Anda di halaman 1dari 8

i-ISSN: 2597-4033

Vol. 4, No. 1, Februari 2020

POLA PERTUMBUHAN FASIES KARBONAT FORMASI PEUTU


LAPANGAN ADM, CEKUNGAN SUMATERA UTARA

Alvin Adam Arifin1*, Yoga Andriana1, Iyan Haryanto1.


1Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran, Bandung

*Korespondensi: alvinadm@gmail.com

ABSTRAK
Lapangan ‘ADM’ merupakan lapangan penghasil hidrokarbon yang berlokasi di Blok B, Cekungan
Sumatera Utara. Objek dari penelitian adalah Formasi Peutu pada lapangan ‘ADM’ yang telah terbukti
menghasilkan gas bumi. Data-data yang digunakan dalam penelitian meliputi data batuan inti, mudlog,
data wireline logging dari 3 buah sumur, dan seismik 3D untuk mengetahui litofasies, elektrofasies,
fasies pengendapan, distribusi fasies, dan pola pertumbuhan fasies karbonat Formasi Peutu. Pembagian
litofasies dilakukan melalui pengamatan pada batuan inti dan data mudlog untuk menginterpretasi fasies
pengendapan. Pengamatan pada kurva gamma ray dan log pendukung lainnya dilakukan untuk
mendukung hasil interpretasi litofasies dan fasies pengendapan. Pada daerah penelitian didapati 5
litofasies dan fasies pengendapan, yaitu Litofasies 1 Packstone-grainstone dengan fasies pengendapan
outer back-reef lagoon, Litofasies 2 Grainstone dengan fasies pengendapan reef core, Litofasies 3
Wackestone-mudstone dengan fasies pengendapan inner back-reef lagoon, Litofasies 4 Grainstone-
packstone dengan fasies pengendapan outer back-reef lagoon, dan Litofasies 5 Grainstone dengan
fasies pengendapan reef core. Sementara pola elektrofasies dijumpai pola funnel, cylindrical, dan bell.
Melalui interpretasi seismik 3D dapat diketahui distribusi fasies dari hasil korelasi batas-batas fasies
pada sumur sehingga dapat memperlihatkan pola pertumbuhan fasies karbonat Formasi Peutu.

ABSTRACT
The ‘ADM’ field is one of the oil field that is generating hydrocarbon on North Sumatra Basin. The
object of study is Peutu Formation, a proven formation with gas production. Core data, mudlog,
wireline logging, and 3d seismic used to fulfill aim of this research that is to determine lithofacies,
electrofacies, depositional facies, facies distribution, and facies growth of Peutu Formation. The
determination of lithofacies is done through observation of the core analysis and mudlog data to
interpret the depositional facies. Observations on the gamma ray curve and other supporting logs were
carried out to support the results of lithofasies interpretation and depositional facies. In the research
area, 5 lithofacies and depositional facies were found, Lithofacies 1 Packstone-grainstone with outer
back-reef lagoon depositional facies, Lithofacies 2 Grainstone-packstone with reef core depositional
facies, Lithofacies 3 Wackestone-mudstone with inner back-reef lagoon depositional facies, Lithofacies
4 Grainstone-packstone with outer back-reef lagoon depositional facies, and Lithofacies 5 Grainstone
with reef core depositional facies. While the pattern of electrofacies found funnel shape, cylindrical
shape, and bell shape. Through the 3D seismic interpretation can be seen the facies distribution of the
results of the correlation of facies boundary at the well so that it can show the growth pattern of Peutu
Formation carbonate facies.

Keywords: Carbonate Facies, Depositional Facies, Facies Growth Pattern, North Sumatra Basin.

1. PENDAHULUAN terus bertambah sehingga dibutuhkan upaya


untuk menemukan cadangan-cadanagan
Minyak dan gas bumi hingga saat ini
baru dan pengembangan lapangan-lapangan
masih menjadi salah satu sumber utama
yang telah terbukti menghasilkan
untuk memenuhi kebutuhan energi dalam
hidrokarbon. Reservoir minyak dan gas
negeri. Setiap tahun kebutuhan tersebut
84
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 1, Februari 2020: 84-91

