Anda di halaman 1dari 11

MENGANALISIS KASUS NYERI PADA NY.

G
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas “Ilmu Dasar Keperawatan II”
Dosen:

Kelompok 3

Disusun oleh:

Tania Amalia (201FK03076)

Tiara Aulia M (201FK03077)

Vina Sholihah (201FK03078)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KPERAWATAN
UNIVERITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan
rahmat dan krunia-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan makalah “kasus
nyeri pada ny.G”

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
berharap untuk memberikan kritik dan juga saran untuk penyempurnaan makalah
ini yang sifatnya membangunpengalaman bagi kami untuk lebih baik. Kami
berharap smeoga makalah ini dapat memberikan mafaat bagi pembaca.
BAB I

KASUS

A. Kasus

Ny. G berusia 35 tahun masuk RS dengan keluhan nyeri perut kanan bagian
bawah sejak 3 hari yang lalu. Nyeri perut dirasakan pertama kali di pusar,
kemudian menetap di perut kanan bawah. Nyeri yang dirasakan tajam seperti
ditusuk, lebih terasa nyeri saat batuk. Saat dikaji skala nyeri 6 dari 10. Mual dan
muntah (+) terutama saat terasa nyeri, hasil TTV TD: 130/90mmhg, HR:
90x/menit, RR: 22x/menit, suhu: 38,1derajat C. Saat dilakukan palpasi abdomen
terasa nyeri tekan perut kanan bawah, mPsoas sign (+), nyeri titil Mac Burney (+).
Hasil USG menunjukan lumen apendeksi melebar, dinding tidak menebal.

Hasil lab: leukosit 13.000/ml

Diagnosa medis: apendistis

BAB II

ANALISA KASUS

A. Istilah Asing
a. mPsoas sign
b. nyeri titik mac burney
c. Lumen apendik
B. Jawaban Istilah Asing
a. Mpsoas sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat dilakukan
hiperekstensi dari tungkai bawah kanan
b. Nyeri titik mac burney adalah nyeri pada sepertiga umbilikus ke fossa
ilika kanan
c. Lumen apendik adalah suatu bagian dari usus besar yang berbentuk
seperti cacing
C. Tanda dan Gejala yang tidak normal
a. Tanda
1. TD : 130/90 mmhg
2. HR : 90x/menit
3. RR : 22x/menit
4. Suhu : 38,1⸰C
5. Abdomen nyeri tekan
6. Mpsoas sign
7. Nyeri titik mac burney
8. Lumen apendik melebar, dinding tidakk menebal
9. Leukosit 13.000/ml
b. Gejala
1. Nyeri perut bagian kanan bawah
2. Nyeri perut petama di pusar, kemudian diperut kanan bawah
3. Nyeri tajam seperti ditusuk
4. Nyeri lebih terasa saat batuk
5. Skala nyeri 6 dari 10
6. Mual muntah
D. Alasan Tanda dan Gejala Terjadi
Apendik yang terkena infeksi karena pasien pada saat sehat kurang
memperhatikan apa yang dia makan.
E. Pathway
BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Apendisitis

1. Pengertian

Apendisitis adalah suatu proses obstruksi yang disebabkan oleh benda

asing batu feses kemudian terjadi proses infeksi dan disusul oleh peradangan

dari apendiks verivormis (Nugroho, 2011). Apendisitis merupakan

peradangan yang berbahaya jika tidak ditangani segera bisa menyebabkan

pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins, 2011). Apendisitis adalah suatu

peradangan yang berbentuk cacing yang berlokasi dekat ileosekal

(Reksoprojo, 2010).

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau

umbai cacing. Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga

memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang

umumnya berbahaya (Sjamsuhidajat, 2010).

2. Tanda dan Gejala penyakit Apendisitis

Seseorang yang mengalami radang usus buntu kemungkinan mengalami satu atau
lebih dari gejala-gejala berikut ini:

a. Nyeri di perut bagian atas atau di sekitar pusar


b. Nyeri di sisi kanan bawah perut
c. Kehilangan selera makan
d. Gangguan pencernaan
e. Mual
f. Muntah
g. Diare
h. Sembelit
i. Perut bengkak
j. Ketidakmampuan untuk mengeluarkan gas
k. Demam ringan

Nyeri radang usus buntu dapat dimulai sebagai kram ringan, yang sering menjadi
lebih stabil atau parah seiring berjalannya waktu. Gejala ini kemungkinan dimulai
di perut bagian atas atau area pusar, sebelum berpindah ke kuadran kanan bawah
perut.

