Anda di halaman 1dari 30

PEMERINTAH KOTA BALIKPAPAN

DINAS PEKERJAAN UMUM

BIDANG PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN


DINAS PEKERJAAN UMUM
KOTA BALIKPAPAN

Rencana Kerja dan Syarat (RKS)


&
Spesifikasi Teknis

PENINGKATAN JALAN LINGKUNGAN XIII

TAHUN ANGGARAN 2019


RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT

BAGIAN 1
UMUM

1. Peraturan-peraturan Teknis

Dalam pelaksanaan pekerjaan, bila tidak ditentukan dalam Rencana Kerja dan Syarat- Syarat (RKS)
ini, maka akan berlaku dan mengikat peraturan- peraturan di bawah ini, termasuk segala perubahan
dan tambahannya, yaitu :
1.1. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Bangunan di Indonesia ( AV.41 ) tahun 1941.
1.2. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia, untuk Arbitrasi Teknik dari Dewan Teknik
Bangunan Indonesia ( DTPI ).
1.3. Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung ( SNI 03-2445-1991 ).
1.4. Spesifikasi Bahan Tambahan Untuk Beton ( SNI 03-2495-1991 ).
1.5. Spesifikasi Bahan/ material Bagian A ( Bahan/material Bukan Logam ) SNI 03-6861.
1-2002.
1.6. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.
1.7. Peraturan-Peraturan yang dikeluarkan oleh Jawatan/Instansi Pemerintah setempat, yang
berkaitan dengan pelaksanaan bangunan.

2. Penjelasan Gambar Bestek Dan RKS.

2.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan, maka berlaku dan mengikat, yaitu:


2.1.1. Gambar Bestek, Rencana Kerja dan Syarat-Syarat (RKS).
2.1.2. Berita Acara Penjelasan (Aanwijzing).
2.1.3. Berita Acara Penunjukan.
2.1.4. Surat Keputusan Pimpinan Unit tentang Penunjukan Pelaksana Pekerjaan.
2.1.5. Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).
2.1.6. Surat Penawaran beserta lampiran-lampirannya.
2.1.7. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) yang disetujui oleh Pemberi Tugas dan
Konsultan Pengawas.

2.2. Kontraktor dan Konsultan Pengawas diharuskan meneliti rencana gambar bestek dan
rencana kerja dan syarat-syarat (RKS), termasuk penambahan/pengurangan atau perubahan
yang tercantum dalam berita acara Aanwijzing.
2.3. Bila terdapat perselisihan antara rencana gambar bestek dengan rencana kerja dan syarat-
syarat (RKS), maka yang mengikat adalah rencana kerja dan syarat-syarat.

2.4. Bila terdapat perbedaan antara rencana gambar bestek yang satu dengan rencana gambar
bestek yang lainnya, maka diambil rencana gambar bestek yang ukuran skalanya lebih besar.

2.5. Bila perbedaan-perbedaan tersebut diatas menimbulkan keragu-raguan, sehingga


menimbulkan kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan, maka harus segera dikonsultasikan
kepada Konsultan Pengawas atau Konsultan Perencana dan keputusan-keputusannya harus
dilaksanakan.
BAGIAN II
PENDAHULUAN

1. Ruang Lingkup Pekerjaan

Kegiatan : Peningkatan Jalan Lingkungan III

Pekerjaan : Jalan RT. 48, Gg. Yasmin Kel. Sumber Rejo - Kec. Balikpapan Tengah

Lokasi : Kota Balikpapan (tersebar) - Provinsi Kalimantan Timur

2. Mulai Kegiatan

2.1. Setelah Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) ditandatangani dan dikeluarkan kegiatan
pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana lingkungan rutan harus sudah dimulai,

2.3. Kontraktor diharuskan membuat papan nama proyek sesuai dengan persyaratan yang
berlaku dan harus dipasang paling lambat 7 hari setelah dimulai pekerjaan.

3. Bangsal Konsultan Pengawas dan Bangsal Kerja / Gudang

3.1. Kontraktor harus membuat bangsal Konsultan Pengawas dengan menggunakan bahan-bahan
sederhana seperti usuk, lantai papan, dinding papan/plywood, atap seng dan pintu yang
harus dilengkapi dengan kunci yang baik serta cukup jendela dan ventilasi/penerangan.
Bangsal tersebut tidak menyatu dengan bangsal atau gudang kontraktor.

3.2. Bangsal Konsultan Pengawas tersebut harus diperlengkapi dengan:


3.2.1. Dua buah meja tulis ukuran 80 cm x 120 cm.
3.2.2. Dua buah kursi sebagai perlengkapan meja tulis.
3.2.3. Satu set meja kursi tamu.
3.2.4. Satu buah papan tulis yang berukuran 120 cm x 240 cm.
3.2.5. Sebuah meja besar yang berukuran 120 cm x 240 cm, untuk keperluan
pertemuan/rapat di lapangan.
3.2.6. Pada meja besar harus dilengkapi dengan kursi panjang yang sesuai dengan
kebutuhan rapat/pertemuan di lapangan.
3.2.7. Sebuah ruang toilet dan dapur kecil sederhana dengan cukup persediaan air bersih.
3.3. Kontraktor harus membuat bangsal kerja untuk pekerja dan gudang untuk menyimpan
bahan-bahan/material dan peralatan pekerjaan dan pintunya harus mempunyai kunci yang
baik/kuat untuk keamanan bahan/perlengkapan.

3.4. Tempat mendirikan bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang, akan
ditentukan kemudian dan dikonsultasikan dengan Pemberi Tugas.

3.5. Bangsal Konsultan Pengawas dan perlengkapannya, harus sudah siap di lokasi bangunan,
sebelum pekerjaan dimulai atau 10 hari sesudah SPMK diterima. Setelah selesai pekerjaan
tersebut, bangsal dan perlengkapannya menjadi milik Pemberi Tugas.

3.6. Pembongkaran bangsal Konsultan Pengawas, bangsal kerja dan gudang adalah menjadi
tanggung jawab Kontraktor dan bahan bongkaran menjadi milik Pemberi Tugas.

4. Jadwal Pelaksanaan (Time Schedulle)

4.1. Sebelum pekerjaan bangunan dimulai, maka Kontraktor wajib membuat jadwal pelaksanaan
(Time Schedule) yang memuat uraian pekerjaan, waktu pekerjaan, bobot pekerjaan dan
grafik hasil pekerjaan secara terperinci serta jadwal penggunaan bahan/material dan tenaga
kerja.

4.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan yang terperinci, maka Pelaksana Kontraktor mempunyai
kewajiban:
- membuat rencana kerja harian, mingguan dan bulanan yang diketahui/disetujui oleh
Konsultan Pengawas Lapangan.
- membuat gambar kerja, untuk pegangan/pedoman bagi kepala tukang yang harus
diketahui Konsultan Pengawas Lapangan.
- membuat daftar yang memuat pemasukan bahan/material yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan bangunan pada pasal 1.

