Anda di halaman 1dari 4

Review Film “The Junge Karl Marx (The Young Karl Marx)”

“Kebahagian Membutuhkan Perjuangan”


Oleh: Ini Tanjung Tani

Judul Film: The Young Karl Marx


Sutradara: Raoul Peck
Penulis: Pascal Bonitzer
Produser: Nicolas Blanc
Pemain:  August Diehl, Stefan Konarske, Vicky Krieps
Tahun Rilis: 2017
Karl Heinrich Marx atau Karl Marx merupakan seorang filsuf terkenal dari Jerman. Ia
lahir pada 5 Mei 1818 di Trier, Prusia, Jerman. Film ini bercerita tentang gejolak
sosial-politik di Eropa yang berlatar tahun 1843 yang mana saat itu memunculkan
kelas sosial yaitu kaum ploretariat dan borjuis.
Salah satu keahlian Marx yaitu menulis, ia bekerja sebagai Jurnalis agar dapat
menghidupi keluarganya. Namun tak lama ia dipecat dari tempatnya bekerja, disitulah
konflik Marx dimulai. Kantor penerbitan tempat ia bekerja pada saat itu digrebek
karena tulisan-tulisan mereka dianggap mengkritik rezim despotik Prusia. Marx tidak
seperti koleganya yang takut ditangkap, ia justru menilai bahwa tulisan-tulisan
tersebut kurang tajam, kritis dan radikal.

Sementa itu, di tahun yang sama tepatnya di Manchester, Inggris sebuah pabrik milik
Ermen and Engels diprotes oleh para buruh mereka sendiri. Hal ini dikarenakan
kecilnya upah buruh dan tidak adanya jaminan keselamatan untuk para pekerja. Anak-
anak dibawah umur juga banyak yang sudah bekerja di pabrik tersebut. Di tengah
keributan yang terjadi antara para buruh dengan sang pemilik, muncul seorang wanita
bernama Mary Burns yang membela teman seperburuhannya di depan sang pemilik
pabrik. Hal ini menarik perhatian Friederich Engels anak dari pemilik pabrik tersebut.
Engels merasa prihatin melihat kondisi kaum buruh disekitarnya, ia kemudian
menuangkan keresahannya dengan menulis buku berjudul Condition Of Working
Classes in England.

Pertemuan dan kedekatan Marx dengan Engels dimulai dari kediaman Arnold Ruge
yang merupakan seorang penerbit jurnal. Marx ingin meminta hak-nya pada Ruge atas
tulisannya yang terbit di Jurnal Ruge karena ia membutuhkan royalti tersebut untuk
menghidupi keluarganya.
Pejalanan Marx dan Engels dimulai, mereka sangat kompak dan satu pemikiran dalam
mengkritik kelas-kelas atas. Mereka berdua tak segan dalam mengutarakan
pendapatnya di muka umum tentang ketidakadilan para buruh. Bahkan, mereka
berdua juga sempat menulis buku bersama yang diberi judul Critique of Critical
Critique. Buku tersebut membahas tentang kritik terhadap Hegelian muda atau
kelompok pemikir yang menganut pemikiran Friederich Hegel.
Sejatinya, secara tidak langsung film ini menceritakan dampak dari Revolusi Industri
yang memunculkan kelas-kelas baru di Eropa. Kaum borjuasi yang merupakan tuan
dari pemilik pabrik yang ada pada saat itu berhasil mengeksploitasi besar-besaran
kaum ploretariat yang digambarkan pada salah satu scene pabrik milik ayah Engels.
Sosok Marx dalam film tersebut menggambarkan seorang anak muda yang tanggap
akan lingkungan sekitar. Anak muda yang notabenenya mempunyai semangat tinggi
serta pikiran yang masih segar mampu mendorong dan mempengaruhi lingkungan
sekitar untuk peka terhadap keadaan. Marx bersama Engels bersama membantu kaum
buruh agar diperlakukan sebagaimana semestinya. Kritik serta pikiran-pikiran mereka
dituangkan dalam tulisan yang mampu menyentuh hati banyak orang untuk bergerak
melawan kesenjangan sosial.

Kesuksesan Marx dan Engels tidak lepas dari adanya peran wanita yang selalu
mendukung mereka. Jenny, istri Marx merupakan wanita yang berasal dari kalangan
Aristrokrat kaya yang rela meninggalkan kemewahannya dan memilih hidup bersama
Marx dalam kemiskinan. Pada salah satu scene saat ia ditanya oleh Engels mengapa ia
rela hidup bersama Marx ia menjawab “Kebahagiaan membutuhkan pemberontakan”.
Ucapan Jenny tersebut adalah representasi perlawannya terhadap ketidakadilan dan
kesenjangan sosial yang diskriminatif di Eropa pada saat itu. Ia bahkan mendukung
suaminya dalam menuangkan pikiran-pikirannya lewat tulisan. Ia juga turut andil
dalam pembuatan buku Marx dan Engels.
Begitupula dengan Engels, ia juga didampingi oleh seorang wanita yang berasal dari
kaum ploretar. Merry, ia menjadi teman Engels dalam berdialektika dalam
menajamkan tulisan untuk kaum borjuis. Ia ingin hidup bebas dan ingin tetap
memperjuangkan kaumnya. Ia tidak tergiur oleh harta dan uang yang dimiliki Engels.
Bahkan ia sendiri berkata “Untuk berjuang, aku harus tetap miskin”. Jika
dibandingkan dengan wanita-wanita kebanyakan yang hidup di zaman sekarang,
tentunya akan berbanding terbalik.

Cara berpikir dan semangat Marx dan Engels patut dicontoh oleh anak muda saat ini
mengingat anak mudalah yang mampu merubah dunia. Seperti pepatah yang
diucapkan oleh Bung Karno, “Beri aku 10 pemuda, maka akan ku guncang dunia”.
Anak muda dalam usianya masih memiliki semagat dan gelora untuk melawan
ketidakadilan, mengkritisi kebijakan pemerintah serta memperjuangkan hak rakyat.
Maka, sebagai anak muda tidak sepatutnya kita hanya berdiam diri saja. Lihat
sekelilingmu dan lakukan perubahan!

Anda mungkin juga menyukai