9645 31365 1 PB
9645 31365 1 PB
Suaib
Srapele1@gmail.com
Mahasiswa Program Studi Magister Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako
Abstract
This writing wants to know what the purpose of the establishment of regional organizations
as well as whether the factors that hinder the arrangement of regional organizations, through the
method of normative and regulatory approaches law (Statute Approach) and the conceptual
approach (Conceptual Approach), found things as follows; 1). The purpose of establishing
regional organizations have three fundamental objectives, namely; (1) To Achieve Objectives
Granting autonomy; (2) To carry out certain government affairs; (3) To carry out public services;
2) Structuring regional organizations is one of the steps to set up a system that Local Government
system. Therefore, the arrangement of regional organizations not in spite of the obstacles faced,
namely; (1) Aspects of human resources; (2) the financial aspects; (3) Changes in the legislation.
Keywords: Regional organizations, Establishment, and Obstacles.
Berdasarkan UUD 1945, negara kekuasaan sisa itu berada di pusat sehingga
Indonesia adalah Negara Kesatuan yang terdapat pengalihan kekuasaan pemerintah dari
berbentuk Republik. Dalam konteks demokasi pusat kedaerah padahal dalam Negara
Indonesia, kedaulatan ada pada rakyat, bangsa, Kesatuan idealnya semua kebijakan terdapat di
dan negara Republik Indonesia yang tidak tangan Pemerintahan Pusat.
terbagi-bagi di antara kesatuan-kesatuan Negara Kesatuan mengindikasikan
pemerintahan. Namun disisi lain, otonomi bahwa kekuasaan asli atau kekuasaan sisa itu
daerah yang semakin efektif dan luas akan berada di pusat (sentralistic), namun pada taraf
dengan sendirinya memunculkan daerah berjalannya pemerintahan diperlukan sebuah
sebagai identitas dengan independensinya sistem yang dapat mengakomodir
tersendiri. pemerintahan di daerah yang mengatur
Berbeda dengan sistem negara federal hubungan antara pemerintah pusat dengan
dimana kadaulatan berada pada masing- daerah dan asas yang paling tepat dan memang
masing daerah/negara bagian, sedangkan telah berkembang di Indonesia sampai saat ini
dalam konteks NKRI, kedaulatan berada di adalah desentralisasi yang diejawantahkan
tangan pemerintahan pusat yang merupakan dalam bahasa “otonomi daerah”, dan asas-asas
personifikasi dari keseluruhan rakyat dari lain yang mendukung seperti dekonsentrasi,
negara kesatuan. Pemerintah daerah diberikan dan medebewind (tugas pembantuan). Selain
wewenang oleh pemerintah pusat untuk itu pada hakekatnya kecenderungan bangsa
mengurus urusannya secara mandiri dengan Indonesia memilih bentuk Negara Kesatuan
identitas dan kekhasannya masing-masing. pada saat awal berdirinya Negara Indonesia
Konsep otonomi daerah sebenarnya adalah didorong oleh kekhawatiran politik
lebih mirip sistem dalam Negara Federal, devide et impera (politik pecah belah) yang
dimana pada umumnya dipahami bahwa dalam selalu dipergunakan oleh kolonial Belanda
sistem Federal, konsep kekuasaan asli atau untuk memecah belah Negara Indonesia,
kekuasaan sisa (residual power) berada di meskipun secara kultural geografis bentuk
daerah atau bagian, sedangkan dalam sistem Negara Serikat memungkinkan. Unsur
Negara Kesatuan (unitary), kekuasaan asli atau kebhinekaan yang ada akhirnya ditampung
1
2 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 7, Juli 2017 hlm 1-8 ISSN: 2302-2019
dengan baik dalam bentuk Negara Kesatuan diselenggarakan sesuai dengan kebijaksanaan,
dengan sistem desentralisasi. prakarsa dan kemampuannya daerah. Jadi
Pada prinsipnya, kebijakan otonomi desentralisasi adalah penyerahan wewenang di
daerah dilakukan dengan mendesentralisasikan bidang tertentu secara vertikal dari
kewenangan-kewenangan yang selama ini institusi/lembaga/pejabat yang lebih tinggi
tersentralisasi di tangan pemerintah pusat. kepada institusi/lembaga/pejabat bawahannya
Dalam proses desentralisasi itu, kekuasaan sehingga yang diserahi atau dilimpahi
pemerintah pusat dialihkan dari tingkat pusat wewenang tertentu itu berhak bertindak atas
ke Pemerintahan Daerah sebagaimana nama sendiri dalam urusan tersebut.
