SPESIFIKASI TEKNIS
REHABILITASI MESS / WISMA PKSA DI KEDIRI
TAHUN ANGGARAN 2020
A. PENJELASAN UMUM
1. URAIAN UMUM
1.1. Pekerjaan Pelaksanaan Rehabilitasi Mess / Wisma PKSA di Kediri ini diusulkan dalam
rangka penyediaan ruang Mess / Wisma PKSA di Kediri yang lebih baik dilingkungan
BBWS Brantas dengan tujuan untuk lebih meningkatkan produktivitas kerja para
pegawai dalam menjalankan program kerja Kementerian PU & Perumahan Rakyat
dilingkungan BBWS Brantas di Kediri.
1.2. Keluaran yang dihasilkan dalam pekerjaan ini adalah Pelaksanaan Rehabilitasi Mess /
Wisma PKSA di Kediri ini adalah:
a. Rehabilitasi Mess / Wisma PKSA di Kediri yang sesuai dengan dokumen untuk
pelaksanaan konstruksi;
b. Dokumen hasil Pelaksanaan Konstruksi, meliputi:
- Pelaksanaan
- Gambar-gambar yang sesuai dengan hasil rencana
- Laporan harian, bulanan yang dibuat selama Pelaksanaan
- Hasil Indentifikasi kerusakan bangunan, pemeriksaan pekerjaan, dan berita
acara lain yang berkaitan dengan pelaksanaan konstruksi fisik.
- Foto-foto dokumentasi yang diambil pada saat peninjauan lapangan dan
Indentifikasi kerusakan bangunan bersama Direksi.
c. Rencana Mutu Kontrak (RMK), Laporan, Gambar, Perhitungan Mutual Check 0 % &
100 %, yang dibuat penyedia jasa
1) RMK (Rencana Mutu Kontrak)
Penyedia jasa berkewajiban menyusun RMK dan harus disetujui oleh
Pengguna Jasa 7 hari sebelum tanda tangan kontrak.
Dasar penyusunan RMK harus memperhatikan semua ketentuan yang dapat
mempengaruhi kinerja pelaksanaan proyek. Antara lain :
Kerangka Acuan Kerja (KAK), Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS),
spesifikasi teknis dan kontrak yang disepakati termasuk klarifikasi dan
negosiasi yang telah dilakukan.
Persyaratan yang tidak ditetapkan oleh pengguna barang/jasa, tetapi
diperlukan dalam pelaksanaan proyek
Peraturan perundang-undangan yang berlaku di wilayah yang terkait
dengan pelaksanaan proyek
Persyaratan internal yang ditetapkan oleh pimpinan Badan Usaha
Penyedia Jasa.
Rencana Mutu Kontrak (RMK) harus didistribusikan dan dipahami oleh semua
personil yang terkait dengan proses dan mutu produk dalam pelaksanaan
proyek. Apabila terjadi perubahan persyaratan kontrak (pekerjaan tambah
kurang) sebelum dan selama pelaksanaan proyek, maka Rencana Mutu
Kontrak harus segera direvisi dan perubahan tersebut dikomunikasikan kepada
direksi.
2) Laporan
Penyedia jasa berkewajiban menyerahkan laporan dalam bahasa Indonesia
dengan jenis, jumlah dan waktu penyerahan ditetapkan sebagai berikut:
Laporan Harian.
Laporan harian diserahkan setiap hari, masing – masing dibuat rangkap 3
(1 asli 2 copy), berisi antara lain:
1. Jumlah Tenaga dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan
pekerjaan
2. Bahan yang dipakai
3. Hasil pelaksanaan pekerjaan 1 hari
Laporan harian ini harus memberikan prestasi yang dihasilkan dalam satu
hari
Laporan Mingguan
Laporan Mingguan diserahkan setiap awal minggu , masing – masing
dibuat rangkap 3 ( 1 asli 2 copy), berisi antara lain:
1. Jumlah Tenaga dan alat
2. Bahan yang dipakai
3. Hasil pelaksanaan pekerjaan 1 minggu
Laporan mingguan adalah hasil akumulasi dari laporan harian yang telah
disetujui direksi dan laporan ini merupakan prestasi pekerjaan pada satu
minggu.
Laporan Bulanan
Laporan Bulanan diserahkan setiap awal bulan berikutnya, masing –
masing dibuat rangkap 3 ( 1 asli 2 copy), berisi antara lain:
1. Jumlah Tenaga dan alat
2. Bahan yang dipakai
3. Hasil pelaksanaan pekerjaan 1 bulan
4. Foto kemajuan pekerjaan
Laporan Bulanan adalah hasil akumulasi dari laporan mingguan harian
yang telah disetujui direksi dan laporan ini merupakan prestasi pekerjaan
pada satu bulan.
3) Laporan Gambar
Laporan gambar pelaksanaan mutual check 0 % (Shop drawing) dan Gambar
purna pelaksnaan mutual check 100% (as built drawing) disiapkan oleh
penyedia jasa yang berisi antara lain sebagai berikut:
a. Layout
b. Denah
c. Tampak (Depan, Samping, Belakang)
d. Detail Konstruksi
4) Perhitungan Mutual Check
Perhitungan mutual check 0 % dan 100 % dilakukan setelah gambar selesai,
Hasil perhitungan dari penyedia jasa bisa dipakai sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan, setelah antara gambar dan hitungan di lakukan
pengecekan bersama dan di setujui direksi.
5) Tempat Pelaksanaan Kegiatan
Tempat pelaksanaan Rehabilitasi Mess / Wisma PKSA di Kediri.
