5710-Article Text-17271-1-10-20201031
5710-Article Text-17271-1-10-20201031
Abstrak
Untuk mengetahui tercapai atau tidaknya suatu tujuan program perlu dilakukan evaluasi terhadap implementasi program tersebut,
baik pelaksanaan program maupun hasilnya. Evaluasi diperlukan untuk mengukur tingkat efektivitas mekanisme program dari pembiyaan
dan apakah efektivitas bila dilihat dari hasil pembangunannya, disamping itu akan diketahui sejauhmana peran pemerintah melalui
Kepnmen PUPR No.348/KPTS/M/2015, sebab untuk beberapa tahun kedepan kebijakan pembangunan perumahan MBR ini masih relavan
dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efektivitas program. Pendekatan yang digunakan dalam peneltian ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif yang didukung oleh data dari hasil kuesioner, wawancara, dan observasi lapangan, serta data dari
kajian dokumen dan telaah pustaka. Perhitungan efektivitas dilakukan dengan melakukan pembobotan menggunakan skala Likert yang
didasarkan pada kriteria efektivitas. Hasil penelitian menunjukkan secara umum efektifitas Implementasi Program Perumahan Bersubsidi
bagi MBR mendapat nilai 80% yang berarti Efektif.
Abstract
To find out whether or not a program goal has been achieved, it is necessary to evaluate the implementation of the program, both the
program's implementation and its results. Evaluation is needed to measure the effectiveness of the program mechanism of financing and
whether the effectiveness when viewed from the results of its development, besides that it will be known to what extent the role of government
through the Ministry of PUPR No. 348 / KPTS / M / 2015, because for the next few years the MBR housing development policy is still relavan
implemented. This study aims to determine the level of effectiveness of the program. The approach used in this research is a quantitative and
qualitative approach which is supported by data from the results of questionnaires, interviews and field observations, as well as data from
document review and literature review. The effectiveness calculation is done by measuring the Likert scale based on the effectiveness criteria.
The results shows that Effectiveness of Subsidied Housing Programs Implementation at a rate of 80% which mean genrally Effective.
101
J. Saintis Volume 20 Nomor 02, 2020
dipikirkan karena yang terpenting adalah memiliki rumah, belum pernah menerima subsidi
memperoleh kerja guna mendapatkan keamanan perumahan, mempunyai penghasilan dari tempat
(security) pada tahap selanjutnya [3]. Undang- bekerja atau usaha yang didasarkan atas gaji pokok
Undang memberikan tugas kepada pemerintah atau pendapatan pokok perbulan, yang terbagi
untuk terus berupaya meningkatkan pembangunan dalam 3 kelompok sasaran sebagaimana diatur
rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah dalam Peraturan Menteri [7] tentang Pengadaan
(MBR) [4] sehingga mereka dapat memiliki tempat Perumahan dan Permukiman dengan dukungan
tinggal yang layak dalam lingkungan perumahan fasilitas subsidi perumahan melalui KPR bersubsidi.
yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan. Melihat dari persyaratan dan ketentuan
Kebijakan program pembangunan sejuta tersebut perlu dilakukan evaluasi apakah sudah
rumah yang dicanangkan pemerintah melalui efektif jika dilihat dari mekanisme pembiayaan dan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan tingkat efektivias hasil pembangunannya. Maka
Rakyat (PUPR) bekerjasama dengan para penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
pengembang perumahan (developer), lembaga mana tingkat efektivitas program perumahan
keuangan (bank). Pembangunan Perumahan yang bersubsidi bagi masyarakat berpenghasilan rendah
dikembangkan adalah rumah tipe 36 diperuntukkan (MBR) di Kota Pekanbaru.
