Anda di halaman 1dari 5

Menurut Hakim jurnal ilmiah adalah majalah terbitan yang memuat KTI (Karya Tulis

Ilmiah) yang berisikan penyampaian data dan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta
penulisannya harus sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah dan terbit secara berkala.
Menurut Koswara, pengertian jurnal adalah publikasi berkala dalam bentuk pamflet
berseri berisi materi ilmiah yang sangat diminati masyarakat pada saat terbit. Jika
dideskripsikan dengan kata ilmiah di balik kata jurnal, maka dapat dipublikasikan dalam
bentuk pamflet berisi materi ilmiah yang sangat populer pada saat diterbitkan.
Paragraf adalah bagian dari bab dalam karangan atau karya ilmiah yang metode
penulisannya harus diawali dengan baris baru. Paragraf juga dikenal sebagai paragraf.
Paragraf dibuat dengan memasukkan kata pertama dari baris pertama ke (geser ke kanan)
beberapa ketukan atau spasi. Selain itu, paragraf merupakan sekumpulan kalimat yang
disusun secara logis dan berseri (sistematis), yang memungkinkan suatu gagasan pokok dapat
dikomunikasikan kepada pembaca secara efektif. Paragraf adalah unit terkecil dari sebuah
esai.
Menurut Alek, dkk (2010), paragraf memiliki beberapa arti, yaitu sebagai berikut. (1)
Paragraf merupakan esai mini, (2) Paragraf merupakan satuan bahasa tertulis yang terdiri dari
beberapa kalimat yang disusun secara runtut, logis, dalam satu gagasan yang tersusun secara
lengkap, utuh dan runtut, (3) ayat merupakan bagian dari suatu karangan. yang terdiri dari
sejumlah kalimat yang mengungkapkan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendali
dan pikiran penjelas sebagai pendukung, dan (4) paragraf yang terdiri dari satu kalimat
artinya tidak menunjukkan kelengkapan atau kesempurnaan.
Widjono (2007) menjelaskan bahwa paragraf adalah satuan bahasa tertulis yang terdiri
dari beberapa kalimat yang disusun secara runtut, logis, dalam satu gagasan yang tersusun
secara lengkap, utuh, dan runtut. Selain itu, paragraf merupakan bagian dari sebuah karangan
yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu satuan informasi dengan
pikiran utama sebagai pengontrol dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
Enre (1998: 44) juga menjelaskan bahwa paragraf pada dasarnya merupakan suatu bentuk
pembagian lahiriah dalam kerangka organisasi suatu karya tulis yang mempunyai ciri
persatuan, ketergantungan, dan penekanan. Itu juga dapat dilihat sebagai kalimat tambahan.
Paragraf merupakan bentuk pengungkapan ide yang terjalin dalam rangkaian beberapa
kalimat. Setiap paragraf hanya memuat satu pemikiran, ide atau tema yang diwujudkan
dalam bentuk satu kalimat dan beberapa kalimat penjelasan.
Ramlan (1993: 1) menjelaskan bahwa paragraf merupakan bagian dari suatu karangan dan
dalam bahasa lisan merupakan bagian dari suatu pidato. Jadi paragraf adalah inti dari
menuangkan pemikiran ke dalam sebuah esai. Paragraf berisi satu unit pemikiran yang
didukung oleh semua kalimat dalam paragraf; mulai dari kalimat pengantar, kalimat topik,
kalimat penjelas, hingga kalimat penutup. Kalimat-kalimat ini dihubungkan bersama dalam
satu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan. Paragraf juga bisa dikatakan komposisi
yang paling pendek (pendek).
Suatu paragraf dapat dikatakan paragraf yang baik jika paragraf tersebut memiliki tiga
syarat. Syarat pertama adalah kesatuan, yaitu semua kalimat yang menyusun paragraf
bersama-sama menyatakan suatu hal atau tema tertentu. Syarat kedua adalah koherensi, yaitu
keterpaduan hubungan antara kalimat dengan kalimat lain yang membentuk paragraf.
Persyaratan ketiga adalah pengembangan paragraf, yaitu penyusunan atau detail gagasan
yang membangun sebuah paragraf.
