Anda di halaman 1dari 11

Materi Sesi 8

ISIP4111 – Asas Asas Manajemen

https://slideplayer.info/slide/11963733 [25 Feb 2021}

Model Manajemen Kontemporer


1. Model Tipe Z (William G. Ochi)
Teori Z adalah sebuah pendekatan manajemen berdasarkan kombinasi dari Amerika
dan Jepang dan filosofi manajemen yang ditandai, antara lain, jangka panjang
pekerjaan tetap, pengambilan keputusan secara konsensus, evaluasi dan promosi
lambat prosedur, dan tanggung jawab individu dalam konteks kelompok.Teori Z lebih
menekankan pada peran dan posisi pegawai atau karyawan dalam perusahaan yang
dapat membuat para pekerja menjadi nyaman, betah, senang dan merasa menjadi
bagian penting dalam perusahaan.Dengan demikian maka karyawan akan bekerja
dengan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaannya. Semangat Dr. William
Ouchi dengan theory Z nya adalah membangun loyalitas pekerja melalui mind set
pekerjaan seumur hidupnya itu.

2. Perbedaan dari sistem kerja di organisasi Jepang dan Amerika


Organisasi Amerika: 1. Masa kerja jangka pendek (short-term employment) 2. Evaluasi
dan promosi yang cepat 3. Jalur karir yang terspesialisasi 4. Mekanisme kontrol yang
eksplisit 5. Pengambilan keputusan secara individual 6. Tanggung jawab individual 7.
Keprihatinan tersegmentasi (segmented concern)Organisasi Jepang: 1. Masa kerja
seumur hidup (lifetime employment) 2. Evaluasi dan promosi yang lambat 3. Jalur
karir yang tidak terspesialisasi 4. Mekanisme kontrol yang implisit 5. Pengambilan
keputusan secara kolektif 6. Tanggung jawab kolektif 7. Keprihatinan keseluruhan
(wholistic concern)

3. Jadi bisa kita lihat bahwa Teori Z merupakan pendekatan manajemen yang
menggabungkan filosofi manajemen Jepang dengan budaya Amerika. Walaupun
diadopsi dari Jepang, tetapi teori ini tidak myrni bentuk manajamen Jepang. Seperti
bisa kita lihat teori Z menganut tanggung jawab individual, dan konsep tersebut
merupakan serapan dari manajemen budaya Amerika.Teori Z juga menekankan
perkembangan hubungan kepercayaan (trust relationship) antara pemimpin dan yang
dipimpin. Penekanan itu didasarkan pada asumsi bahwa motivasi orang pertama-tama
bersifat internal. Namun, perasaan-perasaan itu harus diperkuat oleh komitmen jelas
terhadap karyawan dari pihak majikan/pimpinan.Teori Z melihat pengambilan
keputusan kolektif dan tanggung jawab kelompok memberikan dukungan sosial yang
diperlukan bagi tercapainya kinerja puncak. Hal itu terjadi lewat penciptaan rasa
aman, yang memungkinkan para karyawan membangkitkan ide-ide baru tanpa takut
ditolak atau takut gagal.
4. CIRI PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN TEORI Z
Tanggung jawab diberikan secara perorangan atau individual dan mengakui prestasi
individu.Karena tanggung jawab bersifat individu maka karyawan bebas bekerja
menggunakan keterampilan yang dimilikinya.Karyawan dipekerjakan seumur, agar
terjadinya rasa aman dan loyalitas terhadap perusahaan.Pengambilan keputusan
dilakukan dengan cara konsensus atau secara terbuka. Walaupun akan memakan
waktu yang lebih lama namun tingat keberhasilan pengimplementasian hasil
keputusan yang didapat akan lebih tinggi karena mendapat dukungan dari mayoritas
pekerja.Promosi dilakukan perlahan-lahan dari bawah, dan proses evaluasi prestasi
dan promosi dilakukan dengan hari-hati agar tidak menimbulkan masalah dengan para
karyawan.

5. Total Quality Management (TQM)


Total Quality Management (TQM) atau Manajemen Mutu Menyeluruh adalah suatu
konsep manajemen yang telah dikembangkan sejak lima puluh tahun lalu dari
berbagai praktek manajemen serta usaha peningkatan dan pengembangan
produktivitas.Di masa lampau, literatur manajemen berfokus pada fungsi-fungsi
kontrol kelembagaan, termasuk perencanaan, pengorganisasian, perekrutan staf,
pemberian arahan, penugasan, strukturisasi dan penyusunan anggaran.Konsep
manajemen ini membuka jalan menuju paradigma berpikir baru yang memberi
penekanan pada kepuasan pelanggan, inovasi dan peningkatan mutu pelayanan
secara berkesinambungan.Faktor-faktor yang menyebabkan lahirnya "perubahan
paradigma" adalah menajamnya persaingan, ketidak-puasan pelanggan terhadap
mutu pelayanan dan produk, pemotongan anggaran serta krisis ekonomi. Meskipun
akar TQM berasal dari model-model perusahaan dan industri, namun kini
penggunaannya telah merambah sturuktur manajemen, baik di lembaga pemerintah
maupun lembaga nirlaba.