bagi kelompok sasaran masyarakat yang
penghasilan tetap atau tidak tetap yang METODOLOGI
berpenghasilan rendah. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya, ditemukan ketidaksingkronan Metode yang digunakan pada penelitian ini
dengan tujuan yang ditetapkan. Sebagai contoh yaitu metode deskriptif dengan pendekatan
adanya temuan rumah bersubsidi di Kelurahan kualitatif dan kuantitatif yang berupa
Meteseh Kota Semarang yang hampir 30% unit tidak penggambaran terhadap fenomena yang ada,
dimiliki oleh kelompok sasaran, 9% unit berstatus melalui studi kepustakaan dengan data yang diukur
hak milik namun tidak dihuni, dan 6% dijadikan dalam suatu skala numerik (angka) dengan
barang investasi [5]. Fakta ini menunjukkan adanya menggunakan skala Likert untuk ukuran efektivitas.
penyimpangan dalam pelaksanaan program, Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
sehingga evaluasi terhadap efektifitas kebijakan kuesioner kepada masyarakat dan wawancara
sangat diperlukan sebagai upaya untuk menjamin personel dari sumber atau instansi terkait. Data yang
pelaksanaan program tepat sasaran. diperoleh berupa jawaban dari responden
Peran pemerintah dan mekanisme program masyarakat terhadap pernyataan yang diajukan.
dalam penyediaan perumahan bagi masyarakat Teknik penyebaran kuesioner atau perolehan
diatur berdasarkan Peraturan Menteri diantaranya responden dalam penelitian ini diambil dari lokasi
pemberian kemudahan perizinan, penyediaan yakni di perumahan yang termasuk dalam kategori
fasilitas, sarana dan utilitas (PSU), perintisan atau rumah sederhana bersubsidi di Kecamatan Tenayan
penyediaan Bank Tanah (Land Banking), penetapan Raya Kota Pekanbaru. Populasi dalam penelitian ini
zonasi untuk rumah sejahtera, penetapan zonasi adalah kawasan perumahan sederhana bersubsidi
untuk rumah sejahtera dan mekanisme pembiayaan yang menjadi objek penelitian perumahan MBR di
[2]. Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru. Sampel
Fasilitas yang diberikan pemerintah untuk yang merupakan himpunan bagian dari unit
program perumahan bersubsidi ini diberikan populasi diambil dari jumlah rumah tangga
kepada masyarakat yang memenuhi persyaratan masyarakat yang menghuni perumahan bersubsidi
dan ketentuan untuk mendapatkan fasilitas kredit di Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru
perumahan bersubsidi untuk MBR [6] yang telah berdasarkan data perumahan dari di Real Estate
ditetapkan adalah 1) WNI berusia 21 tahun atau Indonesia (REI) Provinsi Riau. Teknik pengambilan
telah menikah 2) Usia pemohon tidak melebihi 65 sampel menggunakan metode purposive sampling
tahun pada saat kredit jatuh tempo 3) Pemohon atau judgement sampling.
maupun pasangan (suami/istri) tidak memiliki Purposive sampling adalah salah satu teknik
rumah dan belum pernah menerima subsidi sampling non random dimana peneliti menentukan
pemerintah untuk pemilikan rumah. Dikecualikan 2 pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-
kali untuk TNI/Polri/PNS yang pindah tugas ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian
4) Gaji/penghasilan pokok tidak melebihi 4 juta sehingga diharapkan dapat menjawab
rupiah untuk rumah sejahtera tapak dan 7 juta permasalahan penelitian. Pengertian purposive
rupiah untuk Rumah Sejahtera Susun, 5) Memiliki e- sampling adalah teknik untuk menentukan sampel
KTP dan terdaftar di Dinas Kependudukan dan penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu
Catatan Sipil 6) Memiliki NPWP dan SPT tahunan berdasarkan kriteria-kriteria yang bertujuan agar
PPh orang pribadi sesuai perundang-undangan yang data yang diperoleh nantinya bisa lebih
berlaku, 7) Pengembang wajib terdaftar di representatif [8]. Hal ini dilakukan sesuai dengan
Kementerian PUPR, 8) Spesifikasi rumah kriteria subjek populasi yang ada di perumahan tipe
sesuai dengan peraturan pemerintah. Sedangkan 36 subsidi yang diprogramkan untuk masyarakat
persyaratan untuk mendapatkan subsidi yang berpenghasilan rendah (MBR).