2. LINGKUP PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan pada kegiatan ini adalah:
Nama Pekerjaan : Rehabilitasi Mess / Wisma PKSA di Kediri
Lokasi : Kota Kediri
Tahun Anggaran : 2020
Meliputi pekerjaan:
a. Pekerjaan Persiapan.
b. Pekerjaan Tanah
c. Pekerjaan Pasangan
d. Pekerjaan Beton.
e. Pekerjaan Atap dan Plafon
f. Pekerjaan Keramik
g. Pekerjaan Kusen, Pintu, dan Jendela
h. Pekerjaan Instalasi Listrik
i. Pekerjaan Sanitasi
j. Pekerjaan Finishing
3. PENJELASAN UMUM
3.1. Syarat-syarat Umum.
Tata laksana dalam penyelenggaraan Pembangunan didasarkan pada peraturan-
peraturan sebagai berikut:
1. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 42 tahun 2002 tentang Pedoman
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaraan
Negara
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara.
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 16 tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 45/PRT/M/2007 tanggal 27 Desember
2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
6. Ketentuan pelelangan lain yang berlaku dan petunjuk – petunjuk yang diberikan
oleh pemberi pekerjaan/tugas
Kepemilikan
No Jenis Kapasitas Jumlah
/Status
1 Truck Minimal 3 m3 1 unit Milik Sendiri / Sewa/ sewa beli
2 Concrete mixer Minimal 0,6 m3 2 unit Milik Sendiri / Sewa/ sewa beli
3 Stemper - 1 unit Milik Sendiri / Sewa/ sewa beli
3.3.12. Buku Spesifikasi ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan
kesatuan yang saling melengkapi dengan gambar-gambar Rencana dan Bill of
Quantity serta Berita Acara Rapat. Jika terdapat kontradiksi dengan salah satu
dari dokumen tersebut maka Penyedia jasa wajib bertanya kepada
Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen.
Keterangan:
1. UMUM
1. Penyedia jasa harus melakukan tes sondir sebelum memulai pekerjaan dengan
biaya ditanggung oleh penyedia jasa.
2. Penyedia jasa harus menyediakan semua peralatan (ex. Scaffolding) yang nyata-
nyata diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Penyedia jasa harus menyediakan pagar pengaman selama proyek berlangsung.
4. Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen berhak meminta Penyedia Jasa mengadakan
peralatan pembantu pekerjaan yang dianggap perlu untuk menjamin kecepatan,
mutu dan ketepatan pekerjaan.
5. Semua biaya mobilisasi/ demobilisasi dan sewa pakai peralatan dianggap telah
diperhitungkan dalam penawaran Penyedia jasa.
6. Penyedia jasa wajib meneliti Situasi Tapak - Job Site dan hal lain yang dapat
mempengaruhi penawaran.
7. Untuk itu sebelum pelaksanaan pekerjaan, Penyedia jasa wajib melakukan survey
ulang guna memperoleh data yang akurat.
8. Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian sesuai dengan ketentuan-
ketentuan dalam SPESIFIKASI TEKNIS, Gambar Rencana, Berita Acara
Penjelasan, Berita Acara Rapat Lapangan, serta petunjuk Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen.
2. UKURAN-UKURAN
1. Ukuran-ukuran dalam pekerjaan ini menggunakan sistem metrik (centimeter dan
meter). Peil + 0,00 Bangunan akan ditetapkan kemudian oleh Direksi / Pejabat
Pembuat Komitmen dan Penyedia jasa.
2. Penyedia jasa harus bertanggung jawab penuh atas tepatnya pekerjaan menurut
ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar.
3. Penyedia jasa berkewajiban mencocokkan ukuran satu sama lain dan bila ada
perbedaan ukuran/ perubahan-perubahan gambar dan Spesifikasi akibat kondisi
lapangan segera dilaporkan kepada Direksi / Pejabat Pembuat Komitmen.
Bilamana terdapat selisih satu perbedaan ukuran maka petunjuk Direksi/Pejabat
Pembuat Komitmen yang dijadikan pedoman.
4. PEKERJAAN PERSIAPAN
4.1. Sebelum Pekerjaan Dimulai.
4.1.1. Penyedia jasa harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai
pekerjaan sehingga semua kotoran, puing-puing, sampah, rumput, batang kayu
dan lain-lain tidak ada lagi di job site. Dengan demikian luas job site terlihat
dengan jelas.
4.1.2. Penyedia jasa harus membuat Shop Drawing atas semua Rencana Pelaksanaan
Pekerjaan. Shop Drawing dibuat dalam format AUTOCAD.
C. SPESIFIKASI TEKNIS
1. PEKERJAAN PERSIAPAN
2.1. Papan Nama Proyek
a. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor lebih dulu membuat papan nama proyek.
b. Papan nama proyek dipasang sesuai dengan standard yang berlaku berdasarkan
petunjuk Direksi/Pejabat Pembuat Komitmen dan menjadi biaya Kontraktor.
c. Papan nama proyek dimaksud harus dipasang dilokasi proyek dan harus ditempat
yang dapat dilihat dengan bebas.
2.2. Pembongkaran dan Pembersihan
a. Semua penghalang seperti puing-puing bekas bangunan harus dibongkar dan
dibersihkan serta dipindahkan dari lokasi bangunan kecuali barang-barang yang
ditentukan harus dilindungi agar tetap utuh.
b. Pembongkaran kusen, pintu dan Jendela dipakai kembali.
c. Pelaksanaan pembongkaran harus dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk
menghindarkan bagian bangunan yang berdekatan dari kerusakan. Bahan-bahan
bekas bongkaran yang rusak tidak diperkenankan untuk dipergunakan kembali dan
harus diangkut keluar dari halaman proyek.
2. PEKERJAAN TANAH
2.1. Lingkup Pekerjaan
2.1.1. Permukaan Atas Lantai
Semua ukuran ketinggian lantai, galian, pondasi, sloof, kusen, langit-langit, dan
lain-lain harus mengambil patokan dari elevasi 0.00 tersebut.