4.3. Rencana Kerja (Time Schedule) di atas harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas
dan Pemberi Tugas.

4.4. Rencana Kerja (Time Sehedule), harus sudah selesai dibuat oleh Kontraktor, paling lambat 7
(tujuh) hari kalender, setelah SPMK diterima.
4.5. Kontraktor harus memberikan salinan rencana kerja (Time Schedule), sebanyak 4 (empat)
lembar kepada Konsultan Pengawas dan 1 (satu) lembar harus dipasang pada dinding
bangsal kerja.

4.6. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana kerja
(Time Schedule) yang ada dan harus membuat grafik prestasi pekerjaan.

5. Tenaga Kerja Lapangan Kontraktor

5.1. Pelaksana Lapangan pendidikan minimal STM, mempunyai pengalaman minimal 3 tahun
dan memiliki SKT . Tukang Besi Beton/Barbender/Bar Bending (TS 012) atau Tukang Cor
Beton/Concretor/Concrete Operations (TS 013) atau Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan
(TS 028) atau Pelaksana Pekerjaan Jalan (TS 045).

5.2 Administrasi/Keuangan pendidikan SMA sederajat, mempunyai pengalaman minimal 3


tahun.

5.3. Bila dikemudian hari, menurut penilaian Team Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan
Pengawas, bahwa Pelaksana kurang mampu atau tidak mampu melaksanakan tugasnya,
maka Kontraktor diharuskan mengganti Pelaksana tersebut dan harus memberitahukan
secara tertulis tentang Pelaksana yang baru, demi kelancaran pekerjaan.

6. Tenaga Kerja / bahan / peralatan

6.1. Daftar Peralatan Utama minimal yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan antara lain
Gerobak dorong dan Peralatan tukang.

6.2 Kontraktor harus mendatangkan tenaga kerja yang berpengalaman dan ahli di bidang
pekerjaannya masing-masing dan tenaga kerja lainnya.

6.3. Sebelum bahan/material didatangkan ke lokasi Proyek, maka Pelaksana harus memberikan
contoh bahan/material kepada Konsultan Pengawas Lapangan dan bila sesuai dengan
persyaratan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas Lapangan maka barulah boleh
didatangkan dalam jumlah yang besar menurut keperluan Proyek. Mengenai jumlah contoh
bahan/material yang diberikan dapat dikonsultasikan dengan Konsultan Pengawas.

6.4. Mendatangkan bahan/material untuk pelaksanaan Proyek, harus tepat pada waktunya dan
kwalitasnya harus sesuai dengan yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas.
6.5. Bahan/material yang tidak sesuai dengan persyaratan dan ditolak oleh Konsultan Pengawas,
harus segera dikeluarkan dari lokasi Proyek, paling lambat 24 jam sesudah surat pernyataan
penolakan dikeluarkan.

6.6. Bahan/material yang berada dilokasi Proyek dan akan digunakan untuk pelaksanaan
bangunan, tidak boleh dikeluarkan dari lokasi Proyek.

6.7. Pelaksana harus menyediakan alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan jalan agar supaya
pelaksanaannya dapat selesai sesuai dengan waktu yang disediakan. Alat-alat tersebut
berupa Theodolit, waterpass, Peralatan Tukang dan alat-alat berat/ringan lainmya yang
sangat diperlukan.

6.8. Alat-alat yang disediakan oleh Kontraktor, harus dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin
dan bila rusak harus segera diperbaiki dan bila tidak dapat digunakan, maka harus segera
dikeluarkan dari lokasi Proyek.

6.9. Alat-alat dan bahan-bahan yang berada di tepi jalan malam hari harus diberi lampu merah
yang cukup jelas dan terang agar tidak mengganggu lalu-lintas/menimbulkan kecelakaan,
atau alat lainnya menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

7. Keamanan Proyek

7.1. Kontraktor diharuskan menjaga keamanan terhadap barang-barang milik Proyek, Konsultan
Pengawas dan Pihak ketiga yang ada dilapangan, baik terhadap pencurian maupun
pengrusakan.

7.2. Bila terjadi kehilangan atau pengrusakan barang-barang, alat-alat dan hasil pekerjaan, maka
akan menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak dapat diperhitungkan dalam pekerjaan
tambah/kurang atau pengunduran waktu pelaksanaan.

7.3. Apabila terjadi kebakaran, maka Kontraktor bertanggung jawab atas akibatnya. Untuk
mencegah bahaya kebakaran tersebut, Kontraktor harus menyediakan alat pemadam
kebakaran yang siap digunakan dan ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis dan
mudah dicapai.
8. Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja

8.1. Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi dalam
pelaksanaan paket pekerjaan ini adalah
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK4) Konstruksi Bidang PU.
d. dst.

8.2 Membuat Prarencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kontrak


Contoh :

PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN


.................................
KERJA KONTRAK
Logo & Nama Perusahaan
(PRA – RK3K)

1. KEBIJAKAN K3
(Berupa pernyataan Direktur Utama atas nama perusahaan untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dalam melaksanakan kegiatan konstruksi)

2. PERENCANAAN
1) Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko Bahaya
Identifikasi Jenis Bahaya &
No. Jenis/Type Pekerjaan Pengendalian
Risiko K3
1 2 3 4
(Diisi dengan jenis/Type (diisi JENIS BAHAYA & RISIKO (diisi jenis-jenis pengendalian
pekerjaan) pada pekerjaan/kegiatan resiko K3 berdasarkan hasil
dan/atau jenis alat, jenis identifikasi BAHAYA & RISIKO
material, proses dan lingkungan K3)
kerja terkait pekerjaan tersebut
pada kolom no.2)

1. Contoh Contoh : Contoh :


”Pekerjaan Tanah” Jenis Bahaya & Risiko Pengendalian Risiko K3
Galian Tanah Biasa a) Tertimbun Longsor -> a) Buat Turap Penahan
Luka Berat Tanah
b) Terjatuh kelubang -> b) Buat Pagar Pelindung
Luka Berat

2 dst. (silahkan diisi) dst. (silahkan diisi) dst. (silahkan diisi)

2) Pemenuhan Perundang-Undangan dan Persyaratan Lainnya


(daftar Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan lain yang terkait dengan K3, sesuai
pekerjaan/kegiatan yang akan dilaksanakan)
Contoh :
Peraturan Perundang-undangan dan persyaratan K3 yang wajib dipunyai dan dipenuhi
dalam pelaksanaan paket pekerjaan ini adalah
a. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
b. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
c. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK4) Konstruksi Bidang PU
d. dst