diantaranya adalah kelompok yang belum pernah
102
Efektivitas Implementasi Program Perumahan Bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Kota Pekanbaru (Studi Kasus : Kecamatan Tenayan Raya)
(Firdaus, dkk)
103
J. Saintis Volume 20 Nomor 02, 2020
perumahan. Hal ini terjadi karena Pemda dibebani Pengembangan perumahan bersubsidi ini
tanggungjawab untuk pelaksanaan peraturan juga dilengkapi dengan prasarana, sarana dan utilias
perundangan (tata ruang, pertanahan, lingkungan umum (PSU). Perumahan sederhana biasanya
hidup,dsb) dan perizinan masih menjadi sumber memiliki sarana dan prasarana yang masih minim
pendapatan asli daerah. [10]. Kelengkapan prasarana (tersedianya jaringan
listrik dan air bersih) merupakan salah satu faktor
Pada perizinan IMB Peraturan Menteri [2]
yang sangat menentukan bagi penghuni perumahan
belum sepenuhnya dilaksanakan sebagai pedoman
dalam memilih lokasi perumahan yang ada di
penyelenggaraan perizinan IMB di daerah. Hal ini
Pekanbaru [11]. PSU dalam program pengembangan
terbukti dengan adanya persyaratan administrasi
perumahan bersubsidi untuk MBR ini mejadi bagian
dan teknis yang berbeda dengan ketentuan di
dari tugas pemerintah daerah atau kota. Pemberian
peraturan menteri tersebut. Dalam prakteknya,
bantuan PSU diutamakan bagi pelaku pembangunan
persyaratan administrasi yang dipersyaratkan di
berskala kecil [12]. Komponen bantuan PSU meliputi
daerah lebih banyak dan rumit seperti adanya syarat
jalan, tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R
fotocopy surat pemberitahuan pajak terhutang dan
(Reduce, Reuse, Recycle), dan jaringan sistem
surat tanda terima setoran atau bukti pelunasan PBB
penyediaan air minum.
tahun terakhir dan rekomendasi dari bank untuk
tanah yang sedang digunakan. Dari segi prosedur, Peran pemerintah dalam hal menyediakan
tahapan yang dijalankan lebih banyak karena PSU terdapat tahapan yang harus dilalui oleh pihak
diperlukan pemeriksaan dokumen administrasi dan pengembang diantaranya adalah mengajukan
teknis berjenjang serta peninjauan lapangan untuk permohonan secara tertulis kepada Kementerian
memberikan rekomendasi teknis pembangunan dengan tembusan kepada Pemerintah Daerah
perumahan. Jumlah unit pengelola perizinan yang Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi.
berwenang dalam proses penerbitan IMB lebih Kemudian Kementerian melakukan verifikasi dan
banyak meliputi instansi kelurahan, kecamatan, menetapkan bantuan PSU kepada pengembang
PTSP, Dinas Tata Ruang/Kota/Bangunan, BPN dan perumahan sesuai dengan ketentuan yang diatur
pihak bank (jika diperlukan). Selain itu tidak ada dalam Peraturan Menteri. Setelah diverifikasi oleh
perbedaan perlakuan perizinan dari aspek Kementerian, keluarlah hasil verifikasi pra
persyaratan, prosedur, waktu dan biaya antara IMB konstruksi yang meliputi pemeriksaan persyaratan
untuk pembangunan perumahan komersil dan administrasi dan teknis serta pemeriksaaan lokasi.
perumahan untuk MBR. Dengan kondisi tersebut, Setelah verifikasi pra konstruksi dilakukan dan
banyak pengembang perumahan kurang berminat verifikasi telah diterima, Pemerintah Pusat dan
untuk melakukan pembangunan perumahan khusus Pemerintah Daerah sesuai dengan tugas dan
MBR. wewenang melaksanakan pengawasan dan
pengendalian pelaksanaan pembangunan fisik PSU.