6. TQM memperkenalkan pengembangan proses, produk dan pelayanan sebuah


organisasi secara sistematik dan berkesinambungan. Pendekatan ini berusaha untuk
melibatkan semua pihak terkait dan memastikan bahwa pengalaman dan ide-ide
mereka memiliki sumbangan dalam pengembangan mutu.Ada beberapa prinsip-
prinsip fundamental yang mendasari pendekatan semacam itu, seperti
mempromosikan lingkungan yang berfokus pada mutu; - dimana terdapat komunikasi
terbuka dan rasa kepemilikan pegawai - sistem penghargaan dan pengakuan;
pelatihan dn pendidikan terus menerus, dan pemberdayaan pegawai.Penerapan TQM
adalah suatu proses jangka panjang dan berlangsung terus menerus, karena budaya
suatu organisasi sangatlah sulit untuk dirubah. Faktor-faktor yang membentuk budaya
organisasi seperti struktur kekuasaan, sistem administrasi, proses kerja,
kepemimpinan, predisposisi pegawai dan praktek-praktek manajemen berpotensi
untuk menjadi penghambat perubahan.Terkadang kekuasaan paling penting di sektor
publik tidak ditemukan dalam organisasi, tetapi lebih sering terdapat pada sistem yang
lebih besar. Sebagai contoh, sistem pendidikan, personalia, peraturan dan anggaran
berada di luar kekuasaan organisasi sektor publik.

7. Selain hambatan-hambatan yang berada di luar ruang lingkup sebuah organisasi,


terdapat kendala lain yang khas di setiap organisasi, seperti kurangnya akuntabilitas
terhadap pelanggan, tidak jelasnya visi dan misi, penolakan terhadap perubahan dan
lemahnya komitmen di kalangan manajer senior untuk menerapkan TQM.Potensi
keberhasilan TQM sudah nampak dan dampaknya pun bisa diperlihatkan, sekarang
yang dibutuhkan adalah keputusan untuk melaksanakan TQM. Hal ini mestinya
menjadi bagian dari suatu strategi untuk meningkatkan komitmen lembaga- lembaga
publik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

8. International Organization for Standardization (ISO)


Adalah badan penetap standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan
standardisasi nasional setiap negara.Didirikan pada 23 Februari 1947, ISO menetapkan
standar- standar industrial dan komersial dunia. ISO, yang merupakan lembaga nirlaba
internasional, pada awalnya dibentuk untuk membuat dan memperkenalkan
standardisasi internasional untuk apa saja.Standar yang sudah kita kenal antara lain
standar jenis film fotografi, ukuran kartu telepon, kartu ATM Bank, ukuran dan
ketebalan kertas dan lainnya.Dalam menetapkan suatu standar tersebut mereka
mengundang wakil anggotanya dari 130 negara untuk duduk dalam Komite Teknis
(TC), Sub Komite (SC) dan Kelompok Kerja (WG).

