Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ ANATOMI DAN TERMINOLOGI MEDIS PERINATAL “


Dosen : Achmad Jaelani Rusdi, SST, M.Kes

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1

1. Alwi Zamrudin Barki Ramadhana 195002


2. Audyna Putri Nursetya 195006
3. Dinda Serdania 195010
4. Erica Putri Ayu Faradiva 195013
5. Nurul Lutfiah Agustin 195027
6. Sayyidah Zulianafisa 195031
7. Silvia Ferdianti Ayu Lestari 195035
8. Uswatun Hasanah 195037
9. Wigati Nurjayanti 195038

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


INSTITUT TEKNOLOGI, SAINS DAN KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN
KESDAM V/BRAWIJAYA MALANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
anugrah-Nya yang telah dilimpahkan kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan .Tidak lupa kami ucapkan terimakasih atas segala bentuk
dukungan data dari berbagai referensi demi kelangsungan penyelesaian makalah
ini dengan tepat waktu. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah yang
disusun masih belum atau jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang bersifat membangun sangat kami butuhkan untuk kelanjutan penyempurnaan
penyusunan makalah berikutnya.

Malang, 31 Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................................iv
BAB I PEMBAHASAN.....................................................................................................1
A. ANATOMI.............................................................................................................1
B. FISIOLOGI............................................................................................................5
C. TERMINOLOGI MEDIS.......................................................................................7
D. SOAL DAN JAWABAN.......................................................................................8
BAB II PENUTUP...........................................................................................................10
A. KESIMPULAN....................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
BAB I
PEMBAHASAN

A. ANATOMI
1. Peritonium
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang sebesar dalam
tubuh yang terdiri dua bagian utama yaitu peritoneum parietal yang melapisi
dinding rongga abdominal, dan rongga peritoneum viseral yang meliputi
semua organ yang berada pada didalam rongga itu [CITATION Pea09 \l 1033 ]
Peritoneum parietal yaitu bagian peritoneum yang melapisi dinding
abdomen dan peritoneum yaitu lapisan yang menutup viscera (misalnya gaster
dan intestinum). Cavitas peritonealis adalah ruangan sebuah potensi karena
organ-organ tersusun amat berdekatan. Dalam cavitas terdapat sedikit cairan
sebagai lapisan tipis untuk melumasi permukaan peritoneum sehingga
memungkinkan viscera abdomen bergerak satu terhadap yang ain tanpa adanya
gerakan [ CITATION Pea09 \l 1033 ].
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum, suatu lapisan endotelial
tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa (Jitwiyono & Kristiyanasari,
2012).
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum ( lapisan membran serosa
rongga abdomen ) dan organ didalamnya (Muttaqin & Sari, 2011).

Gambar 1.1 Anatomi Peritonium

1
Organ intraperitoneal adalah abdomen yang meliputi peritoneum
vesiceral dan organ ekstraperitoneal (retroperitoneal) adalah vesicelera yang
terletak antaran peritoneum pariatale dan dinding abdomen dorsal [ CITATION
Pea09 \l 1033 ].

2. Mesinterium
Lembaran ganda peritoneum yang berawal sebagai lanjutan
peritoneum visceral pembungkus sebuah organ. Mesenterium berisi
jaringan ikat yang berisi pembuluh darah, pembuluh limfe.

Gambar 1.2 Anatomi Mesinterium

3. Omentum
Lanjutan peritoneum visceral bilaminar yang melintasi gaster dan
bagian proksimal duadenum ke struktur lain. Omentum terbagi menjadi
2 yaitu omentum minus dan omentum majus, omentum minus
menghubungkan curvatura minor gaster dan bagian proksimal
duodeneum dengan hepar dan ementum mencegah melekatnya
peritoneum visceral pada peritoneum parietal yang melapisi dinding
abdomen. Daya gerak omentum majus cukup besar dan dapat bergeser
– geser keseluruh cavitas paritonealis serta membungkus organ yang
meradang seperti appendiks vermiformitis artinya omentum majus
dapat mengisolasi organ itu dan melindungi organ lain terhadap organ
yang terinfeksi (Pearce, 2009)

