Anda di halaman 1dari 10

SEDEKAH DALAM ISLAM

Dalil yang Menjelaskan Kewajiban Muslim Untuk Bersedekah

Ada banyak sekali dalil atau ayat-ayat Al-quran yang menjelaskan tentang perintah untuk
bersedekah. Diantaranya yaitu:

1. Al-Baqarah ayat 177

“Menghadapkan wajahmu ke arah timur atau barat itu bukanlah suatu kesempurnaan, tapi
sesungguhnya yang sempurna adalah orang yang beriman kepada Allah dan kepada Nabi-Nya,
serta memberikanharta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu
sabil, orang yang meminta-minta dan membebaskan hamba sahaya, dan mendirikan shalat serta
menunaikan zakat.” (QS. Al-Baqarah: 177)

2. Al-Baqarah ayat 254

“Wahai orang yang beriman, berinfaklah kamu atas sebagian rizki yang telah Kami berikan
kepadamu sebelum datang hari yang tidak ada jual beli lagi dan tidak ada lagi persahabatan
serta syafa’at kecuali atas izin Allah”. (QS.Al-Baqarah: 254)

3. Al-Baqarah ayat 274

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya di waktu malam dan siang secara sembunyi dan
terang-terangan maka mereka mendapat pahala dari Tuhannya. Maka tidak ada ketakutan atas
mereka dan tidak ada berduka cita bagi mereka.”(QS. Al-Baqarah: 274)

4. Al-Baqarah ayat 272

“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang
memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik
yang kamu nafkahkan (di jalan allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah
kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta
yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang
kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah : 272)

5. Al-Baqarah ayat 273

“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak
dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena
memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka
tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui.” (QS. Al-Baqarah :
273)
6. Al-Baqarah ayat 195

“Dan berikanlah infak di jalan Allah dan janganlah engkau menjatuhkan dirimu ke dalam
kebinasaan, dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang yang berbuat
baik.” (QS. Al-Baqarah: 195)

7. Saba ayat 39

“Katakanlah Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rizki pada siapa yang dikehendaki-Nya


diantara hamba-hamba-Nya, dan Allah menyempitkan rizki pada orang yang dikehendaki-Nya.
Dan apapun yang kamu infakkan atas rizki yang diberikan Allah, maka Allah menggantinya
kembali dan Allah-lah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Saba’: 39)

8. Ibrahim ayat 31

“Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang beriman; ‘Hendaklah mereka mendirikan shalat,


menginfakkan sebagian rizki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyi-sembunyi atau
terang-terangan sebelum datang suatu hari yang tidak ada jual beli dan persahabatan.” (QS.
Ibrahim: 31)

9. Al Hajj ayat 34-35

“Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syari’atkan penyembelihan (kurban), supaya mereka
menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah dirizkikan Allah kepada mereka,
maka Ilahmu ialah Ilah Yang Mahaesa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah). Yaitu orang-
orang yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar
terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan shalat dan orang-orang
yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rizkikan kepada mereka.” (QS. Al-Hajj:
34-35)

10. Al-Mu’minun ayat 60-61

“Dan orang-orang yang memberikan sebagian hartanya sementara hati mereka takut maka
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya. Orang inilah yang bersegera kepada
kebaikan dan merekalah yang mendapatkannya lebih dulu.”(Qs. Al-Mu’minun: 60-61)

11. Surat Ali Imran ayat 92

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya
Allah mengetahuinya.” (QS. Ali-Imran: 92)
Keutaaman Bersedekah Dalam Islam

Dalam islam, Bersedehkah sendiri dipandang sebagai kegiatan yang menghasilkan pahala .
Karena dengan bersedekah, kita akan mampu merasakan nikmatnya berbagi, dan merasakan
bagaimana ujian yang dialami orang yang kita berikan sedekah. Selain itu, dengan bersedekah
pula, kita akan mengurangi sedikit demi sedikit dosa yang pernah kita perbuat. berikut ini,
beberapa keutamaan bersedekah yang luar biasa, antara lain:

1. Dilipatgandakan pahalanya

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan


meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan
(pahalanya) kepada mereka dan bagi mereka pahala yang banyak“. (QS. Al-Hadid: 18)

Allah berfirman yang artinya: “Perumpamaan orang-orang yang mendermakan (shodaqoh)


harta bendanya di jalan Allah, seperti (orang yang menanam) sebutir biji yang menumbuhkan
tujuh untai dan tiap-tiap untai terdapat seratus biji dan Allah melipat gandakan (balasan)
kepada orang yang dikehendaki, dan Allah Maha Luas (anugrahNya) lagi Maha Mengetahui“.
(QS. Al-Baqoroh: 261)

2. Mendapatkan naungan di alam kubur

“Sesungguhnya sedekah itu benar-benar akan dapat memadamkan panasnya alam kubur bagi
penghuninya, dan orang mukmin akan bernaung dibawah bayang-bayang sedekahnya“. (HR.
At-Thabrani)

3. Memanjangkan umur

“Sesungguhnya sedekahnya orang muslim itu dapat menambah umurnya, dapat mencegah
kematian yang buruk (su’ul khotimah), Allah akan menghilangkan darinya sifat sombong,
kefakiran dan sifat bangga pada diri sendiri“. (HR. Thabrani).

4. Diganti dengan sesuatu yang lebih baik

“Apapun harta yang kalian infakkan maka Allah pasti akan menggantikannya, dan Dia adalah
sebaik-baik pemberi rezeki“. (QS. Saba ayat 39)

5. Tidak akan mengurangi harta

“Harta itu tidak akan kurang dengan disedekahkan.” (HR. Imam Muslim).

6. Mengobati penyakit

“Peliharalah harta bendamu dengan cara mengeluarkan zakat. Dan obatilah penyakitmu
dengan sedekah. Dan hadapilah cobaan yang datang bertubi-tubi dengan do’a dan
merendahkan diri kepada Allah.” (HR. Abu Daud).
7. Mempermudah datangnya rezeki

Dari Abu Hurairah r.a bahwasahnya Nabi Muhammad Shalla Allahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda:“ Tidaklah hamba Allah menempuh waktu pagi mereka kecuali ada dua malaikat yang
mendo’akannya, salah satu dari kedua malaikat tersebut berdo’a ‘Ya Allah berikanlah ganti
kepada orang yang berifak’ dan Malaikat yang satunya berdo’a ‘Ya Allah berikanlah
kehancuran kepada orang yang kikir“. (HR Bukhari)

8. Menyelamatkan diri dari api neraka

Dari Adi bin Hatim r.a, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Jagalah diri kalian
dari api neraka walaupun hanya dengan bersedekah separuh biji kurma.” (HR Bukhari)

9. Menjadi amal jariyah

“Apabila anak Adam (manusia) meninggal dunia, maka terputuslah semua (pahala) amal
perbuatannya kecuali tiga macam perbuatan, iaitu sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan
anak soleh yang mendoakannya” (HR Muslim)

10. Menghapus dosa

“Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu
lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu;
dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah : 271)

Sedekah Yang Utama


1.  Sedekah Sirriyyah

Sedekah sirriyyah adalah sedekah yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Sedekah ini
sangat utama karena lebih mendekati ikhlas dan selamat dari sifat riya’. Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:

“Jika kamu Menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu
lebih baik bagimu.” (QS. Al Baqarah: 271)