3. SASARAN K3 DAN PROGRAM K3


(sasaran dan Program K3 yang akan dilaksanakan, harus disusun berdasarkan hasil identifikasi bahaya dan
penetapan pengendalian risiko. Sasaran harus terukur secara kualitatif maupun kuantitatif)

Contoh:
Sasaran K3 :
a. Tidak ada kecelakaaan kerja yang berdampak korban jiwa (Zero Fatal Accident)
b. Tingkat penerapan elemen SMK3 minimal 80%
c. Semua pekerja wajib memakai APD yang sesuai bahaya dan risiko pekerjaannya masing-
masing
d. Dst

Program K3
a. Melaksanakan Rencana K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, Rambu-rambu,
Spanduk, Poster, pagar pengaman, jaring pengaman, dsb) secara konsisten.
b. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara kerja berbahaya.
c. Memastikan semua pekerja untuk mematuhi peraturan yang telah ditetapkan
d. Dst

Organisasi K3
Menyediakan petugas K3 sesuai dengan struktur organisasi yang diusulkan
Contoh :

Penanggung Jawab K3

Emergency/ P3K Kebakaran


Kedaruratan
8.2 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan para pekerja, Kontraktor harus
menjamin sesuai dengan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu Kontraktor harus
mengikutkan pekerja sebagai peserta Asuransi Sosial Tenaga Kerja (BPJS Ketenagakerjaan)
sesuai dengan peraturan Pemerintah yang berlaku.

8.3. Pada pekerjaan-pekerjaan yang mengandung resiko bahaya jatuh, maka Kontraktor harus
menyediakan sabuk pengaman kepada pekerja tersebut.

8.4. Untuk melaksanakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K), maka Kontraktor harus
menyediakan sejumlah obat-obatan dan perlengkapan medis lainnya yang siap digunakan
apabila diperlukan.

8.5. Bila terjadi musibah atau kecelakaan di lapangan yang memerlukan perawatan yang serius,
maka Kontraktor/Pelaksana harus segara membawa korban ke Rumah Sakit yang terdekat
dan segera melaporkan kejadian tersebut kepada Pemberi Tugas.

8.6. Kontraktor harus menyediakan air minum yang bersih, cukup dan memenuhi syarat-syarat
kesehatan bagi semua pekerja/petugas, baik yang berada dibawah tanggung jawabnya
maupun yang berada dibawah pihak ketiga.

9. Air Kerja, Listrik, Telepon & Sarana Pekerjaan

Air kerja dan listrik kerja selama masa Pekerjaan menjadi tanggung jawab kontraktor.

10. Keadaan lapangan / Pengukuran Situasi

10.1. Sebelum pekerjaan di lapangan dimulai, lokasi tempat pekerjaan harus ditinjau lebih
dahulu oleh Konsultan Pengawas pekerjaan bersama-sama dengan Kontraktor Pelaksana.
Apabila tidak ada kesamaan antara keadaan lapangan dengan keadaan seperti yang
ditunjukkan dalam gambar, maka Kontraktor segera menyampaikan secara tertulis kepada
Konsultan Pengawas untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

10.2. Untuk menentukan ketepatan titik awal jalan dipergunakan alat ukur theodolite dan/atau
water pas.

10.3. Untuk menentukan titik per stasiun dengan jarak per 10 m harus dipasang patok-patok dari
kayu, yang ditanamkan sedemikian rupa sehingga tidak bergerak dengan diberi cat merah.
10.4. Semua pekerjaan yang berhubungan dengan pengukuran situasi ini, harus diketahui dan
disetujui Unsur Bagian Proyek, Pengelola Teknis Proyek dan Konsultan Pengawas.
Spesifikasi Teknis

PEKERJAAN
JALAN RT. 48, GG. YASMIN KEL. SUMBER REJO -
KEC. BALIKPAPAN TENGAH

LOKASI
KOTA BALIKPAPAN

TAHUN ANGGARAN 2019

BAB I
LINGKUP PEKERJAAN

1. URAIAN PEKERJAAN

Pekerjaan yang tercakup di dalam kontrak, diuraikan secara terperinci di dalam Spesifikasi
Pekerjaan, Bill Of Quantity dan gambar-gambar Konstruksi untuk Pekerjaan Peningkatan Jalan
Lingkungan terdiri dari :
1. Pekerjaan Persiapan
 Papan Nama Kegiatan
2. Pekerjaan Structure
 Meliputi pekerjaan:
a) Pekerjaan Pemasangan Bekisting
b) Pekerjaan Pemasangan Plastik Cor
c) Pekerjaan Beton K-250 T = 15 cm

2. LOKASI PEKERJAAN

1. Jalan Masuk
Jalan masuk ke lokasi pekerjaan Menyesuaikan Lokasi Masing Masing Pekerjaan
2. Kondisi Jalan
Secara umum Kondisi Jalan Bervariasi , Tanah keras dan ada Yang sama sekali masih Tanah
Eksisting

3. KEWAJIBAN KONTRAKTOR

1. Umum
Semua keterangan yang tercantum dalam lingkup perjalanan ini tidak membatasi kebebasan
Kontraktor (dengan persetujuan Pemilik/Owner) untuk mengajukan / mengusulkan pendapat
yang berbeda untuk menghasilkan perbaikan yang lebih baik dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan. Kontraktor berkewajiban mempertanggung-jawabkan akibat-akibat dari semua
perubahan yang diusulkan. Semua aktifitas Kontraktor yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan ini, tidak boleh mengganggu aktifitas dan kegiatan masyarakat.
2. Material Konstruksi dan Peralatan
Kontraktor harus memasok material dan peralatan untuk pekerjaan konstruksi sesuai dengan
aktifitas dalam jadwal pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor harus menjamin ketersediaan material
sesuai dengan waktu, jumlah dan mutu/spesifikasi yang disyaratkan. Setiap keterlambatan dari
kegiatan pasokan material yang dipasok oleh Kontraktor tersebut diatas sedemikian rupa
sehingga dapat menyebabkan pelaksanaan pekerjaan terlambat merupakan tanggung jawab
Kontraktor. Kontraktor diwajibkan melaksanakan pekerjaan dengan menggunakan material,
peralatan dan metoda pelaksanaan yang baik dan telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

3. Gambar-gambar
Kontraktor wajib membuat Shop Drawing dan As Built Drawing untuk setiap pekerjaan
(termasuk perubahan-perubahan yang diusulkan). Perubahan-perubahan harus mendapatkan
persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Sistim penomoran Shop Drawing dan As Built Drawing harus
sama dengan gambar rencana yang diberikan serta diberi tanda pada kolom revisi yang tersedia.
As Built Drawing tersebut diserahkan masing-masing sebanyak 1 (satu) dan 4 (empat) kopi
ukuran A3 kepada Pemilik/Owner, pada waktu serah terima pekerjaan, lengkap dengan asal usul
perubahan.