2
Gambar 1.3 Anatomi Omentum

4. Ligamentum Peritoneal
Parametrium membentuk suatu system penunjang uterus terfiksasi
relative cukup baik. Jaringan itu terdiri dari:
1. Ligamentum kardinale sinistrum dan dekstrum, merupakan ligamentum
yang terpenting untuk mencegah agar uterus tidak turun. Ligamentum ini
terdiri dari jaringan ikat tebal, berjalan dari serviks dan puncak vagina
kea rah lateral dinding.
2. Ligamentum sakrouterinum sinistrum dan dekstrum : ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan melengkung dari
belakang serviks kiri dan kanan melalui dinding rectum kea rah os
sakrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum sinistrum dan dekstrum : Menahan uterus dalam
posisi antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan ke
daerah inguinal kiri dan kanan.
4. Ligamentum pubovesikale sinistrum dan dekstrum : berjalan dari os pubis
melalui kandung kencing seterusnya ke ligamentum vesikouterinum
sinistra dan ligamentum vesikouterinum dekstra ke serviks.
5. Ligamentum latum sinistrum dan dekstrum : Berjalan dari uterus ke
lateral, tidak banyak mengandung jaringan ikat, merupakan bagian dari
peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba, bentuknya
sebagai lipatan. Bagian lateral dan belakang ditemukan indung telur.
6. Ligamentum ovarii propium sinistrum dan dekstrum, berjalan dari sudut

3
kiri dan kanan belakang fundus uteri ke ovarium. Ligamentum ini mudah
dikendorkan sehingga alat genital mudah berganti posisi. Ligamentum
latum suatu lipatan peritoneum yang menutupi uterus dan kedua tuba.
7. Ligamentum infundibulum pelvikum : menahan tuba falopii, berjalan dari
arah infundibulum ke dinding pelvis. Didalamnya ditemukan urat saraf,
saluran limfe, arteri dan vena ovarika sebagai alat penunjang [CITATION
Sya14 \l 1033 ] dan [CITATION Koe14 \l 1033 ]
Lembar-lembar ganda peritoneum. Hepar dihubungkan pada
dinding abdomentum ventral oleh ligamentum falciforme dan aster
dihubungkan pada permukaan kaudal diafragma oleh ligamentum
gatrophenicul lien yang melipatkan balik pada hilum splenicum dan
colon tranversum oleh ligamentum gastroconicum. Plica peritonealis
adalah peritoneum yang terangkat dari abdomen oleh pembuluh darah,
saluran, dan pembuluh fetal yang telah mengalami oblitersi dan
resucessus peritonealis adalah sebuah kantong peritoneal yang dibentuk oleh

4
plica peritonealis [ CITATION Pea09 \l 1033 ].

Gambar 1.4 Ligamentum Peritoneal

Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum (lapisan membran


serosa rongga abdomen ) dan organ didalamnya [ CITATION Mut11 \l 1033 ]

B. FISIOLOGI
Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang terbesar dalam tubuh.
Peritoneum terdiri dari atas dua bagian yaitu peritoneum parietal dan pertoneum
viseral. Ruang yang terdapat di antara dua lapisan ini disebut ruang peritoneal atau
kantong peritoneum. Banyak lipatan atau kantong yang terdapat dalam
peritoneum sebuah lipatan besar atau oementum mayor yang kaya akan lemak
bergantung di sebelah depan lambung (Pearce, 2009)
Omentum minor berjalan dari porta heparis setelah menyelaputi hati ke
bawah kurvatura minor lambung dan di sini bercabang menyelaput lambung.
Peritoneum ini kemudian berjalan keatas dan berbelok kebelakang sebagai
mesokolon ke arah posterior abdomen dan sebagian peritoneum membentuk
mesentrium usus halus. Omentum besar dan kecil, mensenterium sebagian besar
organ-organ abdomen dan pelvis, dan membentuk perbatasan halus (Pearce,
2009).
Perinatal adalah periode 22 minggu setelah masa gestasi dan berakhir
tujuh hari setelah kelahiran. Pengakajian segera setelah lahir sangat penting
dilakukan, untuk mengetahui keberhasilan penyesuaian bayi dari kehidupan
intrauterine (dalam uterus) ke ekstrauterine (dunia). Selain itu juga
dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mengetahui normalitas
dan mendeteksi adanya penyimpangan. Pengkajian perinatal dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu :
1. Pengkajian Tahap 1
Pengkajian tahap I adalah pengkajian bayi baru lahir (BBL)
pada menit-menit pertama segera setelah kelahiran. Pengkajian tahap I
bertujuan untuk mengkaji adaptasi BBL dari kehidupan dalam uterus

5
ke kehidupan di luar uterus. Pengkajian tahap I dilakukan dengan
menggunakan instrumen penilaian APGAR Score, nilai APGAR pertama
kali diperkenalkan oleh dokter anastesi yaitu dr. Virginia APGAR pada
tahun 1952 yang mendesain sebuah metode penilaian cepat untuk
menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit, yang dinilai
terdiri atas 5 komponen, yaitu frekwensi jantung (pulse), usaha nafas
(respiration), tonus otot (activity), refleks pada ransangan (grimace)
dan warna kulit (appearance) [ CITATION Kos10 \l 1033 ].