9. Penerapan ISO di suatu perusahaan berguna untuk:


Meningkatkan citra perusahaanMeningkatkan kinerja lingkungan
perusahaanMeningkatkan efisiensi kegiatanMemperbaiki manajemen organisasi
dengan menerapkan perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan tindakan perbaikan
(plan, do, check, act)Meningkatkan penataan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dalam hal pengelolaan lingkunganMengurangi risiko
usahaMeningkatkan daya saingMeningkatkan komunikasi internal dan hubungan baik
dengan berbagai pihak yang berkepentinganMendapat kepercayaan dari
konsumen/mitra kerja/pemodal
10. ISO 14000ISO adalah standar internasional tentang sistem manejemen lingkungan
(Rothery, 1995) yang sangat penting untuk di ketahui dan di laksanakan oleh seluruh
sektor industri.ISO Ada berbagai macam seri dari ISO 9000 yang memiliki standar,
pedoman, dan laporan yang terangkum di dalamnya. Seri ISO 9000 terdiri dari:
(Suardi, 2003, p ) • ISO 9000:2000: Dasar dan Kosakata Sistem Manajemen Mutu • ISO
9001:2000: Persyaratan Sistem Manajemen Mutu • ISO 9004:2000: Pedoman untuk
Kinerja Peningkatan Sistem Manajemen Mutu • ISO 19011: Pedoman Audit Sistem
Manajemen Mutu dan Lingkungan
11. Downsizing (Perampingan)
Istilah “ramping” dewasa ini bukan hanya diperuntukkan dalam mengartikan
penurunan berat badan seseorang, istilah ini bahkan sudah lazim digunakan
perusahaan terhadap cara me-manage sumber dayanya. Perubahan lingkungan yang
begitu cepat dan pesat, tingkat persaingan yang begitu intens mau tidak mau
mengharuskan perusahaan untuk mengadaptasikan perubahan tersebut dalam hal
merubah cara me- manage mereka secara radikal.Isu-isu mengelola karyawan dalam
jumlah yang sedikit, tingkat manajemen yang datar merupakan praktek-praktek
perampingan (atau lebih dikenal dengan istilah “downsizing”) yang terjadi di dalam
perusahaan akhir-akhir ini. Umumnya langkah perampingan (downsizing) yang
dilakukan oleh perusahaan adalah dalam rangka menyehatkan kembali perusahaan
dalam rangka menciptakan “low cost production”.Hal ini harus dilakukan perusahaan
karena stabilitas dan prediktabilitas bisnis telah digantikan oleh ketidakpastian,
kompleksitas dan persaingan yang semakin intens. Siap tidak siap perubahan-
perubahan tersebut berdampak secra langsung bagi perusahaan, sehingga
mengharuskan perusahaan untuk mengubah cara-cara pengelolaan agar dapat survive
dan bersaing.
12. Downsizing merupakan salah satu opsi yang dapat dilaksanakan perusahaan dalam
mengubah cara pengelolaan karyawan yang lebih sedikit dan tingkat manajemen yang
lebih datar. Misalnya, untuk mengurangi biaya produksi yang terlalu tinggi salah satu
cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan mengurangi jumlah
karyawannya. Upaya ini sangat logis untuk dilakukan karena, umumnya biaya produksi
suatu perusahaan terdiri dari biaya tetap (fixed costs) dan biaya variabel (variable
costs).Dari kedua biaya ini biaya tetap mempunyai komposisi yang lebih besar dari
pada biaya variabel, sehingga langkah efesiensi biaya akan terasa langsung apabila
perusahaan dapat memangkas sebagian besar biaya tetap. Sebagian besar alokasi
biaya tetap adalah biaya kompensasi karyawan, hal inilah yang menjadi dasar
mengapa perusahaan mengambil tindakan yang tidak populer dengan mengurangi
jumlah karyawannya.Menurut Schuler dan Jackson apabila perusahaan terpaksa
melakukan perampingan, maka perampingan yang dilakukan harus mempunyai
aturan-aturan dan kriteria-kriteria tertentu. Hal ini dilakukan agar perampingan yang
dilakukan untuk menyehatkan kembali perusahaan tidak menimbulkan efek
komplikasi. Pimpinan perusahaan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi
keberhasilan proses downsizing.
13. Beberapa hal yang harus diperhatikan pimpinan perusahaan sebelum melakukan
proses downsizing adalah:
Pertama, sebaiknya pimpinan perusahaan melakukan proses sosialisasi kepada
seluruh karyawan terhadap alasan mengapa downsizing dilakukann. Hal ini perlu
dilakukan agar terciptanya pemahaman antara karyawan dan pihak pimpinan,
sehingga menimbulkan proses negosiasi (misalnya: apakah karyawan hanya
diberhentikan sementara sampai tingkat produktivitas perusahaan kembali stabil,
menyarankan pensiun dini bagi karyawan , ataupun program-program lainnya) ,
sehingga diharapkan karyawan dapat memahami serta menerima keputusan pihak
pimpinan melakukan downsizing.Langkah kedua adalah menetapkan kriteria-kriteria
karyawan yang akan diberhentikan berdasarkan evaluasi kerja (performance
appraisall) dimana evaluasi dilakukan menggunakan deskripsi pekerjaan (job
description), spesifikasi pekerjaan (job spesification) dan standar kerja (work
standard). Data-data dari proses produksi (seperti perbandingan kualitas dan kuantitas
kerja karyawan terhadap standar kerja) , data-data personalia (tingkat kehadiran
karyawan, keterlambatan, masa kerja karyawan) dapat juga digunakan sebagai
informasi pendukung dalam kriteria pengambilan keputusan downsizing. Hal ini perlu
dipertimbangkan agar proses downsizing dilakukan secara adil, bukan berdasarkan like
and dislike dari pihak pimpinan perusahaan, serta menjamin karyawan yang tinggal
dalam perusahaan benar-benar merupakan karyawan yang handal.
14. Langkah terakhir yang perlu menjadi pertimbangan pihak pimpinan perusahaan dalam
melakukan downsizing agar tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang ada di dalam
perusahaan (Standard Operation Procedure) maupun melanggar undang-undang
ketenaga kerjaan.Langkah downsizing merupakan keputusan sulit yang harus
dilakukan oleh pihak pimpinan perusahaan dalam upaya menyelamatkan perusahaan
dari kepailitan, sehingga diperlukan “kebesaran hati” dari semua pihak yang ada di
dalam perusahaan untuk memahami mengapa tindakan ini harus ditempuh.Namun di
satu sisi downsizing juga akan berdampak kepada tatanan ekonomi makro dengan
meningkatnya angka pengangguran, tingkat kemiskinan yang juga dapat meluas
merusak tatanan bermasyarakat melalui peningkatan angka kriminalitas. Oleh karena