2.1.2. Pekerjaan Galian.
a. Galian strauss dan plat setempat untuk pondasi, bak-bak kontrol, saluran-
saluran instalasi air / listrik, septictank dan peresapan serta bagian-bagian yang
ditunjukkan dalam gambar
2.1.3. Pekerjaan Urugan.
a. Urugan Pasir urug bekas lubang galian strauss dan plat setempat serta dibawah
lantai untuk peninggian permukaan ±1.00 cm dari elevasi dasar.
b. Urugan pasir dibawah pondasi t=10 cm dan lantai t=5 cm
2.2. Bahan-Bahan
2.2.1. Umum
Semua bahan urugan yang akan digunakan berupa tanah atau pasir sebelum
digunakan harus seijin Direksi Pekerjaan.
3. PEKERJAAN PASANGAN
3.1. Lingkup Pekerjaan
3.1.1. Pasangan dinding dinding ½ bata menggunakan mortar campuran 1 PC : 5 PS.
3.1.2. Plesteran, benangan sudut, dan acian menggunakan campuran 1 PC : 3
PS sesuai gambar rencana atau yang ada dalam Daftar Kuantitas.
3.1.3. Pemasangan Pagar BRC dengan ukuran 120 x 240 cm per segmen.
3.2. Bahan-Bahan
3.2.1. Bata Merah
Bata merah harus bermutu baik, dengan pengepresan menggunakan mesin pres
dan bebas dari cacat dan retak minimum telah menjadi dua (2) bagian, produk
local dan memenuhi standar “Persyaratan Bahan-bahan PUBB 1970”.
3.2.2. Semen Portland (PC)
Semen Portland harus mempergunakan semen Standart Nasional Indonesia.
Semen menggunakan sekualitas Gresik (sebaiknya Semen Gresik).
3.2.3. Pasir Pasang
Pasir harus mempunyai gradasi tidak seragam, bersih dari lumpur dan kotoran.
3.2.4. Pagar BRC
Produk Pagar fabrikasi sesuai dengan spesifikasi, dengan ukuran 120 x 240 cm,
diameter kawat 6 mm setiap segmen.
3.3.2. Plesteran
a. Untuk plesteran beton, sebelum pekerjaan plesteran dilaksanakan maka
permukaan beton yang akan diplester harus dibuat kasar terlebih dahulu
(dichiping) dengan betel dan kemudian dibersihkan dan disaput dengan air
semen.
b. Pekerjaan plesteran baru dapat dilaksanakan setelah pekerjaan instalasi air /
listrik sudah terpasang.
c. Seluruh pemukaan dinding tembok yang akan diplester harus dibasahi /disiram
dengan air bersih terlebih dahulu sampai rata. Serta dinding yang telah diplester
harus selalu dibasahi sekurang-kurangnya dalam 7 (tujuh) hari. Hal ini
dilaksanakan untuk mencegah pengeringan plesteran sebelum waktunya.
d. Semua pekerjaan plesteran, baik plesteran beton maupun plesteran dinding
tembok harus rata, harus merupakan satu bidang tegak lurus dan siku,
pekerjaan plesteran yang telah selesai harus bebas dari retak-retak / noda-noda
dan cacat lainnya.
e. Plesteran dinding dikerjakan dengan tebal minimal 1 cm, dan tidak lebih tebal 2
cm, selanjutnya untuk mendapatkan permukaan yang halus, maka harus diaci.
f. Pekerjaan plesteran harus dikoordinasikan dengan pekerjaan pemasangan
instalasi listrik, instalasi air maupun instalasi lain yang terletak dibawah
plesteran.
g. Plesteran untuk dinding yang akan dicat tembok, penyelesaian akhir sesudah
diaci, dan dalam keadaan setengah kering digosok dengan kertas semen.
4. PEKERJAAN BETON
4.1. Lingkup Pekerjaan
4.1.1. Beton Struktural dan Nonstruktural dengan mutu sesuai dengan gambar rencana
dan atau yang ada dalam Daftar kuantitas.
4.1.2. Pekerjaan Pembesian
4.1.3. Pekerjaan Bekisting
a. Kayu untuk bekisting beton cor ditempat, lengkap dengan perkuatan dan angkur-
angkur yang diperiukan.
b. Penyediaan angkur-angkur untuk hubungan dengan pekerjaan lain.
4.1.4. Pekerjaan Pengelasan
4.2. Bahan-Bahan
4.2.1. Produk Beton
Produk beton yang dipakai adaiah beton siap pakai (Readymix Concrete)
dengan mutu beton K-175 & K-225 untuk struktur utama dan K-100 untuk lantai
kerja dan rabat beton. Dan harus telah mendapatkan persetujuan pengawas.
Serta melampirkan bukti pemesanan beton dari perusahaan.
4.2.2. Semen
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen Portland tipe I,
II, III, IV, dan V yang memenuhi SNI 15-2049-2004 tentang Semen Portland.
Di dalam satu proyek hanya dapat digunakan satu merek semen, kecuali jika
diizinkan oleh Direksi Pekerjaan. Apabila hal tersebut diizinkan, maka Penyedia
Jasa harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan
merek semen yang digunakan.
4.2.3. A i r
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi
ketentuan dalam SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk
digunakan dalam beton. Apabila timbul keragu-raguan atas mutu air yang
diusulkan dan karena sesuatu sebab pengujian air seperti di atas tidak dapat
dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar
semen dan pasir standar dengan memakai air yang diusulkan dan dengan
memakai air murni hasil sulingan. Air yang diusulkan dapat digunakan apabila
kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua
puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum 90% dari kuat tekan mortar
dengan air suling untuk periode umur yang sama. Air yang diketahui dapat
diminum dapat digunakan
4.2.4. Agregat
a. Ketentuan Gradasi Agregat
Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 3.4.(1), tetapi atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan yang
tidak memenuhi ketentuan gradasi tersebut masih dapat digunakan apabila
memenuhi sifat-sifat campuran yang disyaratkan dan yang dibuktikan oleh
hasil campuran percobaan.
