Anda di halaman 1dari 68

HUBUNGAN ANTARA KELUHAN NYERI MUSCULOSKELETAL

AKIBAT KERJA DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN OTOT PADA


PENGRAJIN ROTAN DI DESA TRANGSAN KABUPATEN SUKOHARJO

SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh :
IMAM FADLI MUHAMMAD
J120160062

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
HALAMAN PERSYARATAN GELAR

HUBUNGAN ANTARA KELUHAN NYERI MUSCULOSKELETAL


AKIBAT KERJA DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN OTOT PADA
PENGRAJIN ROTAN DI DESA TRANGSAN KABUPATEN SUKOHARJO

Skripsi Ini Untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Fisioterapi Dalam

Program S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh:

Hari : Kamis

Tanggal : 6 Februari 2020

Imam Fadli Muhammad


J120 160 062

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020
HALAMAN PERSETUJUAN

UJIAN SKRIPSI HUBANGAN ANTARA KELUHAN NYERI


MUSCULOSKELETAL AKIBAT KERJA DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN
OTOT PADA PENGRAJIN ROTAN DI DESA TRANGSAN KABUPATEN
SUKOHARJO

Telah disetujui pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian

Hasil Program Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh:

Imam Fadli Muhammad

J120160062

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Totok Budi Santoso, S.Fis., Ftr., M.PH

NIDN : 0604127102
PENGESAHAN SKRIPSI
Berjudul:

HUBANGAN ANTARA KELUHAN NYERI MUSCULOSKELETAL


AKIBAT KERJA DENGAN KETIDAKSEIMBANGAN OTOT PADA
PENGRAJIN ROTAN DI DESA TRANGSAN KABUPATEN SUKOHARJO

Oleh:
IMAM FADLI MUHAMMAD
J 120 160 062
Dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada tanggal:

Pembimbing

Totok Budi Santoso, S.Fis., Ftr., M.PH


NIDN:
Penguji:
1. Totok Budi Santoso, S,Fis., Ftr., M.PH (…………………….)
2. Wijianto, SST.FT., Ftr., M.OR (…………………….)
3. Arif Pristianto, S.ST.FT, Ftr., M.Fis (…………………….)

Menyetujui,
Ka.Prodi Fisioterapi

Isnaini Herawati, S.Fis., Ftr., M.Sc


NIK. 748

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes


NIK. 786
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya saya sendiri dan

di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan pendidikan lainnya, kecuali dalam

bentuk kutipan yang telah disebut sumbernya. Demikian surat pernyataan ini

dibuat dengan sebenar-benarnya.

Surakarta, ....... Mei 2020


Penulis

Imam Fadli Muhammad

DEKLARASI
Yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Salwa

NIM : J120160056

Fakultas : Ilmu Kesehatan

Jurusan : S1 Fisioterapi

Judul Skripsi : Efektivitas Pendekatan Limfatik Pada Teknik Instrument

Assisted Soft Tissue Mobilization Dalam Meningkatkan

Aktivitas Fungsional Pasien Osteoarthritis

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah karya orisinal saya sendiri dan bukan karya

orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan. Kecuali dalam bentuk kutipan

yang telah disebutkan sumbernya. Demikian deklarasi ini dibuat dengan sebenar-

benarnya dan apabila dalam deklarasi ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademis.

Surakarta, 6 Februari 2020

Penulis,

Salwa

HALAMAN MOTTO
“ Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya
kemudahan dalam urusannya”

(Q.S At-Talaq 4)

“Salah satu bentuk kesempurnaan nikmat Allah bagi para hamba yang beriman adalah
Dia turunkan kesulitan dan bahaya terhadap mereka, serta hal-hal yang mendorong
mereka mengesakan-Nya”

(Ibnu Taimiyah)

“Teruslah berusaha dan berdoa serta berfikirlah positif, tidak peduli seberapa keras
hidup karena Allah telan menjamin kehidupan kita”

(Penulis)

“Yang membedakan pejuang dan pecundang adalah keberanian untuk mencoba”

(Bambang Pamungkas)
HALAMAN PERSEMBAHAN

ِ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬


‫َّحيم‬

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya dan salawat serta

salam kepada junjungan nabi besar, Nabi Muhammad SAW sehingga mendapat

pertolongannya di hari akhir nanti. Amin.

Skripsi ini saya persembahkan kepada orang tua saya,

Bapak Salbani dan Ibu Salhah

Serta saudara-saudara saya

Salim, Railatul huda, Salma, Salsabila, Salvina, dan Syahira

Yang selalu menjadi perioritas saya dalam menuju kesuksesan


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi
dengan judul “Hubungan Antara Keluhan Nyeri Musculoskeletal Akibat Kerja
Dengan Ketidakseimbangan Otot Pada Pengrajin Rotan di Desa Trangsan
Kabupaten Sukoharjo”.
Penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan penelitian
ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Prof. Sofyan Anif, M.Si, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
2. Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes, selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
3. Isnaini Herawati, S.Fis., F.Tr., M.Sc, selaku Ka Prodi Fisioterapi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
4. Totok Budi Santoso, S.Fis., Ftr., M.PH, selaku pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan meluangkan waktu untuk
membimbing penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen Program Fisioterapi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
6. Segenap Karyawan dan staf tata usaha Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
7. Bapak dan seluruh keluarga. Terima kasih telah memberi dukungan dalam
bentuk apapun.
8. Teman-teman mahasiswa program studi Fisioterapi S1 Universitas
Muhammadiyah Surakarta angkatan 2016.
9. Galuh Ady Saputra dan Arrotama Hafedmawan, sahabat sejak dari bangku
SMP dan semoga menjadi tetangga di jannah.
10. Almarhum Ibu yang telah membesarkan serta mendidik dengan penuh kasih
sayang, raga memang tak bisa bertemu tapi doa senantiasa mengalir semoga
kita dapat bertemu dan berkumpul lagi di jannah Allah.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih kurang dari sempurna. Untuk itu
penulis berharap saran beserta masukan yang mengkritik dan membangun demi
sempurnanya proposal ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Surakarta, ………………...
20….

Imam Fadli Muhammad


ABSTRAK

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI, FEBUARI 2020

SALWA / J120160056
“EFEKTIVITAS PENDEKATAN LIMFATIK PADA TEKNIK INSTRUMENT
ASSISTED SOFT TISSUE MOBILIZATION DALAM MENINGKATKAN
AKTIVITAS FUNGSIONAL PASIEN OSTEOARTHRITIS”
(Dibimbing Oleh : Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M. Kes)
Latar Belakang : Osteoarthritis (OA) merupakan penyebab disabilitas terbesar di
beberapa negara. Pasien OA sering mengeluhkan nyeri, akibat nyeri yang timbul
menyebabkan pasien OA cenderung membatasi pergerakan anggota geraknya, hal
tersebut mengakibatkan penurunana kemampuan aktivtas fungsional pasien OA. Salah
satu intervensi fisioterapi terbaru dalam menangani kasus OA seperti penggunaan
Instrument Assisted Soft Tissue Mobilization (IASTM) dengan pendekatan limfatik.
IASTM dengan jalur limfatik merupakan teknik yang berfokus pada mobilisasi softissue,
dimana mobilisasi hanya menggunakan tekanan yang ringan, seperti “daun yang jatuh”
dimana pada ungkapan tersebut dapat dipahami tekanan yang diberikan hanya sebatas
tekanan ringan yang tidak mencederai, yaitu hanya sampai lapisan subcutan, tekanan
yang diberikan akan dihentikan apabila ketika terjadi perubahan warna kulit, yaitu kulit
menjadi merah muda.
Tujuan Penelitian : Mengetahui pengaruh pendekatan limfatik pada instrument assisted
soft tissue mobilization dalam meningkatkan aktivitas fungsional pasien osteoarthritis.
Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah experimental dengan case study, Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan non-probability sampling, yaitu purposive
sampling. Jumlah sampel 14 orang.
Hasil Penelitian : Hasil uji paired t test terhadap sebelum dan setelah pemberian IASTM
yang diukur menggunakan Western Ontario and Mcmaster University Osteoarthritis
(WOMAC) didapatkan WOMAC Total skor , nilai nyeri, dan nilai aktivtas fungsional p
value .000. WOMAC nilai kekakuan menggunakan uji wilcoxon didapatkan p value .002.
Selain itu, Pada Hasil paired t test terhadap setelah pemberian terakhir IASTM
dibandingkan dengan follow up, didapatkan WOMAC total skor terdapat p value .218 ,
nilai nyeri .336 , aktivtas fungsional .165 , dan kekakuan .317 , data tersebut menunjukan
p value >0.05
Kesimpulan : Kesimpulan pada penelitian ini ialah ada pengaruh yang signifikan
pendekatan limfatik instrument assisted soft tissue mobilization dalam meningkatkan
aktivitas fungsional pasien osteoarthritis.
Kata Kunci : Instrument Assisted Soft Tissue Mobilization (IASTM) dengan pendekatan
limfatik, Osteoarthritis (OA), Fisioterapi
ABSTRACT
PHYSIOTHERAPY DEPARTMENT
HEALTH SCIENCE FACULTY
MUHAMMDIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA
MINITHESIS, FEBRUARY 2020

SALWA / J120160056
“EFFECTIVENESS OF LIMFATIC APPROACH TO ASSISTED SOFT TISSUE
MOBILIZATION INSTRUMENT TECHNIQUES IN IMPROVING
FUNCTIONAL ACTIVITIES OF OSTEOARTHRITIS PATIENTS”
(Counseled by : Dr. Umi Budi Rahayu, S.Fis., Ftr., M. Kes)
Background: Osteoarthritis (OA) is the biggest cause of disability in several countries.
OA patients often complain of pain, due to the pain causing OA patients tend to limit the
movement, and than decreased functional ability of OA patients. One of the most recent
physiotherapy interventions in handling OA cases is the use of Instrument Assisted Soft
Tissue Mobilization (IASTM) with a lymphatic approach. IASTM with lymphatic
pathway is a technique that focuses on softissue mobilization, where mobilization only
uses light pressure, such as "falling leaves" where in this expression it can be understood
that pressure is only limited to non-injuring light pressure, ie only to the subcutaneous
layer, pressure given will be stopped if when there is a change in skin color, ie the skin
becomes pink.
Objectives: To investigatory the effect of the lymphatic approach on instrument assisted
soft tissue mobilization in increasing the functional activity of osteoarthritis patients.
Methode: This type of research is experimental with case study, sampling technique
using non-probability sampling, purposive sampling. The number of samples is 14
people.
Results: Paired t test results before and after IASTM were measured using Western
Ontario and Mcmaster University Osteoarthritis (WOMAC) obtained WOMAC Total
score, pain value, and physical function value p value .000. WOMAC value of stiffness
using Wilcoxon test obtained p value .002. In addition, the paired t test results after the
last IASTM administration compared with the follow-up, obtained WOMAC total score
contained p value. 220, pain value. 336, physical function. 165, and stiffness. 337, the
data showed p value> 0.05.
Conclusion: There is a significant influence on the lymphatic instrument assisted soft
tissue mobilization approach in increasing the functional activity of osteoarthritis
patients.