itu, pihak pimpinan perusahaan diharapkan telah menganalisis dan memikirkan secara
seksama dan bijaksana sebelum keputusan downsizing dilaksanakan.
15. KaizenMerupakan istilah dalam bahasa Jepang yang bermakna "perbaikan
berkesinambungan". Filsafat kaizen berpandangan bahwa hidup kita hendaknya fokus
pada upaya perbaikan terus-menerus.Pada penerapannya dalam perusahaan, kaizen
mencakup pengertian perbaikan berkesinambungan yang melibatkan seluruh
pekerjanya, dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.Dalam
kaizen manajemen memiliki dua fungsi utama :PemeliharaanKegiatan pemeliharaan
teknologi, sistem manajemen, dan standar operasional yang ada sekaligus menjaga
standar tersebut melalui pelatihan serta disiplin dengan tujuan agar semua karyawan
dapat mematuhi prosedur pengoperasian standar (Standard Operating Procedure-
SOP) yang telah ditetapkan.PerbaikanKegiatan yang diarahkan pada meningkatkan
standar yang ada.
16. Kedua fungsi tersebut disimpulkan sebagai Pemeliharaan dan Perbaikan Standar.
Perbaikan ini sendiri dapat terbagi menjadi kaizen dan inovasi. Kaizen bersifat
perbaikan kecil yang berlangsung oleh upaya berkesinambungan, sedangkan inovasi
merupakan perbaikan drastis sebagai hasil dari investasi sumber daya berjumlah besar
dalam teknologi atau peralatan.Kaizen menekankan pada upaya manusia, moral,
komunikasi, pelatihan, kerja sama, pemberdayaan dan disiplin diri, yang merupakan
pendekatan peningkatan berdasarkan akal sehat, berbiaya rendah.Komitmen
KualitasSasaran akhir kaizen adalah tercapainya Kualitas, Biaya, Distribusi (Quality,
Cost, Delivery- QCD), sehingga pada praktiknya kaizen menempatkan kualitas pada
prioritas tertinggi. Kaizen mengajarkan bahwa perusahaan tidak akan mampu bersaing
jika kualitas produk dan pelayanannya tidak memadai, sehingga komitmen
manajemen terhadap kualitas sangat dijunjung tinggi. Kualitas yang dimaksud dalam
QCD bukan sekedar kualitas produk melainkan termasuk kualitas proses yang
ditempuh dalam menghasilkan produknya.Orientasi ProsesKaizen menekankan bahwa
tahap pemrosesan dalam perusahaan harus disempurnakan agar hasil dapat
meningkat, sehingga dapat disimpulkan bahwa filsafat ini mengutamakan proses.
Dalam kaizen dipercaya bahwa proses yang baik akan memberikan hasil yang baik
pula.
17. Kaizen, Prinsip Kerja ala Jepang
Tahukah Anda, banyak pemimpin perusahaan/manajer yang merasa sudah puas
dengan sistem perusahaannya, yang dirasakan sudah berjalan dengan baik. Para
pemimpin dan manajer itu berpikir, "Kalau sistem perusahaan saya tidak rusak,
mengapa harus diganti dengan yang baru? Untuk saat ini, kita cukup bekerja dengan
mengikuti arus saja!“.Nah, menurut Kaizen, perubahan zaman terjadi setiap saat. Kita
perlu melakukan inovasi (secara proporsional dan profesional) untuk beradaptasi
dengannya.
18. Penerapan KaizenDalam menerapkan Kaizen, para pemimpin perusahaan/organisasi di
Jepang berpegang pada dua prinsip. Pertama, perlu proses atau cara kerja yang baik
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dengan proses atau cara kerja demikian, kita
bisa bekerja lebih cekatan (bukan bekerja lebih berat).Untuk mendapatkan proses
yang baik, para pemimpin perusahaan perlu mengetahui sumber masalah-masalah,
kemudian meminta ide/gagasan/solusi dari semua karyawannya. Bagaimanapun juga,
merekalah yang menjalani pekerjaan sehari-hari/dekat dengan pekerjaannya.
Biasanya, solusi terbaik adalah solusi yang paling sederhana, logis, dan mudah
dilaksanakan.
19. Kedua, memilih gagasan-gagasan yang bisa dilaksanakan, "mengeksekusinya", dan
bersabar menunggu hasilnya.Tahukah Anda, perusahaan otomotif raksasa, Toyota,
menerima 2 juta ide per tahun, dari para karyawannya! Sebanyak 80% berhasil
dilaksanakan. Ternyata, satu perbaikan kecil dapat menghasilkan akibat yang besar!
Waktu dan uang dapat dihemat. Para karyawan pun semakin bersemangat kerja,
karena mereka melihat ide-ide mereka diterima dan dilaksanakan oleh
perusahaan.Dalam proses itu, antara lain, para pimpinan dan manajer harus mampu
menetapkan dan menjalankan suatu standar, serta mengontrol kualitas. Mereka juga
harus mau mendengarkan ide/saran, berusaha memberikan feed back yang
membangun, sekaligus terus memotivasi karyawannya! Para karyawan pun harus
lebih aktif memikirkan pekerjaannya, bukan bekerja seperti robot.
20. Model Just In Time (JIT)
Model JIT adalah model yang menempatkan pemasok sebagai mitra bisnis sejati;
mereka dididik, dibina, dan diperlakukan sebagai bagian dari perusahaan yang dipasok
bahan bakunya.Pengertian JIT adalah persediaan dengan nilai nol atau mendekati nol,
artinya perusahaan tidak menanggung biaya persediaan. Bahan baku akan tepat
datang pada saat dibutuhakan.Model yang demikian tentu saja pemasoknya adalah
pemasok yang setia dan profesional. Dengan model ini terjadi efisiensi biaya
persediaan bahan baku.Dalam hubungannya dengan barang jadi (finished goods)
model JIT juga diterapkan, dimana perusahaan hanya memproduksi sesuai dengan
pesanan sehingga ia tidak mempnyai persediaan barang jadi. Dampaknya adalah
penghematan biaya persediaan barang jadi.Model ini dapat diterapkan jika semua
pihak yang terlibat dalam proses produk mulai dari pemasok sampai ke pelanggan
memiliki motivasi kuat dalam pengendalian dan peningkatan kualitas berkelanjutan.
21. Keunggulan Just In Time antara lain adalah :
Menghilangkan pemborosan dengan cara memproduksi suatu produk hanya dalam
kuantitas yang diminta pelanggan.Dampak persediaan, persediaan kecil, mungkin
nol.Tata letak pabrik, dikelompokkan satu macam produk, atau sistem
sel.Pengelompokkan karyawan, dalam satu jenis produk.Pemberdayaan karyawan,
dilatih dan dididik terus menerus menyesuaikan dengan perubahan alat kerja dan
metode kerja.Pengendalian mutu total, semua orang bertanggung jawab terhadap
mutu produk.
22. Kritik terhadap JITSulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya
melayani pesanan pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya,
dan hanya memproduksi satu jenis produk.Dalam industri sulit sekali suatu tidak