bumi yang ekonomis saat ini banyak


dijumpai pada batuan sedimen baik itu
batupasir atau batuan karbonat. Batuan
karbonat dapat menjadi reservoir minyak
dan gas bumi dengan kualitas yang baik
karena porositas dan permeabilitasnya yang
baik dalam menyimpan hidrokarbon
sehingga menjadi target eksplorasi industri
migas.
Fasies merupakan sebuah tubuh
batuan yang dicirikan oleh kombinasi
litologi, stuktur biologi, atau fisika yang
membedakan tubuh batuan tersebut dengan
batuan yang ada di atasnya, di bawahnya,
atau di bagian lain secara lateral (Walker,
1992). Melalui pendekatan analisis fasies
batuan karbonat diharapkan dapat
memberikan pemahaman mengenai fasies
pengendapan batuan karbonat sehingga
dapat mengungkap dimensi dan karakter
reservoar yang dapat menunjang kegiatan
eksplorasi maupun produksi hidrokarbon
serta perkembangan ilmu pengetahuan Gambar 1. Kolom stratigrafi Cekungan
mengenai batuan karbonat. Sumatera Utara (Daves, 1984)

2. TINJAUAN PUSTAKA  Batuan Dasar


Batuan dasar pada Cekungan Sumatera
Cekungan Sumatera Utara Utara memiliki susunan litologi berupa
merupakan rift basin yang terletak di batupasir, batugamping dan dolomit yang
bagian paling tenggara Pulau Sumatera. diendapkan pada lingkungan pantai sampai
Bentuknya memanjang berarah Baratlaut- laut dangkal yang berumur pra tersier.
Tenggara yang berbatasan di sebelah Utara-
Timurlaut oleh Malacca Platform, sebelah  Formasi Tampur
tenggara di batasi oleh Asahan Arch yang Formasi Tampur tersusun atas sebagian
memisahkan cekungan ini dengan bioklastik dan biokalsilutit masif serta
Cekungan Sumatera Tengah, sedangkan dijumpai juga nodul rijang, batugamping,
sebelah Baratdaya dibatasi oleh basal konglomeratik, dan dolomitik.
Pegunungan Bukit Barisan, dan sebelah Formasi ini berumur Eosen Akhir –
Baratlaut dibatasi oleh Cekungan Mergui. Oligosen Awal yang terendapakan secara
Cekungan ini terbentuk pada Eosen Akhir tidak selaras di atas batuan dasar pada
(Davies, 1984) yang dikontrol oleh Sesar lingkungan pengendapan litoral.
Sumatera dan Sesar Malaka yang
merupakan sesar mendatar dekstral.  Formasi Meucampli
Aktivitas sesar tersebut membentuk pull a Formasi Meucampli tersusun atas
part basin yang mengubah bentuk dominasi sedimen klastik, batugamping dan
morfologi Cekungan Sumatera Utara di beberapa tempat material vulkanik.
menjadi berupa tinggian dan rendah (horst- Formasi ini diendapkan pada kondisi
graben). paralik (Cameron dkk., 1980), selama
Stratigrafi regional Cekungan Eosen sampai Oligosen Awal.
Sumatera Utara (Gambar 1) tersusun atas
beberapa formasi, yaitu:

85
Pola Pertumbuhan Fasies Karbonat Formasi Peutu Lapangan Adm, Cekungan Sumatera Utara
(Alvin Adam Arifin)

 Formasi Bruksah Awal selaras di atas formasi Keutapang


Formasi Bruksah tersusun atas yang diendapkan pada lingkungan neritik
konglomerat, batupasir, setempat lanau, dan tengah – luar.
batubara. Formasi ini berumur Oligosen
Awal yang terendapkan secara tidak selaras  Formasi Julu Rayeu
di atas batuan dasar dan formasi Tampur Formasi Julu Rayeu tersusun atas
pada cekungan graben batuan asal, fluviatil lempung dan konglomerat di bagian bawah
dan secara lokal pada lingkungan laut formasi yang semakin ke bagian atas
dangkal. formasi berupa batupasir tufaan. Formasi
ini berumur Pliosen – Plistosen selaras di
 Formasi Bampo atas Formasi Seureula yang diendapkan
Formasi Bampo terdiri atas batulempung pada lingkungan darat sampai laut dangkal.
dan serpih gampingan, berlapis buruk,
piritik dan sedikit material karbonan yang 3. METODE
diendapkan selama transgresi. Formasi ini
berumur Oligosen Akhir selaras di atas Pada penelitian ini digunakan 3 data
formasi Bruksah dan terendapkan pada sumur yaitu ADM-1, ADM-3, dan ADM-7
lingkungan laut. yang dianalisis untuk mengetahui fasies dan
lingkungan pengendapan karbonat yang
 Formasi Peutu dan Belumai didukung dengan elektrofasies serta
Formasi Peutu dan Belumai tersusun distribusi setiap fasies sehingga dapat
atas batulanau dan batugamping. Formasi direkonstruksi pola pertumbuhan fasies
ini berumur Miosen Awal yang terendapkan karbonat Formasi Peutu pada Lapangan
secara tidak selaras di atas batuan dasar dan ADM, Cekungan Sumatera Utara.
selaras di atas Formasi Bampo selama Deskripsi data batuan inti sumur ADM-3
transgresi pada lingkungan laut dangkal. dan ADM-7 digunakan untuk mengetahui
litofasies pada masing-masing sumur yang
 Formasi Baong selanjutnya dilakukan korelasi litofasies.
Formasi Baong memiliki litologi Analisis elektrofasies dilakukan untuk
penyusun berupa batulempung abu-abu mengartikan respon data log sumur ke
sampai hijau dan napal yang kadang dalam arti geologi yang selanjutnya
mengandung tufa dengan lensa-lensa dilakukan korelasi elektrofasies.
batupasir di bagian tengah formasi. Formasi Berdasarkan analisis litofasies yang
ini berumur Miosen Tengah yang didukung analisis elektrofasies didapatkan
diendapkan selama transgresi pada suksesi fasies dan fasies pengendapan pada
lingkungan neritik dalam-luar dan batial masing-masing sumur. Batas-batas fasies
atas. digunakan sebagai marker pada penampang
seismik untuk selanjutnya dilakukan
 Formasi Keutapang interpretasi horizon masing-masing fasies
Formasi Keutapang tersusun atas sehingga didapatkan pola pertumbuhan
sebagian besar oleh batupasir dan lempung fasies karbonat Formasi Peutu.
dengan sisipan serpih dan lapisan tipis
batugamping. Formasi ini berumur Miosen 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Akhir tidak selaras di atas formasi Baong 4.1 Analisis Litofasies
yang diendapkan pada lingkungan delta dan
laut dangkal. 4.1.1 Litofasies Sumur ADM-3
Pada sumur ADM 3 interval karbonat
 Formasi Seureula Formasi Peutu dijumpai pada kedalaman
Formasi Seureula tersusun atas dominasi 8362 ft MD sampai 9242 ft MD setebal 880
batupasir dengan perlapisan serpih dan ft yang dapat diklasifikasikan menjadi 5
batulempung. Formasi ini berumur Pliosen

86
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 1, Februari 2020: 84-91

Gambar 2. Kolom stratigrafi sumur ADM-3 dan ADM-7

litofasies berdasarkan klasifikasi Dunham abu-abu sampai coklat tua, bertekstur


(1962), yaitu litofasies 1 (litofasies grainstone dengan di beberapa bagian
packstone-grainstone), litofasies 2 dijumpai packstone, mengandung banyak
(litofasies grainstone), litofasies 3 foraminifera bentik besar, alga, koral,
(litofasies wackestone), litofasies 4 fragmen koral, kadang dijumpai bivalvia,
(litofasies grainstone-packstone), dan moluska, dan stilolit. Porositas interpartikel
litofasies 5 (litofasies grainstone). dan interkristalin, kadang dijumpai pinpoint
Litofasies 1 dijumpai pada interval vuggy. Porositas buruk sampai sedang dan
kedalaman 9055 ft MD hingga 9242 ft MD permeabilitas sedang. Litofasies ini
setebal 187 ft berupa litofasies packstone- diinterpretasikan terendapkan pada
grainstone yang tersusun atas batugamping lingkungan reef core (Luis Pomar, 2004).
berwarna abu-abu sampai coklat muda, Litofasies 3 dijumpai pada interval
bertekstur packstone sampai grainstone, kedalaman 8798 ft MD hingga 8985 ft MD
mengandung koral, alga, foraminifera setebal 187 ft berupa litofasies wackstone
bentik besar, terdapat stilolit dan urat kalsit yang tersusun atas batugamping berwarna
di beberapa bagian, porositas interpatikel abu-abu muda sampai krem kecoklatan,
buruk sampai sedang, agak keras sampai bertekstur wackstone dengan di beberapa
keras. Litofasies ini diinterpretasikan bagian dijumpai setempat packstone,
terendapkan pada lingkungan outer back- mengandung fragmen pecahan cangkang,
reef lagoon (Luis Pomar, 2004). moluska, dan di beberapa bagian dijumpai
Litofasies 2 dijumpai pada interval foraminifera dan alga, ditemukan stylolite,
kedalaman 8985 ft MD hingga 9055 ft MD porositas interpartikel buruk sampai sedang,
setebal 70 ft berupa litofasies grainstone di beberapa bagian bersifat chalky.
yang tersusun atas batugamping berwarna Litofasies ini diinterpretasikan terendapkan