mestinya, sehingga terwujud pergeseran Undang-Undang Negara Republik
kekuasaan dari pusat kedaerah kabupaten dan Indonesia Nomor 23 tahun 2014 Tentang
kota di seluruh Indonesia. Jika dalam kondisi Pemerintahan Daerah adalah upaya reformasi
semula arus kekuasaan pemerintahan bergerak pemerintah daerah dalam pembangunan
dari daerah ke tingkat pusat, maka diidealkan Indonesia, dilahirkan sebagai salah satu upaya
bahwa sejak diterapkannya kebijakan otonomi meningkatkan efektifitas dan efisiensi
daerah itu, arus dinamika kekuasaan akan pembangunan daerah, karena otonomi
bergerak sebaliknya, yaitu dari pusat ke diharapkan semakin mendekatkan proses
daerah. pengambilan keputusan terutama dalam
Dalam konteks Negara Kesatuan, memberikan pelayanan terhadap masyarakat.
hubungan kewenangan antara pusat dan daerah Konsep desentralisasi bisa dikatakan sebagai
di Indonesia mendasarkan diri pada tiga pola, konsep dasar dalam penyelenggaraan
yaitu desentralisasi, dekonsentrasi dan pemerintahan daerah, karena lebih memajukan
medebewind (tugas pembantuan). 7 pembangunan daerah, hal ini berbanding
Desentralisasi adalah penyerahan wewenang terbalik dengan konsep sentralisasi yang
pemerintahan oleh Pemerintah kepada Daerah kebijakan pemerintah terhadap daerah selalu
Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan. tergantung pada Pemerintah Pusat. Kenyataan
Desentralisasi mengandung segi positif membuktikan bahwa banyak negara yang
dalam penyelenggaraan pemerintahan baik mengalami gangguan politik dikarenakan
dari sudut politik, ekonomi, sosial, budaya dan adanya kecenderungan memperlakukan daerah
pertahanan keamanan, karena dilihat dari dengan tidak tepat, bahkan lebih cenderung
fungsi pemerintahan, desentralisasi bersifat sentralistik. Desentralisasi membentuk
menunjukkan: semacam kemandirian daerah dan terlepas dari
1. Satuan-satuan desentralisasi lebih fleksibel ketergantungan pemerintah pusat.
dalam memenuhi berbagai perubahan yang Otonomi daerah yang saat ini diatur
terjadi dengan cepat; dalam Undang-undang Republik Indonesia
2. Satuan-satuan desentralisasi dapat Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
melaksanakan tugas lebih efektif dan lebih Daerah, membuka kreativitas dan optimalisasi
efisien; daerah. Kebijakan desentralisasi merupakan
3. Satuan-satuan desentralisasi lebih inovatif; suatu keharusan untuk memaksimalkan
4. Satuan-satuan desentralisasi mendorong pengelolaan daerah, secara politik dan
tumbuhnya sikap moral yang lebih tinggi, ekonomi, maupun sosial-budaya, yang
komitmen yang lebih tinggi dan lebih merupakan bagian vital dari pencapaian tujuan
produktif. suatu negara. Semangat melakukan reformasi
Hal-hal yang diatur dan diurus oleh dari kebijakan sentralisasi dan desentralisasi,
pemerintah daerah ialah tugas-tugas atau adalah suatu perspektif kompleks yang
urusan-urusan tertentu yang diserahkan oleh mendasarkan atas pertimbangan kemampuan
pemerintah pusat kepada daerah-daerah untuk ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, social
Suaib, Pembentukan Dan Penataan Organisasi Perangkat Daerah...................................................................................3
politik, jumlah penduduk, luas daerah dan mampu memelihara dan menjaga keutuhan
pertimbangan lain, yang memungkinkan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara
daerah mampu melaksanakan penyelenggaraan Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka
pemerintahannya sendiri secara adil dan mewujudkan tujuan negara.