4. Pengendalian Mutu, Pengawasan dan Pengujian


Kontraktor wajib melaksanakan pengujian, pengawasan dan prosedur pengendalian mutu sesuai
dengan yang disyaratkan dalam standar, baik yang tercantum maupun tidak didalam Dokumen
Kontrak serta untuk menyakinkan bahwa material yang digunakan sesuai dengan gambar,
spesifikasi, dan standar yang disetujui penerapannya oleh Direksi Pekerjaan. Laporan dari
Kontraktor mengenai pengawasan pekerjaan dan hasil pengujian wajib dikirimkan ke Direksi
Pekerjaan, 4 (empat) kopi dalam satu minggu.

Kontraktor wajib memberikan perincian dari jadwal untuk pengiriman bahan dan peralatan
bersama prosedur pengendalian mutu dan pengawasan dari program pengetesan kepada Direksi
Pekerjaan. Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan harus diberi kebebasan untuk memasuki lokasi
manufaktur/fabrikasi kontraktor dan sub-kontraktornya setiap saat selama jam kerja untuk
melaksanakan pengawasan terhadap prosedur Pengendalian mutu dan untuk menyaksikan dan
membuktikan bahwa pemeriksaan dan pengujian dilakukan berdasarkan prosedur pengendalian
mutu dan pemeriksaan dari program pengujian sesuai dengan yang telah disetujui.
Jika pengujian khusus mensyaratkan kehadiran Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan maka satu set
gambar kerja dan metoda pengujian harus dibuat dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
seminggu sebelum pengujian.
Jika ada kerusakan peralatan maupun material yang memerlukan perbaikan, Kontraktor
harus segera melaksanakan perbaikannya atau mengganti dengan peralatan/material baru
dengan persetujuan Direksi Pekerjaan. Semua laporan teknik mengenai perbaikan atau
penggantian yang telah dilakukan harus disusun dan diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.

Pemeriksaan, pengetesan dan pembuktian dan lain-lain, yang telah dilaksanakan oleh Direksi
Pekerjaan tidak melepaskan Kontraktor dari tanggungannya didalam kontrak ini, termasuk
pertanggungjawaban terhadap kerusakan yang disebabkan kelalaian Kontraktor, juga tidak
mempengaruhi jaminan yang terdapat pada kontrak.

5. Pengamanan Pelaksanaan Pekerjaan


Kontraktor bertanggung jawab untuk membuat penerangan yang memadai untuk penjagaan dan
pengawasan pada semua pekerjaan di lapangan dan penyediaan yang memadai untuk jalan, gang
dan penjagaan sesuai dengan kondisi/keadaan pelaksanaan pekerjaan untuk akomodasi dan
melindungi barang Pemilik/Owner dan yang ada disekitarnya. Kontraktor harus memberitahukan
kepada Direksi Pekerjaan jika didalam pelaksanaan pekerjaan menemui / mendapatkan adanya
jaringan pipa atau peralatan listrik.

6. Pos Pertolongan Pertama


Kontraktor harus menyediakan pos pertolongan pertama dengan peralatan dan petugas yang
memadai, sedemikian hingga transportasi ambulan dan pemeriksaan di rumah sakit hanya
diperlukan untuk tenaga kerja yang mengalami kecelakaan serius didalam lokasi pelaksanaan.
Biaya rumah sakit selanjutnya merupakan tanggung jawab Kontraktor.

4. TANGGUNG JAWAB PEMILIK/OWNER

Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pekerjaan, Pemilik/Owner akan memenuhi sarana


sebagaimana tercantum dibawah, tetapi Kontraktor setiap saat bisa memberikan keterangan yang
mungkin diperlukan bagi Pemilik/Owner untuk menyediakan sarana tambahan yang lainnya.

1. Area Parkir sementara bagi masyarakat


Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Semenisasi Jalan, Arae Parkir dan jalan alternatif Bagi masyarakat
Menjadi Tanggung jawab Kontraktor dan Kontrakktor harus Berkonsultasi dengan RT Setempat
sehingga pelaksanaan semenisasi jalan dapat berjalan dengan lancar dan tidak merusaki beton.
2. Gambar Pekerjaan
Pemilik/Owner menyediakan gambar untuk pelaksanaan pekerjaan.

3. Jalan Masuk
Kontraktor menyediakan area untuk jalan masuk dan keluar dari lokasi pekerjaan.

4. Informasi
Pemilik/Owner memberikan informasi yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan kepada
Kontraktor setelah menerima pernyataan tertulis dari Kontraktor.

5. PENGENDALIAN KEMAJUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dalam 3 (tiga) hari sesudah effective date, Kontraktor wajib mengirim keterangan pengendalian
kemajuan pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan, informasi
pengendalian kemajuan yang diterapkan untuk melaksanakan pekerjaan seperti rincian perencanaan,
pelaksanaan, mobilisasi, pengiriman peralatan dan bahan, pengendalian mutu, erection, pengujian
yang berkaitan dan lain-lain.

Hal ini tidak membebaskan Kontraktor dari kewajiban untuk memenuhi pekerjaan sesuai dengan
jadwal pelaksanaan pekerjaan dan persyaratan lain berikutnya dalam kontrak. Setelah keterangan
pengendalian kemajuan pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan, Kontraktor wajib mengikuti
prosedur dan metoda yang tercantum didalamnya.

Kontraktor wajib menyediakan 4 (empat) foto kopi laporan kemajuan pekerjaan bulanan kepada
Direksi Pekerjaan yang merupakan ringkasan dari jadwal pekerjaan, kemajuan yang dicapai,
rencana kegiatan yang akan datang dan semua permasalahan dan tindakan perbaikan.
Setiap laporan kemajuan pekerjaan minimal meliputi ;
a) Laporan status pekerjaan
b) Perbandingan status pekerjaan terhadap jadwal pelaksanaan pekerjaan.
c) Garis besar permasalahan yang mempengaruhi waktu pemenuhan target pekerjaan. d. Kurva “S”
terbaru/actual dan jadwal terinci.
d) Program pengawasan dan pengujian yang telah diperbaiki. f. Semua informasi yang diminta
Direksi Pekerjaan.

Jika kontraktor menganalisa jadwal pekerjaan dengan menggunakan komputer, cetakan dari analisa
dan perbaikan dikirimkan ke Direksi Pekerjaan. Pertemuan/rapat teknis dan evaluasi pekerjaan
dilaksanakan dengan interval yang teratur dan tempat pertemuan harus disetujui oleh peserta rapat
koordinasi. Pertemuan yang dilaksanakan harus dihadiri wakil dari Kontraktor dan Direksi Pekerjaan.

6. PENGENDALIAN MUTU, PENGAWASAN DAN PENGUJIAN

1. Umum
Bahan bangunan dan peralatan yang dipasok Kontraktor harus sesuai dengan spesifikasi teknis
dan disetujui Direksi Pekerjaan.