87
Pola Pertumbuhan Fasies Karbonat Formasi Peutu Lapangan Adm, Cekungan Sumatera Utara
(Alvin Adam Arifin)

pada lingkungan inner back-reef lagoon muda, bertekstur grainstone sampai


(Luis Pomar, 2004). packestone, mengandung banyak
Litofasies 4 dijumpai pada interval foraminifera, koral, bivalvia, terkadang
kedalaman 8562 ft MD hingga 8798 ft MD dijumpai bryozoa, ukuran butir sedang
setebal 236 ft berupa litofasies grainstone- sampai sangat kasar, berkembang porositas
packstone yang tersusun atas batugamping intergrabular, interkristalin, dan beberapa
berwarna krem sampai coklat muda, bagian vuggy, porositas buruk sampai
bertekstur grainstone sampai packstone, sedang dan permeabilitas sedang. Litofasies
mengandung koral, fragmen koral, alga, ini diinterpretasikan terendapkan pada
foraminifera bentik besar, di beberapa lingkunga outer back-reef lagoon (Luis
bagian dijumpai bivalvia dan gastropoda, Pomar, 2004).
porositas interpartikel dan vuggy yang
buruk, permeabilitas baik dan pada Litofasies 2 dijumpai pada interval
beberapa bagian berkapur (chalky). kedalaman 9143 ft MD hingga 9210 ft MD
Litofasies ini diinterpretasikan terendapkan setebal 67 ft yang tersusun atas
pada lingkungan outer back-reef lagoon. batugamping berwarna krem sampai abu-
Litofasies 5 dijumpai pada interval abu kecoklatan, bertekstur grainstone
kedalaman 8362 ft MD hingga 8562 ft MD dengan di beberapa bagian dijumpai
setebal 200 ft berupa litofasies grainstone packstone dan boundstone, mengandung
yang tersusun atas batugamping berwarna banyak foraminifera bentik besar, koral,
putih sampai krem, mengandung koral, kadang dijumpai moluska, bivalvia,
alga, foraminifera bentik besar, di beberapa bryozoan, dan pecahan cangkang,
bagian dijumpai moluska dan pecahan berkembang porositas interpartikel,
cangkang, porositas interpartikel dan interkristalin, dan dijumpai di beberapa
pinpoint vuggy yang sedang, permeabilitas bagian vuggy. Porositas buruk sampai
sedang, dan batuan bersifat sangat berkapur sedang dan permeabilitas sedang. Di
sampai sedang. Litofasies ini beberapa bagian berkapur (chalky).
diinterpretasikan terendapkan pada Litofasies ini diinterpretasikan terendapkan
lingkungan reef core (Luis Pomar, 2004). pada lingkungan reef core (Luis Pomar,
Litofasies sumur ADM-3 dapat dilihat 2004).
secara keseluruhan pada kolom stratigrafi Litofasies 3 dijumpai pada interval
(Gambar 2). kedalaman 9070 ft MD hingga 9143 ft MD
setebal 73 ft yang tersusun atas
4.1.2 Litofasies Sumur ADM-7 batugamping berwarna putih sampai krem,
bertekstur wackestone gradasi sampai
Pada sumur ADM 3 interval karbonat mudstone, berkapur (chalky), agak lunak,
formasi Peutu dijumpai pada kedalaman porositas interpartikel. Porositas buruk dan
9070 ft MD sampai 9358 ft MD setebal 288 permeabilitas buruk sampai sedang.
ft yang dapat diklasifikasikan menjadi 3
litofasies berdasarkan klasifikasi Dunham Litofasies ini diiterpretasikan terendapkan
(1962), yaitu litofasies 1 (litofasies pada lingkungan inner back-reef lagoon
grainstone-packstone), litofasies 2 (Luis Pomar, 2004). Litofasies sumur
(litofasies grainstone), dan litofasies 3 ADM-3 dapat dilihat secara keseluruhan
(litofasies wackestone-mudstone). pada kolom stratigrafi (Gambar 2)