3. Etiologi

Apendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix sehingga


terjadi kongseti vaskuler, iskemik nekrosis dan akibatnya terjadi infeksi.
Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Penyebab obstruksi yang
paling sering adalah fecolith. Fecolith ditemukan pada sekitar 20% anak dengan
appendicitis. Penyebab lain dari obstruksi appendiks meliputi:

Hiperplasia folikel lymphoid Carcinoid atau tumor lainnya Benda asing (pin, biji-
bijian) Kadang parasit 1 Penyebab lain yang diduga menimbulkan Appendicitis
adalah ulserasi mukosa appendix oleh parasit E. histolytica.

4. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada apendisitis menurut Smeltzer dan Bare (2009).

yaitu :

a. Perforasi

Perforasi berupa massa yang terdiri dari kumpulan apendiks, sekum, dan

letak usus halus. Perforasi terjadi 70% pada kasus dengan peningkatan 11

suhu 39,50C tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis
meningkat akibat perforasi dan pembentukan abses.

b. Peritonitis

Peritonitis yaitu infeksi pada sistem vena porta ditandai dengan panas

tinggi 390C – 400C menggigil dan ikterus merupakan penyakit yang

jarang.

5. Patofisiologi

Apendisitis kemungkinan dimulai oleh obstruksi dari lumen yang disebabkan

oleh fses yang terlibat atau fekalit. Sesuai dengan pengamatan epidemiologi

bahwa apendisitis berhubungan dengan asupan makanan yang rendah serat.

Pada stadium awal apendisitis, terlebih dahulu terjadi inflamasi mukosa.

Inflamasi ini kemudian berlanjut ke submukosa dan melibatkan peritoneal.

Cairan eksudat fibrinopurulenta terbentuk pada permukaan serosa dan

berlanjut ke beberapa permukaan peritoneal yang bersebelahan. Dalam 10

stadium ini mukosa glandular yang nekrosis terkelupas ke dalam lumen yang

menjadi distensi dengan pus. Akhirnya, arteri yang menyuplai apendiks

menjadi bertrombosit dan apendiks yang kurang suplai darah menjadi

nekrosis ke rongga peritoneal. Jika perforasi yang terjadi dibungkus oleh

omentum, abses local akan terjadi.

6. pemeriksaan penunjang

Laboratorium Jumlah leukosit diatas 10.000 ditemukan pada lebih dari 90% anak
dengan appendicitis akuta. Jumlah leukosit pada penderita appendicitis berkisar
antara 12.000-18.000/mm3. Peningkatan persentase jumlah neutrofil (shift to the
left) dengan jumlah normal leukosit menunjang diagnosis klinis appendicitis.
Jumlah leukosit yang normal jarang ditemukan pada pasien dengan appendicitis1.
Pemeriksaan urinalisis membantu untuk membedakan appendicitis dengan
pyelonephritis atau batu ginjal. Meskipun demikian, hematuria ringan dan pyuria
dapat terjadi jika inflamasi appendiks terjadi di dekat ureter1. Ultrasonografi
Ultrasonografi sering dipakai sebagai salah satu pemeriksaan untuk menunjang
diagnosis pada kebanyakan pasien dengan gejala appendicitis. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa sensitifitas USG lebih dari 85% dan spesifitasnya lebih dari
90%. Gambaran USG yang merupakan kriteria diagnosis appendicitis acuta
adalah appendix dengan diameter anteroposterior 7 mm atau lebih, didapatkan
suatu appendicolith, adanya cairan atau massa periappendix1. False positif dapat
muncul dikarenakan infeksi sekunder appendix sebagai hasil dari salphingitis atau
inflammatory bowel disease. False negatif juga dapat muncul karena letak
appendix yang retrocaecal atau rongga usus yang terisi banyak udara yang
menghalangi appendix1. CT-Scan CT scan merupakan pemeriksaan yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis appendicitis akut jika diagnosisnya tidak
jelas.sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%. Pasien-pasien yang
obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan curiga adanya abscess, maka CT-scan
dapat digunakan sebagai pilihan test diagnostik1. Diagnosis appendicitis dengan
CT-scan ditegakkan jika appendix dilatasi lebih dari 5-7 mm pada diameternya.

