Anda di halaman 1dari 8

Faktor Penyesuaian Diri Gay Dewasa Awal pada Orangtua

Pasca Pengungkapan Diri kepada Orangtua

Berlian Laras Sarwenda Maliza


Achmad Chusairi
Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga

Abstract. ______________________________________________________________________
Gay self disclosure about their minority of sexual orientation is certainly not an easy thing to
do, especially to the parents. This background fact is underlying this research to be focused on
Adjustment of Early-Adult Gay Post- Disclosure to Parents. This research aim to answer the
following statement of the problem: How early-adult gays’ adjustment on their parents. This
study used descriptive-exploratory methods. The method of data collection is interview. Selection
procedure of respondents used purposive sampling method to determine subject criteria, i.e. a
gay man who had revealed himself to parents, adults aged which are specified at 18-25 years
old, and still living with parents. The subjects in this study are 4 people in total based on pre-
determined criteria. The findings of this research are, four subjects had been doing adjustment
to their parents. The two of them adjust themselves positively and the two other subjects adjust
negatively. The difference in adjustment that occurred cannot be separated from the influence
of acceptance and social support, respond from parents and close relationship with the parents.

Key words: Gay; Self adjustment; Self-disclosure; Parents.

Abstrak.
Pengungkapan diri Gay mengenai orientasi seksualnya yang minoritas tentu bukanlah hal yang
mudah untuk dilakukan, terutama pada orangtua. Hal tersebut yang kemudian mendasari
penulis untuk melakukan penelitian yang difokuskan pada penyesuaian diri gay dewasa
awal pasca pengungkapan diri kepada orangtua. Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
Bagaimana penyesuaian diri gay dewasa awal terhadap orangtua?. Penelitian ini menggunakan
metode deskriptif-eksploratory, dengan metode pengumpulan data menggunakan wawancara.
Prosedur pemilihan responden menggunakan metode purposive sampling dengan menentukan
kriteria subjek, yaitu seorang gay yang sudah mengungkapkan diri kepada orangtuanya, berusia
dewasa awal yang dispesifikkan 18-25 tahun, dan masih tinggal bersama orangtua. Subjek dalam
penelitian ini berjumlah 4 orang, dipilih berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Temuan
dari penelitian ini yaitu, keempat subjek telah melakukan penyesuaian diri kepada orangtuanya,
dengan 2 orang subjek dapat menyesesuaikan diri secara positif dan 2 orang subjek lainnya
menyesuaikan diri secara negatif. Perbedaan penyesuaian diri yang terjadi tidak terlepas dari
pengaruh penerimaan dan dukungan sosial, respon yang diberikan orangtua dan hubungan
kedekatan subjek dengan orangtuanya.

Kata kunci: Gay; Penyesuain diri; Pengungkapan diri; Orangtua.

Korespondensi:
Berlian Laras Sarwenda Maliza, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, email: berlianmaliza@gmail.com
Achmad Chusairi, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, email: achmad.chusairi@psikologi.unair.ac.id

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 7


Vol. 2 No. 1, April 2013
Faktor Penyesuaian Diri Gay Dewasa Awal pada Orangtua Pasca Pengungkapan Diri kepada Orangtua

