G
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas “Ilmu Dasar Keperawatan II”
Dosen:
Kelompok 3
Disusun oleh:
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan krunia-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “kasus
nyeri pada ny.G”
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
berharap untuk memberikan kritik dan juga saran untuk penyempurnaan makalah
ini yang sifatnya membangunpengalaman bagi kami untuk lebih baik. Kami
berharap smeoga makalah ini dapat memberikan mafaat bagi pembaca.
BAB I
KASUS
A. Kasus
Ny. G berusia 35 tahun masuk RS dengan keluhan nyeri perut kanan bagian
bawah sejak 3 hari yang lalu. Nyeri perut dirasakan pertama kali di pusar,
kemudian menetap di perut kanan bawah. Nyeri yang dirasakan tajam seperti
ditusuk, lebih terasa nyeri saat batuk. Saat dikaji skala nyeri 6 dari 10. Mual dan
muntah (+) terutama saat terasa nyeri, hasil TTV TD: 130/90mmhg, HR:
90x/menit, RR: 22x/menit, suhu: 38,1derajat C. Saat dilakukan palpasi abdomen
terasa nyeri tekan perut kanan bawah, mPsoas sign (+), nyeri titil Mac Burney (+).
Hasil USG menunjukan lumen apendeksi melebar, dinding tidak menebal.
BAB II
ANALISA KASUS
A. Istilah Asing
a. mPsoas sign
b. nyeri titik mac burney
c. Lumen apendik
B. Jawaban Istilah Asing
a. Mpsoas sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat dilakukan
hiperekstensi dari tungkai bawah kanan
b. Nyeri titik mac burney adalah nyeri pada sepertiga umbilikus ke fossa
ilika kanan
c. Lumen apendik adalah suatu bagian dari usus besar yang berbentuk
seperti cacing
C. Tanda dan Gejala yang tidak normal
a. Tanda
1. TD : 130/90 mmhg
2. HR : 90x/menit
3. RR : 22x/menit
4. Suhu : 38,1⸰C
5. Abdomen nyeri tekan
6. Mpsoas sign
7. Nyeri titik mac burney
8. Lumen apendik melebar, dinding tidakk menebal
9. Leukosit 13.000/ml
b. Gejala
1. Nyeri perut bagian kanan bawah
2. Nyeri perut petama di pusar, kemudian diperut kanan bawah
3. Nyeri tajam seperti ditusuk
4. Nyeri lebih terasa saat batuk
5. Skala nyeri 6 dari 10
6. Mual muntah
D. Alasan Tanda dan Gejala Terjadi
Apendik yang terkena infeksi karena pasien pada saat sehat kurang
memperhatikan apa yang dia makan.
E. Pathway
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. Apendisitis
1. Pengertian
asing batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh peradangan
pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins, 2011). Apendisitis adalah suatu
(Reksoprojo, 2010).
Seseorang yang mengalami radang usus buntu kemungkinan mengalami satu atau
lebih dari gejala-gejala berikut ini:
Nyeri radang usus buntu dapat dimulai sebagai kram ringan, yang sering menjadi
lebih stabil atau parah seiring berjalannya waktu. Gejala ini kemungkinan dimulai
di perut bagian atas atau area pusar, sebelum berpindah ke kuadran kanan bawah
perut.
3. Etiologi
Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin, biji-
bijian) Kadang parasit 1 Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis
adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica.
4. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada apendisitis menurut Smeltzer dan Bare (2009).
yaitu :
a. Perforasi
Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum, dan
letak usus halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan 11
suhu 39,50C tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis
meningkat akibat perforasi dan pembentukan abses.
b. Peritonitis
Peritonitis yaitu infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan panas
jarang.
5. Patofisiologi
oleh fses yang terlibat atau fekalit. Sesuai dengan pengamatan epidemiologi
stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen yang
6. pemeriksaan penunjang
Laboratorium Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak
dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar
antara 12.000-18.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the
left) dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis.
Jumlah leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendicitis1.
Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis dengan
pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria
dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter1. Ultrasonografi
Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk menunjang
diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari
90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta
adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan
suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix1. False positif dapat
muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau
inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat muncul karena letak
appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang terisi banyak udara yang
menghalangi appendix1. CT-Scan CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak
jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang
obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan
dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik1. Diagnosis appendicitis dengan
CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya.
7. Penatalaksanaan
a. Sebelum operasi
1) Observasi
karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta tirah
2) Antibiotik
b. Operasi
1) Laparatomi
hebat dan gejala-gejala lain dari masalah internal yang serius dan
2) Laparoskopi
Laparaskopi berasal dari kata lapara yaitu bagian dari tubuh mulai
b) Secara estetika bekas luka berbeda dibanding dengan luka operasi pasca bedah
konvensional. Luka bedah laparoskopi berukuran 3 sampai 10 mm akan hilang
kecuali klien mempunyai riwayat keloid.
c. Setelah operasi