Keywords : Instrument Assisted Soft Tissue Mobilization (IASTM) with lymphatic


approach, Osteoarthritis (OA), Physiotherapy
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Otot Punggung Bawah........................................................10


Gambar 2.2 Anatomi Otot Perut............................................................................11
Gambar 2.3 Nyeri Punggung Bawah Sumber : Advance Spine Care, 2010..........12
Gambar 2.4 Ergonomi............................................................................................20
Gambar 2.5 Kerangka Berpikir..............................................................................21
Gambar 2.6 Kerangka Konsep...............................................................................22
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan di dunia ini Allah yang Maha Tinggi telah mengatur

sedemikian rupa tatanan kehidupan baik perintah maupun larangan, termasuk

dalam hal memanfaatkan sumber daya alam. Hai orang-orang yang beriman,

nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan

sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu, dan janganlah

kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya.

Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi

Maha Terpuji (QS: Al-Baqoroh 267).

Rotan merupakan salah satu tumbuhan hutan yang mempunyai nilai

komersil cukup tinggi, selain itu sebagai sumber devisa negara yang

pemanfaatannya banyak melibatkan petani. Hampir seluruh bagian rotan dapat

digunakan baik sebagai konstruksi kursi dan pengikat [ CITATION Kus13 \l 1057 ].

Wilayah Indonesia yang terdapat banyak hutan sehingga ketersedian bahan

baku rotan yang melimpah dapat menjadi komoditas ekspor pemerintah

Indonesia.

Sejak tahun 2012 pemerintah Indonesia melarang ekspor bahan baku

rotan, hal ini membawa berkah bagi industri furnitur, sehingga peran indonesia

sebagai produsen utama rotan, kini bukan lagi sebagai pemasok bahan baku

1
2

bagi industri mebel rotan di luar negeri, tapi sudah beralih menjadi pemasok

mebel rotan dan kerajinan sehingga permintaan eksport mebel yang berbahan

baku rotan meningkat. Dengan kebijakan itu menjadi berkah tersendiri bagi

industri pengrajin rotan di Desa Trangsan.

Desa Trangsan merupakan sentra industri mebel yang terletak sekitar 10-

15 kilo meter sebelah barat laut dari Kota Sukoharjo. Selama ini Trangsan

dikenal sebagai sentra mebel dengan menggunakan bahan baku rotan. saat ini

perusahaan mebel dan kerajinan yang aktif di Desa Trangsan sebanyak 450

unit usaha yang memproduksi berbagai jenis mebel, seperti kursi, meja, lemari,

sketsel, perabotan rumah, dan sebagainya. Yang termasuk ke dalam kategori

skala menengah atas sebanyak 15 unit usaha, menengah 20 unit usaha,

sedangkan selebihnya adalah dalam skala kecil dan mikro. Sentra industri ini

mengekspor mebel dan kerajinan sekitar 120 kontainer per bulan, terutama ke

negara-negara Eropa, seperti Spanyol, Belanda dan Inggris, di samping ke

Amerika Serikat, Australia dan ke beberapa negara Asia (Mursito and Harini

2014). Selaras dengan ini pengusaha industri furnitur membutuhkan tenaga

manusia untuk memenuhi kebutuhan produksi.

Tenaga manusia merupakan salah satu faktor yang berperan penting

dalam produksi selain modal dan alat produksi. Manusia sebagai tenagakerja

mempunyai hak-hak tentang keselamatan kerja yang diatur oleh Undang-

Undang RI No. 1 tahun 1970 tentang hak atas perlindungan dan jaminan

keselamatan kerja untuk kesejahteraan dan peningkatan produktivitas serta

Undang-Undang RI No. 39 Tahun 2009 tentang kesehatan. Salah satu gejala


3

gangguan kesehatan pada tenaga kerja yang timbul akibat pekerjaan adalah

nyeri otot. Namun belum ada penelitian yang menyebutkan secara spesifik

bagain otot mana yang mengalami gangguan, hanya menunjuk pada bagian

yang mengalami rasa nyeri. Padahal menurut teori Vladimir Janda nyeri otot

disebabkan oleh disfungsi sendi dan perubahan dalam pola gerakan normal

otot, sehingga ada ketidakseimbangan otot yang dapat menimbulkan kerusakan

jaringan dan rasa sakit dalam hal ini (Page et al., 2010).

Nyeri sendiri ialah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial atau

yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut[ CITATION Bah17 \l 1057 ].

Studi tentang muskuloskeletal pada berbagai jenis industri telah banyak

dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering

dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan,

jari, punggung, pinggang, dan otot bagian bawah [ CITATION Tar10 \l 1057 ] ,

sikap kerja yang kurang sesuai dapat menyebabkan keluhan nyeri otot, hal ini

disebabkan oleh postur kerja yang tidak alamiah akibat dari tuntunan tugas,

alat, dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan kerja [ CITATION

Pra17 \l 1057 ]. Keluhan nyeri pada pekerja industri lebih kepada keluhan yang

dirasakan secara subjektif yang diakibatkan aktivitas kerja dengan posisi statis

dalam waktu yang lama (Maulina et al. 2017)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh (Darsini et al. 2019), mengenai

analisis postur kerja ketika menganyam rotan dengan menggunakan metode

REBA dan NBM. Hasil dari penelitian tersebut adalah fakta bahwa pengrajin
4

rotan di Desa Trangsan mengeluhkan nyeri pada bagian punggung 80%, leher

60%, lengan 20%, pergelangan tangan 10%, dan kaki 10%. Namun sejauh ini

tidak ada penelitian secara spesifik menunjukan otot rangka apa yang

mengalami gangguan, tetapi hanya menunjuk pada daerah tubuh, padahal otot

merupakan alat gerak aktif, dimana otot bekerja secara antagonis dan sinergis.

Pada penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis ditemukan bahwa

otot rangka yang paling berpengaruh pada nyeri punggung pengrajin rotan di

Desa Trangsan ialah otot abdomen dan otot paravertebra, dimana menurut teori

Janda dalam buku yang ditulis (Page et al. 2010) otot bergerak secara

berlawanan agonis dan antagonis untuk mempertahankan stabilitas postur.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan antara keluhan nyeri

musculoskeletal akibat kerja dengan keidakseimbangan otot pada pengrajin

rotan di desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dari penelitian ini

adalah Apakah ada hubungan antara keluhan nyeri musculoskeletal akibat kerja

dengan keidakseimbangan otot pada pengrajin rotan di desa Trangsan

Kabupaten Sukoharjo.
5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara keluhan

musculoskeletal akibat kerja dengan keidakseimbangan otot pada pengrajin

rotan di desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah.

1. Manfaat bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi

perusahaan atau instansi tempat penelitian dilakukan yang dalam hal ini

Desa Trangsan Kabupaten Sukoharjo mengenai postur kerja yang terjadi

pada pekerja. Dari hasil penelitian ini juga diharapkan adanya peningkatan

penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan Desa Trangsan

Kabupaten Sukoharjo

2. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan, khususnya bidang keselamatan dan kesehatan kerja yang

kemudian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian

selanjutnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelitian (Arab et al. 2018) tentang Automatic activity

deep and superfacial muscle during stable and unstable sitting positions in

individuals with chronic low back pain , hasilnya menunjukkan perubahan

ketebalan secara signifikan lebih besar pada otot Rectus Abdominus pada

pasien Chronic Low Back Pain dibandingkan dengan subyek sehat, selama

posisi duduk stabil dan tidak stabil. Selain itu, perubahan ketebalan secara

signifikan lebih rendah pada otot Transverus Abdominus diamati pada subjek

dengan Chronic Low Back Pain dibandingkan dengan yang tanpa Chronic Low

Back Pain, selama posisi duduk tidak stabil. Kesimpulannya ada

ketidakseimbangan antara aktivitas otomatis otot Transversus Abdominus dan

Rectus Abdominus pada subjek dengan Chronic Low Back Pain, dibandingkan

dengan kontrol bebas rasa sakit, selama posisi duduk yang tidak stabil.

Beradasrkan penelitian (Masaki et al. 2017) tentang Association of low

back pain with muscle stiffness and muscle mass of the lumbar back

muscles,and sagittal spinal alignmentin young and middle-aged medical

workers, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Low Back Pain berhubungan

dengan kekakuan otot dari otot multifidus lumbal di pekerja medis muda dan

setengah baya. Kesimpulan hasil dari studi ini menunjukkan bahwa Low Back

Pain berhubungan dengan kekakuan otot dari otot multifidus lumbal daripada

6
7

kekakuan otot dari otot Erector spinae lumbal, massa otot otot punggung

lumbal, atau keselarasan tulang belakang sagital di muda dan paruh baya

pekerja medis.

Berdasarkan penelitian (Goubert et al. 2017) tentang Lumbar muscle

structure and function in chronic versus recurrent low back pain: a cross-

sectional study , hasilnya daerah penampang lemak dan indeks lemak otot

ramping secara signifikan lebih tinggi di Multifidus dan Erector spine di

Chronic Low Back Pain kontinu dibandingkan dengan non-kontinu Chronic

Low Back Pain dan Recurrent Low Back Pain (p <. 05). Tidak ada perbedaan.