Dalam proses pemberian izin dari pemerintah
Pengawasan dan pengendalian dilakukan secara
kepada pihak developer perumahan melalui
berjenjang mulai dari tingkat daerah
beberapa tahapan. Terlebih dahulu developer
kabupaten/kota, daerah provinsi sampai dengan
mengajukan proposal kepada pihak pemerintah
Kementerian. Dalam pelaksanaan pembangunan
kota/kabupaten yang nantinya proposal itu akan di
fisik PSU dilakukan pengawasan lapangan oleh
lanjutkan ke pemerintah tingkat provinsi. Setelah
konsultan manajemen konstruksi, pengawas
proposal diterima oleh pemerintah provinsi sebagai
lapangan, direksi teknis, dan koordinator wilayah
hasil rekomendasi yang kemudian diserahkan
yang ditetapkan satuan kerja yang ditunjuk oleh
kepada pemerintah kota/kabupaten kemudian
Kementerian.
dijadikan dasar bagi pemerintah kota/kabupaten
untuk menerbitkan izin lokasi, barulah setelah itu
Penyediaan Bank Tanah (Land Banking)
developer mulai melakukan proses pembebasan
lahan dari warga. Setelah pembebasan tanah tuntas, Penyediaan Bank Tanah (Land Banking)
developer dapat mengajukan permohonan Hak Guna untuk kawasan perumahan bersubsidi di Kecamatan
Bangunan (HGB). Tenayan Raya karena daerah ini termasuk kawasan
pinggiran kota yang cocok untuk dikembangkan
Setelah HGB telah dikantongi, maka developer
sebagai kawasan perumahan [13]. Hal ini
dapat melanjutkan ke tahap pra konstruksi. Dalam
dikarenakan beberapa faktor seperti semakin
tahapan ini, ada sejumlah izin yang harus diajukan
padatnya kawasan dekat pusat kota sehingga sulit
pengembang. Mulai dari Izin Peruntukan
untuk mendapatkan lahan yang cukup luas untuk
Penggunaan Tanah (IPPT), Masterplan (Rencana
dikembangkan kawasan perumahan, kemudian
Induk), Kerangka Rencana Kota (KRK), dan Siteplan
harga lahan yang cukup tinggi di kawasan sekitar
(Rencana Tapak). Kemudian Analisis Mengenai
pusat kota sehingga menyulitkan developer untuk
Dampak Lingkungan (AMDAL), Analisis Dampak
mengembangkan perumahan bersubsidi sebab
Lalu Lintas (ANDAL LALIN), izin lingkungan
harus mempertimbangkan harga jual rumah
kemudian barulah IMB.
nantinya yang harus sesuai dengan ketetapan yang
Penyediaan Prasarana, Sarana dan Utilitas telah diberlakukan oleh pemerintah. Selain itu
Umum pemilihan kawasan pengembangan perumahan di
104
Efektivitas Implementasi Program Perumahan Bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Kota Pekanbaru (Studi Kasus : Kecamatan Tenayan Raya)
(Firdaus, dkk)
pinggiran kota memberikan kesempatan untuk para sewa yakni sekitar 7,6 persen.
pengembang dapat membangun perumahan di lahan
Mekanisme Pembiayaan Kemudahan Dalam
yang luas dengan harga lahan yang bisa dijangkau
Persyaratan dan Prosedur
agar bisa dipertimbangkan pula dengan harga jual
rumah subsidi itu nantinya. Pertanyaan yang diajukan kepada responden
dalam penelitian ini tentang mekanisme
Penetapan Zonasi pembiayaan, apakah terjadi kemudahan atau
responden merasa kesulitan dengan beberapa
Berdasarkan dokumen Rencana
syarat dan ketentuan untuk mendapatkan fasilitas
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
kredit perumahan. Ternayata 86 persen atau
Kota Pekanbaru Tahun 2017-2022, luas lahan
sebanyak 90 kepala keluarga mengatakan bahwa
terbangun (built up areas) sekitar 24% dari luas
persyaratan dan prosedur untuk mendapatkan
wilayah kota dan dimanfaatkan sebagai kawasan
fasilitas kredit perumahan bersubsidi ini dinilai
perumahan (sekitar 73% dari luas areal terbangun),
mudah untuk dipenuhi. Sebanyak 90 kepala
pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan,
keluarga yang menyatakan bahwa dalam
industri, militer, bandara, dan lain-lain. Areal belum
pemenuhan persyaratan untuk mendapatkan
terbangun (non built up areas) adalah sekitar 76%
fasilitas kredit untuk pembelian rumah subsidi ini
dari luas wilayah kota saat ini yang merupakan
dinilai tidak menyulitkan atau 84,7 persen sangat
kawasan lindung, perkebunan, semak belukar, dan
mudah dalam memenuhi persyaratan dan prosedur
hutan. Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah
perolehan perumahan bersubsidi.
