Anda di halaman 1dari 9

Etiologi Kebiasaan Buruk

Oral Kebiasaan buruk oral umumnya dilakukan anak dengan status psikologis normal, tetapi
dapat juga terjadi pada anak dengan masalah perkembangan, kesulitan emosional atau gangguan
fisik.

Beberapa penyebab kebiasaan buruk oral pada anak diantaranya :

Anatomis Proses penelanan yang abnormal terjadi karena lidah besar didalam rongga mulut yang
kecil akan menyebabkan gigitan terbuka anterior.

Patologis Kebiasaan buruk oral bisa disebabkan oleh kondisi struktur rongga mulut tertentu
seperti tonsilitis dan hipertropi nasal inferior.

Emosional Anak-anak yang sedih atau kecewa akan mengisap jari untuk memberikan perasaan
aman.

Meniru Anak-anak suka memperhatikan dan meniru orang tua dan saudaranya seperti berbicara
dan lainnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi potensi permasalahan yang timbul dari Bad Habits tersebut
adalah :

frekuensi (seberapa sering aksi kebiasaan buruk terulang per hari),

durasi (berapa lama tindakan yang telah dilakukan) dan

intensitas (seberapa besar tekanan yang anak lakukan). (Varas, F. 2012. “Prevalence of
childhood oral habits and their influence in prima dentition”. Pediatr Aten Primaria. 2012;14:13-
20.)

Frekuensi dapat diartikan dengan kekerapan atau kejarangan kerapnya, yang dimaksud disini
adalah seringnya kegiatan itu dilaksanakan dalam preiode waktu tertentu (Nurani, 2011).

Durasi adalah kegiatan yaitu berupa lamanya kemampuan penggunaan melakukan kegiatan.
Durasi kebiasaan buruk yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi kurang lebih 6 jam dalam
sehari (Nurani, 2011).
Intensitas diartikan dengan kekuatan yang mendukung suatu perilaku ( Arthur & Emily, 2010)

Terdapat tiga syarat yang harus ada pada suatu kebiasaan buruk agar dapat menghasilkan suatu
maloklusi, yaitu intensitas (seberapa sering tindakan dilakukan), frekuensi (seberapa sering aksi
berulang per hari), dan durasi (berapa lama tindakan yang telah dilakukan). Durasi kebiasaan
menghisap yang dapat menyebabkan maloklusi kurang lebih 6 jam dalam sehari. Kebiasaan
buruk pada anak sulit di hentikan jika membawa kenikmatan untuk anak dan kebiasaan yang
berlanjut terus menerus akan menyebabkan maloklusi.8

Mekanisme menghisap jari ialah jari diletakkan di antara gigi atas dan bawah sehingga
mendorong gigi Insisivus atas tipping ke labial dan Insisivus bawah tipping ke lingual dan
menyebabkan peningkatan overjet. Kebiasaan menghisap jari juga menghalangi erupsi normal
gigi insisivus dan menyebabkan separasi RA & RB sehingga erupsi yang berlebihan pada gigi
posterior, anterior open bite (elongasi posterior 1 mm menyebabkan anterior open bite 2 mm). Di
dalam proses menghisap jari keseimbangan tekanan dari lidah dan pipi berubah, posisi lidah
lebih rendah, menurunnya tekanan lidah terhadap lingual gigi posterior RA dan meningkatkan
tekanan pipi akibat kontraksi otot businator menyebabkan kontriksi lengkung gigi RA (menjadi
V shaped), menyebabkan posterior crossbite dan palatum terlihat dalam. Bibir atas menjadi
hypotonic dan bibir bawah menjadi hiperaktif. 8,9

Pada anak yang mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari, ibu jari diletakkan diantara insisivus
bawah dan atas, maka akan menekan bagian lingual gigi insisivus maksila dan bagian labial gigi
insisivus bawah.Hal ini menyebabkan gigi insisivus maksila menjadi protrusi dan gigi insisivus
mandibula menjadi retroklinasi. Protrusi yang terjadi dapat juga menyebabkan terjadinya anterior
open bite pada anak. Dalam hal ini bentuk lengkung gigi dipengaruhi oleh perubahan
keseimbangan tekanan dari pipi dan lidah. Kebiasaan menghisap ibu jari dapat menyebabkan
terjadi posterior crossbite hal ini disebabkan ketika ibu jari ditempatkan di dalam mulut, posisi
lidah turun dan jauh dari palatum yang menyebabkan turunnya tekanan lidah pada sisi palatal
gigi posterior maksila. Saat menghisap ibu jari otot orbicularis oris dan otot buccinator tetap
memberikan tekanan pada permukaan bukal gigi maksila. Lidah tidak mampu menyeimbangkan
tekanan sehingga lengkung posterior maksila menjadi crossbite.