memiliki persediaan, khususnya yang bahan bakunya impor.Sulit dilakukan oleh
pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi satu macam komoditi dengan
teknologikhusus.Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis
produk tidak mudah, dan mungkin biayanya mahal.Pada umumnya perusahaan
disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi komoditi terus menerus tanpa
menghiraukan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan karyawan; mereka lebih
suka membajak karyawan lain yang sudah ahli sehingga tidak perlu mendidik dan
melatih; teknologi dan metode kerja tidak begitu mudah diganti.Karyawan pada
umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan ingin merealisasikan bakat
dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi mereka pada umumnya kurang peduli
terhadap mutu produk
23. Activity Based Costing (ABC)
ABC merupakan suatu sistem informasi tentang pekerjaan (atau aktivitas) yang
mengkonsumsi sumber daya dan menghasilan nilai bagi konsumen.Definisi lainnya
mengenai ABC, antara lain ABC adalah sistem akuntansi dan alokasi yang menelusuri
biaya ke produk menurut aktivitas-aktivitas yang dilakukan terhadap produk, yang
dimaksudkan untuk menghasilkan informasi biaya bagi keputusan strategis,
perancangan dan pengendalian operasional.ABC sistem didefinisikan sebagai
metodologi yang mengukur biaya dan kinerja aktivitas-aktivitas sumber daya dan
obyek biaya. Sumber daya dibebankan ke aktivitas kemudian aktivitas dibebankan ke
obyek biaya sesuai dengan penggunaannya.Definisi tersebut mencakup suatu range
informasi biaya dan informasi kinerja yang luas, tidak hanya tefokus pada product
costing saja. ABC system dapat juga dijadikan alat manajemen dalam melahirkan
continuous improvement.
24. Model ABC yang berbasis pada definisi tersebut diatas mempunyai 2 sudut pandang
yaitu:
Cost Assignment View (sudut pandang pembebanan biaya)Sudut pandang ini ABC
merefleksikan kebutuhan organisasi untuk membebankan biaya ke aktivitas dan obyek
biaya (baik produk, jasa maupun konsumen) dan untuk menganalisis keputusan-
keputusan yang diambil (misalnya dalam hal penetapan harga, bauran produk,
perencanaan produk, perancangan produk dan lainnya). Cost assignment view ini
dibentuk dari bebrapa building block, tiga yang utama adalah: Sumber daya, elemen-
elemen ekonomi yang diarahkan ke kinerja aktivitas dan merupakan sumber
biaya.Process viewSudut pandang ini ABC menyediakan informasi mengenai kerja
yang telah dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara kerja tersebut
dengan aktivitas yang lain.Biaya jasa berdasar ABC dapat memberikan dasar yang
layak dalam pengambilan keputusan, diantaranya keputusan untuk membeli atau
membuat keputusan.
25. Konsep dasar Activity Based Costing (ABC)
Anggapan yang mendasari konsep ABC adalah sebagai berikut:Kegiatan menimbulkan
biayaABC berangkat dengan anggapan bahwa sumber daya pembantu atau sumber
daya tidak langsung menyediakan kemampuan untuk melaksanakan kegiatan, bukan
sekedar menyebabkan timbulnya biaya yang harus dialokasikan.Produk menyebabkan
timbulnya permintaan dan kegiatanUntuk membuat produk diperlukakn berbagai
kegiatan, dan setiap kegiatan memerlukan sumber daya untuk pelaksanaan kegiatan
tersebut.Dengan konsep dasar ABC tersebut, biaya merupakan konsumsi sumber daya
(seperti bahan baku, sumber daya manusia, tekhnologi, modal) dihubungkan dengan
kegiatan yang mengkonsumsi sumber daya tersebut. Dengan demikian hanya dengan
mengelola dengan baik kegiatan untuk menghasilkan produk dan jasa, manjemen
akan mampu membawa perusahan unggul dalam persingan jangka panjang. Untuk
mampu mengelola kegiatan perusahaan, manajemen memerlukan informasi biaya
yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai kegiatan perusahaan.
26. Dalam merancang ABC, kegiatan untuk memproduksi dan menjual produk dalam
perusahaan yang menghasilkan berbagai macam produk dapat digolongkan ke dalam
4 macam kelompok besar yaitu:
1) Facility Sustaining Activity Cost Biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk
mempertahankan kapasitas yang dimiliki perusahaan. Biaya depresiasi dan
amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci perusahaan adalah contoh
jenis biaya yang termasuk dalam facility sustainining activity cost. Biaya
dibebankan kepada produk atas dasar taksiran unit produk yang dihasilkan
kapasitas activity cost.
2) Product Sustaining Activity Cost Biaya ini berhubungan dengan penelitian dan
pengembangan produk tertentu dan biaya-biaya untuk mempertahankan produk
untuk tetap dapat dipasarkan. Biaya ini tidak terpengaruh oleh jumlah unit yang
diproduksi dan jumlah batch produksi yang dilaksanakan oleh divisi penjual.
Contoh biaya ini adalah biaya desain produk, desain proses pengolahan produk,
pengujian produk, biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran jumlah
unit produk tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tertentu (product
life cycle).
3) Batch Activity Cost Biaya ini berhubungan dengan jumlah batch produk yang
diproduksikan. Setiap cost yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
menyiapkan mesin dan peralatan sebelum suatu order prosuksi diproses adalah
contoh biaya yang termasuk dalam golongan biaya ini, besar kecilnya biaya ini
tergantung dari frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi produksi. Biaya
ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi dalam setiap order
produksi. Pembeli dibebani batch activity cost berdasarkan jumlah batch activity
cost yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam setiap menerima order dari pembeli.
4. Unit Level Activity Cost Biaya ini dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit
produk yang dihasilkan. Biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya
angkutan adalah contoh biaya yang termasuk dalam golongan ini, biaya ini
dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk dikalikan dengan
jumlah produk yang sesunguhnya diperoleh.

