Anda di halaman 1dari 23

Bab 1 PENDAHULUAN 1.

1
 
Latar Belakang
Tanah longsor bukanlah bencana yang dapat dianggap angin lalu. Bencana ini dapat
menimbulkan kerugian berupa korban jiwa maupun materil dalam skala yang cukup besar.
Banyak contoh peristiwa tanah longsor yang diberitakan oleh media, yang tak sedikit
menelan korban jiwa. Bahayanya, tanah longsor ini sangat dekat sekali dengan kehidupan
kita. Artinya, bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Tanah longsor adalah bencana yang
patut diwaspadai oleh siapa saja, terutama bagi penduduk yang bertempat tinggal di daerah
dataran tinggi, lereng gunung, maupun area tebing. Memang, sebagai manusia, kita tidak
akan pernah tahu kapan bencana itu bisa terjadi dan menimpa kita. Namun, sebagai manusia
yang dianugerahi akal dan pikiran untuk berpikir, kita juga bisa berusaha melakukan sesuatu
untuk meminimalkan risiko dan dampak dari bencana ini. Salah satu caranya adalah dengan
memperbanyak pengetahuan mengenai hal-hal yang terkait bencana itu sendiri, beserta apa
yang harus dilakukan sebelum, saat, dan sesudah bencana itu terjadi. Dengan demikian,
diharapkan timbul kesadaran dan kewaspadaan diri pada diri kita sebagai manusia untuk
dapat bekerja sama dalam meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh bencana
tanah longsor ini.
1.2
 
Rumusan Masalah
Untuk menjaga keseimbangan konsep yang akan dibahas dalam makalah ini, maka disertakan
rumusan masalah sebagai berikut : 1.
 
Apa definisi bencana tanah longsor? 2.
 
Bagaimana bencana tanah longsor yang pernah terjadi di Indonesia? 3.
 
Apa saja peraturan pemerintah yang mengatur tentang bencana tanah longsor? 4.
 
Apa saja faktor penyebab bencana tanah longsor? 5.
 
Apa saja tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tanah longsor terjadi?
 
3
6.
 
Bagaimana dampak bencana tanah longsor? 7.
 
Bagaimana tindakan pra-saat-pasca bencana tanah longsor? 8.
 
Bagaimana cara mencegah terjadinya bencana tanah longsor?
1.3
 
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disertakan di atas, diperolehlah tujuan dari
pembahasan makalah ini : 1.
 
Memahami definisi bencana tanah longsor. 2.
 
Memahami berbagai bencana tanah longsor yang pernah terjadi di Indonesia. 3.
 
Memahami peraturan pemerintah yang mengatur tentang bencana tanah longsor. 4.
 
Memahami faktor penyebab bencana tanah longsor. 5.
 
Memahami tanda-tanda yang muncul sebelum bencana tanah longsor terjadi. 6.
 
Memahami dampak bencana tanah longsor. 7.
 
Memahami tindakan pra-saat-pasca bencana tanah longsor. 8.
 
Memahami cara mencegah terjadinya bencana tanah longsor.
 
4
BABII PEMBAHASAN
Berdasarkan rumusan masalah pada bab I, maka pokok pembahasan dalam makalah ini
adalah mengenai : (1) Definisi bencana tanah longsor. (2) Bencana tanah longsor yang pernah
terjadi di Indonesia. (3) Peraturan pemerintah yang mengatur tentang bencana tanah longsor.
(4) Faktor penyebab bencana tanah longsor. (5) Tanda-tanda yang muncul sebelum terjadinya
bencana tanah longsor. (6) Dampak bencana tanah longsor. (7) Tindakan yang dilakukan pra-
saat-pasca  bencana tanah longsor. (8) Cara mencegah terjadinya bencana tanah longsor.
(1)
 
Definisi bencana tanah longsor.
Tanah longsor secara umum adalah perpindahan material pembentuk lereng  berupa batuan ,
bahan rombakan, tanah atau material laporan, bergerak kebawah atau keluar lereng.
Sedangkan secara geologi, tanah longsor adalah suatu  peristiwa geologi dimana terjadi
pergerakan tanah seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah (Nandi, 2007). Varnes
(1978) secara definitif juga menerapkan istilah longsoran untuk seluruh gerakan tanah.
Gerakan tanah merupakan salah satu proses geologi yang terjadi akibat interaksi beberapa
kondisi antara lain geomorfologi, struktur geologi, hidrogeologi, dan tata guna lahan. Kondisi
tersebut saling berpengaruh sehingga mewujudkan komdisi lereng yang cenderung bergerak (
Karnawati, 2007). Berdasarkan definisi diatas, diketahui bahwa tanah longsor pada dasarnya
merupakan bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan massa batuannya terjadi pada
suatu saat dalam volume yang besar.
 
5
(2)
 
Bencana tanah longsor yang pernah terjadi di Indonesia.
2.1
 
Tanah Longsor di Banjarnegara Jawa Tengah 23 Maret 2016.
 
