Eco Ezyme
Eco Ezyme
melalui pengelolaan sampah organic dan limbah rumah tangga serta pemanfaatan
perkarangan lahan dengan pemberdayaan keluarga di Kota Samarinda
Salah satu program pokok PKK tersebut juga berkaitan dengan program kerja 100 hari pemerinta
kota samarinda yaitu penanggulangan sampah dalam rangka Kelestarian Lingkungan Hidup
(Program ke 9)
Dimana salah satunya yang bersinergis dengan program pemerintah adalah Program Jeng Rinda
(Jelantah Membangun Samarinda) yang bersinergi dengan Dinas Lingkungan Hidup, yaitu
gerakan donasi minyak jelantah guna mendaur ulang / memanfaatkan limbah rumah tangga
(minyak bekas) yang diserahkan ke DLH Hasilnya kemudian dijual ke perusahaan (pihak ke 3)
sehingga bisa menjadi pemasukan untuk digunakan membangun sarana umum.
Sebagaimana yang kita ketahu komposisi sampah yang dihasilkan dari aktivitas manusia adalah
sampah organic sebanyak 60-70% dan sisanya adalah sampah non organic 30-40% bahkan
menururt data DLH Kota Samarinda sebanyak 60,39% sampah di Samarinda merupakan sampah
organik dengan potensi timbunan sampah Kota Samarinda adalah 600 ton / hari maka hasil
sampah organic Samarinda perhari adalah 600 ton x 60,39% = 362 ton/hari.
Secara garis besar sampah bisa dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sampah organik , anorganik dan
sampah residu
Sampah organik adalah sampah yang berasal dari alam, seperti sisa makanan atau daun. Dengan
kata lain, semua sampah yang dapat terurai dengan mudah adalah sampah organik.
Sementara sampah plastik, karet, dan kaleng masuk ke dalam kategori sampah anorganik.
Sampah anorganik baiknya dibuang di tempat yang memiliki alat pelebur plastik atau alat daur
ulang
Sampah Residu adalah jenis sampah yang sulit didaur ulang misalnya kaca.
Salah satu langkah utama dalam pengelolaan sampah adalah sorting atau pemilahan. Sampah
harus dipilah dan dibuang berdasarkan jenisnya agar pengelolaan sampah lebih mudah.
Berbeda dengan sampah organik, bahan anorganik yang rata-rata merupakan benda yang
diciptakan oleh mesin sangat sulit terurai. Bahkan sampah seperti plastik baru dapat terurai di
tanah selama ratusan tahun, dan sebelum terurai plastik tersebut dapat turut merusak lingkungan.
Oleh karena itu, sampah anorganik harus dipisahkan dari jenis sampah lainnya dan didaur ulang.
Manfaat Memilah Sampah
- Menciptakan pengelolaan sampah ramah lingkungan
- Media pembelajaran dan pendidikan karakter dalam pengelolaan sampah
- Menciptakan jumlah timbunan sampah yang masuk ke TPA
- Memudahkan proses penanganan di hilirnya
- Mewujudkan circular economy pengelolaan persampahan
Sampah sering dianggap negatif, kotor, bau dan mendatangkan penyakit. Sampah-sampah itu
dekat dengan kita, ada di sekitar kita. Salah satu jenis sampah yang sering berada di rumah
adalah sampah organik. Setiap hari dihasilkan dan dibuang percuma.
Padahal, jika orang memahami, apa yang sering disebut sampah dan sering dibuang percuma itu
punya banyak manfaat. Jika diolah dengan benar, orang mungkin akan berfikir panjang untuk
membuangnya. Pasalnya, sampah bisa diolah, misalnya dibuat menjadi pupuk kompos atau
dibuat menjadi eco-enzyme.
Pupuk kompos mungkin di telinga lebih familiar, bagaimana dengan cco-enzyme? Ternyata,
banyak yang masih belum mengenal eco-enzyme beserta manfaatnya. Untuk mengenal lebih
jauh tentang eco-enzyme dan cara membuatnya
Eco Enzyme pertama kalio dikembangkan oleh dr. Rosukon Poompanvong – pendiri
Asosiasi Pertanian Organik Thaikland, yang melakukan penelitian selama 30 tahun.
Kemudian melalui Dr. Joean oon seorang peneliti Naturopathy dari Penang, Malaysia Eco
Enzym ini diperkenalkan secara lebih luas.
Eco-enzyme prinsip dasarnya fermentasi. Prinsip dalam proses pembuatan enzym adalah
fermentasi. Eco-enzyme adalah hasil olahan bahan organik yang difermentasi dengan
menggunakan gula dan air. Bahan organik dapur dapat berupa kulit, tangkai buah dan sayuran.
Sebenarnya fermentasi itu adalah sesuatu yang sudah ada sejak dahulu bahkan sudah ribuan
tahun dan banyak sekali sebenarnya produk produk berbasis fermentasi seperti youghurt, tempe,
tauco, kecap. Hanya saja produk itu pakai biang, prosesnya cepat. Sedangkan eco-enzym ini
tidak pakai biang. Prosesnya lama, bisa sampai 3 bulan, minimal 3 bulan.
Disinilah peran PKK bagi masyarakat, melalui Pokja IV TP PKK Kota Samarinda melakukan
pembinaan dan pelatihan bagi kader kelurahan dalam pembuatan Eco Enzyme dengan menggaet
Relawan komunitas Eco Enzyme Samarinda bagaimaba mengolah limbah organic menjadi cairan
eco enzyme serbaguna yang tujuannya hanya satu “menyelamatkan bumi”.