27. Balanced Scorecard. Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka kerja baru yang
mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan. Selain
ukuran finansial masa lalu, Balanced Scorecard juga menggunakan pendorong kinerja
masa depan.Pendorong kinerja yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis
internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses penerjemahan
strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai
tujuan dan ukuran yang nyata.Balanced Scorecard tetap mempertahankan berbagai
ukuran finansial tradisional yang hanya menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu dan
tidak memadai untuk menuntun dan mengevaluasi perjalanan yang harus dilalui
perusahaan abad informasi dalam menciptakan nilai masa depan melalui investasi
yang ditanamkan pada pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi, dan inovasi.
Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu dengan
ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan.

28. Balanced Scorecard merupakan suatu alternatif pengukuran kinerja yang memandang
dalam empat perspektif, yaitu :
1) Perspektif Keuangan Tujuan finansial menjadi fokus tujuan dan ukuran di semua
perspektif lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan hubungan sebab akibat
yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Tujuan dan
ukuran finansial harus memainkan peran ganda, yakni: 1) menentukan kinerja
finansial yang diharapkan dari strategi dan 2) menjadi sasaran akhir tujuan dan
ukuran perspektif scorecard lainnya.
2) Perspektif Pelanggan Dalam perspektif ini perusahaan melakukan identifikasi
pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perusahaan biasanya memilih
dua kelompok ukuran untuk perspektif pelanggan. Kelompok ukuran pertama
merupakan ukuran generik yang digunakan oleh hampir semua perusahaan.
Kelompok ini meliputi : pangsa pasar, akuisisi pelanggan, kepuasan pelanggan, dan
profitabilitas pelanggan.
3) Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif ini, para manajer melakukan identifikasi berbagai proses yang
sangat penting untuk mencapai tujuan pelanggan dan pemegang saham.4.
Perspektif Pembelajaran dan PertumbuhanPerspektif ini mengembangkan tujuan
dan ukuran yang mendorong pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Tujuan
yang ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis internal
mengidentifikasikan apa yang harus dikuasai perusahaan untuk menghasilkan
kinerja yang istimewa. Tujuan di dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan tujuan yang ambisius
dalam ketiga perspektif lainnya dapat terwujud. Yang mana diharapkan dapat
memberikan penilaian yang komprehensif kepada manajemen.