Bahan bangunan diklasifikasikan dalam 2 bagian :


a. Bahan alam : Pasir, kerikil, batu pecah, dan lain-lain.
b. Produk pabrik : Semen, Besi dan lain-lain.

Untuk bahan bagian (a) contoh dalam jumlah secukupnya dan laporan hasil pengujian harus
disediakan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan untuk Pengendalian Mutu. Sesudah
disetujui Direksi Pekerjaan material dapat dikirimkan ke lokasi pelaksanaan pekerjaan. Selama
pengiriman bahan pengendalian mutu terus menerus dilakukan. Dalam tahap ini, material yang
tidak memenuhi syarat lagi dapat ditolak.

Untuk bahan bagian (b) Pengujian lapangan dan laboratorium jika perlu dilakukan. Jika
pengujian tidak memungkinkan untuk dilaksanakan maka kontraktor bisa mengajukan sertifikat
dari pabrik pembuat bahan tersebut. Jika sebagian dari struktur harus dibuat oleh Sub-Kontraktor
atau pemasok, adalah kewajiban dari kontraktor untuk membuat rencana bagi Direksi Pekerjaan
untuk mengawasi, menguji dan menghadiri pengujian.

Pemeriksaan dan pengujian tidak dapat melepaskan/membebaskan kontraktor dari kewajibannya


sesuai kontrak. Peralatan pelaksanaan pekerjaan harus dalam kondisi baik dan dapat
menghasilkan mutu pekerjaan yang baik. Keterangan peralatan pelaksanaan pekerjaan
pekerjaan mencakup kapasitas, tahun pembuatan, metode operasi, kinerja, dan lain-lain, harus
disediakan oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Semua material, bangunan pendukung, instrument dan peralatan untuk test di lapangan harus
disediakan oleh Kontraktor.

Kontraktor harus menyusun dokumen dan menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan bersama
semua laporan pengecekan mutu, pengawasan dan test yang dilakukan. Uji material dan sertifikat
analisis harus diserahkan sesuai dengan keperluan Direksi Pekerjaan. Format laporan sebelumnya
harus merupakan hasil persetujuan antara Kontraktor dan Direksi Pekerjaan termasuk
didalamnya adalah laporan khusus dari pengapkiran, cacat atau kerusakan. Kontraktor harus
membiayai pembuatan daftar dan laporan yang lengkap.

2. Concrete Mixing Plant


Untuk menjaga kontinuitas pengecoran serta dengan mengingat bahwa kebersihan lingkungan
harus tetap terjaga, maka disyaratkan pekerjaan beton untuk menggunakan beton ready mixed.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan beton :


 Adukan percobaan (Trial Mix) untuk beberapa klas beton harus dibuat Kontraktor.
 Mutu beton ditentukan dengan Kuat Tekan 250 kg/cm2
 Adukan beton yang telah disetujui dapat digunakan pada pekerjaan beton selanjutnya.

Selama pelaksanaan pekerjaan, mutu beton harus diperiksa secara terus menerus dengan
menyiapkan sample / contoh, konsistensi, jumlah beton yang akan digunakan dan lain-lain.

3. Biaya Pengujian
Semua biaya pengujian kualitas material merupakan tanggungan Kontraktor. Kontraktor
menanggung biaya pengujian ulang yang dilakukan pada material yang sejenis yang dilakukan
karena material sebelumnya tidak memenuhi standar yang disyaratkan.

Jika pengujian harus dilakukan oleh Firma atau perseorangan yang bertempat di luar lokasi
pekerjaan atau lokasi manufaktur / fabrikasi komponen / material yang akan diuji, dan
mensyaratkan kehadiran Direksi Pekerjaan selama pengujian tersebut, maka semua biaya
perjalanan dan penginapan personil dari Direksi Pekerjaan yang ada sehubungan dengan
Pengendalian mutu, pemeriksaan dan pengujian yang tercakup dalam pekerjaan ini bukan
tanggung jawab Kontraktor.

7. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Keterangan / informasi pelaksanaan pekerjaan


Kontraktor harus menyerahkan (kepada Direksi Pekerjaan) usulan metoda pelaksanaan
pekerjaan, daftar material, alat, tenaga kerja yang akan digunakan dalam setiap jenis pekerjaan
paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Kontraktor harus
menyampaikan informasi yang diperlukan kepada Direksi Pekerjaan mengenai transportasi,
gudang dan penggunaan peralatan konstruksi dan bahan pelaksanaan pekerjaan.

Informasi yang harus diberikan adalah meliputi, tetapi tidak terbatas pada :
a. Bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan seperti: Beton, semen, agregat.
Informasi mengenai jumlah, ukuran gudang dan lain-lain juga harus disampaikan kepada
Direksi Pekerjaan.
b. Jadwal penggunaan material konstruksi.
c. Perkiraan jumlah staf teknik dan supervise, tenaga kerja dari beberapa tingkatan yang
diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dijelaskan dalam struktur
organisasi lengkap beserta orangnya.
d. Informasi lain yang dirasa perlu oleh Kontraktor atau atas permintaan Direksi Pekerjaan.
e. Semua detail dan gambar komponen yang difabrikasi dan perincian informasi termasuk
metode pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan manual-manual untuk pekerjaan tersebut.
f. Keperluan (secara umum) mengenai kendaraan transportasi yang digunakan dari dan ke
lokasi penyimpanan material dan atau lokasi pekerjaan.
g. Sarana komunikasi.

2. Koordinasi dengan Perusahaan Lain dan Sub Kontraktor


Kontraktor harus bekerja sama dengan Kontraktor lain yang dipekerjakan Pemilik Pekerjaan dan
beberapa pemasok yang bekerja pada lokasi yang sama, untuk menjamin hasil interfacing
pekerjaan yang memuaskan.

8. MASA PEMELIHARAAN

Setelah penyerahan pertama Kontraktor harus bertanggung jawab terhadap mutu pekerjaan dan
kekuatan struktur yang telah selesai dilaksanakan untuk menerima beban yang direncanakan. Setiap
kerusakan, kekurangan, perbaikan, pekerjaan tambahan dan kehilangan peralatan serta material
selama masa pemeliharaan merupakan tanggung jawab Kontraktor dengan masa pemeliharaan
sebesar 3 (tiga) bulan.

9. PENYERAHAN AKHIR

Penyerahan akhir dilakukan setelah selesainya masa pemeliharaan, selain itu Kontraktor dan
Direksi Pekerjaan telah melakukan pengujian akhir untuk membuktikan bahwa pekerjaan sudah
dinyatakan selesai dan sesuai dengan kontrak dan spesifikasi teknik yang telah ditentukan.
Kontraktor harus menyerahkan pekerjaan tanpa terjadi keterlambatan seperti tercantum dalam
kontrak.

