Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

“SAMPLING AUDIT ”

DOSEN PEMBIMBING
Resty Yusnirmala Dewi,SE.,M.Acc.,Ak.,CA

Disusun oleh :
Nanda Dea Septi Rahayu (A0C019100)

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
DIII AKUNTANSI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti


secara objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekenomi untuk
memastikan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mulyadi, 2002).

Dalam menyampaikan opini, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup.


Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga
yaitu bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan tidak semua
bukti audit harus dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian bukti audit yang
disebut dengan sampel.

Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor. IAI melalui
Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling sebagai
penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi
yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo
akun atau kelompok transaksi tersebut.

Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor tidak harus memeriksa seluruh
transaksi yang ada. Dalam setiap pemeriksaan auditor harus mempertimbangkan manfaat
dan biaya karena pertimbangan ini kemudian dalam profesi dikenal secara luas bahwa
sebagian besar bukti diperoleh melalui sampel.

Hall et al. (2002) menyebutkan bahwa pengadilan federal di Amerika Serikat


sesuai dengan Federal Judicia Center 1994 memutuskan menerima bukti sampel
tergantung dari fakta atau data sampel tersebut merupakan “tipe sampel data yang
digunakan oleh ahli dalam bidang tertentu untuk membentuk opini atau menarik
kesimpulan atas subyek tertentu.” Dengan demikian bukti sampel yang dihimpun oleh
auditor layak dijadikan bukti di pengadilan. Dan ini merupakan tantangan bagi profesi
audit untuk meningkatkan kualitas pengambilan sampel. Pada kenyataannya auditor tidak
akan mengetahui apakah sampel yang diambilnya merupakan sampel yang representatif
maka auditor maksimal hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel menjadi
mendekati kualitas sampel yang representatif (Halim, 2001).

Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat menggunakan


sampling non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement sampling).
Dalam hal ini auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran
sampel, pemilihan sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi
hasil sampel. Selain sampel non statistical auditor dapat juga menggunakan sampling
statistik (statistical sampling). Dalam metode ini auditor menggunakan hukum
probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan
demikian memungkinkan auditor untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien
dan mengkuantifikasi hasilnya, sehingga dapat mengambil kesimpulan yang lebih akurat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan ini adalah “ Bagaimanakah metode pengambilan sampel audit dan faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi penggunaan metode sampel audit?”

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang
bagaimana metode pengambilan sampel audit dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi penggunaan metode sampel audit.

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Sampling Audit

2.1.1 Sampling dan Bukan Sampling dalam Audit

Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit


terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok
transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau
kelompok transaksi tersebut. Auditor seringkali mengetahui dimana saldo-saldo
akun dan transaksi yang mungkin sekali mengandung salah saji. Auditor
mempertimbangkan pengetahuan ini dalam perencanaan prosedur auditnya,
termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus
tentang saldo-saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut pertimbangannya,
perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling
audit sangat berguna.
Sampling adalah metode penelitian, dimana kesimpulan populasi yang
diteliti didasarkan pada hasil pengujian terhadap sampel. Populasi adalah
kumpulan yang lengkap dari kelompok data yang menjadi objek penelitian.
Sampel adalah bagian dari populasi, yang di pilih untuk diteliti, berfungsi sebagai
perwakilan dari seluruh anggota populasi.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian
pengendalian, maupun pengujian substantif. Meskipun demikian, auditor biasanya
tidak menerapkan sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa
pengajuan pertanyaan atau tanya jawab, observasi, dan prosedur analitis.
Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur pengujian yang berupa
vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit jika diterapkan dengan
semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai dengan yang
diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Ada beberapa unsur–unsur dapat mempengaruhi hasil sampling, yang
mempengaruhi unit sampel, yaitu:
a) Unit populasi
Unit populasi adalah banyaknya satuan anggota populasi. Misalnya kita
melakukan audit atas mutasi pengeluara kas tahun 2001 yang terdiri atas 3.500
kuitansi dengan nilai Rp 800 juta.

b) Standar deviasi
Standar deviasi adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-
rata populasi dengan para anggota secara umum sekaligus menunjukkan tingkat
heterogenitas/homogenitas data dalam populasi.
Standar Deviasi = σ = √ Σ (Xi - μ)2 / N
c) Tingkat keyakinan atau keandalan
Tingkat keyakinan adalah derajat keandalan sampel terhadap populasi
yang di wakilinya, di tunjukkan oleh perkiraan persentase banyaknya populasi
yang terwakili oleh sampel.

d) Kesalahan Sampling
Ketepatan atau akurasi hasil sampling (sampling precision = A) ditentukan
oleh kesalahan sampling (sampling error = E).

2.1.2 Statistical dan Nonstatistical Sampling

Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar Pekerjaan Lapangan


ketiga menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”.

Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling


yaitu non statistical dan statistik. Kedua pendekatan tersebut apabila diterapkan
sebagaimana mestinya akan menghasilkan bukti audit yang cukup. Pada non
statistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau
pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan
statistical sampling menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran
sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor
untuk menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi
risiko sampling untuk tujuan mencapai kesimpulan statistik atas populasi.