2. Pengkajian Tahap 2
Pengkajian tahap II atau yang disebut dengan masa transisional dan
reaktifitas adalah pengkajian BBL yang dilakukan pada 24 jam pertama
kelahiran. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas bayi
apakah normal atau tidak normal, dan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan BBL yang terjadi dan segera memerlukan pertolongan pelayanan
petugas kesehatan. Pengkajian tahap II terdiri dari dua bagian sebagai
berikut :
a. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
b. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir

3. Pengkajian Tahap 3
Pengkajian tahap III atau yang disebut dengan masa periodik
adalah pengkajian BBL setelah 24 jam pertama kelahiran. Pengkajian
tahap ini sangat penting dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup bayi tersebut. Oleh karena itu pada tahap ini bayi perlu mendapatkan
asuhan yang baik. Beberapa tindakan asuhan yang diberikan pada bayi
pada masa periodik adalah sebagai berikut :
a. Makanan dan minuman. Tindakan yang dilakukan untuk pemenuhan
makan dan minum adalah dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI).
Air Susu Ibu (ASI) adalah satu jenis makanan yang mencukupi
seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun
spiritual. Air susu ibu mengandung nutrisi, hormon, unsur

6
kekebalan, anti alergi, serta anti inflamasi. Nutrisi dalam ASI
mencakup hampir 200 unsur zat makanan [CITATION Pus16 \l 1033 ].
b. Buang Air Besar (BAB) dan Buang Air Kecil (BAK).
Tindakan yang dilakukan untuk pemenuhan Buang Air Besar
(BAB) adalah dengan menjaga kebersihan area genitalia bayi.
Jumlah feses bayi lahir cukup bervariasi dan jumlah paling banyak
antara hari ke 3 dan ke 6. Bayi akan mengeluarkan mekonium, di
mana fesesnya lengket berwarna hitam kehijauan selama 2 hari
pertama. Bentuk feses ini berasal dari pencernaan bayi yang dibawa
dari kandungan, setelah itu feses bayi berubah menjadi padat, berbiji,
atau juga berupa cairan. Feses bayi yang diberi ASI seringkali tidak
berbentuk padat, namun berbiji dan bisa juga berbentuk cair.
Sedangkan feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat,
bergumpal-gumpal atau agak liat dan bulat, sehingga bayi yang
mengkonsumsi susu formula seringkali mengalami kesulitan BAB.
Setelah kelahiran, bayi seringkali buang air kecil dengan frekuensi 7-
12 kali per hari [CITATION dkk06 \l 1033 ].
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi. Tindakan yang dilakukan untuk
pemenuhan mempertahankan suhu tubuh bayi adalah dengan
menjaga suhu tubuh ruangan dan menjaga kehangatan tubuh bayi.
d. Pencegahan infeksi. Tindakan yang dilakukan untuk pencegahan
infeksi selalu mencuci tangan sebelum kontak dengan bayi, menjaga
kebersihan tali pusat dan ibu bayi selalu menjaga kebersihan badan
dan payudaranya sebelum menyususi bayi.

C. TERMINOLOGI MEDIS
N
ISTILAH MEDIS PREFIX ROOT SUFFIX DEFINISI
O
Radang paru-paru
1. Pneumonia - Pneum/o ia disertasi eksudasi
dan konsolidasi
2. Haematemesis - Hemat/o emesis Muntah darah
3. prematury pre Mature - Kondisi bayi

7
dalam keadaan
premature
Intraventricular Ventricul/o Ar Pendarahan di
4. Intra
Haemorrhage Hemat/o rrhage dalam ventrikel
Cephal/o Pembekuan darah
5. Cephalohaematoma - oma
Hemat/o pada tengkorak
Radang pada
6. Peritonitis Peri Tone/o itis
peritonium
Dacry/o Radang kantung
7. Dacryocystitis - Itis
Cyst/o lakrimalis
Irama jantung
8. Dysrhythmia Dys Rhythm Ia
tidak normal
Proses pembuatan
perekaman gambar
9. Angiography - Angi/o Graphy
X-ray pembuluh
darah
Muntah yang tak
Hyperemesis Emesis,
10. Hyper Um terkendali pada
Gravidarum Gravida
kehamilan