Paragraf yang tidak terstruktur dengan jelas akan menyulitkan pembaca untuk menangkap
pemikiran penulisnya. Karenanya, sebuah esai hanya bagus jika paragrafnya ditulis dengan
baik dan diatur dalam urutan yang jelas. Darmadi (1996: 78) menyatakan bahwa paragraf
yang baik memiliki syarat persatuan, kelengkapan, keterpaduan, dan keteraturan. Menurut
Sakri (1992) sebagai bentuk pengungkapan gagasan, paragraf yang baik harus dapat
memenuhi tiga ciri, yaitu sebagai berikut. (1) memiliki kesatuan, artinya seluruh uraian
berpusat pada satu gagasan, (2) memiliki persamaan, artinya kalimat-kalimat yang ada di
dalamnya saling berkaitan, dan (3) memiliki isi yang memadai, yang memiliki sejumlah
detail untuk mendukung ide utama. Wedohong, dkk (2006: 604) menjelaskan bahwa
paragraf yang baik harus memiliki kesatuan (kohesi) dan koherensi (koherensi).
Menurut Widjono (2007: 180) menyatakan bahwa paragraf yang baik harus memenuhi
syarat persatuan, kekompakan, kelengkapan, keringkasan, dan konsistensi dalam penggunaan
sudut pandang.
Pola pengembangan merupakan salah satu bentuk pengembangan kalimat utama menjadi
kalimat penjelas. Dalam sebuah karya tulis, paragraf dapat dikembangkan dengan berbagai
cara. Metode atau teknik yang digunakan dalam mengembangkan paragraf ini umumnya
bergantung pada luasnya pandangan atau pengalaman menulis serta materi tulisan itu sendiri.
Menurut Sakri (1992) yang dimaksud dengan pola pengembangan paragraf adalah cara
pengarang menyusun informasi yang dikumpulkan menurut kerangka dan urutan tertentu.
Paragraf yang hanya terdiri dari satu kalimat tidak mengalami perkembangan. Setiap
paragraf berisi satu kesatuan topik, satu kesatuan pemikiran atau gagasan. Dengan demikian,
setiap paragraf berpotensi memiliki satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat
penjelasan untuk mendukungnya. Jadi, idealnya satu paragraf hanya memuat satu gagasan
pokok dari satu topik. Semua kalimat dalam paragraf harus membahas gagasan utama.
Unsur kelengkapan paragraf mengacu pada adanya pemikiran pokok berupa kalimat pokok
dan pikiran penjelas berupa kalimat penjelas. Kalimat penjelas harus mendukung kejelasan
kalimat utama.
Pola perkembangan paragraf tersebut dibagi menjadi 7 jenis menurut Alek, dkk (2010:
224), yaitu sebagai berikut. 1) Contradictory Method, pengembangan paragraf yang
berupaya memperjelas penyajiannya dengan mengkontraskan hal-hal yang dibahas. Dalam
paragraf bertentangan proses argumentasi dengan penolakan. ; 2) Comparison method, yaitu
paragraf yang berupaya memperjelas penyajiannya dengan membandingkan hal-hal yang
dibahas. Dalam paragraf perbandingan disebutkan persamaan dan perbedaan antara dua hal
yang berada pada level yang sama dan hal-hal tersebut memiliki perbedaan dan persamaan. ;
3) Metode Analogi Perkembangan paragraf analogi mengungkapkan perbandingan suatu
objek dengan objek lain yang memiliki kemiripan atau kemiripan. Paragraf analogis
biasanya diekspresikan secara kiasan. ; 4) Cara Contoh, Pengembangan paragraf contoh
digunakan untuk memberikan bukti atau penjelasan tentang generalisasi yang bersifat umum,
sehingga pembaca dapat dengan mudah memahami dan menerimanya. ; 5) Modus Sebab
Akibat Dalam perkembangan paragraf sebab akibat, sebab berfungsi sebagai pokok pikiran
dan akibat sebagai penjelas, atau sebaliknya akibat sebagai pokok pikiran dan sebab sebagai
penjelasan .; 6) Pengertian Development by definition adalah model pengembangan paragraf
yang dilakukan dengan memberikan definisi atau pemahaman terhadap masalah yang sedang
dibahas. ; 7) Metode Klasifikasi, Pengembangan dengan mengklasifikasikan atau
mengelompokkan masalah yang diangkat. Dengan adanya klasifikasi ini diharapkan
pembaca dapat lebih mudah memahami informasi yang disajikan.