2.4.2Menjulurkan Lidah (Tongue Thrusting)

Anak dengan kebiasaan menjulurkan lidah, pada saat menelan posisi lidah menjulur
menyebabkan gigi insisivus terus menurus terdorong ke arah labial sehingga gigi insisivus
terdorong depan atau terjadi protrusi. Selain itu kebiasaan ini menyebabkan terjadinya anterior
open bite dan posterior dan adanya posterior crossbite. Protrusi yang terjadi dapat juga
menyebabkan terjadinya anterior open bite pada anak. Pada saat menelan, berbicara dan istirahat
posisi lidah berada diantara molar sehingga menghambat erupsi gigi posterior yang
menyebabkan terjadinya posterior open bite. Kebiasaan menjulurkan lidah dapat disebabkan
karena kebiasaan menghisap ibu jari, sehingga menyebabkan terjadi posterior crossbite.

Efek samping dari kebiasaan menghisap jari terhadap rongga mulut salah satunya masalah gigi
jika kebiasaan dilakukan sampai usia 4 tahun, menyebabkan maloklusi gigi sulung dan gigi
permanen, jari yang abnormal, berupa jari memanjang, iritasi, eksema, kuku berjamur
(paronikia), callus; berpengaruh juga terhadap psikologis, menurunnya kepercayaan diri anak;
dan keracunan yang tidak disengaja, bila jarinya terkontaminasi bahan beracun, dan adanya
bakteri e-coli yang masuk ke dalam tubuh. 14
Selain itu terdapat tiga faktor yang mempengaruhi potensi permasalahan oral bad habit ini,
yaitu : 1) Frekuensi, yaitu berapa kali dilakukannya kebiasaan buruk oleh pasien, 2) Durasi, yaitu
berapa lama oral bad habit dilakukan per jam/hari dan pada umur berapa oral bad habit
dilakukan, 3) Intensitas, yaitu seberapa besar tekanan yang diberikan pada saat melakukan
kebiasaan. Secara umum, efek dari oral bad habit ini akan meningkat secara proposional seiring
dengan bertambahnya frekuensi, durasi dan intensitas yang dilakukan[16] . (. Iqbal, M., 2015,
Pengaruh Kebiasaan Buruk (Bad Habits) Terhadap Kualitas Hidup Yang Terkait Dengan
Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Usia Prasekolah Di Tk Aisyiyah Gonilan Kartasura,
Jurnal Ilmiah Kedokteran Gigi, Hal. 5-6.

Efek thumb sucking

Perubahan dentofacial yang terkait dengan NNS dapat mempengaruhi: a) Maxilla, b) Mandibula,
c) Hubungan antar-lengkungan, d) Lip placement dan fungsinya e) Efek lainnya[15] A. Efek
pada Maxilla 1. Proklinasi gigi insisivus rahang atas Bila anak kecil menempatkan jempol atau
jari di antara gigi, biasanya diposisikan pada sudut tertentu sehingga menekan permukaan palatal
bagian insisivus rahang atas dan permukaan lingual bagian insisivus rahang bawah. Tekanan
langsung ini menyebabkan perpindahan dari insisivus. 2. Menambah panjang lengkung 3.
Meningkatnya perpindahan anterior pada apikal maxilla Gigi pada rahang atas mengalami
penekanan ke labial dan apikal, sehingga mengakibatkan kemiringan dan inklinasi cenderung ke
labial dengan atau tanpa diastema. 4. Kenaikan sudut SNA 5. Meningkatnya panjang mahkota
klinis isisivus rahang atas 6. Meningkatnya rotasi occlusal plane searah jarum jam 7.
Berkurangnya lebar palatum) Bagian kiri atau kanan lengkung rahang atas anterior biasanya
mengalami deformasi. Deformasi ini berkaitan dengan bagian ibu jari kanan atau kiri yang di
hisap. 8. Resorpsi akar atypical dari gigi insisivus sentral desidui. 9. Trauma pada gigi insisivus
sentral rahang atas (terutama disebabkan karena prominasinya)[15] .

