Anda di halaman 1dari 10

MANAJEMEN PERKANDANGAN DAN KESEHATAN DOMBA/KAMBING DI PETERNAKAN

KAMBING BAPAK MUNAWIR, JEPARA


Kelompok: 5D
ABSTRAK : Kegiatan kajian dilakukan untuk mengetahui manajemen pemeliharaan
terutama manajemen perkandangan dan kesehatan ternak kambing. Kajian dilakukan di
peternakan Bapak Munawir, Jepara. Manajemen perkandangan meliputi konstruksi kandang,
lantai kandang, atap kandang, kepadatan kandang dan kelengkapan kandang. Manajemen
kesehatan meliputi vaksinasi, jenis penyakit, dan pengobatan. Kandang yang baik harus
memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditentukan, memiliki sirkulasi yang baik, sinar
matahari cukup, mampu memberikan rasa nyaman dan melindungi ternak , serta tidak
mengganggu pemukiman penduduk. Vaksinasi merupakan proses pemberian vaksin yang
dilakukan supaya ternak mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit. Penyakit yang
sering menyerang kambing terbagi menjadi dua bagian, penyakit infeksi yaitu keropeng, foot
rot dan penyakit non-infeksi yaitu diare, myasis, kembung, radang kelenjar susu, keracunan.
Pengobatan penyakit pada ternak kambing dapat dilakukan secara tradisional maupun
dengan bantuan tenaga kesehatan hewan.
Kata kunci: Perkandangan, domba dan kambing, kesehatan hewan, vaksinasi, penyakit.
Pendahuluan
Ternak kambing merupakan salah satu sumber daya penghasil bahan makanan berupa
daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi
masyarakat. Seiring hal tersebut budidaya kambing memiliki peluang yang cukup besar
dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu dipenuhi. Guna
menghasilkan produksi yang baik maka diperlukan manajemen yang baik pula, salah satunya
manajemen kandang dan kesehatan.
Kandang merupakan tempat ternak hidup, dipelihara serta menjalankan kegiatan
produksi dan reproduksinya. Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari gangguan luar,
memudahkan pemeliharaan, pengawasan dan pengumpulan kotoran ternak. Perkandangan
sangat berpengaruh terhadap produktivitas ternak domba dan kambing yang dipelihara.
Kandang yang nyaman, aman, bersih dan sehat mampu mengoptimalkan produksi dan
reproduksi ternak.
Manajemen kesehatan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi pencegahan
serta pengobatan ternak yang terkena penyakit. Manajemen kesehatan harus dilakukan
dengan baik, supaya ternak yang dipelihara terhindar dari penyakit. Pencegahan penyakit
dapat dilakukan dengan vaksinasi, sedangkan pengobatan ternak yang sakit dapat dilakukan
secara tradisional atau melalui pengobatan medis.
Metode
Praktikum kali ini dilakukan secara daring melalui WAG dan memerlukan peralatan
seperti laptop, handphone, diktat praktikum, alat tulis, dan jaringan internet untuk
mengakses materi praktikum. Praktikum kali ini juga mengamati manajemen perkandangan
dan kesehatan pada ternak domba atau kambing.
Pertama-tama praktikum dilakukan secara daring dengan diberi materi oleh asisten
praktikum. Praktikan diberi tugas untuk mengunjungi peternakan domba atau kambing di
daerah tempat tinggal masing-masing dan mengamati manajemen perkandangan dan
kesehatan di peternakan tersebut. Praktikan yang mengunjungi peternakan domba atau
kambing harus mendokumentasikan kunjungan tersebut dengan merekam segala prosesi
yang terdapat di peternakan tersebut. Setelah mengunjungi peternakan tersebut, praktikan
harus membuat laporan dan mengedit video yang telah direkam pada saat praktikum.
Laporan dikumpulkan melalui perwakilan kelompok ke asisten masing-masing.
Hasil
Manajemen perkandangan
a. Jarak kandang dengan rumah :5m
b. Model kandang : Panggung dan lemprakan
c. Bahan-bahan bangunan kandang : Bambu dan kayu
d. Model atap kandang : Shade
e. Bahan atap : Asbes
f. Bentuk lantai kandang : Panggung dan lemprakan
g. Jarak lantai dengan tanah : 0,5 m
h. Ukuran kandang : Panjang 1,2 m, lebar 6 m, tinggi 4 m
i. Luas kandang : 288
j. Arah kandang : Barat
k. Ukuran tempat pakan : 80 cm x 40 cm x 20 cm
l. Luas kandang per STK : 24 m2
m. Kepadatan kandang : Ideal (0,83 SK/m2)
n. Sistem penggunaan kandang : Kelompok
o. Pemisahan jantan dan betina : Dipisah
p. Tempat penyimpanan makanan : Tersedia
q. Tempat penampung kotoran : Tersedia jarak dari kandang 45 m
r. Biaya pembuatan kandang : 5-7 juta
s. Peralatan pendukung : tali, ember dll