Mohammad Nuruzzaman dkk. (2018). Dalam penelitiannya yang berjudul An Analysis
of Errors Committed by Saudi Non-English Major Students in the English Paragraph Writing:
A Study of Comparisons. menyatakan bahwa mereka mengidentifikasi kesalahan berbeda
yang dilakukan oleh siswa EFL Saudi dalam menulis paragraf. Selain itu juga disajikan
berbagai jenis dan jumlah kesalahan yang dilakukan oleh mahasiswa dari tiga fakultas yang
menunjukkan perbedaan tingkat kemahiran mereka. Selain itu, hasil analisis menunjukkan
bahwa empat kategori kesalahan yang paling umum terjadi adalah tata bahasa, mekanika,
leksis, dan semantik. Dalam kategori gramatikal, 'verb tense' dan 'subject-verb agreement'
adalah dua area di mana siswa melakukan jumlah kesalahan tertinggi. Demikian juga, 'tanda
baca' dan 'kapitalisasi' adalah dua area rawan kesalahan dalam mekanika sedangkan dalam
kategori leksikal, siswa membuat sebagian besar kesalahan dalam 'preposisi' dan 'artikel'.
Penelitian ini menunjukkan bahwa guru perlu memberi penekanan pada aspek-aspek tertentu
dalam menulis dalam bahasa Inggris. Mereka harus mengajarkan aturan tata bahasa dasar,
tense, subject-verb-agreement, mekanik, item leksikal, urutan kata, dll.
Bagus Santoso dkk (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Pola-pola Pembentukan
Paragraf pada Siswa Kelas X SMAN 1 Bengkulu. Pola pengembangan paragraf pada
paragraf yang telah ditulis siswa kelas X SMAN 1 Kota Bengkulu memiliki beberapa pola
pengembangan paragraf yang sangat terbuka untuk pola pikir siswa seperti pola analogi, pola
sebab akibat, dan pola naratif. dengan mengaitkan kriteria pola pengembangan paragraf
dengan hasil paragraf yang telah ditulis siswa. Pola perkembangan kausal merupakan pola
perkembangan yang paling banyak digunakan oleh siswa dengan alasan siswa lebih mudah
menyusun paragraf dengan pola sebab-akibat. Karena dengan menggunakan pola kausal
siswa lebih mudah dalam menjelaskan dan mengungkapkan apa yang ingin mereka
sampaikan.
Jasmienti (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan Penulisan
Paragraf pada Skripsi Mahasiswa IAIN Bukittinggi menyatakan bahwa Penulisan Paragraf
pada Skripsi Mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer di IAIN
Bukittinggi harus menghindari plagiarisme. Selain itu, diperlukan kemampuan siswa dalam
membuat paragraf yang koheren, koheren, koheren, dan berkembang.
Agnes Devi (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pola Perkembangan
Paragraf dalam Pola Penuturan Bahasa Jawa pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Pejagoan
menyatakan ada 3 (tiga) yaitu (1) paragraf pembuka, (2) paragraf tubuh (utama), dan (3)
paragraf penutup. Paragraf pembuka disebut juga dengan paragraf pengantar, karena
paragraf ini berfungsi untuk penyampaian karangan. Dengan kata lain, paragraf ini membuka
esai sekaligus langsung ke intinya. Badan paragraf (subjek) disebut juga dengan paragraf
transisi, karena paragraf ini berfungsi untuk menghubungkan antar paragraf utama dan
memfasilitasi pemikiran pembaca beralih ke ide lain. Paragraf penutup adalah paragraf yang
berfungsi untuk mengakhiri sebuah esai. Dan pola pengembangan paragraf yang terdapat
pada karangan naratif bahasa Jawa di kelas X SMA N 1 Pejagoan merupakan pola
pengembangan paragraf yang paling dominan melalui sebab dan akibat. Paragraf sebab
akibat, sebab berfungsi sebagai pemikiran utama dan akibat sebagai penjelas.
Dwi Diah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Kesalahan Kohesi dan
Koherensi Paragraf pada siswa kelas X SMA Negeri 3 Temanggung menyatakan bahwa
penyebab kesalahan alat koherensi antara lain kesalahan dalam penalaran dan logika bahasa,
generalisasi yang terlalu luas, dan kesalahan karena sebab akibat yang tidak memadai.
hubungan. Penyebab kesalahan alat yang paling koherensi adalah kesalahan penalaran dan
logika bahasa, kemudian kesalahan karena generalisasi yang terlalu luas, dan hubungan sebab
akibat yang tidak memadai.