utara kota (Rumbai dan Rumbai Pesisir), Tenayan
Raya dan sekitarnya. Penetapan zonasi perumahan
Kemudahan Dalam Sistem Pembayaran
bersubsidi ini didasarkan pada ketentuan tersebut
yang telah memberikan wewenang kepada pihak Kemudahan dalam system pemabayaran hasil
pengembang (developer) untuk melaksanakan dari survey menunjukkan 82,85 persen merasakan
pembangunan perumahan dengan kawasan sangat mudah dan sisanya menyatakan merasa sulit.
Kecamatan Tenayan Raya yang juga merupakan Persepsi penghuni yang berbeda itu mempunyai
Wilayah Pengembangan IV (WP IV) Kota Pekanbaru. alasan bahwa calon konsumen yang tidak memiliki
salah satu atau beberapa syarat yang harus dipenuhi
Kecamatan Tenayan Raya memiliki potensi
tersebut agar proses administrasi dapat berlangsung
untuk dikembangkan perumahan karena berada
dengan lancar.
pada kawasan yang luas dan menghindari terjadinya
kepadatan dan pemusatan ke tengah kota. Oleh Pada sistem keuangan yang mengatur sistem
sebab itu pengembangan kawasan untuk pembayaran perumahan subsidi ini telah diserahkan
perumahan dilakukan kearah pinggiran kota agar kepada pihak bank penyalur kredit perumahan.
kawasan pinggiran kota menjadi produktif dengan Sebagai bank penyalur kredit perumahan tentunya
adanya pengembangan perumahan tersebut. Selain telah menerapkan aturan dalam pembayaran rumah
harga lahannya masih bisa di sesuaikan para subsidi terutama untuk sistem kredit atau cicilan.
developer agar harga jual rumah yang ditawarkan Berdasarkan jawaban dari responden menyatakan
oleh developer bisa menyesuaikan dengan bahwa sistem pembayaran yang diterapkan pihak
kebutuhan konsumen perumahan terutama bank tidak menyulitkan bila berkas dan
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) tersebut. kelengkapan calon pembeli rumah telah memenuhi
syarat dan aturan yang berlaku.
Analisis Efektivitas Mekanisme Program
Perumahan Bersubsidi Bagi Masyarakat Ketepatsasaran
Berpenghasilan Rendah (MBR)
Ketepatan sasaran dilihat dari kesesuaian
Proporsi profil responden dalam penelitian antara penerima perumahan bersubsidi dengan
ini adalah pengelompokkan responden berdasarkan kriteria kelompok penerima berdasar teori.
jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden. Dari Kelompok sasaran/target penerima subsidi adalah
kuisioner yang disebarkan kepada 105 orang keluarga/rumah tangga termasuk perorangan baik
responden di lingkungan perumahan bersubsidi tipe yang berpenghasilan tetap maupun tidak tetap,
36 di Kecamatan Tenayan Raya. Mayoritas belum pernah memiliki rumah, belum pernah
responden bekerja sebagai karyawan swasta yakni menerima subsidi perumahan dan memiliki
sebesar 45 orang atau 42,9 persen, bekerja di sektor keterbatasan akses permodalan dilembaga
informal 24 orang atau 22,9 persen dan sisanya keuangan formal publik atau swasta [14]. Ketepatan
adalah bekerja sebagai PNS dan wirausaha. sasaran program penerima subsidi perumahan yaitu
rumah tangga yang belum pernah memiliki rumah
Status Kepemilikan Rumah dari hasil questioner ternyata frekuensi responden
menjawab sebanyak 94,28 persen belum pernah
Status kepemilikan rumah MBR ini mayoritas
memiliki rumah dan sisanya terdapat 5,71 persen
adalah kepemilikan pribadi yakni 92,4 persen dari
atau sebanyak 6 responden menyatakan sudah
105 responden, sisanya adalah mengontrak atau
pernah memiliki rumah.