Gambar 2.1 Tanah longsor di Banjarnegara. Hujan deras dan kondisi tanah yang labil di Desa
Clapar, Kecamatan Madukara, Banjarnegara , Jawa Tengah menyebabkan Sembilan rumah
rusak  berat dan 218 warga mengungsi.
“Rusak berat dalam arti tidak dapat dihuni lagi. Selain itu 34 rumah rusak sedang, ringan dan
terancam terkena longsor” ungkap Handoko , petugas posko
PMI Jawa Tengah kepada BBC Indonsia ,Senin (28/03). Hingga senin pagi, hujan masih
mengguyur Desa Clapar sehingga 237 warga segera di evakuasi ke  beberapa titik
diantaranya Balai Desa dan Taman Kanak-Kanak untuk mengantisipasi terjadinya longsor
susulan. Longsor ini juga menyebabkan jalan penghubung Banjarnegara dan Dieng ambals di
beberapa titik sepanjang satu kilometer. (BBC Indonesia)

 
6
2.2
 
Bencana Tanah Longsor di Ponorogo April 2017.
 
Gambar 2.2 Tanah longsor di Desa Banaran. Tanah longsor ini terjadi tepat di Desa Banaran,
Kecamatan Pulung , Ponorogo. Bencana ini mengakibatkan banyak warga tertimbun dan
mengalami luka parah sehingga cepat dilarikan ke puskesmas terdekat. Selain itu,
bencaatanah longsor ini mengakibatka 23 rumah warga rusak tertimbun tanah. Salah satu
anggota polisi yaitu Ipda Agus yang diterjun yang diterjunkan ke lokasi menerangkan bahwa
terus terjadi hujan deras selama proses evakuasi korban sehingga mengganggu pencarian
korban yang didugamasih tertimbun tanah longsoran. Ia juga menyebutkan bahwa kendaraan
warga banyak yang ikut tertimbun dan terseret longsor. (Detik.com)

 
7
2.3
 
Tanah Longsor di Tasikmalaya 1 Oktober 2017.
 
Gambar 2.3 Tanah longsor di Tasikmalaya. Tanah longsor terjadi di sejumlah titik di
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat  pada hari Minggu , 1 Oktober 2017. Longsor ini diduga
terjadi karena hujan yang terus menerus sejak beberapa hari terakhir. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya menyampaikan bencana alam tanah
longsor terjadi 14 kali selama satu hari. Daerah yang terjadi tanah longsor diantaranya di
kecamatan Salawu, Cigalontang, Bojonggambir, Puspahiang, Sodonghilir, dan Taraju. Di
Kecamatan Taraju sebanyak empat kejadian dan menimpa tiga rumah warga di Desa
Kertaharja. Selanjutnya kerusakan rumah akibat longsor terjadi di Kecamatan Salawu,
tercatat satu rumah rusak ringan dan 12 rumah terancam longsor susulan. Selain kerusakan
rumah , longsor di Kecamatan Salawu ini menyebabkan dua orang tewas yaitu pasangan
suami istri dan seorang mengalami luka. Sedangkan di Kecamatan Cigalontang,
menyebabkan satu rumah warga rusak dan empat rumah warga lainnya terancam bencana
longsor susulan. Selain kerrusakan rumah,  bencana longsor ini menyebabkan kerusakan
infrastruktur jalan di Desa Wandasari dan Padangkamulyan Kecamatan Bojonggambir. Di
kecamatan Puspahiang dan Sodonghilir juga merusak infrastruktur jalan sekitar 20 meter
jalan ambles. ( Republika.co.id )

 
8
(3)
 
Peraturan pemerintah tentang bencana tanah longsor.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2007 mengenai penataan ruang kawasan rawan
bencana longsor disebutkan bahwa ada dua pendekatan dalam menata ruang kawasan
bencana longsor yaitu pendekatan rekayasa dan  pendekatan penataan ruang. 3.1
 
Pendekatan Rekayasa Pendekatan rekayasa dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan
pada aspek-aspek rekayasa geologi dan rekayasa teknik sipil. 3.1.1
 
Rekayasa geologi, yaitu melalui kegiatan pengamatan yang berkaitan dengan struktur, jenis
batuan, geomorfologi, topografi, geohidrologi dan sejarah hidrologi yang dilengkapi dengan
kajian geologi (SNI 03-1962-1990) atau kajian yang didasarkan pada kriteria fisik alami dan
kriteria aktifitas manusia. 3.1.2
 
Rekayasa teknik sipil, yaitu melalui kegiatan perhitungan kemantapan lereng dengan
hampiran mekanika tanah/batuan dan kemungkinan suatu lereng akan bergerak di masa yang
akan datang. 3.2
 
Pendekatan penataan ruang. Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui pertimbangan-
pertimbangan  pada aspek-aspek penggunaan ruang yang didasarkan pada perlindungan
terhadap keseimbangan ekosistem dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat, yang
dilakukan secara harmonis, yaitu: 3.2.1 Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada
kawasan rawan bencana longsor sesuai dengan tipologi serta tingkat kerawanan fisik alami
dan tingkat risiko. 3.2.2
 
Menjaga kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan fungsi kawasan
yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayahnya.
 
9
Gambar 2.4 Pendekatan penataan ruang kawasan bencana longsor.
(4)
 
Faktorpenyebabbencanatanahlongsor.
Tanah longsor yang terjadi di sekitar biasanya disebabkan oleh beberapa faktor  baik itu
faktor alam maupun faktor manusia. Adapun faktor-faktor penyebab tanah longsor yang
sering terjadi adalah sebagai berikut.
 
