Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KECEMASAN

A.Pengertian

Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa jerman angst kemudian menjadianxiety
yang berarti kecemasan, merupakan suatu kata yang digunakan oleh Freud untuk menggambarkan
suatu efek negatif dan keterangsangan (Jatman, 2000).

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang ditandai dengan perasaan
ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan , tidak mengalami gangguan dalam
menilai realitas , kepribadian utuh, perilaku dapat terganggu tapi masih dalam batas normal (Hawari,
2006). Kecemasan berkaitan erat dengan perasaan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki
obyek yang spesifik, kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal (Hamid,1998 ).

Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan individu dalam memelihara keseimbangan.
Pengalaman cemas seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan hubungan interpersonal. Hal yang
dapat menimbulkan kecemasan biasanya bersumber dari ancaman integritas biologi meliputi gangguan
terhadap kebutuhan dasar makan, minum, kehangatan, sex, dan ancaman terhadap keselamatan diri
seperti tidak menemukan integritas diri, tidak menemukan statusprestise, tidak memperoleh pengakuan
dari orang lain dan ketidaksesuaian pandangan diri dengan lingkungan nyata (Suliswati, 2005).

B. Etiologi

a. Faktor predisposisi

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan (Stuart, 2007).

Faktor faktor tersebut antara lain :

1). Teori psikoanalitik

Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena konflik antara elemen
kepribadian yaitu id(insting) dan super ego (nurani ). Id mewakili dorongan insting dan impuls
primitif seseorang sedang superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan norma
budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elememen yang bertentangan dan fungsi
kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2). Teori interpersonal

Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan
penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perpisahan dan kehilangan yang
menimbulkan kelemahan spesifik.

3). Teori behavior

Kecemasan merupakan produk frustrasi yaitu segala sesuatu yangmengganggu kemampuan


seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

4). Teori perspektif keluarga

Kecemasan dapat timbul karena pola interaksi yang tidak adaptif dalam keluarga.

5). Teori perspektif biologi

Fungsi biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus Benzodiapine. Reseptor ini
mungkin membantu mengatur kecemasan. Penghambat asam amino butirik-gamma neuro regulator
(GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan
kecemasan sebagaimana endomorfin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap kecemasan. Kecemasan dapat disertai
gangguan fisik dan menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi adalah factor-faktor yang dapat menjadi pencetus terjadinya kecemasan (Stuart,
2007). Faktor pencetus tersebut adalah :

1) Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas harga diri dan fungsi sosial
yang terintegrasi dari seseorang. Pada pasien yang akan menjalani operasi faktor pencetus
kecemasannya adalah faktor yang dialami individu baik bersifat internal maupun eksternal. Faktor
internalnya adalah adanya ketakutan akan pembiusan,kecacatan, kematian, takut akan rasa nyeri, takut
kehilangan pekerjaan, menjadi tanggungan keluarga. Sedangkan faktor eksternalnya adalah
lingkungan yang baru,peralatan operasi atau pembiusan yang asing serta petugas kesehatannya.
3. Tingkat kecemasan

Stuart (2007) membagi tingkat kecemasan menjadi empat tingkat antara lain:

a. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini
menyebabkan individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat
memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. Respon fisiologis ditandai
dengan sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka
berkerut, bibir bergetar. Respon kognitif merupakan lapang persepsi luas, mampu menerima
rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif. Respon
perilaku dan emosi seperti tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang
meningkat.

b. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain sehingga seseorangmengalami perhatian yang selektif namun dapat
melakukan sesuatu yang terarah. Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah
meningkat,mulut kering, diare,gelisah. Respon kognitif; lapang persepsi menyempit, rangsangan luar
tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya. Respon perilaku dan emosi ;
meremas tangan, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.

c. Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi seseorang terhadap sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak
dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk menghentikan ketegangan
individu dengan kecemasan berat memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pikiran
pada suatu area lain. Respon fisiologi : nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat,
ketegangan dan sakit kepala. Respon kognitif : lapang persepsi amat sempit, tidak mampu
menyelesaikan masalah. Respon perilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat.

d. Panik

Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Hilangnyakontrol, menyebabkan
individu tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah. Respon fisologis : nafas pendek,
rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah. Respon kognitif : lapang
persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir logis. Respon perilaku dan emosi:mengamuk dan marah,
ketakutan, kehilangan kendali.
C.Rentang Respon
Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif dan maladaptif.
Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana individu siap siaga untuk
beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling
maladaptive adalah panic dimana individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas
yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisik, perilaku maupun kognitif. Respons
adaptif Antisipasi- Ringan- Sedang- Berat- Panik.

D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala kecemasan antara lain adaalh sebagai berikut:
a. Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannyasendiri, mudah tersinggung,
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takutsendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan kosentrasi daya ingat
f. Gejala somatikrasa sakit pada oto dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dngin dan lembab, dan lain
sebagainya.

E. Pohon masalah
Kerusakan interaksi sosial Effect

Gangguan suasana perasaan cemas Core Problem

Koping individu in efektif Causa

F. Penatalaksanaan (SP)
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) dengan MASALAH
KECEMASAN
Pertemuan pertama

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan keperawatan :
 Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
 Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar

2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam


meminum obat Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang.
 Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
 Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
 Cara merawat pasien dirumah
 Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
 Lingkungan yang tepat untuk pasien
 Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)
 Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.

2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan


a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Assalamuailaikum, selamat pagi bapak. Perkenalkan saya perawat Nurul indah, bapak bisa
memanggil saya indah, saya perawat yang dinas pada pagi ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini
dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil siapa pak?”
2. Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Ruang tengah di depan televisi
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja
“bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah beberapa hari
mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba bapak ceritakan lebih lanjut tentang perasaan bapak,
kenapa bapak meraskan hal tersebut, apa yang bapak pikirkan?
Oh, jadi bapak takut kalau penyakit bapak tak kunjung sembuh?
Bagaimana kalau kita coba megatasi kecemasan bapak dengan relaksasi dengan cara tarik
napas dalam. Ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak
rasakan.” “Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan bapak
memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak? Pertama-
tama bapak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas. Dalam hitungan ketiga
setelah itu bapak hempaskan udara melalui mulut dengan meniup udara secara perlahan-

lahan. Selain itu bapak bisa juga memikirkan hal-hal yang menyengkan supaya kecemasan
bapak berkurang. Sekarang coba bapak praktikan.”
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah berkurang
pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
b) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang seperti saya
contohkan tadi ya?”
c) Kontrak “Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul 9
pagi seperti saat ini di serambi depan?
d) Rencana Tindakan Lanjutan “Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah
saya ajarkan ya

Anda mungkin juga menyukai