NPM : 1810631010054
KELAS : Hukum Pajak VII-F
Pengertian Hukum
Hukum adalah peraturan-peraturan hidup yang diciptakan oleh manusia untuk
menentukan tingkah laku manusia, aturan ini bersifat memaksa dan semua masyarakat dalam
suatu warga negara harus mematuhinya. (SoerojoWignjodiporeo)
Definisi Pajak
Pasal 1 angka 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas UU No.6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan : Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Unsur-unsur Pajak
1. Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah;
2. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya
sehingga dapat dipaksakan;
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara
individual yang diberikan oleh pemerintah;
4. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah;
5. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah;
6. Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah.
7. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
Definisi Hukum Pajak
Hukum Pajak adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi wewenang
pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada
masyarakat dengan melalui Kas Negara, sehingga ia merupakan bagian dari Hukum Publik, yang
mengatur hubungan hukum antara Negara dan orang atau badan yang berkewajiban membayar
pajak, selanjutnya sering disebut Wajib Pajak.
Fungsi Pajak
1. Fungsi Budgetair/Penerimaan :
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran
pemerintah.
Misalnya penerimaan APBN/APBD Penerimaan dari sektor pajak dewasa ini menjadi tulang
punggung penerimaan Negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN);
2. Fungsi Regulerend/Regulatoir/Mengatur: Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik
masyarakat di bidang ekonomi, sosial maupun politik dengan tujuan tertentu,
Misalnya : pengenaan Bea Masuk dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk produk-produk
impor tertentu dalam rangka melindungi produk-produk dalam negeri.
Sumber-sumber Penerimaan Negara
1. Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai
pengeluaran rutin dan ‘surplus’-nya digunakan untuk simpanan publik (public saving) yang
merupakan sumber utamauntukmembiayaiinvestasipublik(publicinvestment);
2. Kekayaan Alam Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 “Bumi, Air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat
sebesarbesarnya”.
3. Bea dan Cukai merupakan pungutan Negara yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Bea dan
Cukai berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.
a) Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas
barang yang masuk atau keluar daerah pabean dan pungutan bea masuk;
b) Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan
dan ruang udara diatasnya serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif dan
landasan kontinen yang didalamnya berlaku Undang-Undang Pabean;
c) Bea masuk adalah pungutan Negara berdasarkan Undang-Undang Pabean yang
dikenakan terhadap barang yangdiimpor;
d) Bea keluar adalah bea yang dikenakan atas sejumlah harga barang yang dikeluarkan dari
daerah pabean;
e) Cukai adalah pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan berdasarkan UU No.11 Tahun 1995
jo UU No.39 Tahun 2007 tentang Cukai
4. Retribusi ialah pungutan yang dilakukan oleh Negara sehubungan dengan penggunaan jasa-
jasa yang disediakan oleh Negara. Disini nyata bahwa para pembayar mendapat jasa langsung
(kontraprestasi langsung) dari Negara. Orang-orang yang tidak menggunakan jasa yang telah
disediakan tidak diwajibkan membayar retribusi. Unsur yang melekat pada retribusi adalah;
a. Pungutan retribusi harus berdasarkan Undang-Undang;
b. Sifat pungutannya dapat dipaksakan;
c. Pungutannya dilakukan oleh Negara;
d. Digunakan untuk pengeluran bagi masyarakat umum;dan
e. Kontraprestasi (imbalan) langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi.
5. Iuran adalah pungutan yang dilakukan oleh Negara sehubungan dengan penggunaan jasa-jasa
atau fasilitas yang disediakan oleh Negara untuk sekelompok orang. Disini nyata bahwa
kelompok pembayaran mendapat jasa langsung (kontra prestasi langsung) dari Negara.
6. Sumbangan adalah pungutannya tidak berdasarkan Undang-Undang tetapi lebih bersifat pada
gotong royong masyarakat setempat. Pada sumbangan tidak ada sifat paksaan tetapi unsur
sukarela, pemberi sumbangan dapat merasakan imbalan langsung atas hasil sumbangannya.
7. Laba dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) : BUMN adalah badan usaha yang sebagian
besar modalnya merupakan kekayaan Negara. BUMN dapat berbentuk PERSERO, PERUM dan
PERJAN. Laba yang diperoleh BUMN adalah pendapatan Negara yang dimasukan dalam
APBN.
8. Sumber-sumberlain. Yang termasuk dalam sumber-sumber lain misalnya percetakan uang
(deficit spending) dan pinjaman percetakan uang sering dilakukan oleh beberapa Negara, tetapi
cara ini tidaklah populer karena membawa akibat yang sangat mendalam dibidang ekonomi, oleh
karena itu defisit tersebut ditutup melalui pinjaman atau kredit luar negeri.