Perlu diketahui, bahwa yang utama untuk disembunyikan adalah pada sedekah kepada fakir dan
miskin. Hal ini, karena ada banyak jenis sedekah yang mau tidak mau harus ditampakkan, seperti
membangun masjid, membangun sekolah, jembatan, membuat sumur, membekali pasukan jihad
dan sebagainya.
Di antara hikmah menyembunyikan sedekah kepada fakir miskin adalah untuk menutupi aib
saudara kita yang miskin tersebut. Sehingga tidak tampak di kalangan manusia serta tidak
diketahui kekurangan dirinya. Tidak diketahui bahwa tangannya berada di bawah dan bahwa dia
orang yang tidak punya. Hal ini merupakan nilai tambah tersendiri dalam berbuat ihsan kepada
fakir-miskin. Oleh karena itu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji sedekah sirriyyah,
memuji pelakunya dan memberitahukan bahwa dia termasuk tujuh golongan yang dinaungi
Allah Subhanahu wa Ta’ala nanti pada hari kiamat.

2.  Sedekah Dalam Kondisi Sehat

Bersedekah dalam kondisi sehat lebih utama daripada berwasiat ketika sudah menjelang ajal,
atau ketika sudah sakit parah dan sulit diharapkan kesembuhannya. Abu Hurairah meriwayatkan
bahwa ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya,
“Wahai Rasulullah, sedekah apa yang paling utama?” Beliau menjawab:
َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ ُ ْ َ َ َ َ َّ َ ُ ْ ُ َ َ َ ْ ُ ُ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ ٌ َ ٌ َ َ ْ َ َ َ َّ َ َ ْ َ
« ‫ َوق ْد‬، ‫ َو ِل ُفال ٍن كذا‬، ‫ ِل ُفال ٍن كذا‬: ‫وم قل َت‬ ‫ وال تم ِهل حتى ِإذا بلغ ِت الحلق‬، ‫ تخشى الفقر وتأمل ال ِغنى‬، ‫أن تصدق وأنت ص ِحيح ش ِحيح‬
َ ُ َ َ
‫ » كان ِلفال ٍن‬.

“Engkau bersedekah dalam kondisi sehat dan berat mengeluarkannya, dalam kondisi kamu
khawatir miskin dan mengharap kaya. Maka janganlah kamu tunda, sehingga ruh sampai di
tenggorokan, ketika itu kamu mengatakan, “Untuk fulan sekian, untuk fulan sekian, dan untuk
fulan sekian.” Padahal telah menjadi milik si fulan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.  Sedekah Setelah Kebutuhan Wajib Terpenuhi

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari
keperluan.” Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”
(QS. Al Baqarah: 219)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


ُ ‫ َو ْاب َد ْأ ب َم ْن َت ُع‬، ‫ان َع ْن َظ ْهر ِغ ًنى‬
‫ول‬ َ ‫الص َد َقة َما َك‬
ِ َّ ‫خي ُر‬
َْ
ِ ِ

“Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah dari orang
yang kamu tanggung.” (HR. Bukhari)

4. Sedekah dengan Kemampuan Maksimal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


َ ْ ُ ‫مْل‬ َ َّ ُ َ ْ َ
‫ِل َو ْاب َدأ ِب َم ْن ت ُع ْو ُل‬GF ِّ ‫الص َدق ِة ُج ْه ُد ا ِق‬ ‫أفضل‬
“Sedekah yang paling utama adalah sedekah maksimal orang yang tidak punya, dan mulailah
dari orang yang kamu tanggung.” (HR. Abu Dawud dan Hakim, dishahihkan oleh Syaikh al-
Albani dalam Shahihul Jami’ no. 1112)