Efek pada Mandibula 1. Proklinasi gigi insisivus rahang bawah. 2. Meningkatnya lebar inter-
molar mandibula. 3. Posisi distal lebih jauh dari titik B: Mandibula terletak lebih ke distal dari
maxilla. 4. Gigi desidui rahang bawah mengalami tekanan ke lingual dan apikal[15]
C. Hubungan Inter-arch 1. Berkurangnya sudut antar-insisal 2. Peningkatan overjet 3. Penurunan
overbite 4. Posterior cross-bite Jika jempol ditempatkan di antara gigi atas dan bawah, lidah
diturunkan, sehingga menurunkan tekanan yang diberikan oleh lidah terhadap aspeklingual gigi
posterior rahang atas. Pada saat bersamaan, tekanan pipi terhadap gigi menjadi meningkat
sehingga otot buccinator berkontraksi selama menghisap. Tekanan pipi terbesar berada pada
sudut mulut, oleh karena itu, lengkung maksila cenderung berbentuk V dengan penyempitan
pada gigi kaninus. Oleh karena itu, lengkung rahang atas menjadi lebih sempit dari pada
lengkungan rahang bawah[15] .

5. Anterior open-bite Diakibatkan oleh gangguan erupsi pada gigi insisivus dan gigi posterior
yang berlebihan. Bila ibu jari atau jari diletakkan di antara rahang atas dan rahang bawah,
mandibula terletak lebih ke bawah sebagai penompang. Jarak antara rahang atas dan rahang
bawah pada saat thumb/finger sucking menyebabkan perubahan keseimbangan vertikal.
Perubahan ini menyebabkan gigi posterior supraerupsi yaitu sekitar 1 mm dan open bite sekitar 2
mm. 6. Penyempitan nasal floor dan peninggian dasar palatum Hal ini dipengaruhi oleh posisi
dan tekanan yang diberikan pada saat menghisap ibu jari atau jari. D. Efek pada bibir 1. Bibir
atas hipotonik. 2. Bibir bawah hiperaktif: Bibir bawah mengalami elevasi dikabitakan oleh
kontraksi otot orbicularis oris dan mentalis ke posisi antara gigi insisivus selama menelan[15]

E. Efek pada lidah 1. Lidah terdorong 2. Lip to-tongue posisi istirahat 3. Posisi lidah lebih
kebawah: Lidah terletak lebih ke inferior menuju dasar mulut dan lebih ke lateral antara gigi
posterior[15] . F. Efek lainnya 1. Mempengaruhi kesehatan psikologis 2. Resiko malposisi gigi
dan rahang 3. Deformasi jari 4. Cacat bicara (cadel)[15] (Singh, G., 2007, Textbook of
Orthodontics, 2 nd ed., Jaypee Brothers Medical Publishers, New Delhi, hal. 583-611.)
Kebiasaan menjulurkan lidah ke depan, memungkinkan terjadinya ketidakseimbangan otot-otot
di sekitar lengkung gigi dan otot-otot mulut,sehingga dapat mempengaruhi posisi gigi. Gerakan
menelan dengan posisi lidah menjulur akan menimbulkan maloklusi pada gigi anak seperti gigi-
gigi seri atas dan bawah terdorong ke arah bibir (protrusi) dan terjadi gigitan terbuka (open bite)
(Steven, 1999)

Jika pasien biasa menjulurkan lidah, bibir akan menjadi sedemikian kencang, tetapi tidak dapat
melakukan prosedur penelanan mekanis sampai
bibir- bibir membuka rongga mulut. Dalam mekanisme penelanan yang normal, lidah berada di
atap mulut dan ketika pasien menelan, maka lidah akan melebar dan ikut memberi gaya ekspansi
transversal pada segmen-segmen bukal. Tetapi, pada kasus pasien dengan kebiasaan menjulurkan
lidah, lidahnya tidak menggeser secara vertikal ke arah palatum. Lidah malah bergerak melewati
gigi-gigi anterior dan menyebabkan gigi memencar.

Beberapa masalah yang ditimbulkan akibat tongue thrust, antara lain ( heriyanto, 2011) :

a) Anterior openbite 
b) Anterior thrust. Gigi incisivus atas sangat menonjol dan gigi incisivus bawah tertarik ke
dalam oleh bibir bawah. Jenis ini paling sering terjadi disertai dengan dorongan
M.mentalis yang kuat
c) Unilateral thrust. Secara karakteristik, ada gigitan terbuka pada satu sisi.
d) Bilateral thrust. Gigitan anterior tertutup namun gigi posterior dari
premolar pertama ke molar dapat terbuka pada kedua sisinya. Kasus seperti ini pada
umumnya sangat sulit untuk dikoreksi.
e) Bilateral anterior openbite, dimana hanya gigi molar yang berkontak. Padakasus ini
ukuran lidah yang besar juga mempengaruhi.
f) Closed bite thrust menunjukkan protrusi ganda yang berarti gigi-gigi rahang atas maupun
rahang bawah mengalami gigitan yang terbuka lebar.