Kedudukan Hukum Pajak
1. Hukum pajak termasuk dalam hukum public
2. Hubungan hukum pajak dengan jenis hukum public
a. Hubungan antara Hukum Pajak dengan Hukum Perdata
Hukum pajak mencari dasar kemungkinan pemungutan pajak atas dasar (kematian,
kelahiran) keadaan seseorang (tentang Kekayaan) serta atas dasar perbuatan dalam jual
beli, sewa menyewa yangdiaturdalamhukumperdataatauhukumprivat. ◦ Jadi hukum pajak
merupakan lex spesialis dari hukum perdata, contoh : Pasal 25 KUHPer tentang Domisili,
Hukum pajak menetapkan secara tersendiri apa yang dimaksud dengan domisili
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1) dan ayat (2) UU tentang Ketentuan
Umum & Tata CaraPerpajakan (KUP)
Terdapat sanksi pidana terhadap pelanggaran atau kejahatan dibidang perpajakan, baik
dalam KUHP maupun dalam Undang-undang Perpajakan, contoh:
a. Rahasia jabatan Pasal 322 KUHP, rumusan tersebut juga terdapat dalam Pasal 41 UU
KUP;
b. Pemalsuan Pasal 263 KUHP dan Pasal 39 ayat (1) huruf f UU KUP
Seperti diketahui bahwa semua keputusan (KTUN) para pejabat di bidang perpajakan
adalah merupakan ruang lingkup Hukum Administrasi Negara/ Hukum Tata Usaha
Negara, sehingga bila terjadi sengketa perpajakan seharusnya berdasarkan UU No.5
Tahun 1986 jo UU No.9 Tahun 2004 jo UU No.51 Tahun 2009 menjadi kewenangan
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
Namun berdasarkan UU No.14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak berlaku ketentuan
khusus (Lex Specialist), dimana bila terjadi sengketa perpajakan yang berhak menangani
adalah PengadilanPajak.
Dikenal sebagai The Four Maxims, dalam abad ke 18 Adam Smith dalam bukunya “An
Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations” (terkenal dengan nama :
Wealth of Nations) dengan melancarkan ajarannya sebagai Azas Pemungutan Pajak yang
dinamai: The Four Maxims.
1. ASAS RECHTSFILOSOFISCH/KEADILAN
Asas Rechtsfilosofisch, untuk memberikan dasar keadilan maka terdapat teori-teori pajak
yang berkaitan untuk dilaksanakan yaitu Teori Asuransi, Teori Kepentingan, Teori Daya
Pikul/Gaya PikuldanTeori kewajiban pajak mutlak/Teoribakti.
Azas Keadilan sebagai The First Maxim menurut falsafah hukum menyatakan bahwa
Hukum Pajak harus mengabdi kepada keadilan untuk memberikan dasar pada keadilan,
maka dijelaskan dengan bermacam-macam teori sebagai berikut:
1)TEORI ASURANSI
Pajak = premi pada asuransi
Negara melindungi orang dan segala kepentingannya termasuk keselamatan dan
keamanan jiwa maupun harta bendanya oleh sebab itu Negara bertindak sebagai
perusahaan asuransi, dan pembayaran pajak kepada Negara itu dianggap sebagai
pembayaran premi seperti pada asuransi.
Teori ini banyak yang menentang karena pembayaran pajak tidak dapat disamakan
dengan pembayaran premi oleh seseorang kepada perusahaan pertanggungan, dan Negara
tidak dapat disamakan dengan perusahaan asuransi karena:
1) Tidak ada penggantian dari Negara bila timbul kerugian;
2) Antara jumlah pembayaran pajak dengan jasa-jasa yang diberikan oleh Negara tidaklah
terdapat hubungan yang langsung.
2)TEORI KEPENTINGAN
◦ Besar pajak = besar kepentingan; mengacaukan pengertian pajak dengan retribusi
◦ Bahwa pembagian beban pajak pada penduduk harus didasarkan atas kepentingan orang
masing masing dalam tugas Pemerintah (yang bermanfaat baginya), termasuk juga perlindungan
jiwa orang-orang itu beserta harta bendanya.
◦ Teori ini banyak yang menyanggahnya karena setiap orang yang mempunyai kepentingan lebih
besar harus membayar pajak yang lebih besar pula. Hal ini bertentangan dengan kenyataannya
karena mungkin sekali simiskin mempunyai kepentingan yang lebih besar dalam hal-hal tertentu,
misal perlindungan jaminan sosial dsb sehingga sebagai konsekuensinya sebetulnya harus
membayar pajak yang lebih besar namun kenyataannya justru mereka ini tidak membayar pajak
3)TEORI DAYA PIKUL/GAYA PIKUL
Teori ini mengemukakan bahwa pemungutan pajak harus sesuai dengan kekuatan
membayar dari si Wajib Pajak. Jadi tekanan semua pajak harus sesuai dengan daya pikul Si
Wajib Pajak dengan memperhatikan pada besarnya penghasilan dan kekayaan, juga pengeluaran
belanja si Wajib Pajak tersebut. Teori daya pikul ini diterapkan dalam Pajak Penghasilan, dimana
Wajib Pajak baru dikenakan Pajak Penghasilan bila memperoleh penghasilan melebihi
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
4) TEORI KEWAJIBAN PAJAK MUTLAK (TEORI BAKTI)
Teori ini didasarkan pada paham organisasi Negara (Organkche Staatsleer) yang
mengajarkan bahwa Negara sebagai organisasi mempunyai tugas untuk menyelenggarakan
kepentingan umum. Negara harus mengambil tindakan atau keputusan yang diperlukan termasuk
keputusan di bidang pajak. Dengan sifat seperti itu maka Negara mempunyai hak mutlak untuk
memungut pajak dari rakyat
Jadi menurut teori ini dasar hukum pajak terletak dalarn hubungan rakyat dengan Negara
dan justru sifat Negara maka timbullah hak-hak mutlak untuk memungut pajak. Kelemahan dari
teori ini adalah Negara bisa menjadi otoriter sehingga mengabaikan aspek keadilan dalam
pemungutan pajak.