Litofasies 1 dijumpai pada interval 4.2 Analisis Elektrofasies


kedalaman 9210 ft MD hingga 9358 ft MD
setebal 148 ft yang tersusun atas Pembagian pola elektrofasies
batugamping berwarna krem sampai coklat dilakukan dengan mengamati pola kurva

88
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 1, Februari 2020: 84-91

Gambar 3. Korelasi elektrofasies antara sumur ADM-1, ADM-3, dan ADM-7

untuk selanjutnya dikorelasikan dengan


sumur yang tidak memiliki data litologi
yaitu ADM 1. Dari hasil korelasi tersebut
dapat digunakan dalam menentukan batas
fasies dan fasies pengendapan terutama
pada sumur ADM 1.
Secara umum, pola log gamma ray
pada masing-masing litofasies di awali
dengan kemuncula pola funnel, diikuti pola
cylindrical, dan diakhiri dengan pola bell.
Pola funnel menginformasikan kondisi
regresi muka air laut dimana suplai sedimen
lebih tinggi daripada ruang akomodasi
membentuk pola pengendapan yang
progradasi, pada kondisi tersebut karbonat
berkembang pada fase catch up. Pola
cylindrical menginformasikan kondisi
muka air laut relatif stabil dimana suplai
sedimen seimbang dengan ruang akomodasi
Gambar 4. Horizon masing-masing fasies membetuk pola pengendapan agradasi, pada
karbonat pada penampang seismik kondisi tersebut karbonat berkembang pada
fase keep up. Pola bell menginformasikan
gamma ray yang mengacu pada model terjadi transgresi muka air laut dimana
klasifikasi elektrofasies Kendall (2003) dan ruang akomodasi lebih tinggi daripada
mepertimbangkan litofasies yang diperoleh suplai sedimen membentuk pola
dari data-data litologi. Pembagian pengendapan yang retrogradasi, pada
elektrofasies dimulai pada sumur ADM 3 kondisi tersebut karbonat berkembang pada
dan ADM 7 yang memiliki data litologi fase give up. Pola dan korelasi elektrofasies
89
Pola Pertumbuhan Fasies Karbonat Formasi Peutu Lapangan Adm, Cekungan Sumatera Utara
(Alvin Adam Arifin)

pada masing-masing sumur ditunjukkan interpretasi horizon seismik masing-masing


pada Gambar 3. fasies dengan mengamati konfigurasi
internal pada seismik. Kemudian dilakukan
4.3 Pola Pertumbuhan Fasies Karbonat flattening pada base karbonat sehingga
didapatkan bentukan sembulan karbonat
Batas-batas fasies yang diperoleh Formasi Peutu dan pola pertumbuhannya
dari data sumur digunakan sebagai batas (Gambar 4.)
penanda (marker) untuk dilakukan

Gambar 5. Pola pertumbuhan fasies karbonat Formasi Peutu lapang ADM

Pertumbuhan karbonat diawali relatif stabil sehingga menutupi bagian


dengan terendapkannya fasies 1 yang tenggara daerah penelitian dengan
menutupi seluruh daerah penelitian penebalan di bagian tengah fasies.
yangsemakin menebal ke arah Baratdaya Berikutnya terendapkan fasies 3
dan juga menebal secara lokal di beberapa melanjutkan fasies sebelumnya pada fase
bagian membentuk sembulan karbonat yang keep up tumbuh seiring menyesuaikan
tidak terlalu signifikan. muka air laut kemudian secara perlahan
Fasies ini menjadi dasar bagi pembentukan terhenti saat terjadi transgresi muka air laut
fasies selanjutnya. dan menebal secara lokal membentuk
Pengendapan dilanjutkan dengan sembulan karbonat di beberapa tempat.
terendapkannya fasies 2 seiring dengan Pengendapan masih berlanjut dengan
turunnya muka air laut dan masih berlanjut diendapkannya fasies 4 seiring dengan
seiring fluktuasi muka air laut menjadi turunnya muka air laut dan terus tumbuh