Dessy Novita (2019) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Media Berbasis
Itu Menulis Paragraf menyatakan bahwa yang pertama menggunakan metode kronologis.
Kronologisnya ada dua macam, yaitu kronologi waktu dan kronologi peristiwa. Yang kedua
menggunakan metode ilustrasi. Pengembangan paragraf dengan menggunakan ilustrasi
dilakukan penulis dengan mendeskripsikan kondisi berupa kesan yang ditangkap oleh indera
yang diterjemahkan ke dalam kata-kata sehingga pembaca memiliki gambaran dengan tulisan
tersebut. Ketiga dengan menggunakan definisi. Penulis memberikan definisi bermaksud
memberikan definisi tentang sesuatu dengan menggunakan kalimat penjelas. Yang keempat
menggunakan analogi. Analogi digunakan penulis untuk memberikan perbandingan dari dua
objek yang berbeda namun memiliki kesamaan dari segi bentuk, asal dan fungsinya. Kelima,
menggunakan perbandingan dan kontras. Paragraf dikembangkan menggunakan teknik ini
karena penulis ingin menunjukkan persamaan atau perbedaan antara dua orang, objek, atau
gagasan dalam aspek tertentu. Keenam, menggunakan metode kausal. Sebab dan akibat
digunakan oleh penulis untuk mengemukakan alasan yang masuk akal, mendeskripsikan
suatu proses, menjelaskan alasan mengapa sesuatu terjadi dengan cara ini, dan memprediksi
serangkaian peristiwa yang akan datang. Ketujuh menggunakan pembatas satu per satu /
contoh. Penulis dalam menyusun paragraf dapat memberikan contoh konkrit yang
mendukung gagasan pokok sehingga memudahkan pembaca dalam memahami isi paragraf.
Sebuah generalisasi yang sifatnya terlalu umum untuk memberikan penjelasan kepada
pembaca. Kedelapan menggunakan repetisi. Repetisi adalah pengulangan kata / frasa yang
berfungsi sebagai alat untuk menekankan dan memperoleh efek tertentu. Kesembilan,
dengan menggunakan kombinasi.
Bambang dan Marita (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Paragraph Writing as A
Sensibility-Based Productive Skill menyatakan bahwa Paragraph writing mungkin tampak
sulit dilakukan oleh beberapa penulis mahasiswa pemula tetapi tidak sedikitpun sulit asalkan
mereka bersemangat untuk belajar dengan antusias. dan secara serius langkah apa yang harus
mereka ambil dan seberapa masuk akal dan logisnya mereka dalam menerapkannya.
Ketidaktahuan tentang langkah-langkah tersebut dapat menimbulkan kecanggungan dan
ketidakabsahan dalam paragraf yang mereka tulis. Seorang mahasiswa penulis pemula yang
ingin menulis paragraf yang efektif dan mudah dibaca membutuhkan kepekaan dalam
mempersempit topik, dalam merumuskan gagasan pengontrol, dalam menjaga koherensi
antar kalimat pendukung dan menarik kesimpulan. Begitu dia mampu menerapkan teknik
seperti yang dibahas di atas, dia pasti akan bisa menulis paragraf yang jelas, ringkas dan
dapat dipahami.
Wirantaka Andi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul Paragraph Writing of
Academic Texts in a EFL Contextis menyatakan bahwa penelitian saat ini dibatasi untuk
mengidentifikasi bagaimana siswa mengembangkan paragraf dan kesulitan apa yang dialami
siswa dalam menulis paragraf teks akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
menyusun paragraf, siswa melakukan brainstorming, drafting, merevisi, dan mengedit. Dari
keempat langkah yang dilakukan siswa dalam menyusun paragraf, penyusunan dan
penyuntingan merupakan langkah yang paling sering dilakukan siswa karena semuanya
langsung menulis. paragraf dan mengedit isi paragraf sedangkan dua di antaranya
memasukkan brainstorming dan merevisi. Mengatasi masalah dalam penulisan paragraf,
siswa menghadapi kesulitan dalam pemilihan kata dan kata bahasa Inggris, tata bahasa,
pengembangan ide utama, koherensi dan kekompakan, kalimat efektif, dan kutipan.

Anda mungkin juga menyukai