Tabel 3.4.(1) Ketentuan Gradasi Agregat
Ukuran Saringan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat
Inci Standar Halus Kasar
(in) (mm) Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran
maksimum maksimum maksimum maksimum maksimum
37,5 mm 25 mm 19 mm 12,5 mm 10 mm
2 50,8 - 100 - - - -
1½ 38,1 - 95 -100 100 - - -
1 25,4 - - 95 – 100 100 -
¾ 19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
½ 12,7 - - 25 – 60 - 90 - 100 100
⅜ 9,5 100 10-30 - 20 - 55 40 - 70 95 - 100
#4 4,75 95 – 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15 30 - 65
#8 2,36 80 – 100 - 0-5 0-5 0-5 20 - 50
#16 1,18 50 – 85 - - - - 15 - 40
# 50 0,3 10 – 30 - - - - 5-15
# 100 0,15 2 – 10 - - - - 0-8
Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar
tidak lebih dari ¾ jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara baja
tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya dimana beton harus dicor.
b. Sifat-sifat Agregat
(1) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
(2) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik
dalam pasir untuk campuran mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-
sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 3.4.(2) bila contoh-contoh diambil
dan diuji sesuai dengan prosedur yang berhubungan.
5% untuk kondisi
Bahan yang lolos umum, 3% untuk
SNI 03-4142-1996 1%
saringan No.200. kondisi permukaan
terabrasi
(3) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik
dalam pasir untuk campuran.
a. Bahan kimia
Bahan tambahan yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton
dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen selama proses pengadukan atau
selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam pengecoran beton.
Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-
1991.
Untuk tujuan peningkatan kinerja beton segar, bahan tambahan campuran beton
dapat digunakan untuk keperluan-keperluan : meningkatkan kinerja kelecakan
adukan beton tanpa menambah air; mengurangi penggunaan air dalam
b. Mineral
Mineral yang berupa bahan tambahan atau bahan limbah dapat berbentuk abu
terbang (fly ash), pozzolan, mikro silica atau silica fume. Apabila digunakan
bahan tambahan berupa abu terbang, maka bahan tersebut harus sesuai
dengan standar spesifikasi yang ditentukan dalam SNI 03-2460-1991 tentang
Spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran beton.
4.2.7. Begesting
a. Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering
dengan tebal minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal
minimum 12 mm.
b. Rangka penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai
penyokong, penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung
tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan.
c. Penyangga struktur lantai (balok, lantai, dll) dapat digunakan kayu dengan
ukuran minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum 50 cm dengan dialasi
dengan papan kelas III antara tanah dan penyangga (perancah).
d. Sebagai perancah dapat digunakan scafolding baja
c. Penakaran Bahan
(1) Seluruh komponen beton harus ditakar menurut beratnya. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus diukur beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
(2) Untuk mutu beton fc’ > 20 Mpa atau K250 seluruh komponen bahan beton
harus ditakar menurut berat. Untuk mutu beton fc’ < 20 MPa atau K250
diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI 03-3976-1995. Bila digunakan
semen kemasan dalam zak, kuantitas penakaran harus sedemikian sehingga
kuantitas semen yang digunakan adalah setara dengan satu satuan atau
kebulatan dari jumlah zak semen. Agregat harus ditimbang beratnya secara
terpisah. Ukuran setiap penakaran tidak boleh melebihi kapasitas alat
pencampur.
(3) Penakaran agregat dan air harus dilakukan dengan basis kondisi agregat
jenuh kering permukaan (JKP). Untuk mendapatkan kondisi agregat yang
jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan cara menyemprot tumpukan
agregat yang akan digunakan dengan air paling sedikit 12 (dua belas) jam
sebelum penakaran. Apabila agregat tidak dalam kondisi jenuh kering
permukaan, maka harus diadakan perhitungan koreksi penakaran berat air
dan agregat dengan menggunakan data resapan dan kadar air agregat
lapangan. Sedangkan apabila ditakar menurut volume, maka harus
memeperhitungkan faktor pengembangan (bulking factor) agregat halus
Faktor Pengembangan
Halu
s
Kasa Sedan
r g
%
(3) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain
yang harus dimasukkan ke dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus
sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
(4) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, bahan landasan untuk
pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan ketentuan.
(5) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton dan dapat meminta Penyedia Jasa untuk melaksanakan
pengujian penetrasi ke dalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyelidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari
tanah di bawah pondasi.
Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah dimensi atau
kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan di tempat
yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau melakukan tindakan stabilisasi
lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b. Acuan
(1) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus dibentuk
dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran tanah yang lepas
harus dibuang sebelum pengecoran beton.
(2) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan dan perawatan.
(3) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal yang
merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos. Seluruh
sudut-sudut tajam Acuan harus dibulatkan.
(4) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.
c. Pengecoran
(1) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara lisan atau
tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai pengecoran beton.
(3) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air
atau diolesi minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan
bekas.
(4) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor
sampai posisi akhir dalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran,
atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik waktu
pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan
tambahan (aditif) untuk memperlambat proses pengerasan (retarder) yang
disetujui oleh Direksi.
(5) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan
sambungan konstruksi (construction joint) yang telah disetujui sebelumnya
atau sampai pekerjaan selesai.
(6) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel
kasar dan halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat
mungkin dengan yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah
pengaliran yang tidak boleh melampaui satu meter dari tempat awal
pengecoran.
(7) Bilamana beton dicor ke dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang
rumit dan penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-
lapisan horisontal dengan tebal tidak melampaui 15 cm. Untuk dinding beton,
tinggi pengecoran dapat 30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
(8) Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari
150 cm. Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor di dalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan
dalam waktu 48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan
metode Tremi atau metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis
yang khusus digunakan untuk tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga
memung-kinkan pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama
pengecoran. Bilamana aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik
sedikit dan diisi penuh terlebih dahulu sebelum pengecoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton di
bawah permukaan beton yang telah dicor sebelumnya
e. Pemadatan
(1) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari luar
yang telah disetujui. Bilamana diperlukan, dan bilamana disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual dengan alat
yang cocok untuk menjamin pemadatan yang tepat dan memadai. Penggetar
tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton dari satu titik ke
titik lain di dalam cetakan.
