PELAYANAN
TB DOTS
RUMAH
SAKIT
UMUM
DAERAH
BANTARGEB
ANG
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BANTARGEBANG
NO : 22/PER/DIR/RSBG/I/2021
TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN TB DOTS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada tahun 1993, WHO telah menyatakan bahwa TB merupakan keadaan darurat dan pada
tahun 1995 merekomendasikan strategi DOTS sebagai salah satu langkah yang paling efektif dan
efisien dalam penanggulangan TB.
Pelaksanaan DOTS di rumah sakit mempunyai daya ungkit dalam penemuan kasus (case
detection rate, CDR), angka keberhasilan pengobatan (cure rate), dan angka keberhasilan rujukan
(succes referal rate).
Adapun strategi DOTS terdiri dari:
1. Komitmen politis.
2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3. Pengobatan jangka pendek yang terstandar bagi semua kasus TB, dengan penatalaksanaan kasus
secara tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan.
4. Jaminan ketersediaan obat anti tuberkulosis (OAT) yang bermutu.
5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan
pasien dan kinerja program secara keseluruhan.
Untuk menanggulangi masalah TB, strategi DOTS harus diekspansi dan diakselerasi pada
seluruh unit pelayanan kesehatan dan berbagai institusi terkait termasuk rumah sakit pemerintah dan
swasta, dengan mengikutsertakan secara aktif semua pihak dalam kemitraan yang bersinergi untuk
penanggulangan TB.
C. Batasan Operasional
Batasan operasional dalam pelayanan tuberculosis adalah member asuhan keperawatan kepada
penderita tuberculosis di Rumah Sakit Umum Daerah Bantargebang.
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran
Negara RI Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5063).
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara RI Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5072)
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4431)
NO JABATAN KRITERIA
B. Distribusi
1 Dokter - Bersertifikat pelatihan TB DOTS
- Minimal dokter umum
Ketenagaan.
Untuk distribusi ketenagaan di setiap instalasi ada satu orang koordinator dan bergabung dalam tim
TB DOTS.Untuk waktu kerja masing-masing koordinator ini disesusaikan dengan kondisi masing-
masing instalasi dimana petugas / tim TB DOTS bekerja.
1. Ketua Tim
Ketua Tim berperan sebagai pelaksana harian pelayanan TB DOTS di rumah sakit dengan tugas :
a. Melaksanakan kebijakan, memberikan arahan, menetapkan standar pelayanan TB DOTS di
rumah sakit;
b. Melakukan perencanaan, penggerakan dan pengendalian pelayanan TB DOTS di rumah
sakit;
c. Melakukan koordinasi lintas sektor/organisasi (pemanfaatan sumberdaya efektif dan efisien);
d. Memfasilitasi rujukan internal dan eksternal;
e. Mengelola informasi (akurat dan akuntabel);
f. Memfasilitasi kebutuhan logistik (termasuk obat, alat kesehatan dan peralatan yang
dibutuhkan) pada pelayanan TB DOTS di rumah sakit;
g. Melakukan Self Assesment.
2. Sekretaris Tim
Tugas Sekretaris Tim Pelayanan TB DOTS adalah :
a. Melaksanakan kegiatan administrasi dan menginventarisir program kerja Tim TB DOTS;
b. Bertanggungjawab terhadap pencatatan dan pelaporan semua kegiatan Tim TB DOTS;
c. Membuat dan mensosialisasikan Uraian Tugas Tim TB DOTS di rumah sakit;
d. Bertanggungjawab terhadap penyediaan dan penyimpanan berkas rekam medis;
e. Bertanggungjawab terhadap pelaporan internal dan eksternal.
3. Konsulen Teknis
Tugas Konsulen Teknis Tim Pelayanan TB DOTS adalah :
A. Standar Peralatan Dan Pelaporan TB Dots Di Rumah Sakit Umum Daerah Bantargebang.
1. Alat keperawatan diruang klinik TB DOTS
No Nama Barang Jumlah
1 Meja 2
2 Kursi 4
4 Lemari Arsip 1
5 Box X-Ray 1
6 Stetoskop 1
7 Tensimeter 1
8 Timbangan Badan 1
9 Masker 1 Box
10 Buku Pelaporan TB 2
2. Standar Peralatan dan Pelaporan TB di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah
Bantargebang.
1 Ruang Isolasi 6
3 Meja Pasien 6
4 Kursi 6
5 Oksigen 6
6 Buku Pelaporan TB 2
3. Standart Peralatan dan Pelaporan TB di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Bantargebang.
1 Mikroskop 1
3 Rak Warna 1
4 Rak Pengering 1
6 Ose 1
7 Pipet Pewarna 1
9 Lidi 1
10 Korek 1
12 Buku Pelaporan 2
Tabel 4. Standart Peralatan dan Pelaporan TB di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah Bantargebang
B. DenahRuang
B. Diagnosis TB.
1. Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari
2. Diagnosis TB pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA) melalui
pemeriksaan mikroskopik dahak dan foto thorak
C. Pengobatan TB.
D. Pemeriksaan Mikroskopik.
Laboratorium sebagai sarana pendukung penegakan diagnosa melakukan pemeriksaan
mikroskopis deteksi Basil Tahan Asam (BTA) dengan pewarnaan ziehl neelsen dengan tahap tahap
pemeriksaan sebagai berikut :
1. Ose yang akan digunakan dibakar dengan api sampai berwarna merah.
2. Pembuatan preparat harus tipis dan rata, setelah preparat kering kemudian difiksasi diatas nyala
api sebanyak 3x.
3. Preparat yang sudah difiksasi, didinginkan dulu, baru ditetesi dengan larutan karbon fuksin, bakar
dengan nyala api selama 5 menit (jangan sampai mendidih).
4. Setelah dingin buanglah karbol fuksin tersebut dan dibilas dengan air mengalir.
5. Lunturkan dengan alkohol asam sampai sisa warna luntur, kurang lebih 10 menit, kemudian
dibilas dengan air mengalir.
6. Kemudian ditetesi dengan larutan Methylen Blue selama 30 detik, dibilas dengan air mengalir dan
keringkan.
7. Periksa di bawah mikroskop dengan perbesaran lensa 100x, yang sebelumnya preparat diberi oil
imersi. Bakteri tahan asam akan tampak berwarna merah dan lainnya akan tampak berwarna biru.
Unit DOTS
Rumah Sakit
Farmasi
Rekam Medis
Kegiatan logistik Obat Anti Tuberkulosis dan Pot Dahak dalam pelayanan TB Rumah Sakit
Umum Daerah Bantargebang merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan,
pengadaan, pendistribusian, monitoring dan evaluasi.
A. Definisi.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman.
B. Tujuan.
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di Rumah Sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak
diharapkan
BAB VIII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian.
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja / aktifitas karyawan
lebih aman. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
B. Tujuan.
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di Rumah Sakit Umum Daerah Bantargebang.
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.
BAB IX
PENGENDALIAN MUTU
Dalam rangka memenuhi kebutuhan institusi, pemerintah, pasien / klien dan pelaksana untuk kepentingan
peningkatan mutu, keakurasian, keamanan, penelitian dan pengembangan, bimbingan dan pengawasan
diperlukan laporan berkala meliputi unsur masukan, proses, keluaran dan dampak.
A. Masukan
1. Kelengkapan perangkat hukum yaitu izin petugas TB Dots dan izin sarana kesehatan
2. Jumlah dan jenis tenaga pelayanan
3. Jumlah, jenis dan kualitas sarana, prasarana dan peralatan
4. Jenis tindakan dan tarif pelayanan
5. Jumlah dan pengelompokan jenis serta usia pasien/klien
B. Proses
1. Pengorganisasian tenaga, sarana dan peralatan
2. Prosedur kerjadan SPO profesi
3. Jumlah pasien/klien rujukandan non rujukan
4. Jumlah pasien/klien berdasarkan pengelompokan diagnosis dan intervensi
5. Kelengkapan rekam medis
C. Keluaran
1. Hasil analisis survey kepuasan pasien/klien
2. Prosentase kemajuan kondisi pasien
3. Pendapatan dan peruntukan keuangan
D. Dampak
BAB XI
PENUTUP
Demikan program kerja Tim TB DOTs Rumah Sakit Umum Daerah Bantargebang, kami berharap
dengan adanya program kerja ini dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan guna meningkatkan
kualitas dan kuantitas pelayanan yang ada agar lebih baik dan terarah.
Pada akhirnya program kerja ini dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam pelayanan Tim TB
DOTs untuk mencapai kualitas yang lebih baik.