Pembahasan
A. Manajemen perkandangan
a. Kontruksi Kandang
Jarak kandang dengan rumah peternak hanya berjarak 5 m, dengan menghadap ke
arah barat. Kandang ternak yang baik yaitu tidak terlalu dekat dengan rumah penduduk,
memiliki sirkulasi yang baik, dan cukup mendapatkan cahaya. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Ludgate., (2006) yang menyatakan bahwa kandang terletak pada
lahan yang kering dan tidak tergenang air, jarak kandang agak jauh dari rumah atau
sumur, cukup mendapat sinar matahari pagi secara merata dan udara segar, terlindung
dari angin langsung (terutama angin malam). Pembangunan kandang ternak dilakukan
dengan memilih bahan yang mudah di dapat, murah dan tahan lama.
Lantai kandang dibuat dari kayu atau bambu yang sudah diawetkan dengan jarak
celah lantai panggung ± 1,5 – 2 cm dengan tujuan kotoran mudah jatuh dan kaki ternak
tidak terperosok. Kandang tipe panggung merupakan tipe kandang yang banyak
digunakan oleh peternak. Menurut Ginting dkk., (2018) menyatakan bahwa konstruksi
kandang dibuat panggung di mana di bawah lantai kandang terdapat kolong untuk
menampung kotoran. Dengan adanya kolong berfungsi untuk menghindari kebecekan
dan kontak langsung dengan tanah yang bisa jadi tercemar penyakit. Lantai kandang
ditinggikan antara 0,5–2 m dari permukaan tanah.
Kandang model lemprak yang digunakan pada peternakan Bapak memiliki dua tipe
yaitu kandang lemprak yang sederhana tanpa pager, manger, dan tempat minum. Dan
yang satunya kandang lemprak yang dilengkapi pagar, manger dan tempat minum.
Menurut Redaksi Agromedia., (2009) menyatakan bahwa kandang model lemprak
dicirikan dengan lantai yang menggunakan tanah sebagai alasnya. Kandang jenis ini
hanya beralaskan kotoran dan sisa-sisa hijauan pakan. Selain itu kandang juga tidak
dilengkapi dengan tempat pakan.
b. Lantai Kandang
Lantai yang digunakan pada kandang panggung adalah berupa bambu. Kelebihan
lantai dengan model panggung antara lain adalah kotoran mudah untuk dibersihkan,
lantai tidak becek sehingga perkembangan kuman penyakit dapat ditekan. Hal tersebut
sesuai dengan Suherman dan Kurniawan., (2017) menyatakan bahwa lantai dengan
model panggung memiliki beberapa kelebihan yaitu pengambilan kotoran ternak pada
kandang panggung lebih mudah dilakukan. Kotoran berada di bawah kandang sehingga
pengambilan kotoran tidak mengganggu ternaknya sendiri.
Lantai yang digunakan pada kandang lemprakan adalah berupa tanah hal tersebut
menyebabkan kandang harus sering dibersihkan. Lantai kandang lemprakan cenderung
becek dan lembab sehingga perkembangan kuman penyakit cepat. Hal tersebut sesuai
dengan Arifin., (2015) menyatakan bahwa kandang lemprak yang beralaskan tanah tidak
sangat disarankan dari sisi kesehetan, karena kotoran yang berada di lantai sangat sulit
untuk dibersihkan. Tidak jarang kotoran menempel pada tubuh ternak sehingga rentan
menimbulkan penyakit. Alas kandang berupa tanah akan mudah menjadi basah dan
becek ketika terkena air minum atau hijauan.
c. Atap Kandang
Model atap kandang yang digunakan yaitu shade, model ini sering digunakan
peternak karena biayanya yang murah karena membutuhkan bahan atap yang lebih
sedikit dari yang lainnya. Pemilihan model atap kandang harus disesuaikan dengan
kondisi lingkungan agar sirkulasi udara dalam kandang berjalan dengan baik. Hal
tersebut sesuai dengan Putra, dkk (2018) yang menyatakan bahwa bentuk dan model
