keluarga tidak
bisa bergerak bebas karena terpasang WSD di sebelah kiri dan hanya bisa
berbaring ditempat tidur. Dari hasil pemeriksaan TTV TD : 100/70 mmHg N : 88
x/menit RR : 32 x/menit ST: 36,2OC penggunaan otot bantu nafas dan terdengar
suara ronchi. Saat pemeriksaan laboratorium pada tgl senin 29 maret 2021
didapatkan Leukosit : 15, 85/ µL (N : 3.500 – 10.000 / µL) Trombosit : 380/ µL
(N : 150.000 – 350.000 / µL) Haemoglobin: 14,0gr/dl (N : 11.0 – 16.3 gr/dl)
Haematokrit : 42gr/dl (N : 35.0 – 50 gr / dl) Saturasi Oksigen : 100 % ( N :
>90% )
1. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 35 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : kp. Saga rt 014 rw 004 kec. Balaraja
Diagnosa Medis : Pneumothorax Sinstra
Ruangan : Paviliun Mawar
2. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama : klien mengatakan masuk RS dengan
keluhan ditusuk menggunakan pisau saat
sedang pulang bekerja, sesak (+), nyeri
(+) saat pengkajian pasien mengatakan nyeri
dada, sesak nafas, terkadang batuk,
terpasang selang dada (wsd), aktivitas
dibantu oleh keluarga tidak bisa bergerak
bebas karena terpasang WSD di dada
sebelah kiri dan lemas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pneumothorax Sinistra
Riwayat Penyakit Yang Lalu : tidak ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Keluarga pasien mengatakan memiliki
Riwayat sakit DM
3. Pola pemeliharaan kesehatan
a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
No Pemenuhan Makan/ Di Rumah Di Rumah Sakit
Minum
Intensitas Nyeri
No Diskripsi
1 □ Tidak Nyeri Pasien mengatakan tidak merasa nyeri
7. Pemeriksaan Penunjang :
Foto Thorak
2 Ttramadol untuk pereda rasa sakit Keracunan akut Mual mutah, lelah,
3x 100 mg kuat yang digunakan oleh akohol, pusing, sakit
untuk menangani nyeri hipnotik, kepala, berkeringat,
sedang hingga kuat analgesik atau kulit kemerahan
(berat) obat-obatan yang
mempengaruhi ssp
lainnya
2. Analisa data
No Data focus Masalah keperawatan
.
1. Ds : - Pasien mengatakan dirinya merasa D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
sesak nafas, dan terkadang batuk Kategori : Fisiologis
Do : - Pasien tampak sesak, penggunaan Subkategori : Respirasi
otot
bantu pernafasan hasil pengkajian
RR: 32x/menit,
- klien tampak terdengar suara ronchi
2. Ds : P : Pasien mengatakan nyeri dada D.0077 Nyeri Akut
bagian kiri Kategori : Psikologis
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
R : Nyeri pada bagian dada kiri
S : Nyeri skala 5
T : Nyeri dirasakan terus menerus saat
bergerak
Do : - Pasien tampak meringis dan
mengeluh sakit serta menunjukan
lokasi yang nyeri
Hasil TTV Td : 100/70 , N: 88x/m ,
RR: 32x/m
3. Ds : - Pasien mengatakan nyeri dada akibat D.0192 Gangguan Integritas
ditusuk pisau dan sudah di operasi Kulit/Jaringan
terpasang selang dada Kategori : Lingkungan
Do : - Pasien tampak terdapat luka dan Subkategori : Keamanan dan Proteksi
terpasang selang WSD
dengan 1 botol di dada sebelah kiri,
cairan wsd berwarna jernih, volume
cairan 10-20 cc, tidak ada gelombang
dan gelembung udara dan tidak ada
tanda-tanda infeksi.
No Masalah Keperawatan
1. D.0005 Pola Napas Tidak Efektif
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Respirasi
2. D.0077 Nyeri Akut
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan
3. D.0192 Gangguan Integritas Kulit/Jaringan
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No SLKI SIKI
Keperawatan
1. D.0005 Pola Napas Setelah dilakukan intervensi I.01002 Dukungan Ventilasi
Tidak Efektif keperawatan selama 15-30 menit - Observasi
Kategori : Fisiologis maka pola napas membaik dengan 1. Monitor status respirasi dan
Subkategori : kriteria hasil oksigenasi (mis. Frekuensi dan
Respirasi
- Dyspnea (1-4) kedalaman napas, penggunaan
- Penggunaan otot bantu napas otot bantu napas, bunyi napas
(1-4) tambahan, saturasi oksigen)
- Frekuensi napas (1-4 ) - Terapeutik
1. Berikan posisi semi fowler atau
fowler
2. Berikan oksigenasi sesuai sesuai
kebutuhan
- Edukasi
1. Ajarkan melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
2. D.0077 Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi I.08238 Manajemen Nyeri
Kategori : Psikologis keperawatan selama lebih dari 1 jam - Observasi
Subkategori : Nyeri maka kontrol nyeri meningkat 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
dan Kenyamanan
dengan kriteria hasil durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
- Keluhan nyeri (1-4)
- Terapeutik
- Kemampuan menggunakan teknik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
non-farmakologis (1-4)
untuk mengurangi rasa nyeri
- Melaporkan nyeri terkontrol (1-4)
- Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
jika perlu
3. D.0192 Gangguan Setelah dilakukan intervensi I.14564 Perawatan Luka
Integritas keperawatan selama 15-30 menit - Observasi
Kulit/Jaringan maka integritas kulit dan jaringan 1. Monitor karakteristik luka
Kategori : Lingkungan meningkat maka kriteria hasil 2. Monitor tanda-tanda infeksi
Subkategori : - Kerusakan jaringan (1-4) - Terapeutik
Keamanan dan
- Nyeri (1-4 ) 1. Lepasskaan balutan dan plester
Proteksi
- Kemerahan (1-4 ) secara perlahan
2. Bersihkan dengan cairan NaCl
atau pembersih nontoksik, sesuai
kebutuhan
3. Pasang balutan sesuai jenis luka
4. Pertahankan teknik steril saat
melakukan perawatan luka
- Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
CATATAN KEPERAWATAN
Hari ke 1
Hari/Tgl/ Diagnosa
No Implementasi Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan
1. Selasa D.0005 Pola I.01002 Dukungan Ventilasi S : pasien mengatakan
30 Maret
Napas Tidak - Observasi sedikit lega tapi
2021
Efektif 1. Memonitor status respirasi terkadang masih sesak
Kategori : dan oksigenasi dan sesekali batuk
Fisiologis Hasil : RR: 32x/m O : pasien tampak
Subkategori : - Terapeutik sesaknya berkurang dan
Respirasi
1. Memberikan posisi semi batuk sedikit, terdengar
fowler atau fowler suara ronchi hasil TTV
Hasil ; pasien dengan posisi RR : 32x/menit
semi fowler TD : 110/70 mmHg
2. Memberikan oksigenasi N : 77 x/menit
sesuai sesuai kebutuhan ST : 36,30C
Hassil : terpasang selang A : masalah keperawatan
oksigen nasal kanul 3 liter ketidakefektifan pola
- Edukasi nafas teratasi sebagian
1. Mengajarkan melakukan P : lanjutkan intervensi
teknik relaksasi nafas 1. Monitor status
dalam respirasi dan
Hasil : pasien melakukan oksigenasi
teknik nafas dalam dan 2. Berikan posisi semi
mengulanginya fowler atau fowler
3. Berikan oksigenasi
sesuai kebutuhan