Imam al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah berkata, “Hendaknya seorang memilih untuk
bersedekah dengan kelebihan hartanya, dan menyisakan secukupnya untuk dirinya karena
khawatir terhadap fitnah fakir (kemiskinan). Sebab, boleh jadi dia akan menyesal atas apa yang
dia lakukan (dengan berinfak seluruh atau melebihi separuh harta) sehingga merusak pahala.
Sedekah dan kecukupan hendaknya selalu eksis dalam diri manusia. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak mengingkari Abu Bakar yang keluar dengan seluruh hartanya, karena
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu persis kuatnya keyakinan Abu Bakar dan kebenaran
tawakkalnya, sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir fitnah itu menimpanya
sebagaimana Beliau khawatir terhadap selain Abu Bakar. Bersedekah dalam kondisi keluarga
sangat butuh dan kekurangan, atau dalam keadaan menanggung banyak utang bukanlah sesuatu
yang dikehendaki dari sedekah itu. Karena membayar utang dan memberi nafkah keluarga atau
diri sendiri yang memang butuh adalah lebih utama. Kecuali jika memang dirinya sanggup untuk
bersabar dan membiarkan dirinya mengalah meskipun sebenarnya membutuhkan sebagaimana
yang dilakukan Abu Bakar dan itsar (mendahulukan orang lain) yang dilakukan kaum Anshar
terhadap kaum muhajirin.”

Oleh karena itu, para ulama mensyaratkan bolehnya bersedekah dengan semua harta apabila
orang yang bersedekah kuat, mampu berusaha, bersabar, tidak berutang dan tidak ada orang yang
wajib dinafkahi di sisinya. Ketika syarat-syarat ini tidak ada, maka bersedekah ketika itu adalah
makruh.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


ْ َ َّ َ َ َ َ َ َْ َ ْ َ َ ٌ َ َ َ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ ٌ َ َ َّ َْ
« ‫ص َّدق َت ِب ِه َعلى ِم ْس ِك ٍين َو ِد َين ٌار أن َف ْق َت ُه َعلى أ ْه ِل َك أ ْعظ ُم َها أ ْج ًرا ال ِذى أن َف ْق َت ُه‬‫ِد َين ٌار أن َف ْق َت ُه ِفى َس ِب ِيل الل ِه و ِدينار أنفقته ِفى رقب ٍة و ِدينار ت‬
َ َ
‫ » َعلى أ ْه ِل َك‬.

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan
budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun dinar yang kamu
keluarkan untuk keluargamu (anak-isteri) lebih besar pahalanya.” (HR. Muslim)

6. Bersedekah Kepada Kerabat

Disebutkan bahwa Abu Thalhah radhiyallahu ‘anhu memiliki kebun kurma yang sangat indah
dan sangat dia cintai, namanya Bairuha’. Ketika turun ayat:

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebagian harta yang kamu cintai.” (QS. Ali Imran: 92)
Maka Abu Thalhah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan bahwa
Bairuha’ diserahkan kepada Beliau, untuk dimanfaatkan sesuai kehendak Beliau. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyarankan agar ia membagikan bairuha’ kepada kerabatnya.
Maka Abu Thalhah melakukan apa yang disarankan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
membagikannya untuk kerabat dan keponakannya (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:


ٌَ ٌَ َ
‫ص َدقة َو ِصلة‬
َْ
 :  ‫الر ِح ِم اثن َت ِان‬ َ ‫لص َد َق ُة َع َلى امْل ِ ْسك ْين‬
َّ ‫ص َد َق ٌة َو ِه َي َع َلى ِذي‬ َّ ‫َا‬
ِ ِ

“Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, dan kepada kerabat ada dua
(kebaikan); sedekah dan silaturrahim.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Hakim,
Shahihul Jami’ no. 3858)

Secara lebih khusus, setelah menafkahi keluarga yang menjadi tanggungan adalah memberikan
nafkah kepada dua kelompok:

A. Anak yatim yang masih ada hubungan kerabat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Tetapi Dia tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apa jalan yang
mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada
hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau kepada orang miskin
yang sangat fakir. (QS. Al Balad: 11-16)

B. Kerabat yang memendam permusuhan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫اش ِح‬
َْ َّ ‫الص َد َق ُة َع َلى ِذي‬
َّ ‫الص َد َق ِة‬ َ ‫َأ ْف‬
َّ ‫ض ُل‬
ِ ‫الر ِح ِم الك‬

“Sedekah yang paling utama adalah sedekah kepada kerabat yang memendam permusuhan.”
(HR. Ahmad dan Thabrani dalam al-Kabir, Shahihul Jami’ no. 1110)

7. Bersedekah Kepada Tetangga

Dalam suratAn Nisaa’ ayat 36 disebutkan perintah berbuat baik kepada tetangga, baik yang dekat
maupun yang jauh. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada Abu Dzar:
َ َ ْ ََ ً َ ْ َ َ َ َ
« ‫ ٍٍّر ِإذا ط َبخ َت َم َرقة فأك ِث ْر َم َاء َها َوت َع َاه ْد ِج َيران َك‬GF ‫ » َيا أ َبا ذ‬.

