Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP PADA ATONIA UTERI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Askep Kegawatdaruratan III

Dosen : Ns. Vergeina Ayu M. Mastur, S.Kep, M.Kep

Oleh Kelompok 3 (A2/VI)

Eli Wenda (1714201492)


Sintia Salaula (1714201031)
Desilia A. Manuputty (1814201055)
Yeni F. Resimanuk (1814201041)
Stherli A. Tamara (1814201262)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dimana atas berkat
cinta kasihnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan dengan Atonia Uteri” ini, dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.

Terima kasih kepada dosen kami Ns. Vergeina Ayu, M. Mastur, S.Kep, M.Kep yang
telah mengarahkan kami dalam mata kuliah Keperawatan Kegawatdaruratan III ini dan kepada
teman-teman yang juga telah membantu dan memberikan ide-idenya sehingga makalah kami
dapat tersusun.

Kelompok kami berharap dengan adanya makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
sehingga kami berharap mendapatkan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya dengan lebih baik lagi.

Manado, 04 Mei 2021

Kelompok 3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………………………………..
B. Tujuan…………………………………………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian…………………………………………………………………………………...….
B. Etiologi……………………………………………………………………………………..…..
C. Tanda dan Gejala………………………………………………………………………….…..
D. Pencegahan……………………………………………………………………………….……
E. Penanganan…………………………………………………………………………….……....
F. Komplikasi………………………………………………………………………………..……

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus
tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implamantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir (Sylvi Wafda 2019).

Penyebab atonia uteri belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor selama
kehamilan dan proses melahirkan diduga berkontribusi terhadap terjadinya kondisi ini.
Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih
dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama
yang harus dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya.

Jadi, kesimpulannya adalah Atonia uteri adalah kondisi ketika rahim tidak bisa berkontraksi
kembali setelah melahirkan. Kondisi ini dapat mengakibatkan perdarahan pasca persalinan yang
dapat membahayakan nyawa ibu.

B. Tujuan

a. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan tugas makalah ini, mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan
asuhan keperawatan kegawatdaruratan tentang konsep Atonia Uteri sebagaimana yang sudah
dituliskan dan dibaca agar nanti bisa melakukan teori keperawatan kegawatdaruratan yang tepat
dan akurat.

b. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dari atonia uteri dan apa saja
penyebab dan tanda gejala serta penanganan dari atonia uteri.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Atonia Uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implamantasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir (Sylvi Wafda 2019).

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali
(Manuaba, 2012).

Jadi, kesimpulannya adalah Atonia uteri adalah kondisi ketika rahim tidak bisa berkontraksi
kembali setelah melahirkan. Kondisi ini dapat mengakibatkan perdarahan pascapersalinan yang
dapat membahayakan nyawa ibu.

B. Etiologi

Kasus atonia uteri penyebabnya belum diketahui dengan pasti. Namun demikian ada
beberapa faktor predisposisi yang biasa dikenal (Wiknjosastro, 2010) :

