Anda di halaman 1dari 3

Anslisis Wacana Menurut Focault

teori Wacana-Foucault termasuk dalam pascastrukturalisme. Paham


pascastruktualisme merupakan paham yang berbeda dengan paham strukutralisme,
tetapi masih mengandung paham strukturalisme di dalamnya. Pascastrukturalisme
merupakan sebuah paham yang terikat dengan dengan paham sebelumnya khususnya
strukturalisme. Meskipun demikian, Foucault tidak pernah menyatakan diri mereka
sebagai pascastrukturalisme. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa, pascastrukturalisme
adalah teori-teori yang muncul setelah teori-teori strukturalis.
 Pengertian Pascastrukturalisme
Pascastrukturalisme adalah wacana yang self-reflektif yaitu wacana yang secara terus
menerus membelah dirinya dan melawan sistemnya sendiri, sehingga kritiknya
menghindari diri untuk menjadi kukuh atau menjadi sebuah metode yang mapan.
Aspek ini sungguh sering membuat wacana pascastrukturalis ini sering menyakitkan
dan membingungkan bagi pembaca karena mereka tidak akan menemukan sebuah
sistem yang utuh melainkan sesuatu yang tampak liar dan yang lebih membuatnya
demikian adalah bahwa keliaran itu tidak dipahami sebagai kegagalan dalam
memahami sesuatu, melainkan suatu kritik antisifatif terhadap batas-batas dari
kehendak untuk berkuasanya sendiri (Faruk, 2008:9-10).

teori-teori struktural dirasakan tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang


didasarkan pada unsur dalam dari sebuah karya. Kelemahan-kelemahan
strukturalisme kemudian dikritisi dan menimbulkan pemahaman konsep wacana yang
berbeda. Beberapa ahli yang tidak puas dengan strukturalisme melakukan upaya
untuk menyempurnakan analisis terhadap sebuah karya tidak hanya dipandang dari
segi unsur-unsur yang membangunnya namun lebih melihat sisi-sisi liar dari sebuah
karya. Gagasan-gagasan inilah yang disebut pascastrukturalisme. Pandangan ini pun
melahirkan teori-teori baru, yaitu: teori psikoanalisis-Lacan, teori dekonstruksi-
Derrida, dan teori wacana-Foucault.

Wacana dalam pandangan Foucault memiliki relevansi dengan seluruh bidang kehidupan. Kegilaan erat
kaitannya dengan kekuasaan. Kegilaan adalah gangguan mental atau definisi yang lebih manusiawi adalah
orang-orang yang berprilaku berbeda dengan orang lain yang mengakibatkan mereka dianggap sebagai
individu-individu yang marginal

Foucault menggambarkan lima tahap proses untuk menganalisis peristiwa diskursif


atau wacana, sebagai berikut: (1) memahami pernyataan menurut kejadian yang
sangat khas, (2) menentukan kondisi keberadaannya, (3) menentukan sekurang-
kurangnya limitnya, (4) membuat korelasinya dengan pernyataan yang lain yang
mungkin terkait dengannya, dan (5) menunjukkan apa bentuk lain pernyataan yang ia
keluarkan (Ratna, 2011:283).

Salah satu yang menarik dari konsep Foucault adalah tesisnya mengenai hubungan
antara pengetahuan dan kekuasaan. Menurut Foucault, seperti dikutip Bartens, strategi
kuasa berlangsung di mana-mana. Di mana saja terdapat susunan, aturan-aturan,
sistem-sistem regulasi, di mana saja ada manusia yang mempunyai hubungan tertentu
satu sama lain dan dengan dunia, di situ kuasa sedang bekerja. Kuasa tidak datang
dari luar tetapi menentukan susunan, aturan-aturan, dan hubungan-hubungan itu dari
dalam. agi Foucault, kekuasaan selalu terakulasikan lewat pengetahuan, dan
pengetahuan selalu punya efek kuasa. Penyelenggaraan kekuasaan, menurut Foucault,
selalu memproduksi pengetahuan sebagai basis kekuasaannya. Hampir tidak mungkin
kekuasaan tanpa ditopang oleh suatu ekonomi politik kebenaran. Pengetahuan tidak
merupakan pengungkapan samar-samar dari relasi kuasa tetapi pengetahuan berada
dalam relasi-relasi kuasa itu sendiri. Kuasa memprodusir pengetahuan dan bukan saja
karena pengetahuan berguna bagi kuasa. Tidak ada pengetahuan tanpa kuasa, dan
sebaliknya tidak ada kuasa tanpa pengetahuan. 

Analisis Wacana Foucault dalam Studi


Komunikasi di Indonesia

Analisis wacana Foucault bisa


digunakan dalam studi yang
berperspektif ‘manajerial’ seperti Public
Relations/ Humas, komunikasi strategis,
komunikasi pemasaran atau komunikasi
Bisnis.
Sampai hari ini, studi komunikasi
yang ‘berperspektif manajerial’ masih
sedikit yang menggunakan metode ini.
Meski memang ada
yang telah
menggunakan analisis wacana kritis non
foucauldian

metode analisis Foucault


penting untuk melihat produksi
pengetahuan komunikasi yang bersifat
lokal. Dengan kata lain metode ini
membantu untuk melihat bagaimana
pengetahuan komunikasi, terlepas
adanya translasi konsep-konsep dari luar
Indonesia, sebenarnya dikembangkan
oleh kita dalam level lokal tertentu
dalam praktik keseharian
Misalnya mengapa konsep
“persepsi” atau “studi efek’ menjadi
dominan dalam riset sarjana komunikasi
di Indonesia? Kuasa apa yang ada di lokal
kampus tertentu yang membuat konsep
tersebut menjadi dominan? Atau,
bagaimana ‘ruang publik’ didefinisikan di
Indonesia? Bagaimana lokalitas
membentuk pengetahuan masyarakat
Indonesia tentang ‘ruang publik’?

Selain masalah,
metode ini bisa juga diterapkan dalam
masalah lain yang lebih praktis
profesional. Misalnya pengetahuan apa
yang dilestarikan oleh perusahaan di
Indonesia sehingga Humas dipersepsi
sebagai profesi perempuan? Bagaimana
konsep ‘mutual understanding’
dipraktikkan oleh Humas dalam sebuah
konflik/ krisis? Atau juga bagaimana
teknologi media baru membentuk
disiplin dalam lingkup organisasi jurnalis
tertentu? Bagaimana ‘mobile journalism’
dipahami, diproduksi dan direproduksi
oleh para Jurnalis?

analisis wacana Foucault


penting dalam mendukung produksi
pengetahuan terutama dalam
pengembangan area-area riset
komunikasi di Indonesia. Dunia akademis
komunikasi Indonesia sekarang
memunculkan banyak bidang-bidang
studi baru. Misalnya ‘komunikasi
bencana’, ‘komunikasi kesehatan’,
‘komunikasi olahraga’, ‘komunikasi
geografi’, ‘komunikasi pariwisata’, dan
seterusnya

Anda mungkin juga menyukai