PENDAHULUAN hal yang mudah untuk dapat menyadari,


menerima atau bahkan menyesuaikan diri
Fenomena gay, lesbian, biseksual atau yang dengan identitas seksual mereka yang cenderung
biasa disebut sebagai homoseksual bukanlah minoritas. Berbagai kendala tentu pernah mereka
hal yang asing lagi dalam masyarakat Indonesia alami, salah satunya yaitu mencari dan menerima
modern. Sudah banyak homoseksual yang berani orientasi seksual mereka sendiri yang berbeda dari
mengakui orientasi seksual, bahkan terbuka orang pada umumnya. Sulivan (1984, dalam Beaty,
atas identitas seksual mereka. Tidak sedikit 1999) menjelaskan bahwa sebelum memasuki
juga di antara mereka yang memilih bergabung masa remaja homoseksual akan mulai merasa
dalam komunitas homoseksual baik secara aktif berbeda dari teman sebaya mereka. Perbedaan
maupun pasif. Meski di sisi lain juga masih banyak ini tidak selalu dipahami sebagai bentuk
homoseksual yang memilih diam dan menutupi homoseksualitas, namun seringnya perasaan
identitas seksual mereka dengan berbagai alasan berbeda yang dimiliki oleh seorang homoseksual
tertentu seperti agama, kebudayaan, norma yang tersebut menyebabkan munculnya konflik
ada di masyarakat atau karena takut dianggap internal dalam diri homoseksual itu sendiri.
aneh dan mengalami penolakan. Perlu proses panjang yang harus ditempuh oleh
Hingga tahun 1973, perilaku homoseksual, homoseksual hingga dapat melakukan proses
hasrat ataupun aktivitas seksual yang ditujukan pengungkapan diri. Pengungkapan diri atau yang
pada sesama jenis tercantum dalam DSM dalam bahasa homoseksual sering disebut dengan
(hingga DSM III) sebagai salah satu bentuk coming out ialah suatu proses penerimaan diri
penyimpangan seksual, namun secara bertahap sendiri sebagai homoseksual dan kemudian
homoseksualitas dihapuskan dari daftar mengintegrasikannya kepada orang lain dan
gangguan di DSM edisi terbaru (mulai DSM IV) kehidupannya sehari-hari (Troiden,1989 dalam
karena banyaknya perdebatan dan kontroversi Anhalt & Morris,1998). Sebelum melakukan
dari para profesional psikiatri mengenai pola pengungkapan diri, homoseksual juga perlu
emosi, penyebab dan perilaku dari homoseksual. mempertimbangkan segala macam aspek baik
Sehingga homoseksual yang memang terganggu itu negatif maupun positif setelah pengungkapan
dengan identitas seksualnya saja yang dianggap diri dilakukan.
mengalami gangguan. Perubahan penggolongan Steffens (2005 dalam Baltezor, 2006)
dan diagnosis homoseksual juga terjadi menemukan bahwa munculnya ketidaksamaan
dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis pandangan terhadap perbedaan gender dalam
Gangguan Jiwa (PPDGJ) II (1983), yaitu hanya homoseksual. Lebih lanjut Steffens menjelaskan
homoseksualitas yang penyandangnya merasa bahwa laki-laki secara konsisten dipandang
terganggu saja yang dianggap mengalami lebih negatif dibandingkan perempuan. Hal
gangguan jiwa (Oetomo, 2001). ini dikarenakan adanya perbedaan peran, sifat,
Berdasarkan data yang dihimpun oleh GAYa serta tampilan fisik yang berkaitan dengan
Nusantara Surabaya dari tahun 2011 sampai gender. Sehingga menyebabkan gay dipandang
dengan November 2013, saat ini terdapat 3842 lebih negatif dibandingkan lesbian. Pandangan
gay dan laki-laki yang melakukan perilaku yang lebih negatif terhadap gay ini, tentu tidak
seksual dengan laki-laki lainnya atau yang lebih terlepas dari budaya dan nilai dalam masyarakat
dikenal dengan sebutan LSL (lelaki seks lelaki) terhadap peran gender dengan kewajiban laki-laki
di Surabaya. Angka tersebut diperoleh dari hasil yang dianggap lebih besar daripada perempuan.
penjangkauan langsung oleh tim lapangan GAYa Kite dan Whitley (1996, dalam Baltezor, 2006)
Nusantara Surabaya dengan bantuan media juga menjelaskan bahwa kebanyakan laki-laki
sosial yang berakhir dengan pertemuan langsung mengevaluasi dan memandang gay lebih negatif
dengan yang bersangkutan. Menurut ketua dibandingkan cara perempuan mengevaluasi dan
GAYa Nusantara Surabaya, angka ini diestimasi memandang lesbian. Sehingga hal ini menjadikan
akan terus meningkat tiap tahunnya jika melihat perilaku terhadap gay secara konsisten ditemukan
banyaknya homoseksual yang masih tertutup lebih negatif dibandingkan perilaku kepada
dengan orientasi seksual mereka sendiri. lesbian.
Bagi homoseksual sendiri, tentu bukanlah Stigma negatif tersebut tentu membuat gay

8 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 1, April 2013
Berlian Laras Sarwenda Maliza , Achmad Chusairi