29. Supply Chain Management (SCM)


Pada masa lalu pengiriman produk telah dikembangkan secara relatif tidak sesuai
dengan permintaan yang diperkirakan, selanjutnya produk pabrik dan pemenuhan
gudang sampai ke barang akhir yang terkadang mengalami ketidaksinkronan antara
permintaan dan penyampaiannya.Kemudian keadaan mulai berubah, yang berawal
dari aktivitas lintas manajemen semua industri yang sepakat untuk berkolaborasi
dengan pelanggan dan pemasok pada perencanaan dan proses pengisian yang
seharusnya dikerjakan secara efektif.Pelanggan dan pemasok berkumpul secara
bersama-sama dalam membicarakan keuntungan melalui partner, kebutuhan yang
lebih baik atas proses manajemen rantai pasokan (supply chain management) dan
sistem, jelas lebih banyak bermanfaat dan mendatangkan tingginya prioritas bisnis.

30. Supply Chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama- sama
bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai
akhir. Perusahaan-perusahaan tersebut termasuk supplier, pabrik, distributor, toko
atau ritel, sertu perusahaan pendukung seperti jasa logistik.Ada 3 macam hal yang
harus dikelola dalam supply chain yaitu pertama, aliran barang dari hulu ke hilir
contohnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, setelah produksi selesai
dikirim ke distributor, pengecer, kemudian ke pemakai akhir. Kedua, aliran uang dan
sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu dan ketiga adalah aliran informasi yang bisa
terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya.
31. Kalau supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan- perusahaan yang
terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang maupun mengirimkannya
ke pemakai akhir, SCM adalah metode, alat atau pendekatan pengelolaannya.Supply
Chain di sini bisa diartikan Semua aktivitas yang terlibat, secara langsung atau tak
langsung, dalam memenuhi permintaan konsumen, meliputi pabrikan, supplier,
transportasi, gudang, retailer (pengecer), konsumen.Pada tiap perusahaan, supply
chain meliputi semua fungsi yang terlibat untuk memenuhi permintaan konsumen
(pengembangan produk, pemasaran, proses operasi, distribusi keuangan, pelayanan
konsumen).Tidak semua stage ada pada jaringan supply chain. Pendekatan yang
ditekankan dalam SCM adalah terintegrasi dengan semangat kolaborasi.Supply chain
management tidak hanya berorientasi pada urusan internal melainkan juga eksternal
perusahaan yang menyangkut hubungan dengan perusahaan-perusahaan partner.