4.1
 
Bertambahnya beban pada lereng seperti bangunan, beban dinamis yang disebabkan tiupan
angin pada pohon-pohon ,dll. Gambar 2.5 Bagian-bagian longsoran Cruden dan Varnes
(1992) dalam Karnawati (2005)

 
10
4.2
 
Penggalian atau pemotongan kaki lereng. Longsoran akibat penggalian kaki lereng dapat
mengurangi tekanan
overburden
, sehingga tanah atau batuan mengembang dan kuat gesernya turun. 4.3
 
Penggalian yang mempertajam kemiringan lereng. Banyak kejadian longsoran yang dipicu
oleh penggalian lereng untuk jalan raya, jalan rel, dll. 4.4
 
Perubahan posisi muka air secara cepat
(rapid drawdown)
 pada sungai,  bendungan , dll. 4.5
 
Tekanan lateral yang diakibatkan oleh air hujan Hujan pemicu pergerakan tanah adalah hujan
yang mempunyai curah tertentu dan berlangsung selama periode tertentu , sehingga air yang
jatuh akan berinfiltasi kedalam tanah. Air yang berinfiltrasi kedalam tanah akan berakumulasi
di sepanjang bidang longsor akan mereduksi tegangan eektif dan mengurangi kuat geser
tanah. Tipe hujan deras hanya akan efektif memicu longsoran pada lereng-lereng yang
tanahnya mudah menyerap air (Premchit, 1995; Karnawati 1996,1997 dalam Karnawati
2005) seperti tanah lempung pasiran atau tanah pasir yang  bersifat
 permeable
. Apabila tanah pembentuk lereng merupakan tanah lempung yang sulit meloloskan air
(impermeable)
, hujan yang deras kurang efektif meresap (berinfiltrasi) ke dalam tanah dan hanya akan
menadi aliran permukaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hujan deras dengan durasi yang
sangat lama sangat beresiko menyebabkan tanah longsor. 4.6
 
Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng akibat kenaikan kadar air, kenaikan
tekanan air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam tanah. 4.7
 
Getaran atau gempa bumi. Getaran atau gempa bumi menyebabkan terjadinya liquefaction
pada pasir atau lanau longgar yang jenuh air.
 
11
4.8
 
Jenis batuan yang kurang kuat. Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau
tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini
memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain itu tanah
ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek terkena air dan pecah
ketika hawa terlalu panas. Batuan endapan gunung api dan  batuan sediment berukuran pasir
dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan tersebut akan
mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah
longsor bila terdapat pada lereng yang terjal.
(5)
 
Tanda-tandayangmunculsebelumterjadinyabencanatanahlongsor.
Bencana longsor seringkali terjadi tiba-tiba. Namun, sebenarnya ada sejumlah tanda potensi
terjadinya tanah longsor. Dengan mengetahui tanda-tanda ini, diharapkan timbul kesadaran
dan kewaspadaan pada masyarakat untuk dapat segera mengevakuasi diri ke tempat yang
lebih aman sebelum terjadinya bencana tersebut. Berikut ini adalah tanda-tandanya. 5.1
Curah hujan tinggi. Menurut Kasubdit Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi, Badan Geologi, Wawan Irawan, indikasi pertama potensi longsor adalah
curah hujan tinggi. Ia meminta warga waspada jika curah hujan turun lebih dari empat jam.
5.2 Adanya retakan tanah. Warga harus mewaspadai retakan-retakan yang muncul di
permukaan tanah, terutama pada daerah yang masuk peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah
Tinggi. Jika sudah ada ciri-ciri gerakan tanah seperti retakan-retakan, harus cepat diantisipasi.
 
12
5.3 Keruhnya mata air yang biasanya jernih. Hal ini mengindikasikan bahwa telah terjadi
peluruhan tanah bersamaan dengan laju air. 5.4 Kemiringan pohon atau tiang yang sejajar
dengan kemiringan lereng. Kemiringan pohon atau tiang mengindikasikan terjadinya
pergerakan tanah ke arah kaki lereng. 5.5 Terdengar suara gemuruh dari atas bukit. Tanda ini
merupakan tanda yang paling menunjukkan bahwa tanah longsor akan terjadi beberapa saat
kemudian. Apabila terdengar suara gemuruh, maka diharapkan masyarakat segera
meninggalkan area bukit, lereng, maupun tebing tersebut.
(6)
 
Dampak bencana tanah longsor.
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya tanah longsor baik dampak terhadap
kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun dampaknya terhadap keseimbangan
lingkungan.
 
6.1
 
Dampak terhadap Kehidupan. Terjadinya bencana tanah longsor memiliki dampak yang
sangat besar terhadap kehidupan, khususnya manusia. Bila tanah longsor itu terjadi pada
wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, maka korban jiwa yang ditimbulkan
akan sangat besar, terutama bencana tanah longsor yang terjadi secara tiba-tiba tanpa diawali
adanya tanda-tanda akan terjadinya tanah longsor. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan
terjadinya tanah longsor terhadap kehidupan adalah sebagai berikut. 6.1.1
 
Bencana longsor banyak menelan korban jiwa. 6.1.2
 
Terjadinya kerusakan insfrastruktur publik seperti jalan, jembatan dan sebagainya. 6.1.3
 
Kerusakan bangunan-banguan seperti gedung perkantoran dan perumahan  penduduk serta
sarana peribadatan.
 