10. KESELAMATAN KERJA

Kontraktor harus menjamin bahwa semua pekerjaan dan perlengkapan konstruksi serta bahan yang
dipakai sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan sehingga dapat menjamin keselamatan yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Tenaga kerja yang bekerja di lapangan harus mengikuti peraturan
keselamatan kerja dan pelaksanaan pekerjaan dan jam kerja Direksi Pekerjaan.

Semua perlengkapan keselamatan kerja bagi pekerja misalnya, helm, sabuk pengaman, sepatu
pengaman, ditanggung oleh Kontraktor. Kontraktor dengan persetujuan Direksi Pekerjaan, harus
menciptakan sistem pengamanan terhadap peralatan-peralatan yang digunakan pada lokasi
pelaksanaan pekerjaan sedangkan biaya atas keperluan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.
Kontraktor harus menjamin tentang sistem keamaman dari lokasi/ peralatan lain disekitarnya agar
tidak terganggung operasinya/jalannya pekerjaan di workshop dan produksi.

11. PROSEDUR KOORDINASI

Prosedur koordinasi dibuat untuk menetapkan distribusi surat-surat, dokumen pengiriman, spesifikasi,
gambar-gambar, pembelian dan dokumen lain mengenai pekerjaan antara Direksi Pekerjaan dengan
Kontraktor. Selama menjalankan pekerjaan, Kontraktor wajib mengikuti prosedur koordinasi yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan. Usulan prosedur koordinasi harus dikirimkan oleh Kontraktor
kepada Direksi Pekerjaan paling lambat satu bulan sebelum kegiatan pekerjaan dilaksanakan.
Prosedur koordinasi disetujui oleh Direksi Pekerjaan paling lambat tiga hari sebelum kegiatan
pekerjaan dilaksanakan. Usulan prosedur koordinasi harus dibuat pada setiap kegiatan dengan isi
sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Pekerjaan
Kontraktor melaporkan tentang pelaksanaan pekerjaan dengan mencantumkan status peralatan
dan material dalam gudang, kerusakan, kehilangan, perbaikan, meralat/mengulang pesanan,
hasil pemeriksaan dan pengendalian mutu.
2. Masa Pemeliharaan
Kontraktor wajib melaporkan seluruh kegiatan pada masa pemeliharaan, evaluasi teknis dan
harus mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
3. Pengendalian Pekerjaan
Kontraktor wajib membuat laporan kemajuan pekerjaan, rapat kemajuan pekerjaan dan agenda
pertemuan.
4. Pengendalian Jadwal Waktu
Jadwal pekerjaan, kurva “S”, pengendalian pembiayaan, jadwal dan prosedur pembayaran,
pengendalian cash flow, perubahan lingkup pekerjaan, laporan kemajuan pembayaran, spesifikasi
daftar peralatan dan material, informasi teknik dan lain-lain.
5. Sistem Informasi
Semua prosedur, manual-manual, gambar-gambar spesifikasi, daftar peralatan dan material,
informasi teknis dan lain-lain.

BAB II
SPESIFIKASI MATERIAL

1. UMUM
Semua material untuk pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan sedapat mungkin menggunakan
material domestik.

2. PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN

a. Semua material yang akan dipakai dalam pelaksanaan harus diperiksa, diuji untuk mendapatkan
persetujuan Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan.
b. Sebelum pengadaan dan pemakaian material, maka pelaksana pekerjaan (Kontraktor) harus
meminta Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan untuk memeriksa material yang akan digunakan
(dapat berupa contoh / brosur dan sertifikat, atau pemeriksaan langsung ke pabrik pembuat) dan
mendapatkan persetujuan.
c. Jika Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan mensyaratkan/meminta sertifikat pengujian dari pabrik
pembuat, maka pelaksana pekerjaan (Kontraktor) harus mengirimkannya untuk mendapatkan
persetujuan.
d. Pelaksana pekerjaan (Kontraktor) harus menyiapkan pengujian material yang disyaratkan
dengan biaya sendiri, dan disaksikan oleh Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan untuk
memperlihatkan pemenuhan dari spesifikasi.
e. Pemilik/Owner/Dreksi Pekerjaan berhak menolak material yang tidak memenuhi spesifikasi,
dan kontraktor harus mencari alternative lain yang sesuai spesifikasi.
f. Jika material telah terpasang, dan ternyata dalam pemasangannya tidak sesuai standar / mutu
yang disyaratkan, maka kontraktor harus membongkar dan menggantinya, dengan biaya sendiri.
g. Kehilangan dan kerusakan material menjadi tanggung jawab kontraktor.
h. Untuk semua material yang menyangkut pemeriksaan, pengujian serta sertifikat, sudah harus
selesai dan mendapatkan persetujuan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum material tersebut
digunakan.
i. Semua yang menyangkut usulan, pengiriman dan permintaan untuk persetujuan material
dilakukan secara tertulis, baik dari pihak Kontraktor maupun Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan.

3. PENGIRIMAN DAN PENEMPATAN

a. Pengiriman material oleh Kontraktor, baik dari tempat fabrikasi maupun langsung dari pabrik
pembuat dengan metoda tertentu ke lokasi kerja untuk siap dipasang, harus dalam keadaan baik
dan tidak terdapat cacat/kerusakan.
b. Kontraktor harus mengatur dan menempatkan material yang berada di lokasi kerja dengan baik
sebelum dipasang dan menjaga dari kerusakan serta memberi identifikasi untuk setiap material
yang akan dipasang.
c. Keterlambatan pengiriman yang bisa mengganggu jadwal pemasangan adalah tanggung jawab
kontraktor.
d. Kontraktor wajib memberitahukan rencana pengiriman dan penempatan di lokasi kepada
Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan.
e. Jika material mengalami kerusakan, Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan berhak menolak material
tersebut untuk dipasang dan kontraktor wajib menggantinya atas biaya sendiri.

4. BAHAN BANGUNAN

a. Yang disebut dengan bahan bangunan adalah semua bahan-bahan yang dipergunakan dalam
pelaksanaan sebagai yang dipersyaratkan dalam bestek teknik dan gambar-gambar.
b. Semua bahan bangunan harus dari kualitas yang baik sesuai dengan syarat-syarat yang terantum
dalam peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Dewan Normalisasi Indonesia, AVWI dan
syarat-syarat yang dikehendaki Direksi.

5. MATERIAL UNTUK PEKERJAAN SIPIL

1. Material Beton
- Material : Beton
- Material campuran beton : Semen Portland type I, agregat halus, agregat kasar dan air,
sesuai Standard Nasional Indonesia.
- Mutu Beton : K-250 T = 15 cm
- Mix Design :

Sebelum pembuatan beton dilakukan, Kontraktor harus mengirimkan Mix Design


(berdasarkan berat masing-masing campuran) sesuai mutu yang ditetapkan kepada
Pemilik/Owner / Direksi Pekerjaan. Mix Design selanjutnya diuji dengan beberapa contoh
campuran beton dan jika telah disetujui Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan, maka ditetapkan
sebagai standar untuk pembuatan beton ready mix. Kontraktor harus memperhatikan syarat-
syarat material campuran untuk pembuatan beton.