atap kandang hendaknya didesain untuk menghasilkan sirkulasi udara yang baik di
dalam kandang, sehingga kondisi di dalam kandang memberikan kenyamanan bagi
ternak. Variasi untuk model atap kandang ada beberapa, diantaranya yaitu atap
monitor, atap semi monitor, atap shade, dan atap gable.
Ketinggian atap kandang di peternakan Kambing Bapak Munawir yaitu sebesar 4
meter. Pembuatan atap kandang dengan tinggi 4 meter dipilih untuk mempermudah
sirkulasi udara karena kandang tersebut terletak di daerah yang cerah sinar mataharinya
terik. Tinggi atap kandang yang terlalu rendah akan membuat sirkulasi udara dalam
kandang terhambat sehingga dapat membuat ternak stress karena suhu yang terlalu
panas. Hal tersebut sesuai dengan Suherman, dkk (2017) yang menyatakan bahwa
daerah-daerah yang cerah dengan sinar matahari penuh, tinggi atap kandang
sebaiknya antara 3,6 –4,2 m, sedangkan daerah agak berawan tinggi atap kandang
antara 2,1 –2,7 m. Perbedaan ketinggian atap kandang sangat mempengaruhi
respons fisiologis sapi.
d. Kepadatan Kandang
Kandang lemprakan pada peternakan Bapak Munawir digunakan untuk menampung
ternak jantan dewasa, dengan populasi sekitar 20 ekor kambing jantan dewasa. Kandang
lemprakan tersebut memiliki luas lantai 6 x 4 meter, dan kepadatan kandang sebesar
0,83 SK/m2. Nilai kepadatan kandang didapatkan dari pembagian dari nilai satuan ternak
dengan luas lantai. Menurut Samadi, dkk (2010) nilai satuan ternak dari masing-masing
ternak ruminansia dihitung dengan cara mengalikan jumlah populasi ternak masing-
masing ternak ruminansia dengan nilai standar satuan ternak. Nilai satuan ternak
didapat dengan mengkalikan jumlah ternak dengan nilai standar satuan ternak. Ternak
kambing jantan dewasa memiliki nilai standar satuan ternak sebesar 1 ST sehingga
didapatkan nilai satuan ternak sebesar 20 SK untuk 20 ekor kambing jantan dewasa.
Kebutuhan luas kandang didapatkan dengan mengkalikan jumlah ternak dengan
standar kebutuhan luas kandang. Standar luas kandang untuk kambing jantan dewasa
yaitu 1,2 m2, sehingga didapatkan nilai kebutuhan luas kandang untuk 20 kambing
jantan dewasa sebesar 24 m2. Hal tersebut tidak sesuai dengan Kusumastuti dan Susilo
(2014) yang menyatakan bahwa standar luas kandang kambing jantan dewasa adalah
(1,25 x 1,5) m2, betina (1 x 1,25) m2, dan anak kambing lepas sapih (1 x 1,25) m 2 atau
rata-rata 1,5 m2 untuk seekor kambing.
Kandang yang sempit akan membuat ternak terbatasi ruang geraknya dan dapat
menimbulkan stress yang akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitasnya.
Produktivitas yang dituju pada kambing potong yaitu pertambahan bobot badan, jika
ternak stress maka pertambahan bobot badannya menurun. Hal tersebut sesuai dengan
Bangun, dkk (2013) yang menyatakan bahwa faktor produksi adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi pertambahan berat kambing pedaging, seperti pengalaman beternak,
pakan hijauan, kepadatan kandang, tenaga kerja, dan obat-obatan.
e. Kelengkapan Kandang
Kelengkapan kandang sangat dianjurkan tersedia dalam pengelolaan kandang
kambing untuk menunjang aktivitas dan kebutuhan ternak. Kelengkapan ternak terdiri
dari, tempat pakan dan minum, gudang pakan, tempat umbaran, tempat
kotoran/kompos, peralatan kandang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Yulianto