13
6.1.4
 
Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik masyarakat yang terdapat di
sekitar bencana maupun pemerintah. 6.2
 
Dampak terhadap lingkungan. Adapun dampak yang ditimbulkan terhadp lingkungan akibat
terjadinya tanah longsor adalah sebagai berikut. 6.2.1
 
Terjadinya kerusakan lahan. 6.2.2
 
Hilangnya vegetasi penutup lahan. 6.2.3
 
Terganggunya keseimbangan ekosistem. 6.2.4
 
Lahan semakin kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis. 6.2.5
 
Terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang lain, seperti sawah, kebun dan lahan
produktif lainnya. 6.2.6
 
Memburuknya sanitasi lingkungan.
(7)
 
Tindakan yang dilakukan pra-saat-pasca terjadinya bencana tanah longsor. 7.1
 
Tindakan pra (sebelum) terjadi tanah longsor.
Bencana tanah longsor dapat terjadi secara tiba-tiba dan mendadak. Namun, alam pun tak
luput memberikan pertanda sebelum terjadinya bencana tersebut sehingga dengan kepekaan
yang tinggi, maka bencana tersebut dapat dihindari, atau minimal masyarakat dapat
menurunkan risiko dampak yang ditimbulkan. Untuk itulah beberapa hal perlu dilakukan
sebelum bencana tersebut terjadi, yaitu sebagai berikut. 7.1.1
 
Melakukan pemetaan. Pemetaan perlu dilakukan di sekitar daerah tempat tinggal. Kemudian,
perlu ditandai daerah mana saja yang sering terjadi longsor atau berpotensi longsor. Peta atau
denah ini akan membantu untuk menentukan di mana titik yang aman dan yang berbahaya.
Langkah selanjutnya adalah menginformasikan peta ini pada keluarga dan penduduk di
daerah sekitar tempat tinggal. Ini berkaitan dengan mitigasi bencana yang akan dijelaskan
secara lebih lanjut pada tahap pencegahan.
 
14
7.1.2
 
Melakukan langkah-langkah pengurangan risiko longsor. Hal ini akan dijelaskan secara lebih
lanjut di tahap pencegahan bencana. Sebagai contohnya, tidak mendirikan bangunan tepat di
bawah tebing. 7.1.3
 
Mempelajari tanda-tanda terjadinya longsor. Biasanya longsor terjadi setelah hujan lebat
turun terus menerus. Jika tanda-tanda longsor sudah terlihat, maka pertimbangkan untuk
mengungsi ke tempat yang lebih aman. 7.1.4
 
Patroli bergantian. Masyarakat yang berada di daerah rawan longsor harus melakukan patroli
secara bergantian. Longsor yang terjadi di malam hari lebih banyak menelan korban jiwa,
karena orang-orang tidak sempat untuk menyelamatkan diri saat mereka tertidur. 7.1.5
 
Persiapkan dukungan logistik. Dukungan ini dapat berupa makanan siap saji dan minuman,
lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai secukupnya, obat-obatan khusus sesuai
pemakai. 7.1.6
 
Pantau informasi. Simak informasi dari radio mengenai informasi hujan dan kemungkinan
tanah longsor. 7.1.7
 
Taati pemerintah. Apabila pihak berwenang menginstruksikan untuk evakuasi, segera
lakukan hal tersebut.
7.2
 
Tindakan saat terjadi tanah longsor.
Tidak banyak yang dapat dilakukan ketika bencana tanah longsor terjadi. Karena meskipun
terjadinya diawali dengan gejala-gejala yang dapat diindera,  bencana ini terjadi hanya dalam
hitungan detik. Sehingga yang paling utama

 
15
dilakukan adalah tetap tenang dan jangan panik. Setelah itu barulah beberapa hal dapat
dilakukan dengan cepat, yaitu sebagai berikut. 7.2.1
 
Apabila sedang berada di dalam rumah dan terdengar suara gemuruh, segera keluar dan cari
lapang dan tanpa penghalang. 7.2.2
 
Apabila sedang berada di luar, cari tempat yang lapang dan selalu  perhatikan sisi tebing atau
tanah yang mengalami longsor. Jauhi tempat terjadinya longsor tersebut. 7.2.3
 
Intinya, di mana pun berada, segeralah bergerak ke tempat yang aman dari jalur longsoran.
Bila memungkinkan, bantu orang lain yang lemah, yang sedang sakit, balita, dan lansia.
Bertahanlah di tempat yang terlindungi hingga situasi benar-benar aman. 7.2.4
 
Hubungi pihak-pihak yang terkait dengan penanganan bencana, misalnya PMI, Satlak PB
(Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana), polisi, dan lain-lain.
7.3
 
Tindakan pasca (setelah) terjadi tanah longsor.
Tindakan pasca bencana dibagi menjadi dua, yaitu tindakan yang dapat dilakukan secara
langsung segera setelah terjadi tanah longsor, dan tindakan  penanggulangannya. 7.3.1
 
Tindakan yang dapat dilakukan setelah terjadi bencana tanah longsor. 7.3.1.1
 
Jangan segera kembali kerumah Anda, perhatikan apakah longsor susulan masih akan terjadi.
7.3.1.2
 
Apabila Anda diminta untuk membantu proses evakuasi, gunakan sepatu khusus dan
peralatan yang menjamin keselamatan Anda. 7.3.1.3
 
Perhatikan kondisi tanah sebagai pijakan yang kokoh bagi langkah Anda.

