Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : A1012191213
Kelas : D PPAPK
UTS Hukum Agraria
1. Jelaskan pengertian hukum agrarian secara luas!
Jawab: Pengertian hukum agrarian dalam arti luas yaitu keseluruhan aturan yang mengatur
tentang hak-hak penguasaan bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang terkandung
di dalamnya. Hukum agrarian ialah keseluruhan kaidah hukum, baik norma hukum, baik
yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur persoalan agrarian.
Namun sejak berlakunya UUPA, pengaturan mengenai Hak atas Tanah Barat yang
diatur dalam Buku II KUH Perdata telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi.
Setelah berlakunya UUPA, hak-hak barat tersebut dikonversi dan dijadikan hak
guna-usaha dan hak guna-bangunan, hanya berlaku untuk sementara selama sisa
waktu hak-hak tersebut, dengan jangka waktu paling lama 20 tahun.
a. Hak Bangsa (Pasal 1), setiap warga negara memiliki hak atas bumi Indonesia,
untuk melindungi seluruh rakyat Indonesia.
b. Hak Menguasai dari Negara (Pasal 2 ayat (1)) mengatur tata guna tanah, tata
ruang, penggunaan tanah, pemanfaatan tanah, hubungan hukum antara orang
dengan tanah. Sehingga tanah tersebut hak menguasai dari Negara maka hak
atas tanah itu harus dihormati, Agar tidak dimiliki individu
c. Hak ulayat (Pasal 2 ayat (4)) d. Hak-hak perorangan (pasal 16) terdiri dari:
1. Hak Milik
2. Hak Guna Usaha
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai
5. Hak Sewa
6. Hak Membuka Tanah
7. Hak Memungut Hasil Hutan
8. Hak lain yang ditetapkan UU dan yang bersifat sementara sesuai Pasal 53
Tujuan hukum agrarian nasional sejalan dengan tujuan dari UUD Negara RI Tahun 1945
sebagai dasae hukum pembentukan UUPA, yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial”.
Maka dengan hal itu, pada pokoknya tujuan Undang-undang Pokok Agraria ialah:
a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional, yang akan
merupakan alat untuk membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi
Negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan
makmur.
b. Meletakan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum
pertanahan.
c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas
tanah bagi rakyat seluruhnya.
“Hak milik adalah hak yang turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang
atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6”
Hak Milik bersifat turun-menurun maksudnya bahwa Hak Milik atas tanah tersebut
tidak hanya berlangsung selama hidup pemegang Hak milik atas tanah, tetapi dapat juga
dilanjutkan oleh ahli warisnya apabila pewaris meninggal dunia, oleh karena itu Hak Milik
jangka waktunya tidak terbatas. Hak Milik bersifat terkuat maksudnya bahwa Hak Milik
merupakan induk dari macam hak atas tanah lainnya dan dapat dibebani oleh hak atas tanah
lainnya, seperti Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Hak Milik bersifat terpenuh
maksudnya Hak Milik menunujuk luas wewenang yang diberikan kepada pemegang Hak
Milik dalam menggunakan tanahnya baik untuk usaha pertanian maupun untuk mendirikan
bangunan.
Hak Milik bersifat turun temurun, terkuat dan terpenuh bukan berarti bahwa Hak
Milik merupakan hak yang mutlak, tidak terbatas dan tidak dapat diganggu gugat. Hal ini
Ini dimaksudkan untuk membedakan Hak Milik dengan hak-hak atas tanah lainnya yang
dimiliki oleh individu. Dengan kata lain, Hak Milik merupakan hak yang paling kuat dan
paling penuh diantara hak-hak atas tanah lainnya.
berdasarkan ketentuan Pasal 6 UUPA, semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial,
sehingga Hak Milik juga mempunya fungsi social, artinya bahwa Hak Milik yang dipunyai
subjek hak (pemegang hak) tidak boleh dipergunakan semata-mata untuk kepentingan
pribadi. Fungsi sosial dari Hak Milik harus ada keseimbangan antara kepentingan
pemerintah dengan masyarakat. Hak milik misalnya hak guna usaha, hak guna bangunan,
hak pakai
7. Apa yang dimaksud dengan sertifikat sebagai alat bukti hak?
Jawab: Terhadap pendaftaran tanah, maka untuk menjamin kepastian hukum bagi
pemegang hak atas tanah, menurut Peratuan Pemerintah bagi pemegang hak atas tanah
yang telah didaftarkan akan diberikan sertifikat sebagai alat bukti yang kuat. Hal ini sesuai
dengan pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
yang menyatakan:
1. Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas
tanah.
2. Untuk melaksanakan fungsi informasi sebagai mana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b
data fisik dan data yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah
terdaftar terbuka untuk umum.
3. Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c,
setiap bidang tanah dan satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan
hapusnya hak atas bidang tanah dan hak milik atas satuan rumah susun wajib didaftar.
Dengan begitu maka Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis sesuai dengan data yang ada
dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
disebutkan dalam pasal 1 sub 20 PP No 24 Tahun 1997 bahwa: “Sertifikat hak atas tanah
adalah surat tanda bukti hak, sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2c) UUPA, untuk
hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan”.
Tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh Negara yang selanjutnya disebut
Tanah Negara adalah tanah yang tidak dilekati suatu hak atas tanah dan bukan merupakan
Barang Milik Negara/Daerah dan atau Badan Usaha Milik Negara/Daerah.