“Wahai Abu Dzar! Jika kamu memasak sop, maka perbanyaklah kuahnya, lalu bagilah
sebagiannya kepada tetanggamu.” (HR. Muslim)
8. Bersedekah Untuk Jihad fii Sabilillah
9. Bersedekah Kepada Kawannya yang Berada di Jalan Allah

Kedua hal di atas (no. 8 dan 9) berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
َّ ْ ‫الله َو ِد َين ٌار ُي ْنف ُق ُه َع َلى َأ‬
« ‫ص َح ِاب ِه ِفى َس ِب ِيل الل ِه‬
َّ َ َ َ َ ُ َّ ‫الر ُج ُل د َين ٌار ُي ْنف ُق ُه َع َلى ع َياله َود َين ٌار ُي ْنف ُق ُه‬ َ ‫َأ ْف‬
َّ ‫ض ُل ِد َين ٍار ُي ْن ِف ُق ُه‬
ِ ِ ‫الرج ُل على د َّاب ِت ِه ِفى س ِب ِيل‬ ِ ِ ِِ ِ ِ ِ
»

“Dinar yang paling utama adalah dinar yang dikeluarkan seseorang untuk menafkahi
keluarganya, dinar yang dikeluarkan untuk kendaraannya (yang digunakan) di jalan Allah dan
dinar yang dikeluarkan kepada kawannya di jalan Allah.” (HR. Muslim)
َ َ َ َّ ً َ َ ََ َ َ َّ ً َ
‫ َو َم ْن خلف غ ِازيا ِفى َس ِب ِيل الل ِه ِبخ ْي ٍر ف َق ْد غ َزا‬، ‫َم ْن َج َّه َز غ ِازيا ِفى َس ِب ِيل الل ِه ف َق ْد غ َزا‬

“Barang siapa mempersiapkan (membekali) orang yang berperang, maka sungguh ia telah
berperang. Barang siapa yang menanggung keluarga orang yang berperang, maka sungguh ia
telah berperang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

10. Sedekah Jariyah

Sedekah jariyah adalah sedekah yang pahalanya terus mengalir meskipun ia sudah meninggal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َ َ ‫ص َد َق ٍة َجار َي ٍة َأ ْو ع ْلم ُي ْن َت َف ُع به َأ ْو َو َل ٍد‬
‫ص ِال ٍح َي ْد ُعو ل ُه‬ َ ‫ان ْان َق َط َع َع ْن ُه َع َم ُل ُه إ َّال م ْن َث َال َث ٍة إ َّال م ْن‬ َ ‫إ َذا َم‬
ُ ‫ات اإل ْن َس‬
ِِ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ

“Apabila cucu Adam meninggal, maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga; sedekah
jariyah, ilmu yang dimanfa’atkan atau anak shalih yang mendo’akan (orang tua)nya.” (HR.
Muslim)

Termasuk sedekah jariyah adalah waqf, pembangunan masjid, madrasah, pengadaan sarana air
bersih, menggali sumur, menanam pohon agar buahnya dapat dimanfaatkan banyak orang dan
proyek-proyek lain yang dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh masyarakat.