(2) Harus dilakukan tindakan hati-hati pada waktu pemadatan untuk menentukan
bahwa semua sudut dan di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar diisi
tanpa pemindahan kerangka penulangan, dan setiap rongga udara dan
gelembung udara terisi.
(3) Penggetar harus dibatasi waktu penggunaannya, sehingga menghasilkan
pema-datan yang diperlukan tanpa menyebabkan terjadinya segregasi pada
agregat.
(4) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurang-nya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
(5) Alat penggetar mekanis yang digerakkan dari dalam harus dari jenis pulsating
(berdenyut) dan harus mampu menghasilkan sekurang-kurangnya 5000
putaran per menit apabila digunakan pada beton yang mempunyai slump 2,5
cm atau kurang, dengan radius daerah penggetaran tidak kurang dari 45 cm.
(6) Setiap alat penggetar mekanis dari dalam harus dimasukkan ke dalam beton
basah secara vertikal sedemikian hingga dapat melakukan penetrasi sampai
ke dasar beton yang baru dicor, dan menghasilkan kepadatan pada seluruh
keda-laman pada bagian tersebut. Alat penggetar kemudian harus ditarik
pelan-pelan dan dimasukkan kembali pada posisi lain tidak lebih dari 45 cm
jaraknya. Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 30 detik,
juga tidak boleh digunakan untuk memindah campuran beton ke lokasi lain,
serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
(7) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
3.4.(4).
Tabel 3.4.(4) Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari
Dalam
Kecepatan Pengecoran Beton (m3 / jam) Jumlah Alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana
beton telah mencapai 70 % dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari atau
setelah beton mencapai kekuatan minimum yang disyaratkan. Perawatan dengan
uap untuk beton harus mengikuti ketentuan di bawah ini:
(1) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
tekanan di luar.
(2) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi
380C selama sampai 2 jam sesudah pengecoran selesai, dan kemudian
temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga mencapai 65 0C dengan
kenaikan temperatur maksimum 14 0C / jam secara ber-sama-sama.
(3) Beda temperatur yang diukur di antara dua tempat di dalam ruang uap tidak
boleh melampaui 5,5 0C.
(4) Penurunan temperatur selama pendinginan tidak boleh lebih dari 110C per
jam.
(5) Temperatur beton pada saat dikeluarkan dari penguapan tidak boleh 110C
lebih tinggi dari temperatur udara di luar.
(6) Setiap saat selama perawatan dengan uap, di dalam ruangan harus selalu
jenuh dengan uap air.
(7) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap harus
dibasahi minimum selama 4 hari sesudah selesai perawatan uap tersebut.
Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja dengan baik dan
temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur sesuai dengan ketentuan dan
tidak tergantung dari cuaca luar.
Pipa uap harus ditempatkan sedemikian atau balok harus dilindungi secukupnya
agar beton tidak terkena langsung semburan uap, yang akan menyebabkan
perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap adukan beton yang dihasilkan dan
dilakukan sesaat sebelum pengecoran, dan pengujian harus dianggap belum
dikerjakan terkecuali disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan seperti yang
diusulkan tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi
Pekerjaan dalam beberapa hal menyetujui penggunaannya secara terbatas dan
secara teknis mutu beton tetap bisa dijaga. Kelecakan (workability) dan tekstur
campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada pekerjaan
tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung air, dan
sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat.
pengujian tidak boleh kurang dari empat. Apabila pekerjaan beton mencapai
jumlah 60 m3, maka untuk setiap maksimum 20 m3 beton berikutnya
setelah jumlah 60 m3 tercapai harus diperoleh satu hasil uji.
(6) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan
yang disyaratkan dalam Tabel 3.4.(5) atau yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
(7) Bila dari hasil perhitungan dengan kuat tekan menunjukkan bahwa
kapasitas daya dukung struktur kurang dari yang disyaratkan, maka apabila
pengecoran belum selesai, pengecoran harus segera dihentikan dan dalam
waktu singkat harus diadakan pengujian tambahan yang tidak merusak
(non-destructive) menggunakan alat seperti palu beton (rebound hammer)
atau pengujian beton inti (core drilling) pada daerah yang diragukan
berdasarkan aturan pengujian yang berlaku. Dalam hal dilakukan
pengambilan beton inti, harus diambil minimum 3 (tiga) buah benda uji pada
tempat-tempat yang tidak membahayakan struktur dan atas persetujuan
Direksi Pekerjaan. Tidak boleh ada satupun dari benda uji beton inti
mempunyai kekuatan kurang dari 0,75fc’. Apabila dari pengujian tidak
merusak menggunakan alat seperti palu beton diperoleh suatu nilai
kekuatan tekan beton karakteristik, atau kuat tekan rata-rata dari pengujian
beton inti yang tidak kurang dari 0,85fc’, maka bagian konstruksi tersebut
dapat dianggap memenuhi syarat dan pekerjaan yang dihentikan dapat
dilanjutkan kembali. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian
terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat tekan beton
perlu diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan
beton yang dihasilkan.