takut akan kehilangan atau bahkan disisihkan oleh untuk berfikir ulang sebelum mengungkapkan
lingkungan mereka setelah mengungkapkan diri. dirinya (Newman dan Muzzonigro, 1993 dalam
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Pilkington Beaty, 1999). Savin-William dan Ream (2003)
dan D’Augelli (1995, dalam Anhalt & Morris, 1998) menjelaskan alasan gay melakukan pengungkapan
diketahui sebanyak 36% laki-laki mengaku takut diri kepada orangtuanya ialah karena adanya
kehilangan teman-temannya ketika mengakui keinginan untuk berbagi tentang hidupnya, tidak
identitas seksual mereka, faktanya sebanyak ingin menyembunyikan lagi orientasi seksualnya,
43% laki-laki mengaku setidaknya kehilangan ingin merasa bebas, ingin hidup jujur dengan
satu orang teman dekat mereka sebagai hasil tidak lagi menyembunyikan maupun hidup dalam
dari pengakuan identitas seksual mereka sebagai kebohongan dan dapat menjadi dirinya sendiri.
gay. Selain itu adanya ketakutan mengalami Beban untuk pengungkapan diri kepada
diskriminasi atau kehilangan pekerjaan juga orang tua oleh gay akan semakin berat ketika
menjadi salah satu alasan kenapa kebanyakan gay seorang gay sudah menginjak usia dewasa awal,
memilih untuk menutup diri mereka. yaitu masa dimana individu siap untuk menerima
Troiden (1989 dalam Beeler & DiProva, kedudukan dalam masyarakat dan saat dimana
1999) mengatakan bahwa proses pengungkapan banyak perubahan terjadi (Hurlock, 1993).
orientasi seksual diri kepada orang lain Papalia, dan kawan-kawan (2002) menjelaskan
dianggap sebagai salah satu tugas krusial dalam mengenai tugas perkembangan dewasa awal
pembentukan identitas seksual pada gay. dimana seseorang mulai menentukan pilihan
Pengungkapan diri merupakan sebuah proses yang karier, gaya hidup, dan membangun suatu
terus berlangsung dan berkesinambungan karena intimate relationship yang akan berlangsung
selama proses pengungkapan diri berlangsung selamanya seperti menikah dan memiliki anak.
seorang gay tentu terus menyesuaikan diri Sehingga seiring dengan banyaknya perubahan
dengan lingkungan sosialnya dan keputusan yang terjadi, akan semakin banyak pula beban
untuk mengaku akan dilakukan secara bertingkat dan tanggung jawab yang harus diemban oleh
dimulai dari teman terdekat sampai pada keluarga seorang laki-laki dewasa awal.
(Brown & Trevethan, 2010). Respon yang ditunjukkan orangtua terhadap
Savin-Williams (2001, dalam Willoughby, pengungkapan diri yang dilakukan oleh anaknya
dkk, 2006) mengatakan bahwa pengungkapan yang gay, dapat berupa penerimaan ataupun
orientasi seksual kepada orangtua ditandai penolakan. Menurut Wong dan Tang (2004)
sebagai salah satu hal tersulit yang dilakukan oleh penerimaan dan penolakan yang dilakukan oleh
gay. Cramer dan Roach (1988, dalam Beaty, 1999) orangtua terhadap orientasi seksual anaknya,
menemukan bahwa pengakuan identitas seksual merupakan sebuah proses penyesuaian diri
kepada orang tua menyebabkan terjadinya stres yang berkesinambungan. Penyesuaian diri di
dalam hubungan orang tua dan anak. Lebih jelas jelaskan oleh Schneiders (1964) sebagai proses
dijabarkan Cramer dan Roach (1988, dalam Beaty, yang meliputi respon mental dan perilaku ketika
1999) bahwa salah satu alasan yang menjadikan individu berusaha untuk mengatasi ketegangan,
gay sulit untuk mengaku kepada orangtua mereka rasa frustasi, kebutuhan, konflik yang asalnya dari
ialah adanya perasaan takut akan respon tidak dalam dirinya sendiri dan kemudian menghasilkan
terduga yang diberikan oleh orangtua sehingga derajat kesesuaian antara tuntutan yang berasal
menjadikan keputusan mengaku ke orangtua dari dalam diri individu dengan dunia tempat
menjadi bagian yang sulit. individu itu hidup.
Keputusan pengungkapan diri gay tersebut
tidak terlepas dari nilai-nilai tradisional yang ada METODE PENELITIAN
dalam keluarga, sehingga gay akan cenderung Tipe penelitian kualitatif yang digunakan
memilih menutupi identitas seksualnya dari dalam penelitian ini adalah deskriptif-
orangtua. Keluarga yang masih memegang eksploratori. Wilig (2008) menjelaskan bahkan
teguh nilai-nilai agama, tekanan untuk menikah, penelitian deskriptif tidak bertujuan untuk
tekanan untuk memiliki anak sebagai penerus mengeksplorasi permasalahan dalam istilah
keluarga dan pandangan laki-laki sebagai formulasi teori, malah diharapkan adanya
pemimpin keluarga akan menyebabkan gay pendeskripsian permasalahan secara detail dapat

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 9


Vol. 2 No. 1, April 2013
Faktor Penyesuaian Diri Gay Dewasa Awal pada Orangtua Pasca Pengungkapan Diri kepada Orangtua

menambah wawasan dan pengetahuan baru yang dan Guba, bahwa trustworthiness penting
lebih baik mengenai permasalahan yang diteliti. digunakan khususnya dalam penggunaan analisis
Sedangan, metode eksploratori dijelaskan oleh data induktif/berbasis data sebagai kategori
Subyantoro dan Suwarto (2006) sebagai penelitian proses penganalisisan data dari data kasar/data
eksploratori sebagai penelitian yang bersifat mentah, tanpa adanya teori yang mendasari.
mendasar dan bertujuan untuk memperoleh
keterangan, informasi, data mengenai hal-hal HASIL PENELITIAN
yang belum diketahui. Karena bersifat mendasar,
seringnya penelitian ini disebut penjelajahan. Berdasarkan pola-pola yang terlihat
Dalam penelitian ini, subjek dipilih dengan dalam penyesuaian diri setiap subjek, penulis
metode purposive sampling. Karena subjek dipilih menyimpulkan bahwa, terdapat enam faktor
berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu yang mempengaruhi penyesuaian diri seorang
sesuai dengan konsep yang ditentukan sejak awal. gay dewasa awal kepada orangtua, yaitu: faktor
Prinsip dari teknik ini adalah memperoleh seluruh psikologis, persepsi terhadap realitas, faktor
subjek yang memungkinkan yang memenuhi respon lingkungan sosial, pertahanan diri,
kriteria tertentu (Neuman, 2000). Jumlah subjek adaptasi dan dinamika hubungan dengan
dalam penelitian ini berjumlah 4 orang laki-laki orangtua.
yang memiliki ketertarikan orientasi seksual Dalam penelitian ini faktor psikologis yang
dengan laki-laki (gay), Sudah dapat menerima muncul adalah kemampuan individu untuk
orientasi seksualnya sendiri sebagai gay, sudah mengatasi kecemasan dengan kemampuan
melakukan pengungkapan diri kepada orang tua, mengungkapkan perasaan dan pikirannya kepada
memasuki usia dewasa awal yang dispesifikkan orangtua, penerimaan diri dan pertentangan
18-25 tahun dan masih tinggal dengan dengan diri subjek sesudah mengungkapkan diri
orangtua. kepada orangtua. Walaupun tidak semua subjek
Teknik penggalian data dilakukan dengan mengungkapkan diri kepada orangtua atas
menggunakan wawancara, dengan pedoman kemauan dirinya sendiri, namun keberanian
wawancara umum yaitu proses awancara subjek untuk mengaku dan tidak mengambil
yang dilengkapi pedoman wawancara yang alternatif mengelak atau berbohong juga dianggap
mencantumkan isu-isu yang harus diliput sebagai faktor kemampuan mengungkapkan
tanpa menentukan arah pertanyaan dan tanpa perasaan pikiran dan mengatasi kecemasan yang
bentuk wawancara pertanyaan yang ekplisit. dirasakan.
Hasil wawancara di analisis menggunakan Persepsi terhadap realita sebagai salah satu
analisis tematik berbasis data, yaitu penelitian faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri
yang dibangun secara induktif dari data yang dilakukan gay pasca pengungkapan diri
mentah/ data kasar yang kemudian berusaha kepada orangtuanya. Faktor persepsi terhadap
diinterpretasikan maknanya untuk kemudian realita terdiri dari adanya kesadaran subjek
didapatkan dan membangun teori penemuan terhadap nilai, norma, agama dan budaya dalam
hasil penelitian. Penggunaan analisis berbasis masyarakat yang tidak membenarkan adanya
data dalam penelitian ini, bertujuan agar dapat homoseksualitas. Selain itu adanya kesadaran
mengeksplorasi lebih dalam lagi mengenai faktor subjek mengenai peran dan kewajibannya sebagai
yang mempengaruhi penyesuaian diri gay dewasa anak, pikiran mengenai masa depan dan pikiran
awal pasca pengungkapan diri kepada orangtua. terhadap perasaan orangtua juga ikut termasuk
Sedangkan teknik pemantapan kredibilitas dalam faktor ini.
penelitian dalam penelitian ini menggunakan Adanya respon yang diberikan oleh
teknik trustworthiness. Lincoln dan Guba lingkungan sosial setelah pengungkapan
(1985, dalam Elo, dkk, 2014) menggunakan diri dilakukan, juga memberikan pengaruh
istilah trustworthiness (kepercayaan) untuk terhadap penerimaan dan penyesuaian diri yang
mengevaluasi konten kualitatif analisis. Tujuan dilakukan subjek selanjutnya. Subjek yang merasa
trustworthiness dalam penelitian kualitatif ialah mendapatkan penerimaan dan dukungan positif
untuk mendukung argument mengenai hasil dari lingkungannya akan memiliki keyakinan
penelitian. Lebih lanjut dijelaskan oleh Lincoln diri untuk dapat menjadi dirinya sendiri dan

10 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 1, April 2013
Berlian Laras Sarwenda Maliza , Achmad Chusairi

tidak berperilaku pura-pura ketika berinteraksi hubungan yang semakin baik dengan orangtua
dalam lingkungannya. Sedangkan subjek yang akan mendorong subjek untuk dapat terbuka
mendapatkan respon negatif akan lebih memilih dan merasa diterima oleh orangtua. Dinamika
menutupi orientasi seksualnya dan hanya akan hubungan dengan orangtua disini dipengaruhi
terbuka pada orang-orang tertentu saja. oleh adanya usaha pendekatan secara aktif baik
Respon yang diberikan oleh orangtua dari subjek maupun orangtua itu sendiri sehingga
setelah pengungkapan diri dilakukan, juga terciptanya improvisasi hubungan.
memberikan pengaruh sangat besar bagi
penyesuaian yang dilakukan oleh subjek
PEMBAHASAN
selanjutnya. Adanya respon orangtua yang
cenderung negatif menyebabkan subjek Penyesuaian diri ialah proses yang meliputi
kemudian lebih memilih untuk menutupi respon mental dan perilaku ketika individu
orientasi seksualnya ketika berada dirumah berusaha untuk mengatasi ketegangan, rasa
maupun didepan otangtua. Sedangkan respon frustasi, kebutuhan, konflik yang asalanya dari
orangtua yang cenderung positif dan aktif dalam dalam dirinya sendiri dengan baik dan kemudian
melakukan pendekatan diri kepada subjek akan menghasilkan derajat kesesuaian antara tuntutan
memberikan keberanian bagi subjek untuk lebih yang berasal dari dalam diri individu dengan
terbuka dan dapat menjadi dirinya sendiri baik dunia tempat individu itu hidup. Sehingga,
dirumah maupun didepan orangtua. dapat disimpulakan bahwa penyesuaian diri ialah
Respon yang diberikan oleh orangtua juga sebuah proses belajar memahami, mengerti dan
dapat berpengaruh pada perasaan tidak nyaman menyesuaiakan keinginan dalam diri dengan
yang dirasakan oleh individu karena tuntutan lingkungan tempat dia tinggal (Schneiders, 1964).
lingkungan terhadap orientasi seksualnya Lebih lanjut Schneiders (1964) menjelaskan bahwa
yang tidak sejalan dengan dorongan dalam penyesuaian diri yang dilakukan individu akan
dirinya. Sehingga biasanya individu akan berbeda-beda tergantung dari permasalahan yang
melakukan pertahanan diri dari lingkungan dihadapinya. Dalam menyesuaikan diri dengan
yang membuatnya tidak nyaman tersebut. lingkungannya ada faktor-faktor yang juga akan
Pertahanan diri merupakan usaha individu untuk mempengaruhi penyesuaian individu tersebut.
mempertahankan pilihan dan keyakinan dirinya, Keempat subjek dalam penelitian ini
dalam penelitian ini usaha yang ditunjukkan menunjukkan karakteristik yang sesuai dengan
subjek untuk mempertahankan dirinya ialah definisi penyesuaian diri diatas. Semua subjek
dengan mencari lingkungan yang lebih baik yaitu berusaha untuk memenuhi tuntutan dan
usaha subjek untuk kabur kabur atau tidak pulang dorongan dalam dirinya yang kebanyakan
kerumah, mencari pelarían, maupun usaha untuk bertentangan dengan tuntutan tempat tinggalnya.
menunjukkan emosi dan ketidak senangannya Sehingga memunculkan berbagai usaha yang
dengan menjawab perkataan orangtua. dilakukan oleh subjek agar dapat mencapai derajat
Tahapan adaptasi ialah tahapan dimana kesesuaian. Ditemukan juga 6 faktor yang pada
individu berusaha menyesuaikan diri dengan akhirnya mempengaruhi penyesuaian diri yang
lingkungan tempat tinggalnya. Dalam penelitian dilakukan subjek terhadap orangtuanya pasca
ini cara yang ditunjukkan oleh subjek yaitu: pengungkapan diri dilakukan, faktor tersebut
menyembunyikan orientasi seksualnya dari ialah: faktor psikologis, persepsi terhadap realitas,
orangtua dengan berpura-pura kembali straight faktor respon lingkungan sosial, pertahanan
dengan berperilaku senormal mungkin didepan diri, adaptasi dan dinamika hubungan dengan
orangtua, berusaha menghindari dan memilih orangtua.
topik pembicaraan terutama yang berkaitan Tiga dari empat subjek dalam penelitian ini
dengan homoseksual, usaha mengikuti kemauan pada awalnya memilih untuk menuntupi orientasi
orangtua, dan menjaga perilaku. seksualnya dari orangtua dengan berbagai
Faktor dinamika hubungan dengan alasan. Subjek 2 memilih menutupi orientasi
orangtua juga berpengaruh terhadap penyesuaian seksualnya dari orangtua karena merasa tidak
diri yang dilakukan gay pada orangtua pasca ada kedekatan, sehingga aneh baginya ketika
pengungkapan diri dilakukan. Adanya improvisasi harus terbuka pada orangtua mengenai orientasi

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 11


Vol. 2 No. 1, April 2013
Faktor Penyesuaian Diri Gay Dewasa Awal pada Orangtua Pasca Pengungkapan Diri kepada Orangtua

seksualnya. Subjek 3 memilih menutupi orientasi Selajutnya Savin-Williams dan Ream


seksualnya dari orangtua karena sadar tidak akan (2003) mengemukakan beberapa respon yang
mendapatkan penerimaan dari orangtua dengan diberikan oleh orangtua setelah anak mereka
statusnya sebagai anak laki-laki satu-satunya mengungkapkan orientasi seksualnya. Respon
dalam keluarga yang diharapkan oleh orangtua. yang diberikan oleh orangtua itu, diantaranya
Sedangkan subjek 4 memilih tidak terbuka ialah: adanya penerimaan dan dukungan penuh
mengenai orientasi seksualnya kepada orangtua yang diberikan orangtua, adanya penerimaan dari
karena takut akan mengalami penolakan dari orangtua, pilihan untuk bersikap netral dengan
orangtua. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan tidak adanya respon, menunjukkan respon
oleh Savin-Williams dan Ream (2003) menganai negatif dan tidak percaya, berusaha menolak
beberapa alasan mengapa seorang homoseksual dan tidak menerima, tidak ada toleransi, tidak
memilih untuk menutupi orientasi seksualnya dari menerima dengan usaha menasihati dan tidak
orangtua, yaitu : takut mengalami penolakan dari menjalin komunikasi, atau bahkan menolak dan
orangtua karena alasan agama dan kebudayaan, melakukan tindakan kekerasan fisik ataupun
tidak adanya kedekatan dengan orangtua, adanya kekerasan verbal. Dari keempat subjek, dijelaskan
ketakutan mendapat respon yang negatif, takut bahwa subjek 1 dan subjek 2 menerima penolakan
akan merusak hubungan kedekatan dengan dari orangtuanya dengan mencoba menasihati
orangtua, atau takut akan mengecewakan subjek dan membawanya ke psikiater maupun
orangtua. kyai. Subjek 3 mendapatkan penolakan dengan
Ada beberapa alasan yang berbeda kenapa kekerasan fisik berupa pukulan, dan dilempari
pada akhirnya homoseksual memutuskan barang. Sedangkan subjek 4 mendapatkan
untuk mengungkapkan orientasi seksual penolakan yang berupa nasihat dan penolakan
mereka kepada orangtua. Savin-Williams dengan pemutusan komunikasi selama 1 bulan.
dan Ream (2003) menyebutkan beberapa Selain itu, subjek 3 juga mengaku sempat tidak
alasan yang melatarbelakangi pengungkapan berkomunikasi sama sekali dengan ayahnya
diri homoseksual kepada orangtua ialah: selama 1 bulan setelah dirinya mengungkapkan
adanya kedekatan dengan orangtua sehingga diri. Hal ini juga didukung penelitan yang
memunculkan keinginan untuk terbuka dengan dilakukan Cramer dan Roach (1998, dalam Beaty,
orangtua mengenai orientasi seksualnya, 1999) yang menjelaskan bahwa pengakuan
atau juga karena adanya perasaan lelah untuk identitas seksual kepada orangtua menyebabkan
menutupi lagi orientasi seksualnya dari orangtua, terjadinya stress dalam hubungan orangtua dan
adanya pertanyaan orangtua mengenai orientasi anak.
seksualnya, adanya ketakutan jika orang lain Anhalt dan Morris (1998) menemukan
mengatakan kepada orangtua mengenai orientasi bahwa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh gay
seksualnya, orang lain terlanjur memberitahu dalam menyesuaikan diri mereka, berdampak
orangtua mengenai orientasi seksualnya, atau pada munculnya perilaku-perilaku negatif
juga karena terbawa rasa marah sehingga memilih yang mereka pilih sebagai jalan keluar untuk
untuk mengungkapkan diri. Dalam penelitian ini, menyelesaikan persalahan mereka diantara yaitu
subjek 1 mengungkapkan orientasi seksualnya adanya upaya buhun diri, penggunaan obat-
kepada orangtua karena keinginan diri sendiri. obatan, perilaku menyimpang dan keprihatinan
Berdasarkan ceritanya ketika wawancara, subjek 1 dalam hal akademik. Subjek 3 dalam penelitian
sudah tidak ingin lagi menyembunyikan orientasi ini mengaku sering mendapatkan teguran dari
seksualnya dari orangtua, selain juga kerana gurunya ketika disekolah karena sering tertidur
adanya ketakutan orangtua akan mengetahui pada saat jam pelajaran. Hal itu terjadi karena
orientasi seksualnya dari orang lain. Tiga subjek 3 yang dikatakan oleh psikiater mengalami
orang subjek lain dalam penelitian melakukan stress berat setelah mengungkapkan diri dan
pengungkapan diri kepada orangtua karena mengalami penolakan dari orangtua karena
ketidaksengajaan, dan orangtua menanyakan orientasi seksualnya, harus mendapatkan obat
mengenai orientasi seksualnya, sehingga mau penenang selama satu tahun yang berdampak
tidak mau mereka harus mengakui saja orientasi pula terhadap kegiatannya disekolah. Selain itu
seksualnya kepada orangtua. subjek 4, yang memang pernah masuk rehabilitasi

12 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 1, April 2013
Berlian Laras Sarwenda Maliza , Achmad Chusairi

karena penggunaan obat-obatan, mengaku Schneiders (1964) mejelaskan psikologis


pernah terpikir untuk kembali menggunakan sebagai pengalaman, pembelajaran,
obat-obatan karena merasa tertekan dengan pengkondisian, kebutuhan psikologis, dorongan
respon yang diberikan oleh orangtua setelah diri, konflik dan frustasi yang pernah dialami
dirinya mengungkapkan diri. oleh individu sebelumnya. Persepsi terhadap
Setelah pengungkapan diri dilakukan, realitas beririsan dengan teori Schneider yaitu
hubungan orangtua dan anak akan tetap budaya, agama dan adat istiadat, yaitu adanya
baik-baik saja seperti semula atau bahkan keasadaran individu terhadap nilai,norma yang
akan mengalami improvisasi. Hanya sedikit ada pada budaya dan agama. Hanya saja dalam
kemungkinan hubungan anak dengan orangtua faktor persepsi terhadap realitas juga termasuk
akan mengalami penurunan kualitas (Savin- adanya kesadaran terhadap peran dan kewajiban
Williams & Ream, 2003). Lebih lanjut Savin- individu sebagai anak. Faktor kondisi lingkungan
Williams dan Ream (2003) menjelaskan bahwa yang dijelaskan Schneiders (1964) sebagai
improviasi hubungan antara orangtua dan kondisi lingkungan tempat individu berinteraksi
anak secara umum, seringnya akan terjadi pada setiap harinya, beririsan dengan faktor respon
hubungan ibu dan anak dari pada pada hubungan sosial yang merupakan respon yang diberikan
ayah dan anak. D’Augelli (1998, dalam Potoczniak, oleh lingkungan sosial pada individu sesudah
2009) juga menemukan bahwa reaksi ayah pengungkapan diri dilakukan.
terhadap anaknya yang homoseksual dua kali Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan
lipat lebih negatif dibandingkan dengan reaksi bahwa tiga temuan dalam tulisan ini beririsan
yang ditunjukkan oleh ibu. Hal ini sesuai dengan dengan teori faktor penyesuaian diri milik
temuan yang terjadi pada keempat subjek diatas Schneiders (1964), yaitu faktor psikologis, faktor
dalam penelitian ini. Subjek 1, subjek 3 dan subjek kondisi lingkungan yang beririsan dengan respon
4 mengaku mengalami improvisasi menjadi lebih lingkungan sosial, dan faktor budaya, agama dan
dekat dengan orangtua setelah pengungkapan diri adat istiadat beririsan dengan faktor persepsi
dilakukan. Walaupun untuk subjek 4 improvisasi terhadap realitas. Untuk faktor kondisi fisik
hubungan hanya terjadi pada ibu, dan penurunan dan herediter dan faktor perkembangan dan
kualitas hubungan terjadi pada hubungan kematangan tidak ditemukan dalam penelitian.
kedekatannya dengan ayah. Sedangkan untuk
subjek 2 sendiri mengaku tidak ada perubahan SIMPULAN DAN SARAN
apapun yang terjadi antara hubungannya dengan Penyesuaian diri subjek pada orangtua sangat
orangtua. Namun menurutnya hal ini terjadi dipengaruhi oleh respon sosial dan respon yang
juga tidak lepas dari sikaf pasif dirinya terhadap diberikan oleh orangtua kepada subjek. Respon
orangtua ketika berinteraksi. positif yang diterima subjek baik dari lingkungan
Terkait dengan paradigm konstruktivis dalam sosial maupun orangtua setelah pengungkapan
penelitian ini, terdapat satu teori yang menjelaskan diri dilakukan, akan membawa subjek pada
faktor penyesuaian diri oleh Schneiders (1964). penerimaan diri yang baik. Adanya penerimaan
Selanjutnya, dijelaskan bahwa Schneiders (1964) diri akan berpengaruh terhadap penyesuaian
mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi diri yang positif oleh subjek kepada orangtua
penyesuain diri seseorang, yaitu: kondisi fisik selanjutnya, yaitu dengan adanya kemampuan
dan herediter, perkembangan dan kematangan, menjadi diri sendiri, tidak berusaha menutupi
psikologis, kondisi lingkungan, budaya, agama orientasi seksualnya baik dirumah maupun
dan adat istiadat. Teori yang disampaikan oleh di depan orangtua dan improvisasi hubungan
Schneiders (1964) tersebut, beririsan dengan yang lebih baik antara orangtua dengan anak.
faktor penyesuaian diri gay dewasa awal pada Sedangkan respon negatif yang diterima subjek
orangtua pasca pengungkapan diri kepada dari lingkungan sosial dan orangtua setelah
orangtua. Dalam penelitian, ditemukan bahwa pengungkapan diri akan menjadikan subjek
semua subjek memiliki faktor psikologis, persepsi lebih selektif dalam mengungkapkan orientasi
terhadap realitas, faktor respon lingkungan sosial, seksualnya dan memilih untuk berpura-pura
pertahanan diri, adaptasi dan dinamika hubungan straight saat berada dirumah maupun di depan
dengan orangtua. orangtua.

Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial 13


Vol. 2 No. 1, April 2013
Faktor Penyesuaian Diri Gay Dewasa Awal pada Orangtua Pasca Pengungkapan Diri kepada Orangtua

PUSTAKA ACUAN
American Psychiatric Association. (2000). Diagnostic criteria from DSM-IV TR. Washington DC.
American Psychiatric Association.
Anhalt, K., & Morris, T. L. (1998). Developmental and Adjustment Issue of Gay, Lesbian, and Bisexual
Adolescents: A Review of Empirical Literature. Clinical Child and Family Psychology Review, 1
(4).
Baltezore, E. L. (2006). Perceived Parental Relationships Following Disclosure of Sexual Orientation by
Lesbian, Gay and Bisexual Offspring. Thesis. State University: The Faculty of Humboldt.
Beaty, L. A. (1999). Identity Development of Homosexual Youth and Parental and Familial Influences
on the Coming Out Process. Journal Adolescence, 34 (135), 597.
Beeler, J. & DiProva, V. (1999). Family Adjustment Following Disclosure of Homosexuality by a
member: Themes Discerned in Narrative Accounts. Journal of Marital and Family Therapy, 25
(4), 443-459.
Brown,J., & Trevethan, R. (2010). Shame, Internalized Homophobia, Identity Formation, Attachment
Style and The Connection to Relations. American Journal of Men’s Health, 4, 267-276.
Elo, S., Kääriäinen, M., Kanste, O., Pölkki, T., Utriainen, K., & Kyngäs, H. (2014). Qualitative Content
Analysis: A Focus on Trustworthiness. Sage Open.
Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.
Jakarta: Erlangga.
Neuman, W. L. (2000). Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches (4th ed.).
Boston: Allyn & Bacon.
Oetomo, D. (2001). Memberi Kesaksian pada yang Bisu.Yogyakarta: Galang Press.
Papalia, D. E., Sterns, H. L., Feldman, R. D., & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging.
(2nd ed.). New York: McGraw-Hill Higher education
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia (PPDGJ) III: cetakan pertama.
Jakarta: Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Publik 1993.
Savin-Williams, R. C., & Ream, G. L. (2003). Sex Variation in the Disclosure to Parents of Same-Sex
Attractions. Journal of Family Psychology, 17 (3), 494-438.
Subyantoro, A dan FX. Suwarto.2006. Metode dan Teknik Penelitian Sosial. Andi Offset. Yogyakarta
Schneider, A. A. (1964). Personal Adjustment and Mental Health. New York: Rinehart an Winston.
Wilig, C. (2008). Introducing Qualitative Research in Psychology. Open University Press.
Willoughby, B. L. B., Malik, N. M., Lindhl, K. M. (2006). Parental Reactions to Their Sons Sexual
Orientation Disclosure: The Role of Family Cohesion, Adaptability, and Parenting Style.
Journal of Men and Masculinity, 7, 14-26.
Wong, C. Y., & Tang, C. S. (2004). Coming Out Experiences and Psychological Distress of Chinese
Homoseksual Men in Hongkong. Journal Achieves of Sexual Behaviour, 33 (2), 149-157.

14 Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial


Vol. 2 No. 1, April 2013

Anda mungkin juga menyukai