a. Peregangan uterus yang berlebihan


Otot-otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu, setelah melewati
batas tersebut terjadi kontraksi. Penyebab peregangan uterus yang berlebihan antara lain :
1) Kehamilan ganda (gemeli)
Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan dimana terdapat dua atau lebih
embrio atau janin sekaligus.
2) Polihidramnion
Suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya lebih
dari 2000 cc.
3) Makrosomia janin ( janin besar)
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4.000 gram.
Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab tersebut akan mengakibatkan uterus tidak
mampu berkontraksi segera setelah plasenta lahir ( Oxorn, 2010).
b. Umur
Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan hingga waktu umur tersebut dihitung
(Oxort, 2010).
Umur reproduksi terbagi :
1) Masa menunda kehamilan yakni umur < 20 tahun
2) Masa menjarangkan kehamilan yakni umur 20-35 tahun
3) Masa mengakhiri kehamilan yakni umur > 35 tahun
c. Paritas
Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang dapat
hidup. Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup atau mati, bukan jumlah
janin yang dilahirkan.
Beberapa tingkatan paritas adalah :
1) Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.
2) Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable sebanyak satu kali.
3) Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable sebanyak 2 kali
atau lebih.
4) Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viable lebih dari
empat kali
d. Jarak Persalinan
Jarak persalinan yang kurang dari 2 tahun mengakibatkan kelemahan dan kelelahan otot
rahim, sehingga cenderung akan terjadi perdarahan post partum (Manuaba, 2010). Bila jarak
kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun, kondisi rahim dan kesehatan ibu belum
pulih dengan baik, sehingga cenderung mengalami partus lama, atau perdarahan post partum.
Disamping itu, persalinan berturut-turut dalam jarak waktu singkat mengakibatkan uterus
menjadi fibrotik, sehingga mengurangi daya kontraksi dan retraksi uterus. Kondisi seperti ini
yang berakibat terjadinya perdarahan post partum (Manuaba, 2012).
e. Partus lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 18 jam (Manuaba, 2012). Pada
primigravida persalinan dikatakan lama bila berlangsung 24 jam dan lebih dari 18 jam untuk
multigravida yang disertai komplikasi ibu maupun janin (Wiknjosastro, 2010). Penyebab
persalinan lama adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan
mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan persalinan selama proses persalinan
yang salah dan primipara primer atau sekunder berusia tua.

Penyebab atonia uteri belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor selama
kehamilan dan proses melahirkan diduga berkontribusi terhadap terjadinya kondisi ini. Faktor
tersebut di antaranya adalah:

 Rahim yang terlalu teregang akibat polihidramnion

 Kehamilan kembar

 Kehamilan dengan bayi berukuran besar

 Persalinan yang sangat cepat atau persalinan yang sangat lama

 Persalinan dengan induksi

 Penggunaan obat-obatan seperti obat bius umum ataupun oksitosin selama persalinan

C. Tanda Dan Gejala


1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa sering terjadi pada kondisi
ini adalah darah keluar disertai gumpalan disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi
sebagai anti pembeku darah.
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang membedakan atonia dengan
penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik.
4. Terdapat tanda-tanda syok
- Nadi cepat dan lemah (110 kali/menit atau lebih).
- Tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg.
- Pucat.
- Keringat/kulit terasa dingin dan lembab.
- Pernafasan cepat frekuensi 30 kali/menit atau lebih.
- Gelisah, bingung atau kehilangan kesadaran.
- Urine yang sedikit ( < 30 cc/jam)
a. Uterus tidak berkontraksi dan lembek.
b. Perdarahan segera setelah anak lahir (post partum primer).
D. Pencegahan
Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen Aktif Kala III, yaitu: 1. Memberikan obat
oksitosin 10 IU segera setelah bahu bayi lahir; 2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali; 3.
Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap berkontraksi.

E. Penanganan

Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih
dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama
yang harus dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Prinsip penanganan atonia uteri adalah
merangsang rahim untuk berkontraksi, menghentikan pendarahan, dan mengganti volume darah
yang hilang. Berikut adalah rinciannya:
Memasang infus dan transfusi darah

Petugas medis akan sesegera mungkin memasang infus dan transfusi darah. Infus
dipasang terutama untuk memberikan obat penghenti pendarahan, sedangkan transfusi darah
diberikan untuk menggantikan darah yang hilang.

Merangsang kontraksi rahim

Dokter akan memberikan obat perangsang kontraksi rahim, seperti oksitosin,


prostaglandin, dan methylergometrine, untuk membantu rahim agar lebih cepat berkontraksi.

Dokter juga bisa merangsang kontraksi rahim dengan melakukan pijatan pada rahim. Tindakan
ini dilakukan dengan satu tangan berada di dalam rahim dan tangan lain memijat rahim dari luar.

Melakukan tindak embolisasi pembuluh darah rahim


Jika langkah di atas tidak membuahkan hasil, dokter dapat melakukan embolisasi
pembuluh darah rahim, yaitu menyuntikkan suatu zat untuk menyumbat aliran darah ke rahim.
Dokter juga bisa melakukan operasi untuk mengikat pembuluh darah rahim.