Posisi lidah yang tidak normal dan penyimpangan yang dinamakan gerakan lidah yang normal
saat menelan telah lama terkait dengan openbite anterior dan protrusi incisivus rahang atas.
Prevalensi posisi lidah secara anterior relatif tinggi pada anak-anak, Proffit menyatakan bahwa
kondisi ini sering disebut tongue thrust, deviate swallow, visceral swallow, atau infantile
swallow.

Dia juga percaya bahwa dua alasan utamanya berhubungan dengan psikologi (maturasi)dan
anatomi (pertumbuhan) anak itu sendiri. Bayi normal memposisikan lidahnya secara anterior di
dalam mulut saat posisi istirahat dan menelan.
Menjulurkan lidah (tongue thrusting) adalah penempatan ujung lidah diantara gigi insisivus
maksila dan mandibula saat penelanan, berbicara atau istirahat. (proffit, 2012)

Etiologinya antara lain faktor genetik, kebiasaan, maturasional, retriksi mekanik dan gangguan
neurologi.( Bhalajhi,2004)

Pada pola penelanan normal, bagian dorsum lidah menyentuh palatum, ujung lidah ditempatkan
di belakang insisivus maksila, gigi saling berkontak dan bibir tertutup. Penempatan posisi lidah
yang salah jika dibiarkan akan menyebabkan pola penelanan menjadi abnormal.(Harum dkk,
2016).
Kebiasaan menjulurkan lidah pada anak-anak bisa terjadi karena perubahan yang tertunda dari
pola penelanan bayi (infantile swallow) ke pola penelanan normal (Gambar 2 dan 3). Biasanya,
transisi dimulai sekitar umur 2 tahun dan selesai pada umur 6 tahun. (Proffit, 2012). Proses
penelanan bayi berubah menjadi penelanan normal saat gigi posterior desidui erupsi, tetapi
terkadang penelanan normal terlambat dan pola penelanan bayi berlangsung dalam waktu yang
lama sehingga terjadinya maloklusi gigi seperti gigitan terbuka anterior dan protrusi rahang atas
(Harum dkk, 2016).
Tongue thrust diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu: simple tongue thrust dan
complex tongue thrust. Simple tongue thrust adalah kebiasaan menjulurkan lidah dengan gigi
berkontak pada saat penelanan.
Kebiasaan ini dapat menyebabkan maloklusi tergantung pada durasi, intensitas dan frekuensi.
Complex tongue thrust adalah kebiasaan menjulurkan lidah dengan gigi terpisah pada saat
penelanan ( Sing, 2007).
Untuk mendapatkan anterior seal secara normal biasanya dilakukan dengan mengatupkan bibir
dan menempatkan lidah di palatal insisivus maksila untuk mencegah keluarnya makanan maupun
cairan dari mulut. Dengan kata lain menempatkan lidah ke depan merupakan upaya adaptif
fisiologis bila terdapat gigitan terbuka anterior sehingga pada orang dengan gigitan terbuka
biasanya juga mempunyai kebiasaan menelan dengan mendorong lidah ke depan. Tekanan lidah
yang ringan tetapi berlangsung lama pada gigi dapat menyebabkan adanya perubahan letak gigi.
Pasien yang meletakkan lidahnya ke depan sehingga memberikan tekanan yang terus-menerus
pada gigi, meskipun tekanan yang terjadi kecil tetapi berlangsung lama dapat menyebabkan
perubahan letak gigi baik dalam arah vertikal ataupun horizontal. Adapun hal yang lebih
menentukan adalah posisi kebiasaan lidah, apakah di depan ataukah normal. Pada pasien yang
posisi lidahnya normal pada saat istirahat, mendorong lidah ke depan pada saat menelan tidak
banyak pengaruhnya terhadap letak gigi (Proffit, 2012).
Manifestasi oral yang ditimbulkan antara lain meningkatnya overjet, gigitan terbuka anterior dan
gigitan terbalik posterior (Harum dkk, 2016).Kebiasaan buruk oral ini bisa diperiksa dengan
melihat posisi lidah anak pada saat penelanan apakah mendorong gigi anterior atau tidak dan
apakah gigi berada dalam posisi oklusi sentrik atau tidak (Harum dkk, 2016).

Gambar.

Gambar.

Anda mungkin juga menyukai