 
16
7.3.1.4
 
Apabila harus menghadapi reruntuhan bangunan untuk menyelamatkan korban, pastikan
tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk. 7.3.1.5
 
Lakukanlah evakuasi korban yang tertimbun secara hati-hati, karena penggalian pada
timbunan tanah longsor di bawah tebing dapat memiu terjadinya longsoran baru. 7.3.1.6
 
Lakukan evakuasi penduduk yang tinggal di daerah bahaya ke tempat penampungan yang
aman. 7.3.1.7
 
Tutup lokasi bencana (hindari kerumunan massa). 7.3.1.8
 
Cari sumber-sumber air bersih yang bisa dimanfaatkan untuk daerah penampungan korban
bencana. 7.3.1.9
 
Segera hubungi pihak yang terkait seperti Kepala Desa/Lurah atau Camat sehingga kejadian
bencana dapat ditangani dengan segera secara terkoordinasi. Selain itu, dalam tindakan pasca
bencana juga termasuk upaya penanggulangan  bencana tanah longsor. Upaya
penanggulangannya adalah sebagai berikut. 7.3.2
 
Upaya penanggulangan bencana tanah longsor. 7.3.2.1 Menstabilkan lereng. Ada dua cara
menstabilkan lereng yaitu stabilisasi secara mekanis dan stabilisasi secara natural. 7.3.2.1.1
 
Stabilisasi secara mekanis 7.3.2.1.1.1
Stabilisasi dilakukan dengan mempergunakan “
man made material 

geotextile, geogride atau kombinasi, tiang pancang, anchor dan
retaining wall 
. Untuk pencegahan biasanya dilakukan dengan membuat
retaining wall 
. Tetapi untuk mitigasi setelah terjadi longsoran dapat menggunakan kombinasi dari metoda
tersebut seperti yang dilakukan pada longsoran Tamanaki di Jepang akibat hujan lebat.

 
17
Gambar 2.6 Longor Tamanaki di Jepang sebelum dan sesudah mitigasi. 7.3.2.1.1.2
 
Pemotongan lereng Metode ini dilakukan dengan memotong bagian atas lereng yang curam,
sehingga akan menambah kestabilan lereng. Pada kasus longsor yang terjadi di Daerah
Kalitlaga, pemotongan lereng yang mungkin dilakukan adalah secara  parsial. Pemotongan
dilakukan pada lereng-lereng yang cukup terjal pada lokasi tertentu yang rawan terhadap
pergerakan. Metode ini dipilih karena sangat efektif untuk menambah kestabilan lereng dan
membutuhkan biaya yang relatif murah. Gambar 2.7 Pemotongan lereng. 7.3.2.1.1.3
 
Drainase Permukaan Dimaksudkan dengan adanya pengalihan air/segala bentuk drainase
yang ada di lereng dialirkan tanpa melewati badan longsor atau tubuh longsor. Hal ini
analogikan bila air masuk pada badan longsoran maka air tersebut meresap dan

 
18
menambah beban pada lereng tersebut, apabila air tersebut meresap sampai melewati lapisan
impermeable (kedap air) maka air tersebut akan turun searah gaya grafitasi dan terus menerus
mengalir kebawah akibatnya terjadilah Bidang Gelincir dan apabila air terus menerus masuk
kedalam badan longsoran maka menambah beban lereng dan akan terjadilah longsoran. -
 
Saluran drainase yang tanpa melewati lereng terjal -
 
Saluran drainase melewati lereng terjal namum dalam prosesnya menggunakan pipa pralon,
agar air dikelola tanpa melewati tubuh longsoran -
 
Saluran drainase terbuka melewati lereng terjal namum dalam  pengalirannya itu
menggunakan media Saluran yang di Beton sehingga air tidak merembes ke bidang gelincir
pada lereng terjal Gambar 2.7 Pengaliran Permukaan. 7.3.2.1.2
 
Stabilisasi secara natural Sebagai usaha preventif pada lereng yang cukup curam dilakukan
penanaman  pohon atau dengan menggunakan hamparan rumput untuk lereng. Penanaman
pohon pada lereng di pegunungan merupakan salah satu cara yang banyak digunakan untuk
penstabilan lereng. Gambar penanaman pohon di Kicking Horse Cyon Mountain resort ,
British Columbia.