90
Padjadjaran Geoscience Journal. Vol. 4, No. 1, Februari 2020: 84-91

seiring dengan fluktuasi muka air laut UCAPAN TERIMAKASIH


cenderung stabil hingga terhenti secara Penulis mengucapkan syukur kepada Allah
perlahan (give up) bersamaan dengan SWT yang dengan izin-Nya penelitian ini
naiknya muka air laut. Fasies ini semakin dapat terlaksana. Penulis juga menyampai
menebal ke arah tenggara daerah penelitian.
rasa hormat kepada pembimbing yang telah
Pengendapan fasies karbonat
membimbing selama pelaksanaan
Formasi Peutu berlanjut dengan turunnya penelitian.
muka air laut mengendapkan fasies 5 dan
diakhiri seiring dengan kembali terjadinya
kenaikan muka air laut maksimum secara DAFTAR PUSTAKA
regional dan mengakhiri pengendapan Barber, A.J., Crow, M.J., Milsom, J.S.,
bersamaan dengan terendapkannya serpih 2005, Sumatra: Geology, Resources
Formasi Baong. Fasies ini menebal secara and Tectonic Evolution, Geological
lokal membentuk sembulan karbonat di Society, London.
bagian tenggara daerah penelitian. Pola Boggs, Sam, J. R., 1995, Principles of
pertumbuhan fasies karbonat Formasi Peutu Sedimentology and Stratigraphy,
secara keseluruhan dapat dilihat pada University of Oregon, Prentice
Gambar 5. Hall, Upper Saddle River, New
Jersey
5. KESIMPULAN Darman, H. & Sidi, F. H.. 2000. An
Litofasies dan asosiasi fasies Outline of The Geology of
pengendapan batuan karbonat Formasi Indonesia, IAGI
Peutu dapat dibagi menjadi 5 litofasies dan Davies,P.R. 1984. Tertiary Structural
asosiasi fasies pengendapan, yaitu Evolution And Related
Litofasies 1 Packstone-Grainstone dengan Hydrocarbon Occurrences, North
fasies pengendapan outer back-reef lagoon, Sumatra Basin. Indonesian
Litofasies 2 Grainstone dengan fasies Petroleum Association, Proceedings
pengendapan reef core, Litofasies 3 Of The 13th Annual Convention,
wackestone-mudstone dengan fasies Jakarta, 1984, I, 19-50.
pengendapan inner back-reef lagoon, Dunham, R. J., 1962, Classification of
Litofasies 4 Grainstone-packstone dengan carbonate rocks according to
fasies pengendapan outer back-reef lagoon, depositional texture. American
dan Litofasies 5 Grainstone dengan fasies Association of Petroleum
pengendapan reef core. Geologists Memoir, p. 108-121.
Pola elektrofasies di daerah Kendall. 2003. Carbonate and Relatives
penelitian secara umum di awali dengan Change in Sea Level. Mar. Geol. 44
pola funnel yang diikuti dengan pola Pomar, Luis dan Ward, William C. 1995.
cylindrical dan diakhiri dengan pola bell. Sea-Level Changes, Carbonate
Pola funnel menjelaskan karbonat Production and Platform
berkembang di fase catch up saat muka air Architecture: The Llumacmajor
laut relatif turun. Pola cylindrical Platform, Mallorca, Spain. Kluwer
menjelaskan karbonat berkembang di fase Academic Publishers.
keep up saat fluktuasi muka air laut relatif Tucker, Maurice.E.; Wright,V.Paul. 1990,
stabil yang masih memungkinkan karbonat Carbonate Sedimentology,
tumbuh seiring menyesuaikan dengan muka Blackwell Science Ltd., Oxford.
air laut. Pola bell menjelaskan karbonat Walker, R.G. and James, P. Noel. 1992.
berkembang di fase give up saat muka air Facies Models: Respones to Sea
laut mengalami kenaikan sehingga secara Level Change, Second Edition.,
perlahan karbonat berhenti tumbuh dan Canada: Geological Association of
mati. Canada

91

Anda mungkin juga menyukai