7. Penatalaksanaan

Pada penatalaksanaan post operasi apendiktomi dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Sebelum operasi

1) Observasi

Dalam 8-12 jam setelah munculnya keluhan perlu diobservasi ketat

karena tanda dan gejala apendisitis belum jelas. Pasien diminta tirah

baring dan dipuasakan. Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai


adanya apendisitis. Diagnosis ditegakkan dengan lokasi nyeri pada

kuadran kanan bawah setelah timbulnya keluhan.

2) Antibiotik

Apendisitis ganggrenosa atau apenditis perforasi memerlukan

antibiotik, kecuali apendiksitis tanpa komplikasi tidak memerlukan

antibiotik. Penundaan tindakan bedah sambil memberikan antibiotik

dapat mengakibatkan abses atau preforasi.

b. Operasi

Operasi / pembedahan untuk mengangkat apendiks yaitu apendiktomi.

Apendiktomi harus segera dilakukan untuk menurunkan resiko perforasi.

Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum dengan

pembedahan abdomen bawah atau dengan laparoskopi. Laparoskopi

merupakan metode terbaru yang sangat efektif.

Apendiktomi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode

pembedahan, yaitu secara teknik terbuka (pembedahan konvensional

laparatomi) atau dengan teknik laparoskopi yang merupakan teknik

pembedahan minimal invasive dengan metode terbaru yang sangat efektif.

1) Laparatomi

Laparatomi adalah prosedur vertical pada dinding perut ke

dalam rongga perut. Prosedur ini memungkinkan dokter melihat dan

merasakan organ dalam untuk membuat diagnosa apa yang salah.


Adanya teknik diagnosa yang tidak invasif, laparatomi semakin

kurang digunakan dibanding terdahulu. Prosedur ini hanya dilakukan

jika semua prosedur lainnya yang tidak membutuhkan operasi, seperti

laparoskopi yang seminimal mungkin tingkat invasifnya juga

membuat laparatomi tidak sesering terdahulu. Bila laparatomi

dilakukan, begitu organ-organ dalam dapat dilihat dalam masalah

teridentifikasi, pengobatan bedah harus segera dilakukan.

Laparatomi dibutuhkan ketika ada kedaruratan perut. Operasi

laparatomi dilakukan bila terjadi masalah kesehatan yang berat pada

area abdomen, misalnya trauma abdomen. Bila klien mengeluh nyeri

hebat dan gejala-gejala lain dari masalah internal yang serius dan

kemungkinan penyebabnya tidak terlihat seperti usus buntu, tukak

peptik yang berlubang, atau kondisi ginekologi maka dilakukan

operasi untuk menemukan dan mengoreksinya sebelum terjadi

keparahan lebih. Laparatomi dapat berkembang menjadi pembedahan

besar diikuti oleh transfusi darah dan perawatan intensif.

2) Laparoskopi

Laparaskopi berasal dari kata lapara yaitu bagian dari tubuh mulai

dari iga paling bawah samapi dengan panggul. Teknologi laparoskopi

ini bisa digunakan untuk melakukan pengobatan dan juga mengetahui

penyakit yang belum diketahui diagnosanya dengan jelas.


Keuntungan bedah laparoskopi :

a) Pada laparoskopi, penglihatan diperbesar 20 kali, memudahkan dokter dalam


pembedahan.

b) Secara estetika bekas luka berbeda dibanding dengan luka operasi pasca bedah
konvensional. Luka bedah laparoskopi berukuran 3 sampai 10 mm akan hilang
kecuali klien mempunyai riwayat keloid.

c) Rasa nyeri setelah pembedahan minimal sehingga penggunaan obat-obatan


dapat diminimalkan, masa pulih setelah pembedahan lebih cepat sehingga klien
dapat beraktivitas normal lebih cepat.

c. Setelah operasi

Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di


dalam, hipertermia, syok atau gangguan pernafasan. Baringkan klien dalam posisi
semi fowler. Klien dikatakan baik apabila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama itu klien dipuasakan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari setelah
dilakukan operasi klien dianjurkan duduk tegak di temmpat tidur selama 2 x 30
menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk di luar kamar. Hari ke tujuh
dapat diangkat dan dibolehkan pulang.

Anda mungkin juga menyukai