dan Cahyo (2011) menyatakan bahwa untuk pemenuhan kebutuhan ternak di dalam
kandang, perlu adanya kelengkapan kandang untuk menunjang aktivitas makan, minum,
istirahat, perawatan, dan membuang kotoran ternak.
Tempat pakan biasanya dibuat memanjang mengikuti kandang biasanya terbuat kayu
tergantung jenis kandang yang digunakan. Gudang pakan merupakan sarana pendukung
kandang sebagai tempat penyimpanan, untuk menyimpan bahan baku pakan seperti
hijauan dan konsentrat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Syukur dan Bambang
(2014) menyatakan tempat pakan bisa berupa baskom atau kotak kayu yang dibuat
memanjang di sepanjang kandang, tempat minum juga demikian. Keduanya dibuat
seperti itu agar pakan dan minum yang diletakkan tidak tercecer.
Peralatan diperlukan peternak sebagai penunjang kegiatan budidaya ternak dan alat
bantu untuk meningkatkan produktivitas perternak. Peralatan sebagai penunjang
kegiatan budidaya, peralatan terdiri atas tempat pakan dan minum, peralatan kesehatan
ternak, dan peralatan kebersihan ternak (Syukur, 2016). Hal tersebut sesuai dengan
pengadaan yang berada di kandang kambing bahwa terdapat peralatan kesehatan (alat
suntik, vaksinasi, alat pemgobatan lainnya) dan peralatan kebersihan (sekop, ember
plasti/logam, sapu lidi, dll).
B. Manajemen Kesehatan
a. Vaksinasi
Vaksinasi merupakan suatu cara untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit
tertentu, vaksin akan meransang sistem kekebalan yang nantinya menghasilkan
antibodi. Vaksinasi intinya untuk memberikan kekebalan (antibodi) pada ternak
sehingga dapat melawan antigen atau mikro-organisme penyebab penyakit. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Usman, dkk (2016) menyatakan bahwa tujuan
pemberian vaksin pada ternak merupakan langkah awal yang harus dilakukan peternak,
sehingga ternak diharapkan dapat terhindar dari penyakit yang mematikan ternak
tersebut.
Vaksinasi pada kambing biasanya dilakukan 6 bulan sekali dimulai pada umur 2-3
bulan dengan menyuntikan vaksin ke dalam tubuh kambing. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Redaksi Agromedia (2009) menyatakan bahwa vaksinasi dilakukan dengan
cara menyuntikan vaksin ke dalam tubuh ternak. Pemberian vaksin dilakukan setiap
enam bulan sekali. Vaksinasi mulai dilakukan pada cempe yang telah berusia satu bulan,
selanjutnya diulangi pada usia 2-3 bulan.
b. Jenis Penyakit
Penyakit yang kerap menyerang ternak pada peternakan yang dikunjungi yaitu
penyakit masuk angin, napas dan pilek. Penyakit – penyakit tersebut termasuk penyakit
non infeksius artinya tidak disebabkan infeksi mikroorganisme. Hal tersebut sesuai
penjelasan materi serta literatur menurut Ramzy dkk (2018) bahwa penyakit yang sering
menyerang kambing terbagi menjadi dua bagian, penyakit infeksi yaitu keropeng, foot
rot dan penyakit non-infeksi yaitu diare, myasis, kembung, radang kelenjar susu,
keracunan. Penanganan penyakit pada lokasi praktikum yaitu dengan memisahkan
ternak yang sakit dan apabila sudah parah peternak memanggil dokter hewan.
Penyakit yang sering dijumpai pada lokasi peternakan yaitu penyakit yang
berhubungan dengan pernafasan yaitu flu dan sesak nafas. Flu pada kambing dapat
diakibatkan perubahan cuaca dan juga mengalami stres karena kambing pindah-pindah,
sehingga nafsu makan menurun dan produktifitas rendah (Pribadi dan Renda, 2018).
Penjelasan tersebut sesuai dengan keadaan dilapangan dimana ternak sering dipindah