Kesimpulan tidak ada perbedaan atrofi otot dan Total atrofi antara Recurrent

Low Back Pain, non-kontinu Chronic Low Back Pain dan terus-menerus

Chronic Low Back Pain.

Berdasarkan penelitian (Djordjevic et al. 2015) tentang Association of

low back pain with muscle stiffness and muscle mass of the lumbar back

muscles,and sagittal spinal alignmentin young and middle-aged medical

workers, hasillnya ditemukan korelasi yang signifikan antara perubahan

ketebalan relatif Transverus Abdominus dan surface electro myography

amplitudo sinyal di kedua belah pihak untuk LBP (r = 0,46 hingga 0,63, P <

0.05) dan pasien bebas rasa sakit (r = 0,43-0,47, P < 0.05). Korelasi antara

perubahan ketebalan Lumbal Multifidus dan surface electro myography cukup

signifikan pada partisipan bebas rasa sakit untuk kedua belah pihak (r = 0,36

hingga 0,38 P < 0.05), dan Lumbal Multifidus kanan pada peserta LBP (r =
8

0,43, P < 0.05), namun tidak untuk Lumbal Multifidus di LBP Group (r = 0.16,

P = 0.351).

Berdasarkan penelitian diatas disimpulkan bahwa adanya hubungan

antara keluhan nyeri otot pada punggung bawah atau Low Back Pain dengan

adanya ketidakseimbangan otot antara otot paravertebra dengan otot otot

abdomen.

B. Tinjauan Teori

1. Sistem Otot

a. Definisi

Otot adalah satu-satunya jaringan dalam tubuh yang memiliki

kemampuan untuk kontraksi, sehingga semua gerakan tubuh melibatkan

otot dari beberapa jenis (Stewart, 2018). Tubuh bergerak ketika otot yang

melekat pada tulang menarik tulang, sehingga bergerak bagian dari tubuh

mampu bergerak. Kedua ujung otot rangka yang melekat pada tulang.

Dengan kontrak antara dua tulang, otot mengubah posisi tulang tersebut

relatif terhadap satu sama lain, yang menyebabkan tubuh untuk bergerak.

b. Fungsi Otot Skeletal

Otot skeletal berfungsi dalam gerakan tubuh yakni sebagai alat

gerak aktif. Otot dihubungkan oleh tendon ke tulang, jaringan ikat, dan

kulit. Otot tubuh tersusun oleh kelompok sel otot yang terbungkus dalam

jaringan fibrus dinamakan epimisium. Semakin banyak fasikuli yang

terdapat dalam otot semakin rinci gerakan yang ditimbulkan. Kelompok


9

otot skeletal, berdasarkan lokasinya terdiri dari kelompok otot leher,

punggung, dada, bahu lengan atas, lengan bawah, pantat, dasar panggul,

paha atas, betis, dan kaki (Spriet and Whitfield 2015). Pada kasus

aktivitas otot yang berlebihan menyebabkan otot dapat terulur melebihan

batas karena dilakukan secara terus-menerus sehingga dapat

menyebabkan gangguan pada otot yang bisa berdampak pada gangguan

gerak karena otot terlalu dipaksa bekerja melebihi kapasitasnya (Behm et

al. 2015)

c. Anatomi otot punggung bawah

Otot paravertebral terbagi menjadi dua kelompok: (1) pendek, otot

dalam tulang belakang dan beberapa segmen, seperti rotator,

intertransversus, multifidus, dan interspinal, dan (2) Erector spine yang

panjang dan menjangkau beberapa otot rotator dan intertransversus,

secara kolektif dikenal sebagai rotator dalam tulang belakang,

menciptakan torsi memutar aksial untuk rotasi tulang belakang.

Kontraksi dari erector spine untuk menyeimbangkan aktivitas yang

berlawanan dari otot perut. Garis aksi otot multisegmental yang panjang

ini menghasilkan momen perpanjangan yang besar sementara

menempatkan minimal tekanan pada tulang belakang. Selain itu, Bagian

lumbal dari otot longissimus dan iliocostalis menghasilkan gaya geser

besar posterior untuk melawan gaya geser anterior yang dihasilkan

ketika tubuh bagian atas tertekuk maju seperti dalam mengangkat.

Namun, otot ini kehilangan garis tindakan miring mereka dengan fleksi
10

lumbal, sehingga tulang belakang yang lentur rentan terhadap kekuatan

geser yang merusak (Sato et al. 2011).

Gambar 2.1 Anatomi Otot Punggung Bawah

Otot Perut atau Abdominal muscle terdiri dari obliques eksternal,

obliques internal, dan tranversus abdominus. Tranversus abdominus

menjadi batang utama fleksor dan paling aktif selama membungkuk.

Selain berkontribusi pada fleksi batang, obliques juga terlibat dalam

rotasi tulang belakang dan fleksi lateral. Mereka memainkan peran

penting dalam stabilisasi lumbal ketika tulang belakang ditempatkan di

bawah kompresi aksial murni. Tekanan intraabdominal berkontribusi

pada kestabilan tulang belakang. Kontraksi otot perut, dasar panggul, dan

diafragma berhubungan erat dengan peningkatan IAP dalam berbagai

tugas postur tubuh (Stokes et al. 2011).


11

Gambar 2.2 Anatomi Otot Perut

2. Nyeri Muskuloskeletal

a. Definisi

Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial

atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah

suatu pengalaman sensorik yang multidimensional. Fenomena ini dapat

berbeda dalam intensitas (ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti

terbakar, tajam), durasi (transien, intermiten,persisten), dan penyebaran

(superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). Meskipun nyeri adalah

suatu sensasi, nyeri memiliki komponen kognitif dan emosional, yang

digambarkan dalam suatu bentuk penderitaan. Nyeri juga berkaitan

dengan reflex menghindar dan perubahan output otonom (Bahrudin,

2018).
12

b. Nyeri Punggung Bawah

Nyeri punggung bawah adalah nyeri pada daerah punggung bawah

yang berkaitan dengan masalah vertebra lumbar, diskus intervertebralis,

ligamentum di antara tulang belakang dengan diskus, medula spinalis,

dan saraf otot punggung bawah, organ internal pada pelvis dan abdomen

atau kulit yang menutupi area lumbar (Allegri et al. 2016).

Sedangkan menurut (Barakatt et al. 2009) nyeri punggung bawah

mengacu pada nyeri di daerah lumbosakral tulang belakang meliputi

jarak dari vertebra lumbar pertama ke tulang vertebra sacral pertama. Ini

adalah area tulang belakang dimana bentuk kurva lordotic. Yang paling

sering menyebabkan nyeri pinggang adalah di segmen lumbal 4 dan 5.

Gambar 2.3 Nyeri Punggung Bawah Sumber : Advance Spine Care, 2010
13

c. Faktor-faktor

1) Umur

Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang berkaitan erat

dengan umur. Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung

bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun

demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10

tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik

tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua.Biasanya

nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua

dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima.Bahkan keluhan

nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat hingga umur

sekitar 55 tahun. (Wong et al. 2017)

2) Jenis Kelamin

Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap

keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada

kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya

keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering

terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu

proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang

berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga

memungkinkan terjadinya nyeri pinggang (Wáng et al. 2016).

3) Pekerjaan
14

Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas

mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat

diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan

keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang

biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban

berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar risiko timbulnya

keluhan nyeri pinggang (Adeyemi et al. 2014).

4) Posisi Tubuh

Posisi lumbar yang berisiko menyebabkan terjadinya nyeri

punggung bawah ialah fleksi ke depan, rotasi, dan mengangkat beban

yang berat dengan tangan yang terbentang. Beban aksial pada jangka

pendek ditahan oleh serat kolagen annular di diskus. Beban aksial

yang lebih lama akan memberi tekanan pada fibrosis annular dan

meningkatkan tekanan pada lempeng ujung. Jika annulus dan lempeng

ujung utuh, maka beban dapat ditahan. Akan tetapi , daya kompresi

dari otot dan beban muatan dapat meingkatkan tekanan intradiskus

yang melebihi kekuatan annulus, sehingga menyebabkan robeknya

annulus dan gangguan diskus (Hoy et al. 2010)

3. Ketidakseimbangan otot

a. Definisi

Keseimbangan otot menurut teori Vladimir Janda dalam buku yang

ditulis (Page et al. 2010) dapat didefinisikan sebagai kesetaraan relatif

panjang otot atau kekuatan antara agonis dan antagonis, keseimbangan


15

ini diperlukan untuk fungsi dan gerak normal. Keseimbangan otot juga

dapat merujuk ke kekuatan kontralateral (kanan versus kiri) kelompok

otot. Artinya Ketidakseimbangan otot adalah ketidaksetaraan relatif

panjang otot atau kekuatan antara agonis dan antagonis;

ketidakseimbangan ini mengganggu gerakan normal dan fungsi.

Ketidakseimbangan otot juga dapat merujuk ke kekuatan kontralateral

(kanan versus kiri) kelompok otot yang tidak seimbang. Keseimbangan

otot juga dapat merujuk pada kekuatan kontralateral (kanan versus kiri)

kelompok otot. Secara singkat, ketidakseimbangan otot terlihat ketika

otot yang mengelilingi sendi memberikan nilai ketegangan yang berbeda,

terkadang lebih lemah atau lebih kuat daripada normal, sehingga

membatasi gerakan sendi.

Keseimbangan otot dianggap tindakan yang harmonis di mana otot

yang bekerja berlawanan dengan kekuatan yang normal untuk menjaga

tulang yang terlibat dengan sendi. Otot yang seimbang biasanya hasil dari

adaptasi atau disfungsi, yang digolongkan sebagai fungsional atau

patologis.

b. Gejala

Gejala klasik ketidakseimbangan otot biasanya nyeri pada

persendian yang terkait. Gejala dapat bervariasi tergantung pada tahap

apa ketidakseimbangan otot mereka, fungsional atau patologis, tetapi

umumnya menyebabkan kerusakan jaringan kecil atau lesi disertai

dengan perubahan pola gerakan otot (Page et al. 2010). Gejala dapat
16

terjadi setelah cedera atau operasi, di mana sendi dibiarkan dan tidak

diobati pasca operasi sehingga menyebabkan ketegangan atau

pembatasan yang membatasi fleksibilitas sendi.

c. Fungsional dan patologis ketidakseimbangan otot

1) Fungsional Ketidakseimbangan

Ketidakseimbangan fungsional adalah ketika otot beradaptasi

dalam menanggapi pola gerakan otot rinci, termasuk nilai kekuatan

yang tidak seimbang atau fleksibilitas kelompok otot antagonis (Page

et al. 2010). Ini merupakan grade pertama, tidak menyakitkan,

atraumatik (tidak menyebabkan cidera yang parah), adaptif terhadap

perubahan dan aktivitas tertentu.

2) Patologi ketidakseimbangan

Patologis ketidakseimbangan otot terjadi ketika ketidakseimbangan

otot mulai menghambat fungsi (Page et al. 2010). Patologis

ketidakseimbangan otot ini adalah hasil dari peristiwa traumatis,

biasanya terkait dengan rasa sakit dan disfungsi, meskipun ada kasus

di mana rasa sakit tidak jelas, namun patologis ketidakseimbangan

otot menyebabkan disfungsi sendi dan perubahan dalam pola gerakan

normal otot. Sebagai catatan bahwa ketidakseimbangan ini dapat

menimbulkan kerusakan jaringan dan rasa 2sakit atau mengubah pola

gerakan dengan konstan menyebabkan ketegangan (Tightness) atau

kelemahan (Weakness).

d. Diagnosis
17

Ketidakseimbangan otot dapat disebabkan oleh faktor yang

berbeda, yaitu di mana ketidakseimbangan otot pada tubuh memiliki

diagnosis yang bervariasi. Misalnya disfungsi sacroiliaca, sendi

sacroiliaca sebagai stabilisasi lumbopelvic saat bergerak dan postur

tubuh. Kontraksi Tranversu Abdominus telah terbukti meningkatkan

kestabilan sendi sacroiliaca, reaktivasi otot multifidus dan otot internal

juga memeberikan kontribusi untuk kompreis sendi sacroiliaca

diperlukan untuk stabilisasi lumbopelvic.

e. Prognosis

Dalam hal kelemahan otot fleksibilitas ketidakseimbangan otot

sering dianggap sebagai faktor etiologi pada awal gangguan

muskuloskeletal. Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi dan

masing-masing menyebabkan gejala yang berbeda. Maka, ada juga

variasi penanganan sesuai kasus. Tetapi dalam kasus umum teknik

penguatan otot dikembangkan untuk menangani kelemahan otot (Page et

al. 2010).

4. Ergonomi

a. Definisi Ergonomics

Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua

kata yaitu “ergon” berarti kerja dan “nomos” berarti aturan atau hukum.

Jadi secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam

sistem kerja (Tarwaka 2015). Menurut (Sneller et al. 2018) ergonomi

adalah ilmu yang sesuai dengan kemampuan orang dan pekerjaan yang
18

mereka lakukan. Kepentingan utama adalah pemahaman tentang

bagaimana desain pekerjaan mempengaruhi keselamatan, kesehatan,

kinerja, dan produktivitas orang. Tujuannya adalah untuk mencocokkan

kemampuan karyawan dengan persyaratan kerja dengan merancang

proses kerja dan tugas untuk memberikan yang terbaik cocok untuk

setiap karyawan.

b. Faktor penyebab keluhan sistem muskuloskeletal pengrajin

1. Peregangan Otot berlebihan

Penyebab utama LBP adalah strain pada otot atau jaringan lunak

seperti ligament dan tendon yang berhubungan dengan tulang

belakang. Cedera otot dapat timbul akibat ketegangan otot.

Ketegangan otot dapat bersifat akut ataupun kronis secara terus

menerus menyebabkan nyeri yang progresif. Jaringan otot akan

mengalami kerusakan, pembengkakan dan perdarahan (Ningsih 2017).

LBP sering terjadi karena postur yang buruk, oleh karena itu LBP non-

spesifik bisanya terjadi pada individu yang duduk untuk waktu yang

lama, membungkuk untuk waktu yang lama atau sering membungkuk

saat bekerja, mengangkat benda yang berat, berdiri, posisi tidur dan

berbaring yang jelek. Stres postural yang lama menyebabkan

overstretch pada ligamen dan jaringan lunak lainnya yang

mempertahankan vertebra. Ketika sendi diantara kedua tulang berada

dalam posisi yang menghasilkan overstretch dan kelelahan pada

jaringan lunak sekitar sendi, nyeri sering dihasilkan.


19

2. Aktivitas Berulang

Sikap kerja berdiri dalam waktu lama akan membuat pekerja selalu

berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya sehingga menyebabkan

terjadinya beban kerja statis pada otot-otot punggung dan kaki.

Kondisi tersebut juga menyebabkan mengumpulnya darah pada

anggota tubuh bagian bawah. Menjaga tubuh dalam posisi tegak

membutuhkan usaha otot yang cukup besar yang sangat tidak sehat

bahkan saat berdiri tak bergerak. Kurangnya aliran darah mempercepat

timbulnya kelelahan, ketidaknyamanan dan menyebabkan nyeri serta

ketegangan pada otot-otot punggung, kaki dan leher (Maulina et al.

2017)

3. Sikap Kerja Tidak Alamiah

Posisi kerja mengacu pada bagaimana postur tubuh yang dilakukan,

posisi kerja yang nyaman dan aman akan mempengaruhi produktivitas

kerja yang lebih baik. Pekerjaan yang memaksa tenaga kerja untuk

berada pada postur kerja yang tidak ergonomis menyebabkan tenaga

kerja lebih cepat mengalami kelelahan dan secara tidak langsung

memberikan tambahan beban kerja. Penerapan posisi kerja yang

ergonomis akan mengurangi beban kerja dan secara signifikan mampu

mengurangi kelelahan atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan

postur kerja serta memberikan rasa nyaman kepada tenaga kerja

terutama dalam pekerja yang monoton dan berlangsung lama, jika

penerapan ergonomi tidak dapat terpenuhi akan menimbulkan


20

ketidaknyamanan atau munculnya rasa sakit pada bagian tubuh

tertentu (Darsini et al. 2019).

c. Proses Produksi Rotan

Pengrajin rotan dalam memproduksi ada beberapa tahap antara

lain, yakni proses penganyaman rotan dimana proses ini merupakan

proses yang penting dalam produksi rota. Para pekerja bisa menganyam

rotan 8 jam sehari dan posisi kerja duduk lama dan tidak ergonomis yang

mana para pekerja kebanyakan membungkun dan dominan menggunakan

ekstremitas sebelah kanan sehingga banyak dari para pekerja

mengeluhkan nyeri.

Gambar 2.4 Ergonomi


21

C. Kerangka Berpikir

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir


22

D. Kerangka Konsep

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara keluhan

nyeri musculoskeletal akibat kerja dengan ketidakseimbangan otot pada

pengrajin rotan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kepustakaan. Berbeda

dengan penelitian lapangan lokasi pengumpulan data untuk penelitian

kepustakaan jauh lebih luas bahkan tidak mengenal batas ruang. Setting

penelitian merupakan patokan di mana lokasi tersebut dilaksanakan. Sebelum

menyebutkan lokasi penelitian, ada baiknya untuk menyebutkan ciri khusus

dari penelitian kepustakaan untuk membedakan setting penelitian kepustakaan

dengan penelitian lain seperti penelitian lapangan.

Penelitian kepustakaan memiliki beberapa ciri khusus, antara lain;

pertama penelitian ini berhadapan langsung dengan teks atau data angka, bukan

dengan lapangan atau saksi mata (eyewitness), berupa kejadian, orang atau

benda-benda lain. Kedua, data bersifat siap pakai (readymade), artinya peneliti

tidak pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan sumber

yang sudah ada di perpustakaan. Ketiga, data diperpustakaan umumnya adalah

sumber data sekunder, dalam arti bahwa peneliti memperoleh data dari tangan

kedua bukan asli dari tangan pertama dilapangan. Keempat, kondisi data di

perpustakaan tidak dibagi oleh ruang dan waktu (Zaini 2015).

Jenis metodologi penelitian yang digunakan pada tulisan ini adalah

critical review yang memiliki definisi sebagai sebuah penelitian yang mengkaji

permasalahan melalui penelusuran gagasan pada literatur yang memiliki arah

30
31

akademik serta merumuskan kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk

topik tertentu (Wicaksana and Puta 2019)

B. Desain Studi/strategi

1) Strategi pencarian 1

Basis pencarian data didapatkan mesin pencari literatur seperti

Physiotherapy Evidence Database (PEDro) melalui kata kunci "muscle

imbalance and low back pain" atau "low back pain the workers" kemudian

dikombinasi dengan beberapa kata kunci guna mendukung tujuan spesifik

berupa "relation muscle imbalance to low back pain" dan setelah itu

dilakukan pengecekan Quartile (Q) dari jurnal yang didapat dengan

menggunakan Scimago Journal and Country Rank (SJR)

2) Strategi pencarian 2

Identifikasi dengan menggunakan mesin pencarian google scholar dan

tetap melakukan pengecekan Quartile (Q) dengan menggunakan Scimago

Journal and Country Rank (SJR)

C. Pengumpulan Data

Kriteria Inklusi:

a) Fullteks Artikel Ilmiah yang diterbitkan 2011-2019

b) Studi yang dipakai dalam paper ini adalah case study, randomized

control trial, literarure review, systematica review atau metanalisis


32

D. Ekstraksi dan Manajemen Data

Karakteristik data yang akan diekstraks pada critical review ini adalah

sebagai berikut:

1) Referensi

Referensi adalah sesuatu yang dipakai dalam pemberian informasi

untuk memperkuat pernyataan dengan tegas. Dalam referensi memuat

beberapa informasi seperti halnya penulis atau pengarang, nama buku,

tahun buku dan tahun terbit buku tersebut.