PENDEKATAN PERPAJAKAN
1) Pendekatan Perpajakan dari segi hukum
Menitikberatkan pada segi hukumnya, pada hubungan hukumnya, sehingga pajak dilihat
dari segi hak dan kewajibannya.
Siapa yang berhak memungut pajak, apa kewajiban pemungut pajak terhadap wajib
pajak, siapa wajib pajak, apa hak dan kewajiban wajib pajak terhadap fiskus (negara). Dapat
didefiniskan sebagai Perikatan yang timbul karena undang-undang yang mewajibkan seseorang
yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam UU untuk membayar suatu jumlah tertentu kepada
negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran negara.
2) Pendekatan Perpajakan dari segi Ekonomi
Pendekatan dari segi Mikroekonomi ditekankan pada kebutuhan individu dan pada
income, kebutuhan masyarakat tidak terpikirkan mengakibatkan pengertian pajak yang salah
sebab pajak dilihat sebagai sesuatu yang mengurangi pendapatan individu tanpa mendapatkan
imbalan.
3) Pendekatan Perpajakan dari segi Keuangan
Pendekatan dikaitan dengan fungsi budgetair (penerimaan) dari pajak. Pendekatan ini
sebenarnya juga merupakan pendekatan dari segi ekonomi, tetapi dengan penekanan dari segi
keuangan negara, hanya sebagai alat untuk mengisi kas negara.
4) Pendekatan Perpajakan dari segi Akuntansi
menekankan dari segi Pembukuan yaitu pendekatan melalui proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
dan kas yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi
untuk periode tahun pajak tersebut.
5) Pendekatan Perpajakan dari segi Sosiologi
Meninjau pajak dari segi Masyarakat, apa akibat pungutan pajak terhadap masyarakat,
dan apa hasil/manfaat yang diberikan kepada masyarakat.
6) Pendekatan Perpajakan dari segi Pembangunan
Pembangunan negara memerlukan dana yang berasal dari tabungan pemerintah dan
tabungan rakyat. Untuk memperbesar tabungan, pemerintah berusaha memperbesar penerimaan
pajak, hasil sumber alam, memperkecil pengeluaran rutin.
7) Pendekatan Perpajakan dari segi Administrasi
Pendekatan melalui proses kegiatan yang dilakukan untuk mengendalikan administrasi
perpajakan mulai dari perencanaan perpajakan hingga pengorganisasian perpajakan.
Pendekatan yang meliputi pekerjaan tata usaha perpajakan yang bersifat catat mencatat
dibidang perpajakan sebagai bahan keterangan bagi pemimpin perpajaan dalam pencapaian
tujuan dibidang perpajakan.
8) Pendekatan Perpajakan dari segi Manajemen
Pendekatan melalui fungsi-fungsi manajemen, yaitu fungsi perencanaan, fungsi
pengorganisasian, fungsi pelaksanaan hak dan kewajiban dan fungsi pengawasan.
9) Pendekatan Perpajakan dari segi Teknologi Informasi
Pendekatan perpajakan melalui kajian perpajakan dihubungkan dengan teknologi
informasi yaitu Sistem informasi perpajakan (SIP) diatur berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor : per-160/PJ/2006.
PENGGOLONGAN PAJAK
1. Menurut Golongannya
o Pajak Langsung : Pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh : Pajak
penghasilan.
o Pajak Tidak Langsung : Pajak yang dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain, contoh : Pajak pertambahan nilai
2. Menurut Sifatnya
o Pajak Subyektif : Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada Subyeknya,
contoh : pajak penghasilan. Pajak yang memperhatikan kondisi keadaan Wajib
Pajak. Dalam menentukan pajaknya ada memperhatikan gaya pikul.
o Pajak Obyektif : Pajak yang berpangkal pada Obyeknya, tanpa memperhatikan
keadaan diri wajib pajak, contoh : PPn, PPnBM dan PBB.
o Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang wewenang pemungutannya ada pada
Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan
Daerah. Pajak Daerah diatur dalam Undangundang dan hasilnya akan masuk ke
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dasar hukum pemungutan
pajak daerah dan retribusi daerah diatur di UU No.28 Tahun 2009. Pajak daerah
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Jenis-jenis pajak daerah, yaitu :
a. Pajak Provinsi : pajak kendaraan bermotor, pajak balik nama kendaraan
bermotor, pajak rokok
b. Pajak Kabupaten/Kota : pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan