Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.

1 Mei 2019: 1-10

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN PERILAKU


PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
PADA PETUGAS SAMPAH MEDIS
DI RSU BANGLI

Putu Dewi Nara Santi1, I Nyoman Gede Suyasa2, I Wayan Jana3

Abstract : Hospital health facilities, is a workplace that is heavily loaded with


potential health and safety hazards of its workers. The risk of health problems and
accidents becomes greater because health facilities are labor-intensive
workplaces. The purpose of this study to determine the relationship of work
motivation with the behavior of the use of personal protective equipment (PPE) to
medical waste officers at Bangli General Hospital. The type of this research is
observational research with cross sectional approach implemented in Bangli
General Hospital, with 36 respondents. Data were collected by using
questionnaire and univariate and bivariate analysis. Result of this research, there
are 25% resonden have low motivation and as many as 27,8% of respondent have
behavior of usage of PPE which is not good. The result of bivariate analysis
shows that there is a significant correlation between work motivation and the
behavior of PPE usage (p value 0,003) with medium relationship level 0,448. The
conclusion is that there is a significant correlation between work motivation and
the behavior of PPE usage on medical waste officer in Bangli General Hospital.

Keywords: Motivation, Behavior, PPE

Abstrak : Fasilitas kesehatan rumah sakit, merupakan tempat kerja yang sangat
sarat dengan potensi bahaya kesehatan dan keselamatan pekerjanya. Risiko
terjadinya gangguan kesehatan dan kecelakaan menjadi semakin besar mengingat
fasilitas kesehatan merupakan tempat kerja yang padat tenaga kerja. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi kerja dengan perilaku
penggunaan alat pelindung diri pada petugas sampah medis di RSU Bangli. Jenis
penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional
yang dilaksanakan di RSU Bangli, dengan jumlah responden sebanyak 36 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner dan dilakukan
analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini, terdapat 25% resonden
memiliki motivasi yang rendah dan sebanyak 27,8% responden memiliki perilaku
penggunaan APD yang tidak baik. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada
hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan perilaku penggunaan APD
(nilai p 0,003) dengan tingkat hubungan sedang sebesar 0,448. Kesimpulan yang
didapat adalah ada hubungan yang signifikan antara motivasi kerja dengan
perilaku penggunaan APD pada petugas sampah medis di RSU Bangli.

Kata Kunci : Motivasi, Perilaku, APD

Industri pelayanan kesehatan berpengaruh pada kesejahteraan


merupakan sektor penting yang masyarakat. Seiring berjalannya

1 Mahasiswa Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar 1


2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Denpasar
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

pemikiran manajemen, pendekatan fasilitas kesehatan rumah sakit lebih


pemikiran bisnis mengarah pada tinggi dibandingkan tempat kerja
konsep supply chain manajemen. lainnya(3)
Pengelolaan yang dilakukan industri Rumah sakit sebagai industri
harus menyeluruh, melihat semua jasa merupakan sebuah industri yang
stakeholder yang sering terkait dalam mempunyai beragam persoalan
ragkaian supply chain. Hal tersebut tenaga kerja yang rumit dengan
sangat penting dalam memastikan berbagai risiko terkena penyakit
tingginya standar pelayanan, serta akibat kerja bahkan kecelakan akibat
menjaga kepuasan para pengelola kerja sesuai jenis pekerjaannya,
dan pada saat yang bersamaan tetap sehingga berkewajiban menerapkan
menjaga keselamatan pasien dan juga upaya Keselamatan dan Kesehatan
tenaga kesehatan(1) Kerja di Rumah Sakit (K3RS).
Fasilitas pelayanan kesehatan Pelaksanaan Kesehatan dan
adalah suatu tempat yang digunakan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
untuk menyelenggarakan upaya satu bentuk upaya untuk
pelayanan kesehatan, baik promotif, menciptakan tempat kerja rumah
preventif, kuratif serta rehabilitatif sakit yang aman, sehat, bebas dari
yang dilakukan oleh pemerintah pencemaran lingkungan, sehingga
daerah dan masyarakat(2). Fasilitas dapat mengurangi dan atau bebas
kesehatan, termasuk di dalamnya dari kecelakaan kerja dan penyakit
adalah rumah sakit, merupakan akibat kerja yang pada akhirnya
tempat kerja yang sangat sarat dapat meningkatkan efisiensi dan
dengan potensi bahaya kesehatan dan produktivitas kerja(4)..
keselamatan pekerja. Risiko Tahun 2012, ILO mencatatat
terjadinya gangguan kesehatan dan angka kematian yang disebabkan
kecelakaan menjadi semakin besar oleh KK dan PAK sebanyak 2 juta
mengingat fasilitas kesehatan kasus setiap tahun (Kepmenkes RI,
merupakan tempat kerja yang padat 2014). Ancaman kecelakaan kerja di
tenaga kerja. Berbagai penelitian tempat kerja di negara berkembang
menunjukan bahwa prevalensi seperti Indonesia masih sangat
gangguan kesehatan yang terjadi di tinggi. Hasil laporan National Safety

2
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

Council tahun 1988 menunjukkan fungsinya mengisolasi sebagian atau


bahwa terjadinya kecelakaan kerja di seluruh tubuh dari potensi bahaya di
rumah sakit 41% lebih besar dari tempat kerja.
pekerja industri lainnya. Kasus yang Pihak rumah sakit harus mencari
sering terjadi adalah tertusuk jarum, cara untuk mendorong para
terkilir, sakit pinggang, tergores, luka karyawannya untuk mempunyai
bakar dan penyakit infeksi kemauan dalam bekerja untuk
lainnya(5). mencapai tujuan dari penerapan K3
Berdasarkan data-data yang ada di rumah sakit, dan cara yang dapat
insiden akut secara signifikan lebih dilakukan adalah dengan memotivasi
besar terjadi pada pekerja rumah para karyawannya. Pada penelitian
sakit dibandingkan dengan seluruh terdahulu didapatkan bahwa disisi
pekerja dilihat dari jenis kelamin, lain sikap kerja yang kurang baik
ras, umur, dan status pekerjaan. bisa timbul karena rendahnya
Pekerja rumah sakit berisiko 1,5 kali motivasi kerja. Sehingga masalah
lebih besar dari golongan lain. sikap kerja ini juga dapat
Probabilitas penularan HIV setelah memengaruhi kinerja karyawan
luka tusuk jarum suntik yang dalam memberikan pelayanan
terkontaminasi HIV 4 : 1000. Risiko kepada konsumen sehingga keluhan
penularan HCV setelah luka tusuk dari konsumen muncul dan bahkan
jarum suntik yang mengandung HCV dapat merugikan diri karyawan itu
3-100 (Kepmenkes RI, 2010). sendiri(6).
Berdasarkan insiden yang ada, Oleh sebab itu, motivasi kerja
bentuk upaya perlindungan yang disebut sebagai pendorong semangat
dapat dilakukan adalah dengan kerja. Kuat dan lemahnya motivasi
menggunakan Alat Pelindung Diri kerja seorang tenaga kerja ikut
(APD). Menurut Peraturan Menteri menentukan besar kecilnya kinerja
Tenaga Kerja Dan Transmigrasi RI karyawan. Sikap kerja yang baik
Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Alat merupakan salah satu faktor yang
Pelindung Diri, APD adalah suatu penting agar kinerja dapat berjalan
alat yang mempunyai kemampuan secara optimal. Sikap yang dimaksud
untuk melindungi seseorang yang adalah sikap karyawan dalam

3
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

menjaga keselamatan kerjanya saat observasional dengan metode cross


melaksanakan suatu pekerjaan atau sectional. Sampel dari penelitian ini
kegiatan(7). adalah petugas yang menangani
Berdasarkan studi pendahuluan sampah medis di RSU Bangli
di RSU Bangli, sebagian besar sebanyak 36 orang. Sampel dalam
petugas cleaning service (CS) yang penelitian di ambil dari seluruh
bertugas mengangkut sampah medis populasi mengingat apabila subjek
bekerja tanpa menggunakan alat penelitian kurang dari 100, maka
pelindung diri yang lengkap. Seperti seluruh populasi diambil sebagai
tidak menggunakan handscoun dan sampel sehingga penelitian ini
celemek. Pihak petugas K3RS juga merupakan penelitian populasi.
telah melakukan komunikasi, Teknik penentuan sampel yang
informasi, dan edukasi (KIE) pada digunakan dalam penelitian ini
petugas CS, namun pelaksanaan dari adalah non probability sampling
petugas CS masih kurang. Menurut merupakan sampling jenuh yang
hasil wawancara yang telah menggunakan teknik penarikan
dilakukan, petugas CS tersebut malas sampel bila semua anggota populasi
untuk menggunakan APD yang telah digunakan sebagai sampel. Cara
disiapkan. Sedangkan sampah yang pengumpulan data yaitu melalui
diangkut merupakan sampah medis wawancara kepada responden
infeksius dan benda tajam yang dengan menggunakan kuisioner
berpotensi mengenai petugas jika ditiap variabel untuk mengetahui
tidak berhati-hati saat pengangkutan. hasil penelitian yang didapatkan,
serta observasi dilakukan untuk
Metode mengetahui tindakan yang dilakukan
Jenis penelitian yang akan responden sesuai kuesioner.
dipergunakan oleh peneliti adalah

4
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

Hasil Penelitian 2. Perilaku penggunaan APD responden


1. Motivasi kerja responden Tabel 2
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Penggunaan APD Pada
Motivasi Kerja Pada Petugas Sampah Petugas Sampah Medis di RSU
Medis di RSU Bangli Tahun 2018 Bangli Tahun 2018

Motivasi Kerja Frekuensi % Kriteria Perilaku Frekuensi %


Tinggi 27 75 Baik 26 72,2
Rendah 9 25 Tidak Baik 10 27,8
Jumlah 36 100 Jumlah 36 100

Pengukuran motivasi kerja ini Pengukuran perilaku dalam


dilakukan pada petugas sampah penelitian ini dilakukan pada petugas
medis yaitu dengan mengukur sampah medis dengan mengukur
tingkat motivasi kerja responden menggunakan kuisioner tentang
yang diperoleh dari jawaban perilaku responden tentang
responden pada kuesioner. penggunaan APD dan diperoleh
Berdasarkan hasil penelitian motivasi jawaban atas pertanyaan pada
kerja responden dibagi menjadi dua kuisioner. Berdasarkan hasil
tingkatan yaitu tinggi dan rendah. penelitian perilaku dibagi menjadi
Hasil penelitian tersebut menjelaskan tiga bagian yaitu pengetahuan, sikap,
bahwa sebanyak 75% responden dan tindakan dengan kategori yaitu
mempunyai motivasi kerja yang baik dan tidak baik. Hasil penelitian
tinggi. tersebut menjelaskan bahwa
sebanyak 72,2% responden memiliki
perilaku penggunaan APD yang baik.

5
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

3. Analisis hubungan motivasi kerja dengan perilaku penggunaan alat pelindung diri
Tabel 3
Hubungan Motivasi Kerja Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada
Petugas Sampah Medis di RSU Bangli Tahun 2018

Perilaku Penggunaan APD


Motivasi Total Nilai
Baik Tidak Baik CC
Kerja p
f % F % f %
Tinggi 23 85,2 4 14,8 27 100
0,003 0,448
Rendah 3 33,3 6 66,7 9 100
Jumlah 26 72,2 10 27,8 36 100

Berdasarkan hasil tabulasi banyak memiliki perilaku


diketahui sebanyak 27 responden penggunaan APD yang baik daripada
yang memiliki motivasi kerja yang yang tidak baik.
tinggi, 23 orang atau 85,2 % Nilai p yang diperoleh dengan
diantaranya memiliki perilaku uji pearson chi square untuk
penggunaan APD yang baik dan 4 asymp.sig (2-sided) adalah 0,003
orang atau 14,8 % memiliki perilaku atau nilai p < 0,05 maka, Ha
penggunaan APD yang tidak baik. diterima, yang artinya ada hubungan
Sebanyak 9 responden yang memiliki yang singnifikan antara motivasi
motivasi kerja yang rendah, 3 orang kerja dengan perilaku penggunaan
atau 33,3 % memiliki perilaku alat pelindung diri pada petugas
penggunaan APD yang baik dan 6 sampah medis dengan nilai CC
orang atau 66,7 % memiliki perilaku (Coefficient Contingency) 0,448
penggunaan APD yang tidak baik. yaitu dengan tingkat hubungan
Dari semua responden yang memiliki sedang.
motivasi kerja yang tinggi, lebih