2) Tujuan studi

Tujuan studi adalah hasil akhir dari apa yang dilakukan oleh penulis

diharapkan dapat dicapai atau mendapatkan hasil yang diinginkannya.

3) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau study

sensus

4) Intervensi

Tindakan tenaga medis yang dibuat untuk membantu pasien atau

klien beralih ketahapan kesehatan yang diinginkan.

5) Pembanding

Pembanding dalam studi penelitian bertujuan untuk melihat

perbedaan antara treatment A dan treatment B dengan melihat ke

efektifitasanya dalam kasus yang akan di kaji oleh penulis.


33

6) Outcome

Dampak, manfaat, harapan perubahan dari sebuah kegiatan atau

pelayanan suatu program.

7) Desain studi

Critical review adalah ringkasan dan evaluasi ide dan informasi

dalam sebuah artikel. Ini mengungkapkan sudut pandang penulis,

berdasarkan apa yang sudah penulis ketahui tentang subjek dan apa yang

diperoleh dari teks terkait.

8) Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi.Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga

dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari

populasi itu.

9) Metode statistik

Pada sebuah laporan hasil penelitian seperti skripsi, tesis atau

lainnya yang mengandung data statistik, analisis di dalam hasil penelitian

tersebut tidak terlepas dari metode statistik deskriptif. Di dalamnya akan

terdapat tabel, grafik, dan angka-angka lain yang menyajikan penjelasan

mengenai karakteristik data hasil penelitian. Selanjutnya jika ada

penaksiran, pengujian atau peramalan di dalam penelitian tersebut maka

maka akan terdapat pula analisis yang menggunakan metode statistik

induktif.
34

10) Hasil

Bagaimana kesimpulan yang didapatkan dari suatu penelitian tersebut

apakah ada perubahan yang lebih membaik atau sebaliknya.

E. Aspek Feasibilitas dan Etik.

1) Feasibilitas

Guna menyajikan data yang diperlukan untuk critical review, studi yang

terpilih memiliki full akses seperti database Physiotherapy Evidence

(PEDro), dan penggunaan mesin pencari "Google"

2) Etik

Studi ini tidak melibatkan interaksi antara manusia atau hewan secara

langsung (menggunakan data sekunder penelitian sebelumnya yang serupa).

Berdasarkan hal tersebut maka studi ini tidak memerlukan proses etik.

F. Menyusun Informasi Berdasarkan Sumber-Sumber Relevan.

Informasi dan data yang telah dipilih berdasarkan karakteristik yang

berhubungan akan diolah dan dianalisis secara objektif maupun secara

sistematis dari data yang didapatkan.

G. Tahapan Appraisal

Pada Tahapan appraisal ini dilakukan dengan menggunakan teknik ceklis

skala dari PEDro, Skala ini membantu pembaca dengan cepat menilai apakah
35

hasil uji coba dapat dipercaya dan diinterpretasikan secara bermakna. Skala-

skalanya antara lain:

1. Kriteria kelayakan yang lebih terperinci.

2. Subjek secara acak dialokasikan ke kelompok (dalam studi crossover,

subjek secara acak dialokasikan urutan di mana perawatan diterima)

3. Alokasi dirahasiakan

4. Kelompok perlakuan dengan kontrol sama-sama memiliki baseline pada

satu indikator

5. Semua subjek tidak mengetahui ke kelompok mana subjek telah

dialokasikan, mereka tidak akan dapat membedakan antara perawatan

yang diterapkan pada kelompok yang berbeda.

6. Semua terapis yang memberikan terapi tidak dapat membedakan apakah

subyek individu telah atau belum menerima perawatan.

7. penilai tidak dapat membedakan apakah subjek individu telah atau belum

menerima perawatan.

8. Setidaknya studi ini mendapatkan satu hasil utama lebih dari 85%

9. Pada studi tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa semua peserta

menerima perlakuan atau kondisi kontrol sebagaimana yang dialokasikan,

tetapi tidak menyebutkan analisisnya secara khusus.

10. Hasil perbandingan statistik antar kelompok dilaporkan untuk setidaknya

satu hasil utama

11. Studi ini memberikan ukuran titik dan ukuran variabilitas untuk setidaknya

mendapatkan hasil yang baik


36

Dari 11 poin skala diatas untuk penilaian eligibility atau kriteria

kelayakan tidak digunakan untuk menghitung skor skala PEDro. Dalam

penilaian skala PEDro dikatakan YES jika poinnya terdapat di artikel atau

jurnal tersebut, dan dikatakan NO jika poinnya tidak terdapat. Pada sistem

penilaian skala pedro diberikan nilai 1 jika dikatakan YES dan 0 jika NO.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Extraction

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keluhan

nyeri musculoskeletal akibat kerja denggan ketidakseimbangan otot pada

pengrajin rotan di desa trangsan kabupaten sukoharjo. Metode penelitian

yang digunakan adalah literatur review, yaitu dengan critical review penelitian-

penelitian terdahulu.

1. (Streisfeld et al. 2017) dalam Relationship Between Body Positioning,

Muscle Activity, and Spinal Kinematics in Cyclists With and Without Low

Back Pain: A Systematic Review. Tujuan dari penelitian ini untuk

menentukan apakah ada hubungan antara posisi tubuh, kinematika tulang

belakang, dan aktivitas otot pada pengendara sepeda aktif dengan nyeri

punggung bawah nontraumatic. Metodelogi penelitian dengan Systematic

Review dimana menggunakan database yang fokus pada pengendara sepeda

dengan low back pain nontraumatic. Artikel dinilai menggunakan skala

penilaian kualitas Downs and Black untuk penilaian kualitas metodologis

dan risiko bias, dan semua nilai ditugaskan berdasarkan konsensus

kelompok. Hasil penelitian yakni delapan studi memenuhi kriteria untuk

ulasan ini, bahwa pengendara sepeda dengan ketinggian stang yang lebih

rendah menunjukkan peningkatan sudut fleksi lumbosakral selama

bersepeda. Ketidakseimbangan aktivasi otot inti, defisit daya tahan

37
38

ekstensor belakang, dan peningkatan fleksi lumbar saat bersepeda

ditemukan ada pada pengendara sepeda dengan nyeri punggung bawah.

2. (Arab et al. 2018) tentang Automatic activity of deep and superficial

abdominal muscles during stable and unstable sitting positions in

individuals with chronic low back pain. Penelitian ini untuk menilai

perubahan ketebalan otot pada otot perut yang dalam dan superfisial, selama

duduk di permukaan yang stabil dan tidak stabil pada subjek dengan dan

tanpa nyeri punggung kronis. Metode yang digunakan yakni studi cross

sectional dengan subjek 40 pria (20 dengan chronic low back pain non-

spesifik dan 20 tanpa low back pain) berusia antara 20 dan 40 tahun, pasien

dilibatkan jika mereka memiliki riwayat low back pain selama lebih dari dua

belas minggu sebelum penelitian, peserta dikeluarkan jika mereka

memiliki riwayat nyeri neuromuskuler atau muskuloskeletal di tempat

lain di tulang belakang atau anggota tubuh bagian bawah dan penyakit

kardiopulmoner. Ultrasonik digunakan untuk mengukur ketebalan

tranversu abdominis, iliopsoas, external oblique dan rectus abdominis di

tiga posisi berbeda. Hasil penelitian menunjukkan perubahan

ketebalan otot rectus abdominis yang signifikan lebih besar pada

pasien chronic low back pain dibandingkan dengan subyek sehat,

selama posisi duduk stabil dan tidak stabil. Perubahan ketebalan otot

transversus abdominis yang jauh lebih rendah diamati pada subjek

dengan chronic low back pain dibandingkan dengan mereka yang

tanpa chronic low back pain selama posisi duduk tidak stabil.
39

3. (Nuzzo et al. 2014) tentang Ultrasound measurements of lumbar multifidus

and abdominal muscle size in firefighters. Penelitian ini meneliti tentang

petugas pemadam kebakaran memiliki resiko tinggi terkena insiden cidera

punggung bawah, subjek dalam penelitian ini ialah petugas pemadam

kebakaran sebanyak 69 orang, yakni terdiri dari 62 pria dan 7 wanita.

Ultrasonografi digunakan untuk menilai L4 dan L5 lumbar multifidus cross-

sectional area (CSA), asimetri, dan ketebalan miring eksternal, miring

internal, dan ketebalan perut transversal. Hasil penelitian ini jumlah petugas

pemadam kebakaran pria dengan asimetri yang lebih besar atau sama

dengan 10% adalah 21 (34%) dan 19 (31%) ) di tingkat L4 dan L5. Jumlah

petugas pemadam kebakaran wanita dengan asimetri yang lebih besar dari

atau sama dengan 10% masing-masing adalah 4 (57%) dan 1 (14%) pada

level L4 dan L5. Tidak ada perbedaan (p> 0,05) dalam pengukuran lumbar

multifidus dan ukuran perut yang dicatat antara peserta dengan dan tanpa

riwayat seumur hidup dari setiap kejadian nyeri punggung bawah yang

dilaporkan sendiri atau cedera.

4. (Rasouli et al. 2011) tentang Ultrasound measurement of deep abdominal

muscle activity in sitting positions with different stability levels in subjects

with and without chronic low back pain. Penelitian ini bertujuan untuk

menyelidiki perubahan ketebalan otot transversus abdominis dan

internal oblique dalam tiga postur duduk dengan tingkat stabilitas

yang berbeda pada individu dengan dan tanpa nyeri punggung kronis.