Imam as-Suyuthiy membuatkan sya’ir menyebutkan hal-hal yang bermanfaat bagi seorang
sesudah meninggalnya:
ْ َ َ َ ‫ا َذا َم‬
‫ َعل ْي ِه ِم ْن ِف َع ٍال غ ْي ِر َعش ٍر‬ ‫ات ْاب ُن َاد َم َي ْج ِري‬ ِ

َ ُ َ َ َّ َ ْ َّ َ َ ُ
‫ات ت ْج ِري‬ ‫ َوغ ْر ِس النخ ِل والصدق‬ ‫اء ن ْج ٍل‬Fِ ‫ُعل ْو ٍم َب َّث َها َو ُد َع‬
َ ْ ْ َْ َ َ َ ْ ُ َ ََ
‫ َو َح ْف ِر ال ِبئ ِر أ ْو ِإ ْج َر ِاء َن ْه ٍر‬  ‫اط ثغ ٍر‬
ِ ‫وراث ِة مصح ٍف و ِرب‬
ْ َ ْ َ ْْ
‫ِل ِذك ٍر‬GF ِّ ‫ ِإل ْي ِه أ ْو ِب َن ِاء َم َح‬   ‫َو َب ْي ٍت للغ ِر ْي ِب َب َن ُاه َيأ ِوى‬
“Apabila cucu Adam Adam meninggal, maka mengalirlah kepadanya sepuluh perkara;,
Ilmu yang disebarkannya, doa anak saleh, pohon kurma yang ditanamnya serta sedekahnya yang
mengalir,
Mushaf yang diwariskan dan menjaga perbatasan,
Menggali sumur, mengalirkan sungai, rumah untuk musafir yang dibangunnya atau membangun
tempat ibadah.”

PERKARA YANG MEMBATALKAN SEDEKAH


Ada beberapa perkara yang dapat menghilangkan pahala sedekah diantaranya adalah:
[9]
1.       Al-Mann (membangkit-bangkitkan) artinya menyebut-nyebut dihadapan orang banyak.
2.   Al-Adza (menyakiti) artinya sedekah itu dapat menyakiti perasaan orang lain yang
menerimanya baik dengan ucapan atau perbuatan. Mereka ini tidak mendapat manfaat
di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala diakhirat. Poin satu
dan dua didasari oleh Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 264 yang artinya “Hai orang-
orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)”. (Q.S.Al-Baqarah :2/264)
3.    Riya (memamerkan) artinya memperlihatkan sedekah kepada orang lain karena ingin
dipuji. Bersedekah jika ada orang tetapi jika dalam keadaan sepi ia tidak mau
bersedekah, ini dijelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 262 yang artinya “Orang-orang
yang menafkahkan hartanya dijalan Allah, keudian mereka tidak mengiringi apa yang
dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak ada (pula) mereka bersedih hati”.
(Q.S.Al-Baqarah :2/262)[10]

BENTUK-BENTUK SEDEKAH
Dalam Islam sedekah memiliki arti luas bukan hanya berbentuk materi tetapi mencakup
semua kebaikan baik bersifat fisik maupun non fisik. Berdasarkan hadist, para ulama
membagi sedekah menjadi :
1.        Memberikan sesuatu dalam bentuk materi kepada orang lain.
2.        Berbuat baik dan menahan diri dari kejahatan.
3.        Berlaku adil dalam mendamaikan orang yang sedang bersengketa.
4.        Membantu orang lain yang akan menaiki kendaraan yang akan ditumpanginya.
5.        Membantu mengangkat barang orang lain kedalam kendaraannya.
6.        Menyingkirkan benda-benda yang mengganggu dari tengah jalan seperti duri, batu
kayu dll.
7.        Melangkahkan kaki ke jalan Allah.
8.        Mengucapkan zikir seperti tasbih, takbir, tahmid, tahlil dan istighfar.
9.        Menyuruh orang lain berbuat baik dan mencegahnya dari kemungkaran.
10.    Membimbing orang buta, tuli dan bisu serta menunjuki orang yang meminta petunjuk
tentang sesuatu seperti alamat rumah.
11.    Memberikan senyuman kepada orang lain.

Anda mungkin juga menyukai