6
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

Pembahasan karyawan yang menimbulkan dan


1. Motivasi kerja responden mengarahkan perilaku karyawan(8).
Pengukuran variabel motivasi 2. Perilaku penggunaan APD responden
kerja pada penelitian ini dilakukan Pengukuran variabel perilaku
dengan menggunakan kuisioner pada penggunaan APD pada penelitian ini
36 responden dengan jumlah dilakukan dengan menggunakan
pertanyaan sebanyak 9 pertanyaan. kuisioner pada 36 responden dengan
Berdasarkan hasil dari penelitian jumlah pertanyaan sebanyak 23
didapatkan bahwa skor tertinggi pertanyaan. Berdasarkan hasil
untuk penilaian motivasi kerja yang penelitian didapatkan bahwa skor
telah dijawab oleh petugas sampah tertinggi untuk penilaian perilaku
medis yaitu 8 (delapan) dan skor penggunaan APD pada petugas
terendah yang dijawab yaitu 4 sampah medis yaitu 22 (dua puluh
(empat). dua) dan skor terendah yaitu 10
Hasil yang telah didapat (sepuluh).
menggambarkan motivasi kerja yang Hasil tersebut menggambarkan
dimiliki responden tergolong baik. bahwa perilaku responden tentang
Namun, banyak responden yang penggunaan APD adalah baik.
masih khawatir akan kecelakaan Namun masih ada responden yang
kerja yang disebabkan oleh sampah tidak memakai APD dengan baik.
medis. Hal tersebut dikarenakan Perilaku merupakan hasil hubungan
reponden tidak memiliki jaminan antara perangsang (stimulus) dan
kesehatan yang diberikan pihak respon. Perilaku seseorang dapat
rumah sakit. Kurangnya pelatihan dilihat dari pengetahuan, sikap, serta
yang diberikan kepada responden tindakan dalam melaksanakan suatu
juga mengakibatkan kurangnya pekerjaan(9).
pemahaman tentang K3 serta 3. Hubungan motivasi kerja dengan
motivasi yang kurang akan perilaku penggunaan alat pelindung
mempengaruhi produktifitas kerja diri
responden. Motivasi kerja adalah Sebanyak 27 responden yang
kekuatan yang mendorong seseorang memiliki motivasi kerja yang tinggi
dengan 4 orang atau 14,8 % memiliki

7
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

perilaku penggunaan APD yang tidak (stimulus) dan respon. Perilaku


baik. Sebanyak 9 responden yang seseorang dapat dilihat dari
memiliki motivasi kerja yang rendah, pengetahuan, sikap, serta tindakan
6 orang atau 66,7 % memiliki dalam melaksanakan suatu
perilaku penggunaan APD yang tidak pekerjaan(7).
baik. Hasil pengolahan data dari Penelitian oleh Wijayanto
penelitian ini diperoleh nilai p (2015)(10), kesimpulan yang
dengan uji pearson chi square untuk didapatkan dari penelitiannya adalah
asymp.sig (2-sided) adalah 0,003 ada hubungan motivasi dengan
atau nilai p < 0,05 maka Ha diterima, perilaku pemakaian APD, serta
yang artinya ada hubungan yang dengan kategori lemah. Dalam
singnifikan antara motivasi kerja penelitian tersebut menjelaskan
dengan perilaku penggunaan alat bahwa motivasi dipengaruhi oleh
pelindung diri pada petugas sampah meningkatnya usia seseorang
medis dengan nilai CC (Coefficient sehingga diharapkan dapat menerima
Contingency) 0,448 yaitu dengan informasi yang baik untuk
tingkat hubungan sedang. meningkatkan pengetahuan dan
Motivasi kerja disebut sebagai berperilaku yang baik.
pendorong semangat kerja setiap Hasil penelitian ini juga
tenaga kerja. Kuat dan lemahnya diperkuat oleh penelitian Kasim
motivasi kerja seseorang tenaga kerja (2017)(11) yang menunjukan bahwa
ikut menentukan besar kecilnya 34 responden (81,0%) yang memiliki
kinerja tenaga kerja. Perilaku kerja motivasi baik, dengan 1 responden
yang baik merupakan salah satu (2,4%) yang memiliki kepatuhan
faktor yang penting agar kinerja penggunaan APD yang kurang.
dapat berjalan secara optimal. Sedangkan reponden yang memiliki
Perilaku yang dimaksud adalah motivasi kurang sebanyak 3
perilaku kerja dalam menjaga responden (7,1%) yang tidak patuh
keselamatan kerjanya saat menggunakan APD, serta sebanyak 4
melaksanakan suatu pekerjaan atau responden (9,5%) memiiliki
kegiatan. Perilaku merupakan hasil kepatuhan penggunaan APD.
hubungan antara perangsang Berdasarkan hasil uji statistik