2. Semen
a. Umum

Semen yang digunakan dalam campuran beton normal dan beton kedap air, adalah jenis semen
standard Portland type Pz-35 F berdasarkan standar DIN 1164 atau Semen Portlant type I
berdasarkan standard Indonesia NI-8.

Apabila diperlukan persyaratan-persyaratan khusus mengenai sifat betonnya, maka dapat dipakai
jenis-jenis semen Portland-tras, semen aluminia, semen tehan sulfat, dan lain-lain. Dalam hal ini
pelaksana diharuskan untuk meminta pertimbangan-pertimbangan dari lembaga pemeriksaan
bahan-bahan yang diakui.

Untuk beton mutu yang telah ditetapkan dalam spesifikasi di atas, jumlah semen yang dipakai
dalam setiap campuran harus ditentukan dengan ukuran. Pengukuran semen, tidak boleh
mempunyai kesalahan dari ± 2,5 %. Semen Portland yang dipakai disini adalah merk Kujang,
Tiga Roda (semen type I) apabila karena satu dan lain hal merk ini tidak terdapat di pasaran,
dapat dipergunakan semen merk lain dengan seijin dari Konsultan Pengawas, serta harus
memenuhi syarat yang tercantum dalam PBi 1971.

b. Pengangkutan dan Penyimpanan Semen


Umur semen pada saat pengiriman tidak lebih dari 2 (dua) bulan dan semen harus digunakan
sebelum 3 (tiga) bulan sesudah pengiriman. Pengangkutan semen dilakukan dalam keadaan
tertutup agar tidak dipengaruhi cuaca (hujan) selama proses pengangkutan.

Gudang penyimpanan semen harus berventilasi baik, kedap air dan cuaca dan diletakkan diatas
papan tidak kurang dari 30 cm di atas permukaan tanah. Penyimpanan untuk setiap pengiriman
dilakukan secara terpisah agar lebih mudah dilakukan identifikasi, test dan pemeriksaan. Semen-
semen tersebut tidak boleh disusun lebih dari 13 (tiga belas) lapis. Pemakaian semen dilakukan
menurut urutan penerimanya. Kontraktor harus memberikan laporan mingguan kepada Direksi
Pekerjaan mengenai jumlah semen yang telah diterima dan jumlah yang telah digunakan dalam
pekerjaan.

3. Agregat Beton

a. Umum
Syarat-syarat mengenai agregat yang akan digunakan dalam pembuatan beton normal dan beton
kedap air adalah sebagaimana tercantum dalam DIN 1045, Din 4226, NI-2/71 dan Sk SNI-36-
1990-03 atau standar lain yang disetujui Direksi Pekerjaan. Kontraktor harus mengirimkan
contoh agregat yang akan digunakan untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis dari
Direksi Pekerjaan 7 (tujuh) hari sebelum agregat digunakan. Contoh agregat ini terdiri dari 2 m3
agregat halus dan 4 m3 agregat kasar.

Direksi Pekerjaan berhak menolak agregat yang tidak sesuai dengan standar yang
disyaratkan.Persediaan secukupnya dari agregat yang telah disetujui untuk digunakan harus
menjamin kelangsungan pekerjaan beton selama 2 minggu tanpa penundaan yang diakibatkan
keterlambatan pengiriman.

b. Agregat Kasar
Agregat ksar bisa berupa kerikil atau batu pecah yang telah disetujui Direksi Pekerjaan dengan
ukuran minimal maksimum 40 mm, dan tidak boleh melebihi 1/3 dari ukuran terkecil cetakan.
Ukuran nominal agregat lebih kecil 5 mm dari jarak terkecil tulangan (DIN 1045). Agregat harus
bersifat keras, tahan lama, bersih dan tidak mengandung Lumpur atau lapukan batuan.

c. Butiran Halus
Pasir untuk bahan beton harus dibersihkan dan bebas Lumpur chlor atau Lumpur organic,
lempung, slit atau partikel-partikel lain yang bersifat merusak, pasir yang digunakan dapat berupa
pasir alam atau pasir batu pecah yang sebelumnya telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

d. Prosentase berat lolos campuran agregat kasar dan halus untuk beton normal menurut DIN
1045.

e. Prosentase berat lolos gradasi agregat halus untuk beton kedap air menurut SK SNI -36-1990-03.

f. Prosentase berat lolos gradasi agregat kasar untuk beton kedap air menurut SK- SNI-36-1990-03.

g. Pengujian butiran
Setiap saat Direksi Pekerjaan bisa memerintahkan Kontraktor untuk melakukan pengujian
agregat/ butiran sesuai DIN 1048, Din 1045,NI-2 atau SK SNI. Agregat yang terbukti tidak
memenuhi syarat harus disingkirkan atau dicuci hingga dapat memenuhi syarat pada pengujian
berikutnya. Biaya pelaksanaan pengujian ditanggung oleh kontraktor.

h. Penyimpanan Butiran
Agregat harus ditimbun ditempat pekerjaan sedemikian rupa hingga pengotoran oleh bahan-
bahan lain (bahan organic atau bahan perusak lain) dan pencampuran satu sama lain dapat
dicegah. Penggunaan bak-bak bahan yang berlantai sangat dianjurkan untuk mencegah
terbawanya tanah bawah pada waktu pengambilan bahan. Di tempat-tempat dimana tanahnya
gembur dan atau becek pada waktu hujan, penggunaan bak bahan yang berlantai merupakan
suatu keharusan.

i. Air
Air untuk pembuatan, untuk membasahi formwork, dan peralatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkalin, garam-garam, bahan-bahan organis atau bahan-bahan lain yang merusak
beton dan atau baja tulangan.
Air diambil dari sumber air industri yang disediakan Pemilik/Owner, titik-titik pengambilan air
akan ditentukan oleh Pemilik/Owner.

j. Material Acuan Beton (Formwork)


Umumnya acuan / formwork harus memenuhi syarat-syarat Peraturan Beton Bertulang Indonesia
1971; N.I.-2 dan A.C.I. “Standard Specifications for Structural Concrete for Building”
(A.C.I.301-72); A.C.I.formwork standard, Recommended Practice for Concrete Formwork
(A.C.I.347-68).

Perencacnaan formwork / acuan dan konstruksinya, harus dipertanggungjawabkan oleh


Kontraktor. Formwork harus direncanakan untuk dapat menahan beban, tekanan lateral dan
tekanan yang diijinkan seperti pada “Recommended Practice for Concrete Formwork” (A.C.I.
347-68) dan peninjauan dalam perencanaan terhadap beban angin, tegangan yang diijinkan dan
lain peraturan Pembangunan Pemerintahan Daerah.