D. SOAL DAN JAWABAN


1. Bayi lahir di rumah sakit X spontan 1 jam yang lalu, aktif, BB 2.420 gram,
PB 45 cm, RR 40 x/m, suhu 36,5 C dengan umur kehamilan saat lahir 36
minggu. Dari hasil pemeriksaan tidak ada di temukan kelainan. Dilihat dari
umur kehamilan dan berat badan lahir bayi termasuk dalam katagori..
a. Matur
b. Premature
c. Dismatur
d. Serotinus
e. Postmatur

2. Kasus pada soal no. 1 Asuhan yang harus di berikan pada bayi adalah.. 
a. Di mandikan
b. Pemberian oksigen 

8
c. Pemberian antibiotic 
d. Di rawat dalam incubator 
e. Rawat gabung dengan ibunya

9
3. Seorang ibu baru saja melahirkan secara normal, spontan jam 05.00 WIB,
bayi menangis kuat, warna kulit merah, dan gerak aktif.  Pada bayi tersebut
setelah dipotong tali pusat nya, di ikat kemudian di letakkan diatas dada
ibunya untuk….
a. Di bersihkan vernis 
b. Memandikan bayi 
c. Mengeringkan bayi 
d. Menghangatkan bayi 
e. Inisiasi menyusui dini

4. Seorang bayi baru lahir memiliki kulit tampak pucat atau kebiruan, bibir
kebiruan, otot-otot di dada terlihat berkontraksi untuk membantu pernapasan,
denyut jantung terlalu cepat atau terlalu lambat, bayi tampak lunglai,
bayi terdengar merintih. Bayi tersebut mengalami….
a. Pneumonia
b. Haematemesis
c. Hyperemesis Gravidarum
d. Asfiksia Neonatorum
e. Dysrhythmia

5. Seorang remaja mengalami rasa nyeri di sekitar bagian perut setelah berobat
dokter melihat ada peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut
(peritoneum), yang disebabkan oleh infeksi bakteri atau jamur. Remaja
tersebut menderita penyakit....
a. Dyspepsia
b. Peritonitis
c. Gastroenteritis
d. Maag
e. Hiatus Hernia

1.

10
BAB II
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Peritoneum adalah membran serosa rangkap yang sebesar dalam tubuh


ying terdiri dua bagian utama. Cavitas peritonealis adalah ruangan sebuah potensi
karena organ-organ tersusun amat berdekatan.
Perinatal adalah periode 22 minggu setelah masa gestasi dan berakhir
tujuh hari. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk
mengetahui normalitas. Pengkajian perinatal dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:
1. Pengkajian tahap 1 adalah pengkajaian bayi baru lahir (BBL) pada menit-
menit pertama segera setelah kelahiran. Bertujuan untuk mengkaji
adaptasi BBL dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan di luar
uterus. Pengkajian tahap I dilakukan dengan menggunakan instrumen
penilaian APGAR Score,
2. Pengkajian tahap 2 terdiri dari dua bagian sebagai berikut :
a. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir
b. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
3. Pengkajian tahap 3 yaitu pengkajian BBL setelah 24 jam pertama
kelahiran. Air Susu Ibu (ASI) adalah satu jenis makanan yang
mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial
maupun spiritual. Feses bayi yang diberi ASI seringkali tidak berbentuk
padat, namun berbiji, atau juga berupa cairan. Bayi akan mengeluarkan
mekonium, di Mana fesesnya lengket berwarna hitam kehijauan selama 2
hari pertama. Jumlah fesers bayi lahir cukup bervariasi, jumlah paling
banyak antara hari ke 3 dan ke 6.

11
DAFTAR PUSTAKA

Heffner, L. J. d., 2006. At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta: Erlangga.

Irianto, K., 2014. Anatomi dan Fisiologi Penerbit Alfabeta: Bandung. Revisi ed.
s.l.:s.n.

Kosim, d., 2010. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Muttaqin, A. &. S. K., 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan


Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika:.

Pearce, E., 2009. Anatomi dan Fisiologi Paramedis. Penerbit Gramedia: Jakarta..

Puspitasari, 2016. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini Dengan Kelancaran


Pengeluaran Asi Pada Ibu Post Partum Di Puskesmas Patrang Kabupaten
Jember..

Syaifussin, H., 2014. Anatomi dan Fisiologi. 4 ed. s.l.:s.n.

12

Anda mungkin juga menyukai