8
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

penelitian tersebut dapat dikatakan Simpulan


bahwa adanya hubungan yang 1. Motivasi kerja responden petugas
signifikan antara motivasi dengan sampah medis di RSU Bangli
kepatuhan dalam penggunaan APD. tergolong tinggi dengan jumlah
Kepatuhan penggunaan APD pekerja yang mempunyai motivasi
merupakaan perilaku yang baik kerja tinggi paling banyak yaitu
dalam mentaati penggunaan APD. sebanyak 27 orang atau 75 %.
Motivasi dan perilaku merupakan hal 2. Perilaku penggunaan APD pada
yang berbanding lurus dalam arti petugas sampah medis di RSU
semakin tinggi motivasi yang ada Bangli tergolong baik dengan jumlah
didalam diri petugas maka akan responden yang mepunyai perilaku
semakin baik pula perilakunya. penggunaan APD yang baik paling
Berdasarkan hasil yang didapat, banyak yaitu 26 orang atau 72,2 %.
petugas yang menangani sampah 3. Ada hubungan yang signifikan antara
medis di RSU Bangli masih banyak motivasi kerja dengan perilaku
yang berpendidikan SMA. Hasil penggunaan APD petugas sampah
observasi dilapangan didapatkan medis dengan nilai p yaitu 0,003 dan
bahwa responden sangat nilai CC 0,448 yaitu tingkat
membutuhkan perhatian dalam hal hubungan sedang.
bimbingan dan pengawasan dalam
pengelolaan sampah medis. Faktor Saran
motivasi cukup kuat berperan dalam 1. Untuk rumah sakit
mempengaruhi perilaku seseorang, Perlu ditingkatkan pemantauan,
termasuk perilaku petugas sampah penyuluhan, dan pembinaan K3
medis dalam menggunakan alat untuk petugas sampah medis
pelindung diri yang sesuai dengan khususnya mengenai pentingnya
SOP rumah sakit. Selain memotivasi pemakaian alat pelindung diri serta
diri sendiri, motivasi atasan juga perlu penyediaan jaminan kesehatan
sangat diperlukan untuk memberikan bagi petugas sampah medis.
perhatian dan semangat pada petugas 2. Untuk petugas sampah medis
untuk memakai APD saat bekerja. Petugas sampah medis diharapkan
lebih meningkatkan pengetahuan dan

9
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol.9 No.1 Mei 2019: 1-10

kesadaran akan pentingnya saat bekerja untuk keselamatan dan


pemakaian alat pelindung diri pada kesehatan kerja diri

Daftar Pustaka Rineka Cipta; 2006.


1. Lestari Y. Industri Pelayanan 8. Gibson D. Organisasi.
Kesehatan. J Ilm. 2013;2. Jakarta: Binarupa Aksara;
2. RI. K. 1 Orang Pekerja Meninggal 2013.
Setiap 15 Detik Karena Kecelakaan 9. Kholid A. Promosi
Kerja [Internet]. Depkes RI Website. Kesehatan : Dengan
2014 [cited 2018 Jan 12]. Available Pendekatan Teori Perilaku,
from: Media, dan Aplikasinya.
http://www.depkes.go.id/pdf.php?id= Jakarta: Rajawali Pers; 2014.
201411030005 10. Wijayanto W. Hubungan
3. Mauliku NE. Kajian Analisis Motivasi Perawat Dengan
Penerapan Sistem Manajemen K3RS Perilaku Pemakaian Alat
Di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Pelindung Diri Saat
J Kesehat Kartika. 2011;36. Melakukan Kemoterapi Di
4. Maria S. Kejadian Kecelakaan Kerja Ruang Rawat Inap RSUD
Perawat Berdasarkan Tindakan DR. Moewardi. J Ilm.
Tidak Aman. J Care. 2015;3(2):10–1. 2015;5–8.
5. Sholihah QD. K3 RS 11. Kasim YD. Hubungan
Meminimalisasi Kecelakaan Dan Motivasi & Supervisi Dengan
Penyakit Akibat Kerja Di Rumah Kepatuhan Perawat Dalam
Sakit. Malang: Universitas Brawijaya Penggunaan Alat Pelindung
Press.; 2013. Diri (APD) Pada Penanganan
6. Subakti AG. Pengaruh Motivasi, Pasien Gangguan
Kepuasan, Dan Sikap Kerja Muskuloskeletal Di IGD
Terhadap Kinerja Karyawan Di Cafe RSUP Prof. DR. R. D.
X Bogor. Binus Bus Rev. Kandou Manado. E-Journal
2013;4(2):596–606. Keperawatan. 2017;5(1):5–6.
7. Anoraga P. Psikologi Kerja. Jakarta:

10

Anda mungkin juga menyukai