sejahtera. Pembentukan daerah pada dasarnya
Otonomi daerah telah mengakibatkan dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan
perubahan kewenangan pemerintah pusat dan publik guna mempercepat terwujudnya
daerah, yang berimplikasi pada terjadinya kesejahteraan masyarakat disamping sebagai
perubahan beban tugas dan struktur organisasi sarana pendidikan politik di tingkat lokal.
yang mewadahinya. Dalam era transisi ini, Untuk itu maka pembentukan daerah harus
Departemen Dalam Negeri akan terus mempertimbangkan berbagai faktor seperti
berusaha untuk memperbaiki manajemen kemampuan ekonomi, potensi daerah, luas
pemerintahan dengan melibatkan unsur wilayah, kependudukan, dan pertimbangan
Pemerintah Daerah Propinsi, Kabupaten dan dari aspek sosial politik, sosial budaya,
Kota khususnya dalam penataan organisasi pertahanan dan keamanan serta pertimbangan
perangkat daerah sejalan dengan pelaksanaan dan syarat lain yang memungkinkan daerah itu
Otonomi Derah. dapat menyelenggarakan dan mewujudkan
Prinsip otonomi daerah menggunakan tujuan dibentuknya daerah dan diberikannya
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti otonomi daerah. Untuk mewujudkan tujuan
daerah diberikan kewenangan mengurus dan daerah itu maka diperlukanlah suatu organisasi
mengatur semua urusan pemerintahan di luar perangkat daerah (OPD) sebagai pelaksana
yang menjadi urusan Pemerintah yang dalam rangka menyelenggarakan urusan
dijabarkan dalam Undang-Undang Republik kewenangan yang telah dilimpahkan kepada
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang pemerintah daerah tersebut.
Pemerintahan Daerah. Daerah memiliki Penerapan kebijakan desentralisasi
kewenangan membuat kebijakan daerah untuk merupakan landasan normatif bagi perubahan
memberi pelayanan, peningkatan peran serta, penyelenggaraan pemerintahan di daerah,
prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang termasuk dalam hal perubahan kewenangan
bertujuan pada peningkatan kesejahteraan baik di tingkat Pemerintah Pusat, Pemerintah
rakyat. Tujuan tersebut dapat terwujud salah Provinsi, maupun Pemerintah Kabupaten/
satunya tentu dengan perubahan sistem Kota. Perubahan kewenangan ini berimplikasi
birokrasi yang benar-benar pada masyarakat. pada perubahan beban tugas dan struktur
Seiring dengan prinsip itu organisasi yang melaksanakan kewenangan-
penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu kewenangan tersebut yang pada gilirannya
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan menuntut dilakukannya penataan kelembagaan
masyarakat dengan selalu memperhatikan pemerintahan di daerah. Penataan
kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam kelembagaan pemerintahan daerah merupakan
masyarakat. Selain itu penyelenggaraan konsekuensi logis dari perubahan mendasar
otonomi daerah juga harus menjamin sistem pemerintahan daerah sebagaimana
keserasian hubungan antara daerah dengan digariskan dalam kebijakan desentralisasi.
daerah lainnya, artinya mampu membangun Otonomi organisasi menjadi salah satu
kerjasama antar daerah untuk meningkatkan faktor penting untuk menjamin pelaksanaan
kesejahteraan bersama dan mencegah otonomi daerah secara keseluruhan. Dalam
ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak melaksanakan otonomi organisasi, pemerintah
kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga daerah harus memiliki kepekaan dan
harus mampu menjamin hubungan yang serasi rasionalitas terhadap kebutuhan dan
antar daerah dengan pemerintah, artinya harus permasalahan dalam wilayahnya. Karena itu,
4 e Jurnal Katalogis, Volume 5 Nomor 7, Juli 2017 hlm 1-8 ISSN: 2302-2019
pemerintah daerah harus memiliki hak untuk unit yang sudah ada, penghapusan unit-unit
menentukan jumlah satuan perangkat (dinas, yang sudah ada, dan perubahan fungsi-fungsi
badan dan lembaga sesuai dengan kebutuhan unit yang sudah ada, baik pada Sekretariat
dan kemampuan daerah, baik kemampuan Daerah, Dinas Daerah, dan Lembaga Teknis
keuangan maupun sumber daya manusia yang Daerah.