Metode pada penelitian ini dengan dua puluh pria dengan nyeri
40

punggung kronis dan 20 pria sehat tanpa riwayat nyeri punggung

(kelompok kontrol) direkrut. Populasi subjek dalam penelitian ini adalah

sampel individu antara usia 20 dan 40 tahun. Individu dimasukkan

dalam kelompok low back pain jika mereka memiliki riwayat low back

pain kronis selama lebih dari 12 minggu sebelum penelitian atau

memiliki low back pain berulang dan telah mengalami setidaknya tiga

episode low back pain. Peserta dalam kelompok kontrol dimasukkan jika

mereka tidak memiliki riwayat rasa sakit atau disfungsi di punggung

bawah mereka untuk jangka waktu 6 bulan sebelum penelitian. Subjek

dikeluarkan jika mereka memiliki riwayat penyakit neuromuskuler,

muskuloskeletal, dan kardiopulmoner. Ultrasonik digunakan untuk

mengukur ketebalan TrA dan IO dalam empat posisi yang berbeda. Hasil

penelitian ini adalah persentase perubahan ketebalan otot yang lebih

besar ditemukan dalam posisi duduk di atas bola gym sambil

mengangkat satu kaki dari lantai daripada posisi duduk lainnya di kedua

kelompok. Selain itu, duduk di bola gym secara statistik signifikan jika

dibandingkan dengan duduk santai di kursi. Ada perbedaan yang

signifikan dalam perubahan ketebalan transversus abdominis dalam

posisi duduk di bola gym dengan kaki di tanah atau duduk di bola gym

mengangkat kaki kiri dari lantai antara subjek dengan dan tanpa low

back pain. Namun, tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan

dalam pengukuran ultrasonik ketebalan transversus abdominis dalam

duduk santai di kursi dengan kedua kaki di tanah antara dua kelompok.
41

Selain itu, kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan dalam

perubahan ketebalan internal oblique dalam posisi duduk yang berbeda

antara subjek dengan low back pain dan mereka yang tidak low back

pain. Pada kedua kelompok persentase perubahan dalam ketebalan otot

ketika duduk di bola gym secara signifikan lebih besar daripada ketika

duduk di kursi. Ada juga peningkatan yang signifikan dalam ketebalan

otot ketika duduk di bola gimnasium dan mengangkat kaki kiri dari

tanah dibandingkan dengan ketika duduk di bola gimnasium dengan kaki

ditopang. Oleh karena itu, jelas bahwa pada kedua kelompok terdapat

kecenderungan umum untuk otot-otot bertambah tebal karena stabilitas

postur secara bertahap menurun.

5. (Masaki et al. 2017) dalam Association of low back pain with muscle

stiffness and muscle mass of the lumbar back muscles,and sagittal spinal

alignment in young and middle-aged medical workers. Penelitian ini

bertujuan untuk menguji hubungan low back pain dengan kekakuan otot

yang dinilai menggunakan ultrasonic shear wave elastography (SWE) dan

massa otot otot punggung lumbar serta penyelarasan tulang belakang pada

pekerja medis muda dan setengah baya. Metode penelitian dengan tiga

puluh dua pekerja medis muda dan setengah baya di Kyoto Hakuaikai

Hospital Jepang dengan dikelompokkan pada dua kelompok, yakni

kelompok kontrol dan kelompok low back pain. Penilaian nyeri punggung

bawah dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) baik dalam

posisi statis maupun posisi dimanis, sedangkan pengukuran otot dengan


42

menggunakan perangkat ultrasonografi. Hasilnya kekakuan otot pada otot

multifidus lumbar pada kelompok low back pain secara signifikan lebih

tinggi daripada pada kelompok kontrol.

6. (Kawahara et al. 2015) tentang Effect of differences in logging work posture

using chainsaw on the amount of muscle activity in the trunk muscle group.

Penelitian ini meneliti pengaruh postur yang berbeda dari pekerjaan

penebang pohon menggunakan gergaji pada aktivitas kelompok otot batang

tubuh. Metode yang digunakan yakni Pekerja non kehutanan ada 10 orang.

Postur pengukuran dengan gergaji dipegang dan diatur dalam empat posisi

dengan menggunakan EMG untuk mengetahui otot-otot paraspinal lumbal

dan rectus abdominus. Hasilnya sisi kanan dengan satu lutut berdiri,

aktivitas otot paraspinal lumbal adalah 14,7% lebih tinggi dari yang di sisi

kiri. Namun tidak ada perbedaan yang signifikan yang diamati pada postur

lain. Aktivitas paraspinal lumbal kanan pada fleksi 30 derajat meningkat

secara signifikan masing-masing sebesar 25,6% dan 14,2% dari posisi tegak

dan posisi satu lutut. Aktivitas otot paraspinal lumbal kiri dan kanan

menunjukkan nilai tertinggi pada fleksi 90 derajat, dan aktivitas otot

paraspinal lumbal kanan meningkat secara signifikan sebesar 16,7%

dibandingkan dengan berdiri satu lutut. Jumlah aktivitas otot pada

paraspinal lumbal sisi kiri cenderung meningkat ketika sudut fleksi batang

tubuh meningkat, tetapi tidak ada perbedaan yangsignifikan antara keempat

postur. Aktivitas otot rectus abdominis kanan dan kiri rendah, dan tidak ada

perbedaan yang signifikan antara keempat postur.


43

7. (Watanabe et al. 2014) tentang Influence of trunk muscle co-contraction on

spinal curvature during sitting. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

membandingkan aktivitas electromyographic otot trunk dan ketebalan otot

transverse abdominis selama duduk miring dengan parameter yang sama

selama kontraksi dan menyelidiki bagaimana ko-kontraksi mempengaruhi

kelengkungan tulang belakang. Metode penelitian dengan Sembilan

sukarelawan pria yang semuanya sehat dan tidak menderita gangguan

muskuloskeletal tulang belakang ataupun gangguan neuromuskuler.

Pengukuran dengan menggunakan sinyal electromyographic direkam

selama kedua posisi duduk untuk mengukur ketebalan otot transversus

abdominis, sementara subjek melakukan kedua posisi duduk, kelengkungan

tulang belakang juga diukur menggunakan perangkat genggam. Hasil dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa kontraksi otot-otot tubuh selama duduk

meningkatkan lordosis lumbal atau penurunan lumbar kyphosis,

memindahkan sakrum ke posisi tegak dan tidak memiliki pengaruh pada

kyphosis toraks. Secara signifikan lebih banyak aktivitas otot-otot tubuh

dengan pengecualian otot rectus abdominis, dan ketebalan otot yang secara

signifikan lebih besar dari transversus abdominis diamati selama kontraksi

otot-otot tubuh daripada selama duduk merosot. Kontraksi juga

menghasilkan lordosis lumbar yang meningkat secara signifikan dan sudut

sakral yang lebih besar bila dibandingkan dengan duduk yang merosot.
44

B. Critical Apraisal

Jurnal penelitian di atas, kemudian dievaluasi menggunakan Critical

Apraisal dengan pendekatan tool Skala PEDro. Berikut hasil Critical Apraisal

jurnal-jurnal diatas.

1. Jurnal (Streisfeld et al. 2017)

Pada hasil critical apraisal, skala pedro dari jurnal 1 adalah

No Penilaian skala PEDro Tidak Ya dimana


1 Ketentuan kriteria kelayakan  2
2 subyek dialokasikan ke kelompok-  2
kelompok secara acak (dalam studi
crossover, subyek secara acak
dialokasikan pesanan di mana perawatan
diterima)
3 alokasi dirahasiakan 
4 kelompok-kelompok yang serupa sebagai  2
indikator prognostik (peramalan) yang
paling penting
5 ada yang mengaburkan dari semua 
subyek (kesenjangan)
6 ada yang mengaburkan dari semua terapis 
yang diberikan terapi
7 ada yang mengaburkan dari semua 
penilai, yang mengukur setidaknya satu
hasil utama
8 ukuran setidaknya satu hasil utama  2
diperoleh dari lebih dari 85% dari subyek
yang awalnya dialokasikan untuk
kelompok
9 semua subyek untuk siapa ukuran hasil 
yang tersedia menerima perlakuan atau
kondisi kontrol seperti yang dialokasikan
atau, di mana ini tidak terjadi, data untuk
setidaknya satu hasil utama dianalisis
dengan "niat untuk mengobati"
10 hasil perbandingan statistik antara-  4
kelompok dilaporkan untuk setidaknya
satu hasil utama
11 studi ini menyediakan baik langkah-  2
langkah poin dan ukuran variabilitas
untuk di setidaknya satu hasil utama
45

2. Jurnal (Arab et al. 2018)

Pada hasil critical apraisal, skala pedro dari jurnal 2 adalah

No Penilaian skala PEDro Tidak Ya dimana


1 Ketentuan kriteria kelayakan  2
2 subyek dialokasikan ke kelompok-  2
kelompok secara acak (dalam studi
crossover, subyek secara acak
dialokasikan pesanan di mana perawatan
diterima)
3 alokasi dirahasiakan 
4 kelompok-kelompok yang serupa sebagai  2
indikator prognostik (peramalan) yang
paling penting
5 ada yang mengaburkan dari semua 
subyek (kesenjangan)
6 ada yang mengaburkan dari semua terapis 
yang diberikan terapi
7 ada yang mengaburkan dari semua 
penilai, yang mengukur setidaknya satu
hasil utama
8 ukuran setidaknya satu hasil utama  3
diperoleh dari lebih dari 85% dari subyek
yang awalnya dialokasikan untuk
kelompok
9 semua subyek untuk siapa ukuran hasil  3
yang tersedia menerima perlakuan atau
kondisi kontrol seperti yang dialokasikan
atau, di mana ini tidak terjadi, data untuk
setidaknya satu hasil utama dianalisis
dengan "niat untuk mengobati"
10 hasil perbandingan statistik antara-  3
kelompok dilaporkan untuk setidaknya
satu hasil utama
11 studi ini menyediakan baik langkah-  2
langkah poin dan ukuran variabilitas
untuk di setidaknya satu hasil utama
46