(8) Apabila dari hasil pengujian yang ditentukan dalam Pasal 7.1.6.3) diperoleh
hasil yang tidak memenuhi syarat, maka Penyedia Jasa harus mengadakan
percobaan beban langsung dengan penuh keahlian. Apabila dari percobaan
ini diperoleh suatu hasil nilai kekuatan beton yang mencapai tidak kurang
dari 0,70 fc’, maka bagian konstruksi tersebut dapat dianggap memenuhi
syarat. Tetapi apabila hasilnya tidak mencapai nilai tersebut, maka bagian
konstruksi yang bersangkutan hanya dapat dipertahankan dan pekerjaan
yang dihentikan dapat dilanjutkan kembali setelah dipenuhi salah satu dari
kedua tindakan berikut :
mengadakan perubahan-perubahan pada rencana semula sehingga
pengaruh beban pada konstruksi tersebut dapat dikurangin;
mengadakan perkuatan-perkuatan pada bagian konstruksi tersebut
dengan cara yang dapat dipertanggung jawabkan;
Apabila kedua tindakan di atas tidak dapat dilaksanakan, maka dengan
perintah dari Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus segera
membongkar beton dari konstruksi tersebut.
(8) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan
untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan
bekerja atau beban konstruksi lainnya.
4.3.5. Bekisting
Ukuran dalam bekisting adalah ukuran jadi beton sesuai dengan ukuran yang
ditentukan dalam gambar. Bekisting harus cukup tebal dan diperkuat sedemikian
rupa, sehingga tidak bocor/pecah pada saat mendapat tekanan spesi. Bekisting
harus tahan terhadap getaran vibrator dari luar maupun dari dalam bekisting.
Bekisting harus kedap air dengan menutup celah dengan tape. Sebelum
pengecoran, bekisting harus dibersihkan dari kotoran, serbuk gergaji, kawat ikat,
kemudian bekisting dibasahi air sampai jenuh. Bekisting disyaratkan
dipergunakan maksimal 2 (dua) kali.
a. Kolom
(1) Bekisting kolom dapat dibuat utuh untuk satu kolom, atau dengan cara
pengecoran bertahap.
(2) Bekisting kolom harus tegak lurus keatas, dengan pemeriksaan
menggunakan unting-unting atau theodolith.
(3) Hubungan horisontal antara kolom harus lurus kemudian diikat dengan kaso
5/7 antara sesama bekisting.
(4) Antara bagian dalam bekisting kolom dengan tulangan terluar dipasang
pengganjal yang diikat pada tulangan tersebut, agar tulangan tidak melekat
pada bekisting.
b. Balok dan Plat
(1) Perancah balok/plat dipasang apabila tanah landasan telah dipadatkan,
agar pada saat dibebani pada saat pelaksanaan pengecoran tidak terjadi
penurunan.
(2) Kaki Perancah dilandasi dengan papan klas III, sehingga menjadikan beban
merata pada tanah dasar perancah.
(3) Perancah diikat satu dengan lainnya dengan reng 2/3 atau bambu.
(4) Setelah perancah kuat, maka pemasangan bekisting balok/plat dapat
dilaksanakan.
(5) Pada penggunaan ready mix, mengingat bekisting akan menerima beban
lebih berat akibat menumpuknya adukan beton yang dituang dari concrete
pump unit, maka konstruksi penunjang bekisting harus lebih kuat.
(6) Untuk menghindari ini, Penyedia jasa dapat membuat lokasi penuangan
menurut zone-zone yang ditetapkan diluar bagian yang dicor, sehingga
dalam waktu istirahat dapat memindahkan slang concrete pump unit ke
lokasi penuangan yang dimaksud.
e. Persyaratan Pelaksanaan
(1) Pihak penyedia jasa bertanggung jawab atas pengiriman kuda-kuda dan
bahan lain yang terkait ke lokasi proyek beserta alat/bahan lain yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
(2) Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus
dilaksanakan sesuai gambar dan desain
(3) Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
(4) Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen
(Fabrikasi).
(5) Pemasangan angkur dan plat plendes harus tepat dan presisi.
(6) Pemasangan gording dilakukan setelah pemasangan rangka kuda kuda
terpasang.
(7) Trekstang, ikatan angin dan jarum keras terpasang rapi dan sesuai gambar
perencanaan.
(8) Pihak Penyedia Jasa harus menyiapkan semua struktur balok penopang
dengan kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai
dengan desain sistem rangka atap.
(9) Pihak Penyedia Jasa harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua
struktur yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu,
pihak konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai
reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
(10) Jaminan Struktural
Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja
Ringan, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng.
dilapisi dengan base bond dan paper tape dari produk yang sama dengan papan
penutup langit-langit.
h. Pemasangan list plafond di pasang pada setiap permukaan antara dinding
dan plafond dengan cara pemasangan menggunakan paku atau sekrup.
6. PEKERJAAN KERAMIK
6.1. Lingkup Pekerjaan
6.1.1. Pasang Lantai Keramik uk.40x40 cm (motif)
6.1.2. Pasang Lantai Keramik uk.30x30 cm (motif)
6.1.3. Pasang Lantai Keramik uk.25x25 cm
6.1.4. Pasang Dinding Keramik uk. 10x20 cm
6.2. Bahan-Bahan
6.2.1. Keramik Lantai
a. Keramik yang dipakai untuk penutup lantai ruang tidur, tengah dan ruang tamu
adalah keramik ukuran 40x40. Motif yang dipakai adalah yang disetujui oleh
Pemberi Tugas.
b. Keramik yang dipakai untuk penutup teras depan dan belakang adalah keramik
ukuran 30x30. Motif yang dipakai adalah yang disetujui oleh Pemberi Tugas.
c. Keramik yang dipakai untuk penutup kamar mandi adalah keramik ukuran
25x25. yang dipakai adalah yang disetujui oleh Pemberi Tugas.
d. Keramik yang dipakai untuk penutup dinding kamar mandi adalah keramik
ukuran 10x20. yang dipakai adalah yang disetujui oleh Pemberi Tugas.