32. BARCODE (MANAGEMENT INFORMATION SYSTEM – MIS)


Di awal perkembangannya, penggunaan kode baris dilakukan untuk membantu proses
pemeriksaan barang- barang secara otomatis pada supermarket. Tetapi saat ini kode
baris sudah banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti misalnya digunakan
sebagai kartu identitas, kartu kredit dan untuk pemeriksaan secara otomatis pada
perpustakaan. Kode baris digambarkan dalam bentuk baris hitam tebal dan tipis yang
disusun berderet sejajar horisontal. Untuk membantu pembacaan secara manual
dicantumkan juga angka-angka dibawah kode baris tersebut. Angka-angka tersebut
tidak mendasari pola kode baris yang tercantum. Ukuran dari kode baris tersebut
dapat diperbesar maupun diperkecil dari ukuran nominalnya tanpa tergantung dari
mesin yang membaca.
33. Aplikasi Penggunaan Barcode
Fungsi barcodePada toko grosir dan departement store digunakan untuk memelihara
jalur sejumlah besar materi atau item di suatu gudang/ toko dan juga mengurangi
kejadian shoplifting.Sebagai alat memanajemen dokumen dan indeks.Mengikuti jalan
pergerakan item, mencakup persewaan mobil, perusahaan penerbangan bagasi/tas.
barang, barang sisa nuklir, parcels dan pos.Membantu para peneliti dalam menjejaki
perkawinan serangga.Untuk kacis masuk.Digunakan pada automobile.Aplikasi
Penggunaan BarcodeBarcode banyak digunakan untuk berbagai keperluan
sepertiKartu dan obat pasien pada rumah sakit,Pemeriksaan item barang di
supermarket,Pemeriksaan buku pada perpustakaanPemeriksaan dokumen pada
perusahaanDNA testKartu kredit Kartu identitas karyawan pada suatu perusahaan, dll
34. CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM)
CRM adalah sebuah istilah industri TI untuk metodologi, strategi, perangkat lunak
(software) dan atau aplikasi berbasis web yang mampu membantu sebuah perusahaan
untuk mengelola hubungannya dengan para pelanggan.CRM adalah Metode yang
memaparkan katagori pada konsep , tools dan proses penetapan, pengembangan,
pemeliharaan dan optimisasi dari hubungan yang berharga satu sama lain dalam
jangka panjang antara konsumen dan organisasi.CRM mencakup metoda dan
teknologi yang digunakan perusahaan untuk mengelola hubungan mereka dengan
pelanggan. Informasi yang disimpan untuk setiap pelanggan dan calon pelanggan
dianalisa dan digunakan untuk setiap tujuan pengambilan keputusan. Proses otomasi
dalam CRM digunakan untuk menghasilkan personalisasi pemasaran otomatis
berdasarkan informasi pelanggan yang tersimpan dalam sistem.CRM adalah usaha
sebuah perusahaan untuk berkonsentrasi menjaga pelanggan dengan mengumpulkan
segala bentuk interaksi pelanggan baik itu lewat telepon, , masukan di situs atau hasil
pembicaraan dengan staf sales dan marketing.CRM adalah sebuah strategi bisnis
menyeluruh dalam suatu perusahaan yang memungkinkan perusahaan tersebut
secara efektif bisa mengelola hubungan dengan para pelanggan.
35. Ruang Lingkup CRMProses CRM : Dalam membantu Mengindetifikasi target konsumen
secara umum pada kualitas sales, perencanaan dan implementasi marketing dengan
tepat sasaran dan objektif.Proses CRM : Dalam membantu hubungan baik dengan
konsumen (untuk memperbaiki kepuasan konsumen) dan menyediakan pelayanan
terbaik yang menguntungkan konsumen.Proses CRM : Menyediakan fasilitas informasi
(karyawan) dalam melayani keinginan dan kebutuhan konsumen untuk membangun
hubungan baik antara perusahaan dan konsumen.Sasaran dan Tujuan CRMUntuk
meningkatkan pertumbuhan jangka panjang dan profitabilitas perusahaan melalui
pengertian yang lebih baik terhadap kebiasaan pelanggan.Untuk menyediakan umpan
balik yang lebih efektif dan integrasi yang lebih baik dengan pengendalian return on
investment dalam bisnis tersebut.Agar semua sistem, prosedur dan infrastruktur
perusahaan berada di jalur yang sama untuk melayani konsumen guna mencapai
kepuasan pelanggan, otomasi tenaga penjualan, pusat panggilan dan operasi lapangan
harus berada di jalur yang sama.
36. Pentingnya CRM :Karena tingkat persaingan global antar perusahaan kian besar.Fakta
bahwa untuk mendapatkan pelanggan baru bisa 10 kali biaya untuk menjaga
pelanggan yang sudah ada.Tren bisnis saat ini yang tujuan utamanya adalah untuk
meningkatkan loyalitas pelanggan ke perusahaan kitaBanyaknya konsumen yang
menginginkan pelayanan purna jual.Pengguna CRM :Bisa dari perusahaan/ bidang
usaha berskala kecil sampai ke perusahaan berskala besar.Aplikasi CRM biasanya
dengan mengunakan Database (Tools) seperti sofware dan browser–based application
dalam mendata dan menyimpan informasi tentang konsumen.Pada Perusahan kecil
dalam membuat data CRM cukup mudah dengan menggunakan aplikasi spreadsheet
seperti MS Excell, Open Office Calc dll pun bisa dibuat CRM sederhana. Data
pelanggan secara rajin dan teliti dicatat, sehingga setiap mereka menggunakan
jasa/produk kita, kita bisa melayani sesuai riwayat data transaksi.Pada perusahaan
besar, pasti dibutuhkan aplikasi pengelolaan database (DBMS = DataBase
Management System), bisa dengan MS SQL, Oracle, MySQL, IBM DB2 dll. Diatas itu
akan bisa dibangun aplikasi yang sesuai business logic dari CRM tiap perusahaan.
Kebutuhan di perbankan akan berbeda di industri telekomunikasi, begitu juga di retail,
hospitality dll.

Anda mungkin juga menyukai