3. Jurnal (Nuzzo et al. 2014)

Pada hasil critical apraisal, skala pedro dari jurnal 3 adalah

No Penilaian skala PEDro Tidak Ya dimana


1 Ketentuan kriteria kelayakan  2
2 subyek dialokasikan ke kelompok-  2
kelompok secara acak (dalam studi
crossover, subyek secara acak
dialokasikan pesanan di mana perawatan
diterima)
3 alokasi dirahasiakan 
4 kelompok-kelompok yang serupa sebagai  2
indikator prognostik (peramalan) yang
paling penting
5 ada yang mengaburkan dari semua 
subyek (kesenjangan)
6 ada yang mengaburkan dari semua terapis 
yang diberikan terapi
7 ada yang mengaburkan dari semua 
penilai, yang mengukur setidaknya satu
hasil utama
8 ukuran setidaknya satu hasil utama  6
diperoleh dari lebih dari 85% dari subyek
yang awalnya dialokasikan untuk
kelompok
9 semua subyek untuk siapa ukuran hasil  4
yang tersedia menerima perlakuan atau
kondisi kontrol seperti yang dialokasikan
atau, di mana ini tidak terjadi, data untuk
setidaknya satu hasil utama dianalisis
dengan "niat untuk mengobati"
10 hasil perbandingan statistik antara-  5
kelompok dilaporkan untuk setidaknya
satu hasil utama
11 studi ini menyediakan baik langkah-  3
langkah poin dan ukuran variabilitas
untuk di setidaknya satu hasil utama
47

4. Jurnal (Rasouli et al. 2011)

Pada hasil critical apraisal, skala pedro dari jurnal 4 adalah

No Penilaian skala PEDro Tidak Ya dimana


1 Ketentuan kriteria kelayakan  2
2 subyek dialokasikan ke kelompok-  2
kelompok secara acak (dalam studi
crossover, subyek secara acak
dialokasikan pesanan di mana perawatan
diterima)
3 alokasi dirahasiakan 
4 kelompok-kelompok yang serupa sebagai  1
indikator prognostik (peramalan) yang
paling penting
5 ada yang mengaburkan dari semua 
subyek (kesenjangan)
6 ada yang mengaburkan dari semua terapis 
yang diberikan terapi
7 ada yang mengaburkan dari semua 
penilai, yang mengukur setidaknya satu
hasil utama
8 ukuran setidaknya satu hasil utama  3
diperoleh dari lebih dari 85% dari subyek
yang awalnya dialokasikan untuk
kelompok
9 semua subyek untuk siapa ukuran hasil  3
yang tersedia menerima perlakuan atau
kondisi kontrol seperti yang dialokasikan
atau, di mana ini tidak terjadi, data untuk
setidaknya satu hasil utama dianalisis
dengan "niat untuk mengobati"
10 hasil perbandingan statistik antara-  4
kelompok dilaporkan untuk setidaknya
satu hasil utama
11 studi ini menyediakan baik langkah-  2
langkah poin dan ukuran variabilitas
untuk di setidaknya satu hasil utama
48

5. Jurnal (Masaki et al. 2017)

Pada hasil critical apraisal, skala pedro dari jurnal 5 adalah

No Penilaian skala PEDro Tidak Ya dimana


1 Ketentuan kriteria kelayakan  7
2 subyek dialokasikan ke kelompok-  6
kelompok secara acak (dalam studi
crossover, subyek secara acak
dialokasikan pesanan di mana perawatan
diterima)
3 alokasi dirahasiakan 
4 kelompok-kelompok yang serupa sebagai  5
indikator prognostik (peramalan) yang
paling penting
5 ada yang mengaburkan dari semua 
subyek (kesenjangan)
6 ada yang mengaburkan dari semua terapis 
yang diberikan terapi
7 ada yang mengaburkan dari semua 
penilai, yang mengukur setidaknya satu
hasil utama
8 ukuran setidaknya satu hasil utama  9
diperoleh dari lebih dari 85% dari subyek
yang awalnya dialokasikan untuk
kelompok
9 semua subyek untuk siapa ukuran hasil  9
yang tersedia menerima perlakuan atau
kondisi kontrol seperti yang dialokasikan
atau, di mana ini tidak terjadi, data untuk
setidaknya satu hasil utama dianalisis
dengan "niat untuk mengobati"
10 hasil perbandingan statistik antara-  10
kelompok dilaporkan untuk setidaknya
satu hasil utama
11 studi ini menyediakan baik langkah-  7
langkah poin dan ukuran variabilitas
untuk di setidaknya satu hasil utama
49

6. Jurnal (Kawahara et al. 2015)

Pada hasil critical apraisal, skala pedro dari jurnal 6 adalah

No Penilaian skala PEDro Tidak Ya dimana


1 Ketentuan kriteria kelayakan  2
2 subyek dialokasikan ke kelompok-  2
kelompok secara acak (dalam studi
crossover, subyek secara acak
dialokasikan pesanan di mana perawatan
diterima)
3 alokasi dirahasiakan 
4 kelompok-kelompok yang serupa sebagai  1
indikator prognostik (peramalan) yang
paling penting
5 ada yang mengaburkan dari semua 
subyek (kesenjangan)
6 ada yang mengaburkan dari semua terapis 
yang diberikan terapi
7 ada yang mengaburkan dari semua 
penilai, yang mengukur setidaknya satu
hasil utama
8 ukuran setidaknya satu hasil utama  3
diperoleh dari lebih dari 85% dari subyek
yang awalnya dialokasikan untuk
kelompok
9 semua subyek untuk siapa ukuran hasil  3
yang tersedia menerima perlakuan atau
kondisi kontrol seperti yang dialokasikan
atau, di mana ini tidak terjadi, data untuk
setidaknya satu hasil utama dianalisis
dengan "niat untuk mengobati"
10 hasil perbandingan statistik antara-  3
kelompok dilaporkan untuk setidaknya
satu hasil utama
11 studi ini menyediakan baik langkah-  2
langkah poin dan ukuran variabilitas
untuk di setidaknya satu hasil utama
50

7. Jurnal (Watanabe et al. 2014)

Pada hasil critical apraisal, skala pedro dari jurnal 7 adalah

No Penilaian skala PEDro Tidak Ya dimana


1 Ketentuan kriteria kelayakan 
2 subyek dialokasikan ke kelompok-  3
kelompok secara acak (dalam studi
crossover, subyek secara acak
dialokasikan pesanan di mana perawatan
diterima)
3 alokasi dirahasiakan 
4 kelompok-kelompok yang serupa sebagai 
indikator prognostik (peramalan) yang
paling penting
5 ada yang mengaburkan dari semua 
subyek (kesenjangan)
6 ada yang mengaburkan dari semua terapis 
yang diberikan terapi
7 ada yang mengaburkan dari semua 
penilai, yang mengukur setidaknya satu
hasil utama
8 ukuran setidaknya satu hasil utama  4
diperoleh dari lebih dari 85% dari subyek
yang awalnya dialokasikan untuk
kelompok
9 semua subyek untuk siapa ukuran hasil  5
yang tersedia menerima perlakuan atau
kondisi kontrol seperti yang dialokasikan
atau, di mana ini tidak terjadi, data untuk
setidaknya satu hasil utama dianalisis
dengan "niat untuk mengobati"
10 hasil perbandingan statistik antara-  5
kelompok dilaporkan untuk setidaknya
satu hasil utama
11 studi ini menyediakan baik langkah-  4
langkah poin dan ukuran variabilitas
untuk di setidaknya satu hasil utama
51

C. Pembahasan

Berdasarkan penelitian (Streisfeld et al. 2017) yang nilai kualitas

jurnalnya adalah Q1 serta skor skala pedro 7/10 mengatakan bahwa

ketidakseimbangan aktivasi otot tulang belakang pada postur fleksi yang

berkepanjangan dapat menyebabkan kinematik tulang belakang maladaptif dan

meningkatnya tekanan tulang belakang yang menyebabkan terlalu seringnya

nyeri punggung bawah sedangkan penelitian yang dilakukan (Arab et al. 2018)

yang memiliki kulatias jurnal Q1 dan nilai skor skala pedro 7/10 berpendapat

ada ketidakseimbangan antara aktivitas otomatis otot transversus abdominis

dan rectus abdominis pada subjek dengan Chronic Low Back Pain (CLBP)

dibandingkan dengan subjek yang sehat, selama posisi duduk stabil maupun

tidak stabil tetapi penelitian yang dilakukan (Nuzzo et al. 2014) yang memliki

kualitas Q2 serta nilai pedro 7/10 menunjukan sebagian besar pengukuran

lumbar multifidus dan ukuran otot perut pada petugas pemadam kebakaran

mirip dengan populasi umum dan tentara. Data ini memberikan dasar untuk

penelitian masa depan menggunakan ultrasonografi untuk menilai ukuran otot

pada petugas pemadam kebakaran dan pekerja lain dalam pekerjaan yang

menuntut fisik.

Jurnal (Rasouli et al. 2011) yang memliki kualitas Q2 serta nilai skala

pedo 7/10 menunjukkan bahwa persentase perubahan tebal pada otot

tranversus abdominis dan illiopsoas dengan dan tanpa low back pain (LBP)

meningkat karena stabilitas posisi duduk menurun. Namun demikian,

persentase perubahan ketebalan lebih rendah pada subjek dengan LBP


52

dibandingkan dengan subyek sehat di semua posisi. Selain itu ada

perbedaan yang signifikan dalam persentase perubahan ketebalan

transversus abdominis ketika duduk di bola gym dengan kedua kaki di

tanah atau duduk di bola gym mengangkat kaki kiri dari tanah antara

subyek dengan dan tanpa low back pain, sedangkan jurnal (Masaki et al.

2017) memiliki kualitas Q1 dan skor skala pedro 7/10 menunjukkan bahwa

low back pain dikaitkan dengan kekakuan otot-otot multifidus lumbal daripada

kekakuan otot-otot erector spine.

Penelitian yang dilakukan (Kawahara et al. 2015) memiliki kualitas

jurnal Q2 serta skor sekala pedro 7/10 menunjukan bahwa postur kerja

penebangan kayu dalam fleksi ke depan dari batang tubuh adalah postur

dimana paraspinal lumbal dibebabni secara berlebihan yang dapat

meningkatkan resiko nyeri punggung bawah, sedangkan jurnal (Watanabe et al.