tempatkan antar peternak sehingga rentan terkena flu. Musim hujan yang terjadi juga
turut andil sebagai penyebab flu pada peternakan tersebut.
c. Pengobatan Penyakit
Prinsip pengobatan bloat pada ruminansia diawali dengan upaya menghentikan
proses pembentukan gas dan membantu mengeliminasi gas tersebut. Menurut
Indarjulianto dkk, (2018) antibiotika seperti aureomycin, terramycin, bacitracin,
streptomycin, dan penicillin, untuk pencegahan bloat. Dari berbagai macam antibiotika
tersebut hanya penicillin yang efektif mencegah bloat dan tidak memiliki dampak buruk
ketika diberikan dengan dosis tunggal 300 mg atau kurang. Kejadian bloat dapat dicegah
dengan berbagai metode mulai dari pencegahan melalui manipulasi pakan sampai
dengan pengobatan.
Penanganan pada ternak yang terkena flu adalah pemisahan pada ternak
menggunakan kandang karantina. Penggunaan kandang karantina menurut Fitriani dkk,
(2017) bahwa pemisahan ternak melalui pemisahan pada kandang karantina
dimaksudkan agar tidak teradi penularan penyakit. Penggunaan kandang karantika pada
ternak kambing juga dapat diunakan bagi ternak yang baru datang yang diberi perlakuan
khusus. Menjaga kandang agar tetap bersih serta kering juga membantu penyembuhan
flu.
Penanganan pada penyait pneunomia yang sudah berat peternak akan memanggil
dokter hewan untuk penanganan lebih lanjut. Chairunnisa dkk (2020) menuturkan
bahwa pengobatan dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik berspektrum luas
dengan kombinasi anti peradangan. Pemberian obat dapat dilakukan secara individu
maupun kelompok sesuai dengan jumlah ternak penderita. Pengobatan pneumonia
dilakukan dengan beberapa tahap, tahap pertama yaitu dengan menyuntikan obat
antibiotik dengan merk dagang enrofloxacin dosis 1ml/40 kg bobot badan, dan anti
peradangan dengan merk dagang tolfenamic acid dosis 1ml/40 kg bobot badan.
Kombinasi antara antibiotik dengan anti peradangan akan menurunkan demam
(pyrexia), gejala klinis, keruskan paru-paru, dan memperbaiki pertambahan bobot badan
harian.
Kesimpulan
 Kandang yang ideal yaitu kandang dengan konstruksi yang baik kuat, kokoh, tahan
lama.
 Lantai kandang diusahakan semaksimal mungkin dalam keadaan bersih, tidak becek
dan kering.
 Pemilihan model atap harus disesuaikan dengan lingkungan agar sirkulasi udara dalam
keadaan baik.
 Kepadatan kandang kambing yang baik adalah nilai kepadatan kandang dan nilai
kepadatan kandang ideal hampir sama/sama.
 Kelengkapan kandang meliputi tempat pakan-minum, gudang pakan, tempat umbaran,
tempat kotoran/kompos, dan peralatan kandang.
 Manajemen kesehatan ternak meliputi pencegahan dan pengobatan penyakit,
pencegahan yaitu dengan memberikan vaksin setiap 6 bulan sekali. Namun di
peternakan Bapak Munawir tidak dilakukan vaksinasi, karena ternak yang dipelihara
merupakan ternak dewasa.
 Penyakit yang biasa menyerang ternak Bapak Munawir yaitu penyakit sesak napas,
masuk angin, dan flu.
Daftar Pustaka
Arifin, M. 2015. Mempercepat Penggemukan Domba. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Bangun, E.S., T. Sebayang, dan Salmiah. 2013. Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha
Ternak Kambing Pedaging Sistem Kandang (Kasus: Kelurahan Tanah Enam Ratus,
Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan). Journal of Agriculture and Agribusiness
Socioeconomics. 5(3): 48 – 55.