Acuan/formwork harus dapat cepat dan mudah dipindahkan tanpa pukulan/bentrokan atau
kerusakan pada permukaan beton dan bahan-bahan yang berdekatan/berbatasan.
Acuan/formwork umumnya digunakan material plywood atau pelat baja untuk mendapatkan
bentuk akhir
permukaan beton yang disyaratkan, atau dapat digunakan material lain dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan.

Untuk menghasilkan bentuk sudut beton yang tumpul maka pada semua sudut-sudut bagian
dalam dari acuan / formwork yang akan di exposed tersebut harus terbuat dari 1,5 cm fillet
segitiga. Permukaan bagian dalam acuan / formwork harus bersih, tidak kotor dan tidak
diperbolehkan kena pada bagian-bagian beton yang telah mengeras/keras dimana beton segar
(fresh) akan ditempatkan. Acuan pada tepi pondasi / footing setempat boleh dibuat dari bata atau
campuran beton yang ditempatkan langsung pada galian yang rapih dan teratur.

k. Kerikil Beton
Kerikil yang dipakai untuk pekerjaan konstruksi beton harus memenuhi syarat-syarat yang
tercantum dalam PBI 1971 Bab 3 Pasal 4. Untuk pekerjaan ini, kerikil beton/split diambil dari
daerah sekitar Merak atau daerah lainnya yang dianggap baik sesuai mutu yang disyaratkan.

l. Pasir
Harus menggunakan pasir dari kali yang tidak mengandung kotoran-kotoran lendut (slib) dan jika
dianggap perlu, maka pasir harus dicuci dahulu sebelum dicampur untuk adukan spesie. Untuk
pekerjaan konstruksi beton pasir yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum
dalam PBI 1971 Bab 3 pasal 3.3.

m. Batu Pecah/Belah
Untuk pekerjaan pondasi disini harus dari jenis yang keras, dari jenis andesit atau basalt, tidak
keropos dengan minimal tiga muka pecahan, ukuran maximal 30 cm. Batu kali yang pipih atau
yang bersisi bulat licin dilarang dipergunakan.

n. Material Perkerasan Jalan


1. Material Sub – Grade
Untuk sub-grade perkerasan jalan digunakan dari permukaan tanah yang telah dibentuk dan
dipadatkan dengan mesin giling yang memadai hingga mencapai > 90% proctor density
(kapasitas minimum 10 ton).
2. Material Base Coarse
Material yang digunakan adalah slag campur dengan tanah setebal 20 cm dengan komposisi 80 :
20 by volume dipadatkan.
3. Material Sub Base
Material yang digunakan adalah slag campur dengan tanah setebal 20 cm dengan komposisi 70 :
30 by volume dipadatkan.

BAB III
PEKERJAAN BETON
1. Pengangkutan Adukan

Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan cara-cara dengan mana dapat dicegah pemisahan
(segregasi) dan kehilangan bahan, yang telah disetujui Pemilik Pekerjaan. Cara pengangkutan
adukan beton harus lancer sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok
antara beton yang sudah dicor dan akan dicor.

Dalam hal beton berupa ready-mix yang diambil dari mixing plant diluar areal pabrik, maka
pengangkutan beton dilakukan dengan menggunakan truck-mixer, dengan memperhatikan hal-hal
yang dapat mengurangi kekuatan beton.

2. Pengecoran dan Pemadatan Beton

Sebelum pengecoran dilaksanakan, tulangan dan bahan terbenam lainnya harus dibersihkan dari
semua bahan perusak dari pelaksanaan pengecoran beton sebelumnya. Bentuk dan ukuran cetakan
beton (formwork) harus diperiksa secara teliti dan tempat pengecoran beton harus benar-benar bersih.

Tidak ada bagian pekerjaan pengecoran yang dilaksanakan hingga semua pekerjaan persiapan
pengecoran disetujui dan ijin diberikan oleh Pemilik/Owner/Direksi Pekerjaan. Pengecoran beton
harus dibawah pengawasan langsung foreman yang berpengalaman. Kontraktor harus
memberitahukan kepada Pemilik Pekerjaan mengenai rencana dan jadwal pengecoran beton. Beton
harus dicor sedekat-dekatnya ke tujuannya yang terakhir untuk mencegah terjadinya segregasi.
Tinggi jatuh pengecoran beton tidak boleh melebihi 1,2m.

Pengecoran slab beton dilakukan per lapis dengan tebal lapisan maksimum 50.0 cm (British
Standard). Sejak pengecoran dimulai, pekerjaan ini dilanjutkan tanpa berhenti sampai mencapai siar-
siar pelaksanaan yang telah ditentukan dan disetujui Direksi Pekerjaan. Pemadatan beton selama
pengecoran perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya rongga-rongga kosong dan sarang- sarang
kerikil. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan alat pemadat mekanis (alat penggetar).
Penggunaan alat penggetar ini harus mengikuti peraturan di dalam NI-2. 71.

3. Perawatan Beton

Untuk mencegah pengeringan bidang permukaan beton secara tiba-tiba akibat panas sinar matahari,
angin udara kering dan lain-lain, maka selama paling sedikit 2 (dua) minggu beton harus dibasahi
terus menerus, antara lain dengan menutupinya dengan karung-karung basah. Pada hari- hari pertama
sesudah selesai pengecoran, proses pengerasan tidak boleh terganggu.

Tidak boleh menggunakan lantai yang belum cukup mengeras sebagai tempat penimbunan bahan-
bahan atau sebagai jalan untuk bahan-bahan yang berat. Perawatan dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi, uap bertekanan udara luar, pemanas atau proses-proses lain untuk
mempersingkat waktu pengerasan dapat dipakai jika sebelumnya telah mendapatkan persetujuan
Pemilik Pekerjaan terlebih dahulu.

4. Pembongkaran Cetakan
Jika tidak ditentukan lain, maka pembongkaran cetakan bisa dilakukan setelah beton berumur 3
minggu.
BAB IV
PENUTUP

Semua sisa-sisa bahan dan alat-alat bantu harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan segera
setelah pekerjaan selesai atas biaya kontraktor. Untuk itu kontraktor harus memperhitungkannya
dalam penawaran khusus mengenai mobilisasi/demobilisasi peralatan dan material.

Bila terdapat hal-hal yang belum tercakup dalam RKS ini dan memerlukan penyelesaian di lapangan,
akan dibicarakan kemudian oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor dan Konsultan
Perencana dan diketahui/disetujui oleh Pemilik.

Balikpapan, 22 Februari 2019


CV. RENATA MEGA KARYA

SITI YULIANA, AMD


Direktris

Anda mungkin juga menyukai