105
J. Saintis Volume 20 Nomor 02, 2020
106
Efektivitas Implementasi Program Perumahan Bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Kota Pekanbaru (Studi Kasus : Kecamatan Tenayan Raya)
(Firdaus, dkk)
Kegiatan yang dilakukan secara efektif adalah hasil perhitungan yang dipersentasekan didapatkan
kegiatan yang dalam proses pelaksanaanya bahwa secara keseluruhan instrumen yang diteliti
menggunakan ketepatan antara harapan yang menunjukkan nilai presentase sebagai berikut:
diinginkan dan hasil yang dicapai [15]. Sementara Subvariabel mekanisme pembiayaan
kegiatan tidak efektif adalah kegiatan yang dimasukkan dalam kriteria interpretasi skor sebesar
mengalami kesenjangan antara harapan dan hasil 83,7 persen. Maka menyatakan bahwa subvariabel
yang ingin dicapai. Efektivitas merupakan ketepatan mekanisme pembiayaan perumahan bersubsidi
harapan, implementasi dan hasil yang dicapai. Dari yaitu sangat efektif. Untuk indikator dari
ketepatsasaranan yang terdiri dari beberapa sebanyak 96,19 persen penghuni perumahan belum
indikator yang menyatakan bahwa sudah atau pernah menerima subsidi perumahan sebelumnya
pernah memiliki rumah, masih terdapat 5,71 persen dan masih ditemukan 3,8 persen yang mengaku
penghuni mengatakan dirinya sudah pernah sudah pernah mendapatkan subsidi perumahan
memiliki rumah sebelumnya dan sisanya 94,28 sebelum mengurus kepemilikan rumah subsidi yang
persen mengatakan belum pernah memiliki rumah sekarang dihuni.
sebelumnya. Hal ini berarti masih ditemukan Pada indikator jenis pekerjaan yang berkaitan
ketidaksesuaian sasaran dari program perumahan dengan pendapatan, menurut ketentuan dan syarat
bersubsidi ini. Kemudian untuk indikator sudah atau untuk bisa memiliki rumah bersubsidi ini tidak
belum pernah menerima subsidi perumahan, dibedakan jenis pekerjaan bagi calon pembeli rumah
107
J. Saintis Volume 20 Nomor 02, 2020
baik yang bekerja di sektor formal maupun informal. Tabel 4. Tabel Kriteria Interpretasi Skor Efektivitas
Sejauh ini berdasarkan hasil observasi dan
No Kriteria Interpretasi Kategori
kuisioner, pemilik rumah bersubsidi ini yang paling 1 81% - 100% Sangat Efektif
banyak menjadi konsumen perumahan bersubsidi 2 61% - 80% Efektif
adalah orang yang bekerja menjadi karyawan swasta 3 41% - 60% Cukukp efektif
yaitu sebesar 41 persen. Pada indikator pendapatan, 4 21% - 40% Kurang efektif
tidak ditemukan responden perumahan bersubsidi 5 0% - 20% Sangat Kurang
ini yang memiliki pendapatan 4 juta rupiah. Ini Efektif
artinya dari indikator pendapatan sudah sesuai Sumber: Sugiyono (2012)
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Subvariabel keterjangkauan dimasukkan masyarakat MBR di Kecamatan Tenayan Raya Kota
dalam kriteria intrepretasi skor sebesar 77,71 Pekanbaru antara lain yaitu peran pemerintah
persen. Maka menyatakan bahwa subvariabel daerah sepenuhnya sebagaimana diatur dalam
keterjangkauan MBR dalam memenuhi harga rumah peremn PUPR selaku pihak regulator yang terlibat
yang ditetapkan sudah efektif. Untuk subvariabel dalam 4 pilar pembangunan perumahan, dalam hal
standar fisik rumah dimasukkan dalam kriteria ini berwenang dalam mengurus perizinan lokasi
interpretasi skor sebesar 81,52 persen. Maka (IMB), penyediaan prasarana sarana dan utilitas
menyatakan bahwa dalam subvariabel standar fisik umum (PSU), perintisan (penyediaan) land banking,
rumah dengan kesesuaian dilapangan sudah dan zonasi perumahan. Berdasarkan hasil penelitian
dilaksanakan dengan sangat efektif. didapat pada masing-masing instrumen variabel
Hasil survey diperoleh bahwa subvariabel efektivitas dengan subvariabel mekanisme
prasarana dimasukkan dalam kriteria interpretasi pembiayaan, keterjangkauan, standar fisik dan
skor sebesar 73,01 persen. Maka menyatakan bahwa tingkat hunian menunjukkan hasil efektif pada
dalam subvariabel prasarana yang diterapkan di tingkat efektivitas 80 persen. Namun masih
lingkungan perumahan subsidi dinilai efektif. ditemukan jumlah kecil penghuni telah pernah
subvariabel keberdayan masayarakat dimasukkan memiliki dan telah pernah mendapatkan subsidi
dalam kriteria interpretasi skor sebesar 79,98 perumahan sebelumnya.