Chairunnisa, A., K. Maghfiroh dan Y. Budiman. 2020. Penanganan Penyakit Radang Paru
(Pneumonia) pada Pedet PraSapih (Anweaner) di Terbanggi Besar, Lampung
Tengah. Jurnal Peternakan Terapan (PETERPAN). 2 (1):11-15

Fitriani, C. E., H. Arief dan D. Suryadi. 2017. Analisis Kinerja Keuangan Usaha Peternakan
Kambing Perah (Studi Kasus di Salah Satu Perusahaan Kambing Perah di
Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor). Student e-journal. 1(1) : 1 – 15

Ginting, R, B., Mudhita, dan Z. Ritonga. 2018. Studi Manajemen Produksi Usaha
Peternakan Kambing Di Desa Deli Tua Kecamatan Namorambe Kabupaten Deli
Serdang Sumatera Utara. AGROVETERINER. 6(2): 93-103.

Indarjulianto, Y. S., A. Nururrozi, H. Purnamaningsih dan S. Raharjo. 2018. Review: Peran


pakan pada kejadian kembung rumen. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 28 (2): 141 –
157.

Kusumastuti, T.A., dan B. Susilo. 2014. Perkampungan Ternak Kambing: Wahana


Eduwisata dan Sentra Produksi di Pedesaan (Pendekatan Ekonomi Lingkungan
Berbasis Sistem Informasi Geografis). UGM Press. Yogyakarta.

Ludgate, P. J. 2006. Sukses Beternak Kambing dan Domba. Agro Inovasi, Jakarta.

Pribadi, Y. E., dan M. Dewi. 2018. Pemanfaatan Kulit Buah Kakao Sebagai Pakan
Tambahan Pada Ternak Kambing Peranakan Etawa. Journal of Livestock and
Animal Health. 1(1) : 11 – 14.

Putra,F.A.I.A., N. Hidayat, dan T. Afirianto. 2018. Penentuan Kelayakan Kandang Sapi


Menggunakan Analytic Hierarcy Process-Weighted (AHP-WP) [Studi Kasus UPT
Pembibitan Ternak Dan Hijauan Makanan Ternak Singosari]. Jurnal Pengembangan
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 2(10): 4213 – 4220.
Ramzy, M. A, R. N. Sarbini, dan D. E. Yuliana. 2018. Pengembangan Sistem Pakar Diagnosa
Penyakit Kambing Menggunakan Metode Forward Chaining Berbasis Android.
Jurnal Ilmiah Setrum. 7(2) : 269 – 277.

Redaksi Agromedia. 2009. Petunjuk Praktis Menggemukan Domba, Kambing, dan Sapi
Potong. PT Agromedia Pustaka, Jakarta.

Samadi, Y. Usman, dan M. Delima. 2010. Kajian Potensi Limbah Pertanian Sebagai Pakan
Ternak Ruminansia di Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agripet. 10(2): 45 – 53.

Suherman, D., S. Muryanto, dan E. Sulistyowati. 2017. Evaluasi Mikroklimat dalam


Kandang Menggunakan Tinggi Atap Kandang Berbeda yang Berkaitan dengan
Respon Fisiologis Sapi Bali Dewasa di Kecamatan XIV Koto Kabupaten Mukomuko.
Jurnal Sain Peternakan Indonesia. 12(4): 397 – 410.

Suherman, dan E. Kurniawan. 2017. Manajemen Pengelolaan Ternak Kambing Di Desa


Batu Mila Sebagai Pendapatan Tambahan Petani Lahan Kering. Jurnal Dedikasi
Masyarakat. 1(1): 7-13.

Syukur, A dan B. Suharno. 2014. Bisnis Pembibitan Kambing. Penebar Swadaya, Jakarta.

Syukur, A. 2016. 99% Gagal Beternak Kambing. Penebar Swadaya, Jakarta.

Usman, S. Abdullah dan Shahrir. 2016. Produktivitas Ternak Kambing Lokal di Kabupaten
Tolitoli. Jurnal Sains dan Teknologi Tadu 5(2) : 87-95.

Yulianto, P dan C. Saparinto. 2011. Penggemukan Sapi Potong Hari Per Hari 3 Bulan
Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai