Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No.

1, Mei 2016

Pengembangan Kawasan Cagar Budaya Ampel sebagai Potensi Pariwisata


Religi Di Surabaya
Dr Ir Rimadewi Suprihardjo1
email : rimadewi54@yahoo.com

ABSTRACT

Keberadaan Ampel semakin kuat dengan ditemukannya nilai ruang Kawasan


Ampel. Kekuatan nilai religi membuat kawasan Ampel sebagai pusat syiar agama yang
berpengaruh secara lokal, regional dan nasional bahkan internasional. Nilai histori akan
berperan meningkatkan kawasan Ampel menjadi cagar budaya yang aktif (tidak pasif dan
statis). Nilai sosial-budaya yang tumbuh di masyarakat Ampel dapat menjadi contoh
masyarakat kota Surabaya lainnya dalam menggalang kekuatan kebersamaan, demikian
pula nilai ruang ekonominya dapat meningkatkan peran perdagangan dengan skala lokal,
regional dan nasional. Secara keseluruhan nilai ruang kawasan Ampel menjadi cermin
pembangunan masyarakat seutuhnya. Keberadaan dan perkembangan Ampel tidak lepas dari
pertumbuhan kota Surabaya dari sisi fisik dan ekonomi dari waktu ke waktu. Dari potensi
nilai-nilai yang ada maka kekuatan kawasan tersebut sebagai pusat kegiatan pariwisata
religi sangat kuat. Kekuatan tersebut dipertajam dengan adanya pengangkatan kearifan
lokal dalam setiap kegiatan masyarakat yang berada dalam kawasan tersebut. Pertumbuhan
jumlah wisatawan menjadikan indikator bahwa kawasan tersebut sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan pariwisata dalam skala nasional maupun Internasional.
Penataan ruang dan managemen pariwisata menjadi poin penting yang perlu dilakukan
dalam pengembangan kawasan Cagar Budaya Ampel sebagai kawasan pariwisata.

Key Word : faktor nilai ruang (space value factor), kawasan Cagar Budaya (Cultural
Heritage Area) , kegiatan pariwisata (tourism activity)

30
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

PENDAHULUAN menuju kepada pendekatan terpadu dan


Konsep nilai ruang kawasan saling berkaitan antara sumbar daya dan
merupakan kunci utama dalam potensi kedepan.
pengembangan (pembangunan) sebuah Warisan yang dahulu lebih
kawasan karena dihasilkan dari kaitan erat dianggap sebagai catatan masa lalu –
antara kebutuhan dan pola hidup saat ini harus menjadi bagian integral
masyarakat secara fisik (materialistik) dan dari identitas perkotaan dan bermanfaat
non fisik (keyakinan spiritual) untuk masa depan. Sehingga Pelestarian
(Supriharjo,2004) warisan berharga dan kuno telah menjadi
Pengetahuan tentang konsep nilai tantangan untuk pemerintah serta
ruang kawasan dapat menjelaskan bahwa masyarakat sipil pada umumnya,
dalam kehidupan masyarakat pada sebuah bagaimana mengangkat eksistensinya
kawasan terdapat konsep-konsep disebabkan karena sudah banyak daerah
pemanfaatan ruang dan nilai ruang. bersejarah lama (cagar budaya) berada
Konsep pemanfaatan ruang dapat dilihat dalam bahaya kehancuran atas nama
dari beberapa faktor yaitu : (i) hubungan pembangunan ekonomi dan modernisasi.
antar warga (etnis), (ii) kehidupan rutin METODOLOGI
sehari-hari, (iii) keyakinan spiritual yang Metode yang digunakan dalam
dianut, (iv) sejarah pertumbuhan kawasan. penelitian ini adalah explorasi - kualitatif -
Faktor-faktor tersebut mudah ditemukan induksi (dalam payung paradigma
dalam bentuk nyata dengan menggali atau fenomenologi), guna menggali dan
eksplorasi terhadap fenomena empiri atau merekam fenomena yang tumbuh di lokus
fakta aktual dalam bentuk fisik yaitu: (i) terpilih. Hal tersebut didasarkan atas
hubungan sosial dalam keruangan, (ii) ciri pertimbangan bahwa informasi yang
kegiatan dan kehidupan sehari-hari dalam digali merupakan nilai-nilai yang tidak
keruangan. Bentuk fakta non fisik berupa : terukur dengan angka, kejadian-kejadian
(i) keterikatan dan kebersamaan dalam yang direkam merupakan fenomena yang
perbedaan kultur, (ii) pikiran-pikiran atas tumbuh didalam masyarakat.
keyakinan spiritual. Unit amatan berupa kawasan
Hasil penelitian pada kawasan Ampel yang didalamnya terdapat individu-
Ampel mengungkapkan bahwa nilai individu yang berada dalam kelompok
ruang dapat digali dari 4 (empat) faktor masyarakat dari berbagai etnis yang berada
yaitu: (i) faktor sejarah pertumbuhan didalam kesatuan kegiatan . Penentuan
kawasan, (ii) faktor perilaku sosial unit Informasi didasarkan atas sumber
budaya masyarakat, (iii) faktor lokasi informasi berasal dari 3 unsur yaitu : (i)
dan lingkungan fisik, dan (iv) faktor manusia, (ii) aktifitas, dan (iii) artefak.
suasana dan makna. Uraian tiap faktor Keterkaitan dari ketiga unsur tersebut
akan dibahas dibawah ini dan membentuk beberapa unit informasi yang
merupakan proses membangun digunakan sebagai dasar analisa. Unit
pengetahuan dan pengembangan informasi berbentuk suatu kegiatan yang
kawasan. dilakukan oleh manusia atau masyarakat
Strategik issue yang berkembang dalam sebuah tempat atau ruang tertentu,
masa kini adalahpengakuan yang yang mempunyai satu sifat yang sama.
berkembang bahwa warisan budaya dan Unit analisa yang digunakan dalam
konservasi merupakan tanggung jawab penelitian ini adalah “tema” yang
bersama dari pemerintahan, para terbangun dari gabungan dari berbagai unit
pendukung, dan anggota komunitas. informasi sebagai bahan dasar analisa.
Namun secara bertahap mulai bergeser Unit analisis dibentuk dari integrasi
menjauh dari hanya membuat aktifitas, pikiran dan ruang didalam
inventarisasi sumber daya warisan, masyarakat. Tema dibangun dari

31
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

keterkaitan antara : (i) masyarakat terdiri (sebagai peningkatan ekonomi lokal),


dari penduduk dengan ragam etnis, (ii) dan mengangkat pentingnya arkeologi
kegiatan yang berupa aktifitas keseharian, dan sejarah, (iii)Faktor Perencanaan :
pola hidup dan pikiran, (iii) lingkungan terutama berlaku untuk warisan budaya
yang terdiri dari unsur tempat, ruang dan dan arsitektur dengan melibatkan
komponen fisik lain sebagai obyek, dan (iv) penggunaan kembali, pembangunan
sejarah yang berupa perkembangan budaya, kembali dan regenerasi objek warisan .
perubahan morfologi, dan pola spasial . Pelestarian dg mengintegrasikan cagar
Analisa dilakukan dengan cara budaya ke dalam proses perkembangan
induktif karena konteks akan lebih mudah yang lebih besar didalam kota secara
didiskripsikan, dan penafsiran idiografik. keseluruhan. Pentingnya penempatan
Melalui katagorisasi tema, induksi antar masalah pelestarian pusaka dalam
tema, dan kemudian dilakukan interpertasi keseluruhan proses pembangunan
serta penafsiran pada setiap tahap induksi perkotaan, serta interlink dengan isu-isu
untuk membangun makna dari aspek dan lain seperti pengembangan pariwisata,
faktor yang berbeda. Pemaknaan revitalisasi ekonomi lokal dan
dilakukan dengan kemampuan integratif pemerintahan daerah. Disisi lain adalah
dari manusia, indrawi, daya pikir dan akal waspada dalam menanggapi tekanan
budi (Muhajir,2000). Membangun konsep dalam perkembangan masa depan yaitu
nilai ruang dengan mempertimbangkan dalam tekanan perkembangan ekonomi,
beberapa ungkapan yang tersirat dan dorongan modernisasi, sangat penting
tersurat didalam pemaknaan. Kemudian tidak hanya untuk melindungi sumber
akan dilanjutkan dengan membangun daya pariwisata, tetapi juga untuk
konsep pengembangan kawasan sebagai mempromosikan pengembangan
Kawasan Pariwisata. masyarakat yang berfokus pada lanskap
Dengan adanya potensi nilai budaya.
keruangan yang kuat dan potensi kegiatan Esensi kegiatan pariwisata harus
masyarakat yang tetap eksis sampai saat tumbuh dari kegiatan masyarakat yang
ini, maka kawasan Cagar Budaya Ampel eksis sepanjang masa. Nilai keruangan
ini perlu dilestarikan dengan pendekatan kawasan Ampel adalah bentuk eksistensi
pendekatan kawasan Pariwisata. Hal kegiatan masyarakat yang nyata.
tersebut didasarkan atas kehidupan Hubungan antara kegiatan masyarakat
masyarakat adalah embrio kehidupan, dan dan pola keruangan sangat jelas. Dari
pariwisata adalah esensi dari kehidupan temuan-temuan lapangan dan analisa
tersebut. maka akan disusun konsep
pengembangan kawasan tersebut. Uraian
analisis diawali dari eksplorasi faktor-
faktor yag berperan di kawasan tersebut,
PEMBAHASAN dibawah ini:
Fokus pembahasan di arahkan
kepada kekritisan warisan budaya untuk a. Faktor Sejarah Pertumbuhan
kota-kota berasal dari tiga faktor: Kawasan
(i)Faktor sosial : peningkatan citra dan Perjalanan waktu menunjukan
identitas kota krn menyebabkan pertumbuhan suatu kawasan dari segi
kebanggaan warga kota yang fisik maupun non fisik. Pola proses
berintegrasi ke dalam keseharian hidup pertumbuhan kawasan Ampel bisa
dan berperan dalam pengembangan digunakan sebagai proses penggalian
sistem nilai masyarakat, (ii) Faktor pola-pola dan ciri-ciri pertumbuhan
Politik-ekonomi : melibatkan peran sebuah kawasan. Ciri khusus
warisan/cagar budaya dalam pariwisata pertumbuhan kawasan Ampel ditandai

32
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

dengan adanya titik pusat yaitu masjid, mempunyai karakter bawaan dan ciri
makam dan permukiman. Hubungan khusus dalam perilaku , adat kebiasaan dan
antara masjid, makam dan permukiman tatanan norma. Unsur agama juga
sangat erat dan saling berkait dan membentuk perilaku, tatanan dan norma-
mengikat. norma. Unsur lokasi mempengaruhi pula
Dalam periode waktu ke waktu perilaku kegiatan se-hari-hari dan
yang terjadi di kawasan Ampel adalah pembatasan secara fisik. Pada pembahasan
“perubahan” dan “keajegan” berjalan yang terdahulu pola perilaku dan
bersama seperti yang terlihat pada keyakinan etnis memberikan suatu konsep
perubahan morfologi kawasan Ampel. bahwa dengan adanya suatu ikatan
Setiap tahap perubahan fisik mempunyai keyakinan yang sama dapat
pengaruh pada perilaku masyarakat. mengendalikan perbedaan budaya perilaku
Perubahan fisik memerlukan waktu secara dan sifat masing-masing etnis. Pola yang
periodik, namun disisi lain didalam yang terbangun adalah: (i) kesamaan
pertumbuhan terdapat adanya keajegan keyakinan spiritual, (ii) adaptasi sifat-sifat
atau kemapanan yang berkaitan dengan etnis, (iii) toleransi dalam sosial – budaya
eksistensi fisik dan non fisik yaitu adanya masyarakat, (iv) kesamaan dan keterikatan
situs sebagai simbol dan prinsip hidup kebutuhan. Pola perilaku dan keyakinan
masyarakat. tiap etnis menghasilkan satu pola dasar
Faktor sejarah berkaitan dengan yang dapat digunakan untuk membangun
waktu dan tahapan, setiap tahap konsepsi nilai ruang kawasan secara
mempunyai ciri yang terbangun dari keseluruhan, yang intinya adalah
hubungan kegiatan dengan wadahnya. kebersamaan dalam satu wadah kehidupan.
Setiap ciri akan mempunyai tipe
lingkungan yang mengungkapkan c. Faktor Lokasi dan Lingkungan Fisik
suasananya. Nilai kehidupan pada kawasan Lokasi permukiman menjadi faktor
Ampel tumbuh pula secara bertahap yaitu yang menentukan suasana dan arti suatu
dari awal kehidupan masyarakat agraris ruang. Setiap lokasi mempunyai
sebagai embrio, kehidupan dengan dasar kekhususan yang berbeda dengan lokasi
religi membentuk kesamaan derajat lain. Ampel terletak pada lokasi yang
manusia, nilai kehidupan dengan merupakan “Kota Lama” di Kota Surabaya,
keberagaman etnis dan budaya, dan yang dekat dengan pantai utara dan terdapat
terakhir adalah kehidupan dengan sungai besar (S. Pegirian) yang digunakan
kesamaan keyakinan, dalam keragaman sebagai sarana transportasi dan
yang diikat dalam satu kebersamaan. perdagangan. Lingkungan fisik Ampel
Pola pertumbuhan kawasan Ampel berkembang sesuai perjalanan sejarah
berdasarkan tipe lingkungan yang dengan beberapa kelebihan dan
terbangun serta cerminan pertumbuhan keunikannya yang tidak pernah berubah
dasar kehidupan yang terjadi. Hal tersebut secara internal maupun eksternal.
menunjukan bahwa faktor sejarah
pertumbuhan sebuah kawasan dapat Tabel 1 Hubungan keunikan dengan ciri
menggambarkan ciri dasar kehidupan tampilan fisik Kawasan
masyarakat yang akan mempengaruhi nilai No Keunikan Ciri tampilan fisik
keruangan sebuah kawasan. 1 Histori Situs sebagai simbol
kuat kegiatan religi.
b. Faktor Perilaku Sosial Budaya Interaksi yang erat antara
Masyarakat masjid-makam-
permukiman.
Perilaku sosial budaya masyarakat
2 Kultural Kekuatan religi dengan
digali dari unsur etnis, agama, adat
adanya situs symbol dan
kebiasaan dan lokasi. Tiap etnis keragaman etnis dengan

33
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

pola pengelompokan intensitas yang berbeda sehingga hirarkhi


kegiatan makna dapat terbangun dari intensitasnya.
3 Alam Lahan dengan air payau
Antar makna mempunyai ikatan ataupun
yang mempunyai satu
sumber air tawar yang keterkaitan untuk saling menjaga
tak pernah menurun eksistensinya. Tiap makna tidak dapat
kuantitas dan kualitasnya berdiri sendiri karena makna muncul
4 Arsitektur Tampilan rumah
berdasarkan proses pertumbuhan,
peninggalan maupun
rumah baru dengan perubahan yang dilandasi filosofi hidup
keragaman ciri etnis masyarakat. Makna keruangan memiliki
yang pernah tinggal sistim nilai yang kemudian merupakan
disana
nilai keruangan pada suatu kawasan. Nilai
5 Lokasi Pusat kota sebagai
kawasan “kota lama”, muncul dari suasana dan makna sehingga
peninggalan kawasan antara suasana dan makna dengan nilai
dan bangunan dalam satu kawasan adalah satu kesatuan
bersejarah. Strategis dari
yang tidak terpisahkan.
sisi ekonomi
Sumber : Hasil analisis Peneliti 2004 Hubungan antara makna dan nilai sangat
erat. Makna mempunyai tingkatan yang
Lokasi dengan keunikan-keunikan lebih tinggi dari pada nilai, pada dasarnya
tersebut membawa nilai kawasan menjadi sesuatu tanpa makna tidak akan bernilai.
berbeda dengan kawasan lain. Nilai Hubungan makna dan nilai-nilai
kawasan tercermin dalam nilai-nilai dikawasan Ampel secara skematis dapat
keruangan yang berada didalamnya yang digambarkan bahwa didalam nilai tersirat
didasarkan atas sifat kegiatan yang makna yang berkaitan dengan keyakinan
diwadahinya. spiritual masyarakat, yaitu “ kemudahan
hidup dan kepuasan batin” (makna laten),
d. Faktor Suasana dan Makna dan tersurat yaitu makna yang berkaitan
Setiap kegiatan dan perilaku dengan kegiatan atau aktifitas yang dapat
manusia selalu mempunyai makna baik dinyatakan dalam bentuk kehidupan
yang terungkap maupun yang tidak sehari-hari dan kegiatan perdagangan
terungkap ditinjau dari berbagai sikap dan (makna manifest). Secara rinci substansi
sudut pandang tertentu. Makna digali dan dirangkum dalam tabel 2 dibawah ini
diungkap berdasarkan fenomena empiri untuk melihat hubungan makna latent
yang tampak maupun yang tersembunyi. dengan makna manifest. Makna latent
Suasana dan makna digali dari ekspresi menunjukan bahwa tempat tersebut diakui
fisik kawasan, ciri kehidupan masyarakat penting bagi masyarakat Ampel yang
dan ungkapan emosional masyarakat. memiliki keragaman latar belakang.
Dirasakan sebagai ruang yang amat
Suasana dan makna-makna yang
menyenangkan dan diperlukan untuk
terungkap lebih lanjut dipahami
memenuhi kepuasan batin yang tidak dapat
kedalaman ungkapannya melalui proses
ditemui ditempat lain.
bukti logis (justifikasi) dan dicari
keterkaitan antar makna berdasarkan
hubungan ketergantungannya. Makna yang
tertangkap mempunyai frekwensi dan

34
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

Tabel 2 Nilai ruang dengan makna yang terkandung didalamnya.


Nilai Makna tersirat (laten) Makna tersurat (manifest)
Ruang
Religi Ruang yang dapat Ruang yang berfungsi dan dimanfaatkan sebagai
dirasakan sebagai tempat rutinitas kegiatan ibadah dan ziarah dengan
mendapatkan kebahagiaan, aktifitas sholat, tafakur, iktikaf, zikir,wirid,
ketentraman, kemudahan tabaruk, tawassul. Kegiatan dakwah dengan cara
hidup dan barokah, karena khotbah, pengajian, pendidikan agama.
kedekatan dengan Wali
Sunan Ampel
Histori Ruang dengan suasana Ruang yang dapat menampilkan bangunan masjid
peninggalan masa lalu, dengan ciri arsitektur bangunan Jawa yang
suasana dengan 35acral35a dibangun sekitar abad 14. Benda-benda
sunan Ampel , suasana peninggalan Sunan masih dapat dilihat seperti
35acral dan keramat migrab, bedug, menara dan pintu gerbang.
Kawasan makam yang dipenuhi oleh orang
berziarah di makam Sunan Ampel.
Sosial Ruang yang dapat Ruang yang digunakan bersama untuk berdagang,
budaya dirasakan dalam bekerja, bermain, berkumpul, memasak, menjemur
kebersamaan, saling pakaian, menyimpan barang, parkir kendaraan, dan
menghargai, saling mempunyai hajatan .
memiliki dan menjaga.
Ekonomi Ruang yang dapat Ruang dengan area yang digunakan untuk
menampilkan perdagangan dan usaha yang semakin lama
kesejahteraan, kepuasan meluas.Intensitas pengunjung semakin padat.
batin dan kesuksesan Jenis usaha yang sangat beragam.
usaha.
Sumber : Hasil Analisis Peneliti (2004)

Tabel 3 Unsur dan faktor penentu sistim nilai

UNSUR
FAKTOR Pola
Inti
Lokus /Lokasi Pola Pertumbuhan:
SEJARAH Masyarakat Situs / Simbol, Kegiatan Masyarakat
Pemanfaatan lahan
Pola Perilaku Pola Ciri Nilai kehidupan :.
PERILAKU Keyakinan masyarakat Keragaman pola perilaku, etnis/budaya,
SOSIAL-BUDAYA Kesamaan filosofis dasar (inti),Toleransi
MASYARAKAT antar etnis,Keterikatan kebutuhan
Keunikan Lingkungan Pola Ciri-ciri fisik.
LOKASI DAN (Lokasi) dalam bentuk Geometrik, Keruangan, Simbol
LINGKUNGAN Natural (alam) dan
FISIK terbangun (binaan)
Makna, Intensitas, Pola Keruangan :
NUANSA DAN Hirarkhi Ungkapan makna dan nilai,Nilai ruang
MAKNA Keterkaitan nilai
RUANG
35
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

Tabel 4. Faktor dan Unsur Dasar untuk Membangun Konsep Nilai Ruang
UNSUR FAKTOR EMPIRI
Tempat berkumpulnya orang yang beribadah (sholat, zikir,
Masjid dan Eksistensi wirid,dll). Banyaknya ulama dan ustad yang aktif dalam kegiatan
makam dan fungsi agama (dakwah dan pendidikan)
Suasana kehidupan sosial didalam permukiman tampil secara wajar
Situasi sosial dalam bentuk hubungan sosial warga dalam gotong royong, saling
Permukiman kawasan bergantung secara sosial dan ekonomi dalam satu ikatan
agama yang sama

Berbagai kegiatan yang bersifat religi, sosial , budaya, dan ekonomi


Kehidupan Keragaman yang saling berkait. Kegiatan ibadah dan ziarah menghasilkan
dan kegiatan kegiatan kegiatan ekonomi. Hubungan dalam bidang usaha menimbulkan
masyarakat yang saling rasa kebersamaan sosial dalam bentuk perkumpulan PKK, karang
berkaitan taruna,arisan, dan lain sebagainya.
Kehidupan keluarga dan warga masyarakat lain bersatu dalam
kegiatan agama melalui kelompok2 pengajian
Historis- Kegiatan ibadah dan ziarah memacu pertumbuhan ekonomi
Lokasi strategis kawasan.Kawasan Ampel lebih dikenal sebagai pusat perdagangan
secara sosial- benda-benda religi Islam, termasuk perlengkapan ibadah, baju
ekonomi muslim, makanan khas Arab.
Sumber : Hasil Analisis Peneliti (2004)
budaya dan kegiatan ekonomi yang
Penetapan nilai ruang kawasan berkaitan erat dengan kegiatan religi
didasarkan atas: (i) penggalian faktor- merupakan kelebihan lain yang tidak pula
faktor dasar, (ii) pola dan konsep lokal , dapat ditemukan dikawasan lain.
(iii) sistim nilai, dan (iv) suasana dan Kekhususan lokus menghasilkan makna
makna keruangan. Didalam proses yang spesifik sehingga pola keruangan
pembangunannya peran manusia atau serta nilai keruangan suatu kawasan tidak
masyarakat (community) menjadi unsur pernah sama.
penting sebagai subyek pembahasan. Dengan demikian konsep nilai
Wadah atau fisik lingkungan binaan ruang dibangun berdasarkan beberapa
menjadi unsur pendukung, dan keduanya faktor dan unsur- unsur penentu penting
adalah sebagai masukan (input). Keunikan yang didapatkan pada tiap kawasan.
dan kelebihan lokasi digali dari perjalanan Kawasan Ampel sebagai lokus kasus dapat
sejarah masyarakat serta kegiatannya dan menghasilkan suatu peran dalam
dari perubahan fisik kawasan (morfologi). pemanfaatan ruangnya. Salah satu fungsi
Dua unsur tersebut (keunikan dan ruang yang amat penting adalah fungsi
kelebihan) memberikan kekhususan pada pariwisata. Setiap keruangan yang
suatu kawasan. Kawasan Ampel terbangun dan perilaku masyarakat yang
mempunyai 5 (lima) unsur keunikan ada pada tiap-tiap keruangan menunjukkan
(histori, kultural, alam, arsitektur, dan budaya kearifan lokal yang sangat
lokasi),dimana setiap unsur memiliki menarik , dan ekspresi atau manifestasi
tampilan fisik. Kelebihan kawasan Ampel kegiatannya dapat dinikmati sebagai
dilihat dari aktifitas sehari-harinya, kegiatan wisata. Kekuatan kegiatan religi
terutama kegiatan religi yang tidak bisa telah membangkitkan kegiatan wisata
dicari ditempat lain. Kegiatan sosial- religi yang didasarkan atas nilai sejarah