 
19
(a)
 
(b) Gambar 2.8 (a) Stabilisasi lereng dengan hamparan rumput yang ditanam sesegera
mungkin di Srilangka 2005 (b) Penanaman lereng di British Columbia. Pemberian tanaman
pada lereng yang terjal dimaksudkan untuk membuang air yang ada pada lereng. Dalam
tahapan ini yaitu pemilihan tumbuhannya yang akan di tanam tanpa menambah beban dan
tanaman itu tidak menyimpan air pada lereng tersebut. Tanaman itu hendaknya yang daunnya
menjarum dan mudah menguapkan air yang terkandung dalam tanah di tubuh longsoran
tersebut. Tanaman tetap berprinsip menyimpan air dalam jumlah sedikit dan mengupkan
sebesar-besarnya. Tanaman ini yaitu lamtorogung, pinus. Gambar 2.9 Pemberian vegetasi
pada lereng yang terjal.

 
20
7.3.2.2
 
Rehabilitasi Perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai
tingkat yang memadai pada wilayah pascabencana dengan sasaran utama untuk normalisasi
atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pascabencana. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana  Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pasca Bencana, maka prinsip dasar penyelenggaraan rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca bencana adalah sebagai berikut. 1.
 
Merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah dan Pemerintah 2.
 
Membangun menjadi lebih baik (
build back better 
) yang terpadu dengan konsep pengurangan risiko bencana dalam bentuk pengalokasian dana
minimal 10% dari dana rehabilitasi dan rekonstruksi 3.
 
Mendahulukan kepentingan kelompok rentan seperti lansia, perempuan, anak dan
penyandang cacat 4.
 
Mengoptimalkan sumberdaya daerah 5.
 
Mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat, keberlanjutan program dan kegiatan
serta perwujudan tatakelola pemerintahan yang baik 6.
 
Mengedepankan keadilan dan kesetaraan gender. 7.3.2.3
 
Rekonstruksi Pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah
pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama
tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan  budaya, tegaknya hukum
dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan
bermasyarakat pada wilayah pascabencana.
(8)
 
Caramencegahterjadinyabencanatanahlongsor.
Bencana tanah longsor dapat menimbulkan korban jiwa dan kerugian yang cukup besar.
Namun, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana tanah longsor,
sehingga diharapkan kerugian yang ditimbulkan  pun dapat dihindari. Berikut ini adalah
beberapa cara yang dapat dilakukan.
 
21
8.1 Tidak membuat kolam atau sawah di atas lereng. Keberadaan kolam dan sawah di atas
lereng dapat meningkatkan peluang terjadinya longsor. Hal ini disebabkan karena kolam dan
sawah dapat membuat daya hidrostatika yang menekan permukaan tanah menjadi semakin
kuat sehingga tanah menjadi rentan untuk mengalami pergeseran. Keberadaan kolam dan
sawah  juga akan meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah sehingga tanah menjadi
mudah untuk terkikis dan akhirnya longsor. 8.2 Tidak mendirikan rumah di bawah tebing.
Keamanan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan lokasi  pembangunan
rumah. Menghindari tebing adalah salah satu saran yang patut diikuti. Namun, apabila lokasi
disekitar pembangunan rumah memang berbukit, ada baiknya untuk memilih lokasi yang
sekiranya aman dari jangkauan luruhan tanah jika terjadi tanah longsor. Misalnya, jika tinggi
suatu tebing yang ada di sekitar lokasi adalah 100 meter, maka usahakan lokasi rumah
berjarak minimal 250 meter dari kaki lereng. Sehingga apabila terjadi tanah longsor, luruhan
tanah tidak akan mencapai rumah tersebut. Hal ini tidak hanya berlaku pada  pembangunan
rumah semata, melainkan juga bangunan lainnya. 8.3 Tidak menebang pohon di sekitar
lereng. Keberadaan pohon di area lereng atau tebing sangatlah penting. Hal ini dikarenakan
akar-akar pohon yang menyebar dan saling bersinggungan akan menjadi penahan alami
tanah. Sehingga, semakin banyak pohon yang tumbuh di area lereng dan tebing, maka
semakin kuat dan stabil kondisi tanah di area tersebut. Keberadaan pohon juga dapat
mengurangi kadar air dalam tanah karena akar-akarnya akan menyerap air dari dalam tanah
sehingga tekstur tanahnya... 8.4 Tidak memotong tebing secara tegak lurus. Dalam proyek
pembukaan jalan maupun keperluan tambang, seringkali  pemotongan tebing dilakukan.
Memotong tebing ini sebaiknya tidak dilakukan secara vertikal dan tegak lurus karena hal ini
akan mengurangi daya penahan tanah terhadap tanah yang ada di atasnya. Sekalipun di area
tebing tersebut
 
22
ditumbuhi banyak pohon, hal ini akan percuma jika tanah yang berada di bagian  bawah
kehilangan penopangnya. Dalam kasus seperti ini biasanya longsor akan sangat mudah
terjadi. 8.5 Membuat terasering. Jika pembuatan sawah atau ladang terpaksa dilakukan di
lahan yang miring, maka sawah dan ladang tersebut sebaiknya dibuat dengan sistem
bertingkat agar run off (aliran permukaan) dapat diperlambat ketika hujan datang. Gambar
2.10 Terasering Sistem bertingkat ini disebut dengan terasering. Pembuatan terasering ini
juga  perlu didukung dengan sistem drainase yang baik supaya tidak ada air yang tergenang
di lereng. 8.6 Lakukan upaya preventif. Upaya preventif atau pencegahan ini dapat dilakukan
dengan cara mengecek adanya retakan pada tanah. Pada pembahasan sebelumnya, diketahui
bahwa slaah satu tanda akan terjadi longsor yaitu apabila terdapat retakan pada tanah. Jika
ternyata ditemukan retakan, maka segera tutup celah retakan tersebut dengan tanah lempung
supaya tidak banyak air masuk ke dalam celah. Hal ini dapat menurunkan kemungkinan
terjadinya tanah longsor. 8.7 Memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Adalah percuma
jika berbagai kegiatan pencegahan tanah longsor dilakukan akan tetapi masyarakat dibiarkan
begitu saja tanpa memiliki pengetahuan dan informasi mengenai tanah longsor. Sebab,
seringkali penyebab rusaknya kawasan