6.3. Syarat-Syarat Pelaksanaan
6.3.1. Umum
Sebelum mendatangkan bahan kontraktor harus mengajukan contoh bahan
terlebih dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Warna yang belum ditentukan dalam RKS atau mendapat perubahan ditentukan
kemudian oleh Pemimpin Proyek.
a. Pengecoran nat setelah pemasangan berlangsung 3 (tiga) hari atau setelah
pasangan lantai keramik kokoh, atau dengan persetujuan Direksi/Pengawas.
b. Naat lantai keramik harus lurus dan bersilangan saling tegak lurus.
c. Warna cor nat disesuaikan dengan warna keramik.
d. Pada daerah tepi yang memerlukn potongan-potongan, maka pemotongan
harus digunakan mesin pemotong, kemudian tepi yang terpotong harus
dihaluskan.
e. Keramik sebelum dipasang harus direndam dalam air sampai jenuh.
7.2. Bahan-bahan
7.2.1. Aluminium
Frem terdiri dari profil aluminium tebal 1.2-1.5 mm ex. Indalex atau setara.
Alumunium sekualitas Indalex uk.4x1.5” warna sesuai gambar atau atas
persetujuan direksi
7.2.2. Penggantung dan Pengunci
a. Semua penggantung dan pengunci menggunakan produksi dari pabrik ex. SES
atau yang setara,
b. Semua penggantung dan pengunci harus seragam dalam pemilihan warnanya
serta dari bahan-bahan yang telah disetujui Direksi/ Pengawas.
c. Engsel (butt hinges) dengan pemasangan 3 buah untuk pintu single dan 6 buah
untuk pintu double.
d. Pada daun jendela dipasang egsel dan kait angin jenis casement 2 buah di
setiap daunnya.
e. Assesories Handle
f. Kunci tanam harus terpasang kuat pada rangka daun pintu. Setelah kunci
terpasang, noda-noda bekas cat atau bahan finish lainnya yang menempel pada
kunci harus dibersihkan dan dihilangkan sama sekali.
7.2.3. Kaca
a. Bahan kaca, harus sesuai SH 0189/79 dan PBVI 1982.
b. Kaca jendela dipakai t = 5 mm dan warna sesuai dengan gambar dan
persetujuan direksi/pengawas. ex. Asahi Mas
c. Pintu kaca menggunakan kaca tempered t = 12mm dan warna sesuai dengan
gambar dan persetujuan direksi/pengawas
d. Bahan untuk cermin menggunakan Clear Float Glass, tebal 5 mm.
e. Disatu permukaannya dilapisi Chemical Deposited Silver. Permukaan harus
bebas noda dan cacat, bebas sulfida maupun bercak-bercak lainnya.
7.2.4. Daun Pintu + Kusen PVC Kamar mandi
Daun pintu + kusen kamar mandi terbuat dari PVC yang dijual dipasaran dengan
type dan warna atas persetujuan direksi.
c. Untuk pintu toilet, jarak tersebut diambil dari sisi atas dan sisi bawah daun pintu
± 28 cm.
d. Seluruh perangkat kunci harus bekerja dengan baik. Tanda pengenal anak kunci
harus dipasang sesuai dengan pintunya.
e. Penarik pintu (handle) dipasang 100 cm (as) dari lantai setempat.
f. Semua kunci tanam harus terpasang dengan kuat pada rangka daun pintu,
dipasang setinggi 90 cm dari lantai atau sesuai gambar.
g. Pemborong diwajibkan mengajukan dalam rangkap 3 gambar rencana tata letak
dengan nomor unit masing-masing serta dalam “Key Control Schedule”
berdasarkan gambar denah arsitektur per lantai yang telah ada.
h. Di dalam schedule tersebut terlihat :
(1) Nomor-nomor pintu yang harus diberi kunci
(2) Tipe-tipe bahan atau kunci yang akan dipasang
(3) Arah pembukaan kunci
ini maka kerusakan pekerjaan finishing tersebut harus segera diperbaiki atas biaya
pemborong.
8.3.5. Saklar.
a. Pemasangan dan penempatan jenis saklar tunggal dan skakelar ganda sesuai
gambar.
b. Pemasangan saklar tertanam didalam dinding (model inbouw).
c. Penanaman box skakelar dalam dinding, harus kokoh, sehingga tidak mudah
tercabut, selanjutnya panel saklar disekrupkan pada kotak tersebut.
d. Tinggi pemasangan kotak kontrak + 150 cm dari muka lantai.
e. Saklar harus terpasang kuat pada pada doos saklar yang khusus untuk itu.
Fasa Warna
R merah
S kuning
T hitam
Netral/O biru
Pentanahan kuning strip hijau
9. PEKERJAAN SANITASI
9.1. Lingkup Pekerjaan
9.1.1. Instalasi Pipa Air Bersih diameter 1”
9.1.2. Pemasangan Kran diameter ½” atau ¾”
9.1.3. Pemasangan Closet Jongkok
9.2. Bahan-Bahan
Sebelum mendatangkan bahan kontraktor harus mengajukan contoh bahan terlebih
dahulu kepada Direksi untuk mendapatkan persetujuan.
Secara umum warna untuk setiap pengecatan ditentukan kemudian oleh Pengguna
jasa yang telah mendapat persetujuan direksi.
10.2.1. Pipa air bersih
c. Semua sambungan harus kedap air dan udara. Bahan penutup sambungan
tidak diijinkan.
d. Cat,vernis, dempul dan lainnya tidak diijinkan dipasang pada bidang-bidang
pertemuan sambungan sampai semua sambungan dipasang kuat dan diuji.
e. Semua saluraneksposkeperlengkapan sanitasi harus diselesaikan
sedemikian rupa sehingga tampak bersih dan rapih dan sesuai ketentuan
Gambar Kerja dan petunjuk pemasangan dari pabrik pembuat
11. PENUTUP
Apabila baik dalam gambar maupun dalam RKS belum tersebutkan suatu detail
komponen bangunan, tetapi dari segi fungsi maupun konstruksi hal itu harus ada,
maka menjadi kewajiban Kontraktor untuk menyelenggarakannya.