tersedia). Selama ini, penyusunan organisasi
Upaya awal yang dapat dilakukan adalah pemerintah daerah lebih banyak dilakukan
dengan mengevaluasi kelembagaan berdasarkan kepentingan birokrasi, belum
pemerintah daerah yang selama ini diterapkan merefleksikan kepentingan masyarakat.
dalam rangka menyusun organisasi Organisasi dibentuk bukan sebagai wadah dan
kelembagaan pemerintah daerah yang sistem kerjasama untuk mencapai tujuan yang
responsif terhadap perkembangan zaman dan telah ditetapkan secara lebih efektif dan
tuntutan masyarakat yang makin beragam. efisien, melainkan untuk menampung orang
Secara normatif, evaluasi kelembagaan atau pejabat. Dengan demikian, prinsipnya
pemerintah daerah dapat dilakukan dengan organisasi untuk penempatan orang, bukan
mengacu pada Peraturan Pemerintah Republik orang ditempatkan untuk mengisi organisasi.
Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Gejala semacam itu sudah berjalan sangat
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah yang di lama dan menjadi semakin meluas seiring
dalamnya mengatur mengenai jumlah dinas, dengan era desentralisasi. Hal tersebut pada
badan, dan lembaga teknis serta sub- gilirannya mendorong pemerintah daerah
substruktur yang menjadi bagian dari Satuan membentuk organisasi yang besar dan
Kerja Perangkat Daerah yang bersangkutan. berjenjang banyak.
Namun, bila hanya berpatokan pada ketentuan Bentuk dan susunan organisasi
dalam Peraturan Pemerintah Republik pemerintah daerah yang tambun dan tidak
Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang relevan dengan kebutuhan dasar dan
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, kebutuhan pengembangan masyarakat daerah,
nuansa kuantitatif melalui perhitungan scoring akan menimbulkan inefisiensi, baik tenaga,
akan sangat berpengaruh dalam menentukan pemikiran dan terutama dana publik milik
apakah suatu unit perlu dipertahankan, diubah, masyarakat sehingga sebagian besar APBD
atau dihapuskan. akan habis untuk kepentingan birokrasi.
Pertimbangan untuk mengubah atau
menghapuskan suatu unit kerja tidak semudah METODE
itu karena juga menyangkut pertimbangan-
pertimbangan administratif, ekonomi, bahkan Jenis penelitian yang digunakan dalam
politis. Namun, lebih dari itu, pertimbangan artikel ini adalah penelitian Normatif yaitu
mengenai hasil evaluasi kelembagaan yang melalui studi kepustakaan untuk menelaah
bersumber pada perhitungan scoring perlu peraturan perundang-undangan maupun hasil-
dilengkapi dengan analisis komprehensif hasil penelitian, pengkajian, serta referensi
dengan mempertimbangkan potensi lokal dan lainnya yang terkait dengan pembentukan dan
kinerja yang ingin dicapai dari kelembagaan penataan organisasi perangkat daerah , dengan
pemerintah daerah tersebut. tidak mengabaikan adanya penelitian Yurisdis
Analisis terhadap kebutuhan perangkat empiris yaitu dengan menelaah data yang
daerah menghendaki adanya evaluasi terhadap dikumpulkan baik pada instansi pemerintah
kondisi eksisting organisasi perangkat daerah. pusat maupun instansi pemerintah daerah.
Hasil evaluasi akan mengakibatkan perubahan
organisasi perangkat daerah, berupa
pembentukan unit baru, penggabungan unit-
Suaib, Pembentukan Dan Penataan Organisasi Perangkat Daerah...................................................................................5