 
23
hutan sekitar lereng yang kemudian mengakibatkan tanah longsor adalah karena
dilakukannya penebangan pohon oleh masyarakat sekitar yang memang belum memiliki
kesadaran dan pengetahuan mengenai dampak negatif yang akan terjadi. Dengan memberikan
penyuluhan kepada masyarakat, diharapkan hal ini akan membuka wawasan dan kesadaran
dari masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat memicu terjadinya bencana.
Penyuluhan ini juga perlu dilakukan terkait dengan apa saja yang harus dilakukan masyarakat
ketika menghadapi  bencana tanah longsor. 8.8 Ada intervensi dari pemerintah. Upaya
penyuluhan kepada masyarakat sekitar akan semakin tepat sasaran ketika dibuat peraturan
tegas terkait pelanggaran aturan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, harus ada upaya
campur tangan dari pemerintah atau pihak  berwenang untuk membuat aturan dan sanksi
yang tegas untuk setiap  pelanggaran. Dengan demikian, resiko terjadinya kerusakan hutan di
area lereng  beserta bencana yang dapat terjadi dapat diturunkan. 8.9 Mitigasi bencana tanah
longsor. Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan  peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Pengertian lain dari mitigasi menurut PP No 21
Tahun 2008, Bab I Ketentuan Umum, Pasal 1 angka 6 adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko  bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Upaya-upaya yang dilakukan adalah
sebagai berikut. 8.9.1 Pemetaan. Pemetaan, seperti yang dijelaskan pda tahap tindakan pra
bencana, adalah upaya menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan bencana alam
geologi di suatu wilayah, sebagai masukan kepada masyarakat dan atau
 
24
 pemerintah kabupaten/kota dan provinsi sebagai data dasar untuk melakukan  pembangunan
wilayah agar terhindar dari bencana. 8.9.2 Pemeriksaan. Melakukan penyelidikan pada saat
dan setelah terjadi bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara penaggulangannya.
8.9.3 Pemantauan Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada daerah strategis
secara ekonomi danjasa, agar diketahui secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan
masyarakat yang bertempat tinggal di daerah tersebut. 8.9.4 Sosialisasi Memberikan
pemahaman kepada Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota atau masyarakat umum, tentang
bencana alam tanah longsor dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan dengan
berbagai cara antara lain, mengirimkan poster, booklet, dan leaflet atau dapatjuga secara
langsung kepada masyarakat dan aparat pemerintah.
 
25
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Setelah rumusan masalah dalam makalah ini terjawab, maka diperolehlah kesimpulan sebagai
berikut. 3.1.1
 
Varnes (1978) secara definitif juga menerapkan istilah longsoran untuk seluruh gerakan
tanah. Gerakan tanah merupakan salah satu proses geologi yang terjadi akibat interaksi
beberapa kondisi antara lain geomorfologi, struktur geologi, hidrogeologi, dan tata guna
lahan. 3.1.2
 
Tanah longsor disebabkan oleh hal-hal berikut. 3.1.2.1
 
Bertambahnya beban pada lereng seperti bangunan, beban dinamis yang disebabkan tiupan
angin pada pohon-pohon ,dll. 3.1.2.2
 
Penggalian atau pemotongan kaki lereng. 3.1.2.3
 
Penggalian yang mempertajam kemiringan lereng. 3.1.2.4
 
Perubahan posisi muka air secara cepat
(rapid drawdown)
 pada sungai, bendungan , dll. 3.1.2.5
 
Tekanan lateral yang diakibatkan oleh air hujan 3.1.2.6
 
Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng akibat kenaikan kadar air, kenaikan
tekanan air pori, tekanan rembesan oleh genangan air di dalam tanah. 3.1.2.7
 
Getaran atau gempa bumi. 3.1.3
 
Tanda-tanda yang muncul sebelum terjadinya bencana tanah longsor adalah sebagai berikut.
3.1.3.1
 
Curah hujan tinggi. 3.1.3.2
 
Adanya retakan tanah. 3.1.3.3
 
Keruhnya mata air yang biasanya jernih. 3.1.3.4
 
Kemiringan pohon atau tiang yang sejajar dengan kemiringan lereng. 3.1.3.5
 
Terdengar suara gemuruh dari atas bukit.
 