Untuk hal tersebut diatas tidak diterima permohonan untuk menambah harga
borongan. dengan demikian harus dianggap bahwa penawaran adalah untuk
melaksanakan suatu pekerjaan yang secara teknis maupun fungsinya dapat
dipertanggung jawabkan.
Hal hal lain yang belum tercantum dalam peraturan dan syarat syarat ini, akan diatur
kemudian secara musyawarah berdasarkan dan peraturan perauran lain yang lazim
dipergunakan dalam suatu pekerjaan Pemborongan bangunan sepanjang tidak
bertentangan dengan Rencana Kerja dan Syarat syarat ini.
2.55
2.90
1.50
TERAS
2.65
R. TIDUR
3.73
R. TAMU
TERAS
3.45
13.20
6.45
TERAS
15.25
3.35
R. TIDUR
3.33
3.35
2.55
R. TIDUR
KM/WC KM/WC
2.20
3.50
2.90 1.90 4.50 2.00 1.60 5.75
15.90
18.65
NAMA GAMBAR
DENAH
DENAH
Skala 1 : 100
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
+ 5.36
+ 5.05
+ 3.70
+ 3.40
+ 1.00
+ 0.20
+ 0.00
TAMPAK DEPAN
Skala 1 : 100
+ 5.36
+ 5.05
+ 3.70
+ 3.40
+ 1.00
+ 0.20
+ 0.00
TAMPAK BELAKANG
Skala 1 : 100
NAMA GAMBAR
GAMBAR TAMPAK
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
+ 5.36
+ 5.05
+ 3.70
+ 3.40
+ 1.00
+ 0.20
+ 0.00
TAMPAK KANAN
Skala 1 : 100
+ 5.36
+ 5.05
+ 3.70
+ 3.40
+ 1.00
+ 0.20
+ 0.00
TAMPAK KIRI
Skala 1 : 100
NAMA GAMBAR
GAMBAR TAMPAK
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
3.36
17.84
8.04 U
5.75
28
3.
4.64
5.54
15.14
15.14
1.90 10.19 5.75
DENAH ATAP
`
Skala 1 : 100 NAMA GAMBAR
DENAH ATAP
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
4.00
2.55
2.90
P. 1 PJ. 1 PJ. 1
PJ. 2
1.50
2.65
3.73
3.45
P. 1
PJ. 2
13.20
6.45
15.25
3.35
J. 1
J. 2
3.33
P. 1
P. 1
P. 1 P. 1
3.35
J. 2
2.55
JR JR
2.20
3.50
2.90 1.90 4.50 2.00 1.60 5.75
15.90
18.65
NAMA GAMBAR
DENAH
DENAH PINTU & JENDELA
Skala 1 : 100
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
U
R. TIDUR
R. TIDUR R. TIDUR
2.55
2.90
R. TIDUR
1.50
R. TIDUR TERAS
R. TAMU
TERAS
3.45
KETERANGAN
SL 20 Watt = 9 bh
SL 5 Watt = 2 bh
SL 14 Watt = 5 bh
STOP KONTAK = 7 bh
SAKLAR TUNGGAL = 9 bh
6.45
TERAS
15.25
SAKLAR GANDA = 3 bh
PANEL MCB = 1 bh
3.35
R. TIDUR
3.35
2.55
R. TIDUR
KM/WC KM/WC
2.20
18.65 `
NAMA GAMBAR
- -
U
4.00
2.55
2.90
1.50
TERAS
2.65
R. TIDUR
3.73
R. TAMU
TERAS
3.45
13.20
KERAMIK uk. 25x25
6.45
TERAS
15.25
3.35
R. TIDUR
3.33
3.35
2.55
R. TIDUR
KM/WC KM/WC
2.20
3.50
2.90 1.90 4.50 2.00 1.60 5.75
15.90
18.65
NAMA GAMBAR
DENAH
DENAH KERAMIK
Skala 1 : 100
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
5.29 3.00 4.00 3.18 3.18 U
A2 15/15 A2 15/15 A2 15/15 A2 15/15 A2 15/15
2.55
2.90
Kp Kp
A2 15/15 A2 15/15 A2 15/15
1.50
Kp
A2 15/15 A2 15/15
3.45
Kp
A2 15/15
Kp
A2 15/15 A2 15/15
A2 15/15
6.45
15.25
3.35
Kp Kp
A2 15/15
Kp
A2 15/15 A2 15/15
3.35
2.55
A2 15/15 A2 15/15 A2 15/15 A2 15/15
2.20
18.65
NAMA GAMBAR
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
5.29 3.00 4.00 3.18 3.18
U
B2 B2 B2 B2
2.55
2.90
B2 B2 B2
B2 B2
B2 B2 B2
1.50
B2
B2
3.45
B2 B2
B2
B2
6.45
15.25
B2
3.35
B2 B2
B2 B2
B2
B2
3.35
B2 B2
2.55
B2 B2
B2 B2 B2
2.20
18.65
DENAH BALOK
Skala 1 : 100
NAMA GAMBAR
DENAH BALOK
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
+ 5.36
+ 5.05
+ 3.70
+ 3.40
+ 1.00
+ 0.20
+ 0.00
+ 5.36
+ 5.05
+ 3.70
+ 3.40
+ 1.00
+ 0.20
+ 0.00
NAMA GAMBAR
GAMBAR TAMPAK
PEMASANGAN PAGAR
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -
1.88 2.68
1.08 1.08
1.08
1.90
1.90
2.67
2.67
2.67
2.67
2.67
2.11
0.95
0.95 0.80 0.95 1.60
PJ. 1 PJ. 2 P. 1
1.73
0.77 0.89
0.55
1.63
1.63
JR
J. 1 J. 2
NAMA GAMBAR
DENAH
DETAIL KUSEN, PINTU DAN JENDELA
Skala 1 : 50
-
TANGGAL NO. KONTRAK
- -