2014) memliki kualitas Q2 dan skor skala pedro 7/10 telah menunjukkan

bahwa instruksi yang diberikan kepada subjek pada ko-kontraksi otot trunk

selama duduk meningkatkan aktivitas otot dengan pengecualian otot rectus

abdominis, ketebalan otot transversus abdominis, dan lumbosis lumbar.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Sebagaimana hasil review jurnal-jurnal di atas dapat disimpulan bahwa 6

penelitian terdahulu mengatakan bahwa ada hubungan ketidakseimbangan otot

pada penderita chronic low back pain dikarenakan posisi tubuh yang salah saat

melakukan aktivitas, sedangkan satu penelitian terdahulu menyatakan

hubungan antara ketidakseimbangan otot dengan low back pain masih belum

jelas. Sehingga penulis menarik kesimpulan bahwa ada hubungan nyeri

musculoskeletal dalam hal ini low back pain akibat kerja dengan

ketidakseimbangan otot pada pengrajin rotan dikarenakan posisi kerja pegawai

rotan yang tidak ergonomis saat bekerja menyebabkan gangguan yang berupa

low back pain.

B. Saran

Sebagaimana temuan critical review dan pembahasan di atas, dapat

dikemukakan beberapa saran berikut.

53
54

1. Hendaknya kejadian ketidakseimbangan otot diperhatikan agar tidak

menimbulkan rasa nyeri musculoskeletal.

2. Hendaknya perusahaan lebih mempertimbangkan kesehatan para pengrajin.

3. Memberikan pengetahuan kepada pengrajin tentang posisi kerja yang baik.

4. Kedepan perusahaan di harapkan memiliki seorang fisioterapis yang dapat

membuat program latihan kepada para pengrajin untuk mengurangi resiko

cidera serta meningkatkan kualitas para pengrajin.


55

DAFTAR PUSTAKA

Adeyemi, H., S. Adejuyigbe, O. Akanbi, and S. Ismaila. 2014. “Decree of Safe

Postures in Manual Lifting Tasks among Some Groups of Construction

Workers in Southwestern Nigeria.” International Journal of Ergonomics

4(2):24–32.

Allegri, Massimo, Silvana Montella, Fabiana Salici, Adriana Valente, Maurizio

Marchesini, Christian Compagnone, Marco Baciarello, Maria Elena

Manferdini, and Guido Fanelli. 2016. “Mechanisms of Low Back Pain: A

Guide for Diagnosis and Therapy [Version 1; Referees: 3 Approved].”

F1000Research 5:1–11.

Arab, Amir Massoud, Sanaz Shanbehzadeh, Omid Rasouli, Mohsen Amiri, and

Fatemeh Ehsani. 2018. “Automatic Activity of Deep and Superficial

Abdominal Muscles during Stable and Unstable Sitting Positions in

Individuals with Chronic Low Back Pain.” Journal of Bodywork and

Movement Therapies 22(3):627–31.

Bahrudin, Mochamad. 2018. “Patofisiologi Nyeri (Pain).” Saintika Medika


56

13(1):7.

Barakatt, Edward T., Patrick S. Romano, Daniel L. Riddle, Laurel A. Beckett, and

Richard Kravitz. 2009. “An Exploration of Maitland’s Concept of Pain

Irritability in Patients with Low Back Pain.” Journal of Manual and

Manipulative Therapy 17(4):196–205.

Behm, David G., Anthony J. Blazevich, Anthony D. Kay, and Malachy McHugh.

2015. “Acute Effects of Muscle Stretching on Physical Performance, Range

of Motion, and Injury Incidence in Healthy Active Individuals: A Systematic

Review.” Applied Physiology, Nutrition and Metabolism 41(1):1–11.

Darsini, Ilham Nur Ardianto, Mathilda Sri Lestari, Program Studi, Teknik

Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran, and Bangun Nusantara. 2019.

“ANALISIS POSTUR KERJA PENGANYAMAN ROTAN DENGAN

METODE RAPID ENTIRE BODY ASSISSMENT.” 26–33.

Djordjevic, Olivera, Ljubica Konstantinovic, Nadica Miljkovic, and Goran

Bijelic. 2015. “Relationship between Electromyographic Signal Amplitude

and Thickness Change of the Trunk Muscles in Patients with and Without

Low Back Pain.” Clinical Journal of Pain 31(10):893–902.

Goubert, Dorien, Robby De Pauw, Mira Meeus, Tine Willems, Barbara Cagnie,

Stijn Schouppe, Jessica Van Oosterwijck, Evy Dhondt, and Lieven Danneels.
57

2017. “Lumbar Muscle Structure and Function in Chronic versus Recurrent

Low Back Pain: A Cross-Sectional Study.” Spine Journal 17(9):1285–96.

Hoy, D., P. Brooks, F. Blyth, and R. Buchbinder. 2010. “The Epidemiology of

Low Back Pain.” Best Practice and Research: Clinical Rheumatology

24(6):769–81.

Kawahara, Dairoku, Yukio Urabe, Noriaki Maeda, Junpei Sasadai, Eri Fujii,

Nobuaki Moriyama, Takahiko Yamamoto, and Sho Iwata. 2015. “The Effect

of Different Working Postures While Felling a Tree with a Chain-Saw on

Trunk Muscles’ Activity.” Sangyō Eiseigaku Zasshi = Journal of

Occupational Health 57(4):111–16.

Masaki, Mitsuhiro, Tomoki Aoyama, Takashi Murakami, Ko Yanase, Xiang Ji,

Hiroshige Tateuchi, and Noriaki Ichihashi. 2017. “Association of Low Back

Pain with Muscle Stiffness and Muscle Mass of the Lumbar Back Muscles,

and Sagittal Spinal Alignment in Young and Middle-Aged Medical

Workers.” Clinical Biomechanics 49:128–33.

Maulina, Anggrianti Siska, Bina Kurniawan, Baju Widjasena, and Universitas

Diponegoro. 2017. “Hubungan Antara Postur Kerja Berdiri Dengan Keluhan

Nyeri Kaki Pada Pekerja Aktivitas Mekanik Section Welding Di Pt. X.”

Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) 5(5):369–77.


58

Mursito, Bambang and Harini. 2014. “Pemberdayaan Pengrajin Melalui Koperasi

Di Desa Trangsan.” Seminar Nasional Dan Call Papers UNIBA 123–34.

Ningsih, Kursiah Warti. 2017. “Keluhan Low Back Pain Pada Perawat Rawat

Inap Rsud Selasih Pangkalan Kerinci.” Jurnal Ipteks Terapan 11(1):75.

Nuzzo, James L., Daniel W. Haun, John M. Mayer, and Of Departement

Radiology. 2014. “Ultrasound Measurements of Lumbar Multifidus and

Abdominal Muscle Size in Firefighters.” Journal of Back and

Musculoskeletal Rehabilitation 27(4):427–33.

Page, Phil, Clare Frank, Robert Lardner, and Aa Et. 2010. “1937_Assessment and

Treatment of Muscle Imbalance- The Janda Approach-Converted.” United

States of America.

Rasouli, Omid, Amir Massoud Arab, Mohsen Amiri, and Shapour Jaberzadeh.

2011. “Ultrasound Measurement of Deep Abdominal Muscle Activity in

Sitting Positions with Different Stability Levels in Subjects with and without

Chronic Low Back Pain.” Manual Therapy 16(4):388–93.

Sato, Tatsuo, Masahiro Koizumi, Ji Hyun Kim, Jeong Hyun Kim, Bao Jian Wang,

Gen Murakami, and Baik Hwan Cho. 2011. “Fetal Development of Deep

Back Muscles in the Human Thoracic Region with a Focus on

Transversospinalis Muscles and the Medial Branch of the Spinal Nerve


59

Posterior Ramus.” Journal of Anatomy 219(6):756–65.

Sneller, Timothy N., Sang D. Choi, Kwangseog Ahn, and Of Departement

Occupational. 2018. “Awareness and Perceptions of Ergonomic Programs

between Workers and Managers Surveyed in the Construction Industry.”

Work 61(1):41–54.

Spriet, Lawrence L. and Jamie Whitfield. 2015. “Taurine and Skeletal Muscle

Function.” Current Opinion in Clinical Nutrition and Metabolic Care

18(1):96–101.

Stewart, Gregory J. 2018. The Human Body How It Works The Skeletal And

Muscuar Systems. Vol. 53. New York: Chelsea House.

Stokes, Ian A. F., MacK G. Gardner-Morse, Sharon M. Henry, and Orthopedi

Departemen. 2011. “Abdominal Muscle Activation Increases Lumbar Spinal

Stability: Analysis of Contributions of Different Muscle Groups.” Clinical

Biomechanics 26(8):797–803.

Streisfeld, Gabriel M., Caitlin Bartoszek, Emily Creran, Brianna Inge, Marc D.

McShane, and Therese Johnston. 2017. “Relationship Between Body

Positioning, Muscle Activity, and Spinal Kinematics in Cyclists With and

Without Low Back Pain: A Systematic Review.” Sports Health 9(1):75–79.


60

Tarwaka. 2015. ERGONOMI INDUSTRI. Surakarta: Harapan Pers.

Wáng, Yì Xiáng J., Jùn Qīng Wáng, Zoltán Káplár, and Departement. 2016.

“Increased Low Back Pain Prevalence in Females than in Males after

Menopause Age: Evidences Based on Synthetic Literature Review.”

Quantitative Imaging in Medicine and Surgery 6(2):199–206.

Watanabe, Susumu, Kenichi Kobara, Yosuke Yoshimura, Hiroshi Osaka, and

Hiroshi Ishida. 2014. “Influence of Trunk Muscle Co-Contraction on Spinal

Curvature during Sitting.” Journal of Back and Musculoskeletal

Rehabilitation 27(1):55–61.

Wicaksana, Gede and Ida Puta. 2019. “Undagi : Jurnal Ilmiah Jurusan Arsitektur

Universitas Warmadewa.” 7:29–35.

Wong, Arnold YL, Jaro Karppinen, Dino Samartzis, and spinal disorders

Scoliosis. 2017. “Low Back Pain in Older Adults: Risk Factors, Management

Options and Future Directions.” Scoliosis and Spinal Disorders 12(1):1–23.

Anda mungkin juga menyukai