Apabila seluruh upaya telah dilakukan, namun masih belum dapat mengatasi perdarahan
akibat atonia uteri, terpaksa dilakukan operasi pengangkatan rahim untuk menyelamatkan nyawa
ibu.

Kadang atonia uteri tidak dapat dicegah, apalagi jika riwayat kesehatan kehamilan saat
ini ataupun sebelumnya tidak diketahui dengan jelas. Oleh karena itu, setiap ibu hamil perlu
berkonsultasi secara rutin dan memberikan riwayat kesehatan atau kehamilan yang lengkap
kepada dokter agar komplikasi saat melahirkan bisa dicegah.

Tidak hanya itu, dokter kandungan juga dapat menyarankan rumah sakit yang bisa
menunjang persalinan dengan baik, terutama bagi yang berisiko untuk mengalami atonia uteri.
Pasalnya dengan fasilitas penunjang yang baik, penanganan atonia uteri yang didapat juga akan
lebih maksimal.

Apabila semua tindakan gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan operatif
laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau melakukan
histerektomi. (Sylvi Wafda, 2019)

F. Komplikasi

Atonia uteri adalah komplikasi yang menjadi penyebab terbanyak pada kasus perdarahan
pascamelahirkan. Perdarahan ini biasanya terjadi setelah plasenta berhasil dikeluarkan. Beberapa
komplikasi dari atonia uteri antara lain adalah sebagai berikut:

 Hipotensi ortostatik dengan gejala pusing karena rendahnya tekanan darah


 Anemia
 Kelelahan
 Peningkatan risiko perdarahan pasca-melahirkan pada kehamilan berikutnya
Anemia dan kelelahan setelah melahirkan juga dapat meningkatkan risiko seorang ibu
mengalami depresi postpartum. Komplikasi yang paling serius dari atonia uteri adalah terjadinya
syok akibat perdarahan yang hebat. Kondisi ini bahkan dapat mengancam nyawa ibu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila
terjadi maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali
(Manuaba, 2012). Atonia uteri adalah komplikasi yang menjadi penyebab terbanyak pada kasus
perdarahan pascamelahirkan. Perdarahan ini biasanya terjadi setelah plasenta berhasil
dikeluarkan. Penyebab atonia uteri belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa faktor
selama kehamilan dan proses melahirkan diduga berkontribusi terhadap terjadinya kondisi ini.

B. Saran

Disarankan kepada bidan yang menolong persalinan dengan permasalahan atonia uteri
agar mampu memberikan upaya penanganan dan pencegahan atonia uteri yang adekuat serta
selalu memperhatikan upaya pencegahan infeksi dalam setiap memberikan asuhan.

Bagi mahasiswa, kiranya apa yang tertulis disini bisa menambah sedikit pengetahuan dan
skill tindakan yang akan diambil dalam asuhan keperawatan kegawatdaruratan.

Kelompok kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata baik dan
sempurna dalam hal tulisan maupun materinya yang mungkin sulit dimengerti pembaca, karena
keterbatasan pengetahuan dan referensi dari kami, maka dari itu saran dan kritik dari pembaca
sangat diharapkan agar makalah selanjutnya dapat disusun dengan lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA

Memahami Atonia Uteri pada Ibu Hamil - Alodokter, dr. Meva Nareza 11 Juni 2020

https://e-journal.unair.ac.id/PMNJ/ PEDIOMATERNAL NURSING JOURNAL Vol. 5, No. 2,


September 2019

atonia-uteri.pdf (wordpress.com) By. Setiawandari, SST,M.Kes Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal (Atonia Uteri)

Atonia Uteri Bisa Sebabkan Perdarahan Fatal Setelah Melahirkan (hellosehat.com) Ditinjau
oleh dr. Damar Upahita - Dokter Umum Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri Tanggal
diperbarui 10/03/2017

Anda mungkin juga menyukai