persen dinyatakan efektif, selanjutnya bahwa
subvariabel tingkat hunian dimasukkan dalam REFERENSI
kriteria interpretasi skor sebesar 84 persen [1] Madhu S. Mishra, Bibliography on
dinyatakan sangat efektif. Management of Rural Development. Calcutta:
Berdasarkan hasil olahan data dengan Publications Division, Indian Institute of
perhitungan skala Likert maka diperoleh jawaban Management, Calcutta, 1983.
tingkat efektivitas program pembangunan [2] Kementerian PUPR, “Peraturan Menteri
perumahan bersubsidi bagi masyarakat Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No.
berpenghasilan rendah (MBR) yaitu sebesar 80 21/PRT/M/2016 tentang kemudahan
persen. dan/atau bantuan perolehan rumah bagi
Setelah menghitung efektivitas secara masyarakat.” 2016.
keseluruhan indikator, maka diketahui bahwa nilai [3] B. Panudju, Pengadaan perumahan kota
efektifitas program perumahan bersubsidi tersebut dengan peran serta masyarakat
berada pada nilai 80%. Kemudian hasil bisa dilihat berpenghasilan rendah / Bambang Panudju,
berdasarkan kriteria interpretasi dalam persen 1st ed. Bandung: Alumni, 1999.
tersebut [16]. [4] UU Republik Indonesia, Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Tingkat Efektivitas Implementasi Program Kawasan Permukiman. 2011.
Perumahan MBR [5] D. D. Siswanti, “Pengendalian Kepemilikan
Perolehan skor dari penelitian ini berada RSH Subsidi di Kelurahan Meteseh Kota
pada angka 61%-80%. Hal ini menyatakan bahwa Semarang,” J. Pembang. Wil. Kota, vol. 9, no. 2,
skor penelitian ini untuk membuktikan bahwa p. 194, 2013.
program perumahan bersubsidi bagi masayarakat [6] Kementerian PUPR, “Rencana Strategis
berpenghasilan rendah (MBR) di Kecamatan Direktorat Jendral Pembiayaan Perumahan
Tenayan Raya Kota Pekanbaru sudah berlangsung Kementerian Pekerjaan Umum dan
secara efektif. karena program ini memberikan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019.”
kemudahan bagi MBR untuk dapat memiliki rumah 2015.
dengan harga terjangkau. [7] Kementerian PUPR, “Peraturan Menteri
Negara Perumahan Rakyat Nomor
KESIMPULAN 03/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan
Perumahan dan Permukiman dengan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dukungan fasilitas subsidi perumahan
maka didapatkan kesimpulan mengenai efektivitas melalui KPR bersubsidi.” 2007.
implementasi program perumahan bersubsidi bagi [8] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif
108
Efektivitas Implementasi Program Perumahan Bersubsidi bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Kota Pekanbaru (Studi Kasus : Kecamatan Tenayan Raya)
(Firdaus, dkk)
109