36
Tipologi Pengembangan Wisata Berdasarkan Konsep Butler (Studi Kasus : Kabupaten Mojokerto)

dan nilai religi yang terpancar pada Hal yang akan mengaburkan eksistensi
kawasan tersebut. Perjalanan sejarah adalah pencampur adukkan fungsi
kegiatan religi menjadi dasar keruangan, membiarkan kegiatan-kegiatan
pengembangan kegiatan pariwisata. Fakta soaial-budaya dan ekonomi berkembang
empiri yang terjadi sekarang adalah tanpa panduan, dan kemudian dampaknya
kegiatan Pariwisata religi yang sangat adalah kualitas kegiatan pariwisatanya
intens pada kawasan tersebut. Sebagai akan ter degradasi karena kesemrawutan
sebuah kawasan Cagar Budaya, kawasan dan hilangnya estetika lingkungan.
Ampel harus dijaga eksistensi budayanya
dan dijaga eksistensi fisik kawasannya.
Tabel 5. Citra Kawasan Ampel
Nilai
Orientasi Posisi Isi
Kawasan
Religius  Merupakan kawasan  Pemaknaan posisi  Kegiatan religi mewarnai suasana
and Social berbentuk area yang keruangan kawasan dengan sangat kuat.
Value dibatasi oleh jalur jalan berbentuk radial  Dampak kegiatan religi
di sisi luar kawasan dengan pusat menghasilkan suasana kegiatan
tersebut. kegiatan ada pada wisata religi dengan segala warna
 Bangunan cagar masjid dan makam. warni wisata.
budaya yang menjadi  Bentuk radial  Kegiatan religi dengan nuansa Islam
orientasi terkuat adalah mengungkapkan (kegiatan ibadah) membawa kawasan
Masjid dan makam. bahwa terdapat tersebut tidak pernah mati.
Orientasi terfokus lingkungan kawasan  Yang perlu dilakukan adalah
memusat. dengan bentuk penataan zona kegiatan berdasarkan
cincin. tingkat privasi dan tingkat ekonomis.
 Ring terluar adalah
perbatasan antara
kegiatan usaha dan
kegiatan religi

Simpulan hidup dengan adanya kegiatan pariwisata.


Faktor dan unsur yang ditemukan Karena kegiatan pariwisata akan menjadi
pada kasus Ampel merupakan substansi potensi eksistensi nilai budaya, religi,
penting dalam membangun nilai ruang sosial dan ekonomi untuk masyarakat
kawasan. Yang dapat ditarik sebagai garis Ampel.
kesimpulan adalah, apabila kawasan yang
mempunyai sejarah pertumbuhan yang Rekomendasi
didasarkan atas pengaruh religi, Pelestarian kawasan Cagar Budaya
mempunyai masyarakat dengan di Ampel akan hidup dengan
kehidupan dan aktifitas yang bergantung adanya kegiatan pariwisata,karena
dari satu sistim nilai kuat (religi dan kegiatan pariwisata akan
histori), masih dapat bertahan dan menjadi potensi eksistensi nilai
mempunyai potensi berkembang, maka budaya, religi, sosial dan ekonomi untuk
eksistensi kawasan Cagar Budaya kawasan masyarakat Ampel. Tahap pemikiran dan
Ampel harus tetap dijaga. Pelestarian pelaksanaan: (i) Penetapan deliniasi
kawasan Cagar Budaya di Ampel akan kawasan Cagar Budaya Ampel,(ii)

37
Jurnal Penataan Ruang, Vol. 11, No. 1, Mei 2016

Pemasangan Signage dan peta informasi, Land Use Planning. Fourth Edition.
dan (iii) Pengaturan zona-zona wisata University of Illinois Press, Urbana,
didasarkan atas nilai-nilai dan fungsi ruang Chicago.
Kivell,Philip ,1993. Land and the City.
Pattern and processes of urban
Change. Routledge, London and
Daftar Pustaka New York.
Rapopport, Amos, 1977. Human Aspect of
Adisasmita,Rahardjo,1996. Teori-teori Urban Form. Pergamon Press New
Lokasi dan Pengembangan York.Rossi,
Wilayah. Diktat Kuliah,Universitas
Muslim Indonesia, Ujung Pandang. Aldo,1982. The Architecture of the City.
Alexander, Papaghorgiou,1971.Continuity The MIT Press.
and Change, Preservation in City Supriharjo, Rimadewi, (2003). Paper :
Planning.Preager Publisher New Cultural Activity as Cultural
York. Heritage in Ampel Area,Surabaya,
Chapin,F Stuart, Jr & Edward, J Kaiser, Indonesia. International
1979. Urban Land Use Planning. Third Symposium and Workshop,
Edition. University of Illinois Press. Managing Heritage Environment
Urbana. Chicago,London. in Asia,Yogyakarta, Indonesia.
Gory. LA Mark and Pipkin .John, 1981. Supriharjo,Rimadewi,(2004). Nilai Ruang
Urban Social Space. Wadsworth di Kawasan Ampel Surabaya.
Publishing Disertasi (S3) Jur Arsitektur FT,
Company, Belmont, California. Gadjah Mada, Yogyakarta
Kaiser,Edward,J& David.R Godschalk &
F.Stuart Chapin,Jr,1995.Urban

38

Anda mungkin juga menyukai