26
3.1.4
 
Dampak bencana tanah longsor. 3.1.4.1
 
Dampak terhadap Kehidupan. Adapun dampak yang ditimbulkan dengan terjadinya tanah
longsor terhadap kehidupan adalah sebagai berikut. 3.1.4.1.1
 
Bencana longsor banyak menelan korban jiwa. 3.1.4.1.2
 
Terjadinya kerusakan insfrastruktur publik seperti jalan,  jembatan dan sebagainya. 3.1.4.1.3
 
Kerusakan bangunan-banguan seperti gedung perkantoran dan  perumahan penduduk serta
sarana peribadatan. 3.1.4.1.4
 
Menghambat proses aktivitas manusia dan merugikan baik masyarakat yang terdapat di
sekitar bencana maupun pemerintah. 3.1.4.2
 
Dampak terhadap lingkungan. Adapun dampak yang ditimbulkan terhadp lingkungan akibat
terjadinya tanah longsor adalah sebagai berikut. 3.1.4.2.1
 
Terjadinya kerusakan lahan. 3.1.4.2.2
 
Hilangnya vegetasi penutup lahan. 3.1.4.2.3
 
Terganggunya keseimbangan ekosistem. 3.1.4.2.4
 
Lahan semakin kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis. 3.1.4.2.5
 
Terjadinya tanah longsor dapat menutup lahan yang lain, seperti sawah, kebun dan lahan
produktif lainnya. 3.1.4.2.6
 
Memburuknya sanitasi lingkungan. 3.1.5
 
Cara menanggulangi bencana tanah longsor adalah sebagai berikut. 3.1.5.1
 
Menstabilkan lereng. Ada dua cara menstabilkan lereng yaitu stabilisasi secara mekanis dan
stabilisasi secara natural, yaitu sebagai berikut. 3.1.5.1.1
 
Stabilisasi secara mekanik 3.1.5.1.2
 
Stabilisasi secara natural 3.1.5.2
 
Rehabilitasi 3.1.5.3
 
Rekonstruksi
 
27
3.1.6
 
Cara mencegah terjadinya bencana tanah longsor adalah sebagai berikut. 3.1.6.1
 
Tidak membuat kolam atau sawah di atas lereng. 3.1.6.2
 
Tidak mendirikan rumah di bawah tebing. 3.1.6.3
 
Tidak menebang pohon di sekitar lereng. 3.1.6.4
 
Tidak memotong tebing secara tegak lurus. 3.1.6.5
 
Membuat terasering. 3.1.6.6
 
Lakukan upaya preventif. 3.1.6.7
 
Memberikan penyuluhan kepada masyarakat. 3.1.6.8
 
Ada intervensi dari pemerintah.
 
28
DAFTAR PUSTAKA
Adarma, Tulus. 2017.
 
 Kenali Begini Tanda-tanda Sebelum Terjadi Tanah  Longsor 
. http://m.beritajatim.com/peristiwa/294172/kenali_begini_tanda-
tanda_sebelum_terjadi_tanah_longsor.html (9 September 2017) Adrianus. Mandey. Dwi
Royanto. 2014.
 Ada 12 Kecamatan di Banjarnegara dengan Kondisi Tanah Labil 
. http://m.viva.co.id/berita/nasional/568484-ada-12-kecamatan-di-banjarnegara-dengan-
kondisi-tanah-labil (9 September 2017) Apriyono, Arwan. 2009.
 Analisis Penyebab Tanah Longsor di Kalitlaga  Banjarnegara
. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman. Destriani, Novia dan Adjie Pamungkas. 2013.
 Identifikasi Daerah Kawasan  Rentan Tanah Longsor dalam KSN Gunung Merapi di
Kabupaten Sleman
. Jurnal Teknik Pomits I Vol 2. Hlm 134-138. Ilyas, Tommy. 2011.
Tanah Longsor 
. Bahan Ajar MPKT-B. Karimah, Resa. 2015.
Trauma Healing oleh Muhammadiyah Disaster  Management Center untuk Anak Korban
Bencana
. Skripsi. Yogyakarta : Program Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial UIN Sunan Kalijaga.
Karnawati, D. 2005.
Geologi Umum dan Teknik 
. Yogyakarta : Program Studi S2 Teknik Sipil UGM. Karnawati, Dwikorita. 2007.
 Mekanisme Gerakan Massa Batuan Akibat Gempa  Bumi; Tinjauan dan Analisis Geologi
Teknik.
Jurnal Dinamika Teknik Sipil, Volume 7 Nomor 2 juli 2007. Hlm 179-190.
 
29
LIPI. 2017.
WISELAND, Solusi LIPI Atasi Ancaman Tanah Longsor 
. http://lipi.go.id/berita/wiseland-solusi-lipi-atasi-ancaman-tanah-longsor/17985. (10
September 2017)  Nandi. 2007.
 Longsor 
.
 Handsout Jurusan Pendidikan
 Geografi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.  Noris, J. E., Stokes A., Mickosvky
S.B., Cammerat E., Rens Van Beck, Nicoll B.C., and Achim A. 2008.
Slope Stability and Erosion Control :  Ecotechnological Solutions
. Springe Widhiantoro, Dandun.
 Purwarupa Sistem Pendeteksi Tanah Longsor  Menggunakan Ultrasonik dan Infrared dengan
Notifikasi SMS 
. Jurnal Kajian Teknik Elektro, Volume 1 Nomor . Hlm 132-137

Anda mungkin juga menyukai