Penilaian kompetensi bukti tidak ditentukan oleh rancangan dan penilaian


atas sampel audit. Penilaian kompetensi bukti audit semata-mata merupakan
pertimbangan audit. Penilaian sampel hanya berkaitan dengan kemungkinan
bahwa keberadaan salah saji, atau penyimpangan moneter dari kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern yang ditetapkan adalah dimasukkan dalam
sampel secara proporsional. Oleh karena itu, pemilihan metode sampling statistik
atau sampling non statistik tidak secara langsung mempengaruhi keputusan
auditor mengenai:
a. Prosedur audit yang akan diterapkan atas sampel yang dipilih.
b. Kompetensi bukti audit yang diperoleh berkaitan dengan item sampel
individual.
c. Tanggapan auditor atas kesalahan yang ditemukan dalam item sampel.

Pemilihan antara kedua pendekatan tersebut didasarkan terutama pada


pertimbangan manfaat dan biaya. Auditor dapat menggunakan sampling statistik
atau sampling non statistik atau kedua-duanya dalam melaksanakan pengujian
audit.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan
pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan. Pelaksanaan dan
pengevaluasian bukti sampel. Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 374)
keuntungan utama dari sampling statistik adalah membantu auditor dalam (1)
merancang ukuran sampel yang efisien, (2) mengukur kecukupan dari bukti yang
diperoleh, dan (3) mengkuantifikasi risiko sampling. Kerugian dari sampling
statistik di antaranya adalah adanya tambahan biaya untuk (1) pelatihan auditor
dalam menggunakan tehnik sampling yang memadai, (2) perancangan dan
pelaksanaan penerapan sampling, dan (3) kurangnya konsistensi penerapan antara
tim audit karena kompleksitas dari konsep yang mendasarinya.

2.1.3 Sampling dan Resiko Audit


Beberapa tingkat ketidakpastian secara implisit termasuk dalam konsep
“sebagai dasar memadai untuk suatu pendapat” yang diacu dalam standar
pekerjaan lapangan ketiga. Dasar untuk menerima beberapa ketidakpastian timbul
dari hubungan antara faktor-faktor seperti biaya dan waktu yang diperlukan untuk
memeriksa semua data dan konsekuensi negatif dari kemungkinan keputusan
yang salah yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap
data sampel saja. Jika faktor-faktor ini tidak memungkinkan penerimaan
ketidakpastian, maka alternatifnya hanyalah memeriksa semua data. Karena hal
ini jarang terjadi, maka konsep dasar sampling menjadi lazim dalam praktik audit.

Ketidakpastian yang melekat dalam penerapan prosedur-prosedur audit


disebut risiko audit. Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor,
tanpa disadarinya tidak memodifikasi sebagaimana mestinya pendapatnya atas
suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit terdiri
dari:

a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi
terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat
pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian adalah lebih besar pada
saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika
dibandingkan dengan perhitungan yang sederhana.

b. Risiko Pengendalian
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu
oleh pengendalian intern entitas. Risiko ini merupakan fungsi efektivitas desain
dan operasi pengendalian intern untuk mencapai tujuan entitas yang relevan
dengan penyusunan laporan keuangan entitas.

c. Risiko Deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji
material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi merupakan fungsi
efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor. Risiko ini timbul
sebagian karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa
100% saldo akun atau golongan transaksi, dan sebagian lagi karena ketidakpastian
lain yang ada, walaupun saldo akun atau golongan transaksi tersebut diperiksa
100%. Ketidakpastian lain semacam itu timbul karena auditor mungkin memilih
suatu prosedur audit yang tidak sesuai, menerapkan secara keliru prosedur yang
semestinya, atau menafsirkan secara keliru hasil audit.

Dengan menggunakan pertimbangan profesional, auditor menilai berbagai


faktor untuk menentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian (penentuan risiko
pengendalian pada tingkat yang lebih rendah daripada tingkat maksimum akan
menuntut pelaksanaan pengujian atas pengendalian), dan melakukan pengujian
substantif (prosedur analitik dan pengujian atas rincian saldo-saldo akun atau
kelompok transaksi) untuk membatasi risiko deteksi.
Risiko audit meliputi ketidakpastian yang disebabkan oleh sampling dan
ketidakpastian yang disebabkan oleh faktor-faktor selain sampling. Aspek-aspek
risiko audit adalah risiko sampling dan risiko nonsampling, yaitu sebagai berikut :

a. Risiko sampling timbul dari kemungkinan bahwa, jika suatu pengujian


pengendalian atau pengujian substantif terbatas pada sampel, kesimpulan
auditor mungkin menjadi lain dari kesimpulan yang akan dicapainya jika cara
pengujian yang sama diterapkan terhadap semua unsur saldo akun atas
kelompok transaksi. Dengan pengertian, suatu sampel tertentu mungkin
mengandung salah saji moneter atau penyimpangan dari pengendalian yang
telah ditetapkan, yang secara proporsional lebih besar atau kurang daripada
yang sesungguhnya terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi
secara keseluruhan. Untuk suatu desain sampel tertentu, risiko sampling akan
bervariasi secara berlawanan dengan ukuran sampelnya: semakin kecil ukuran
sampel, semakin tinggi risiko samplingya.
b. Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Seorang auditor mungkin menerapkan prosedur audit
terhadap semua transaksi atau saldo dan tetap gagal mendeteksi salah saji
yang material. Risiko nonsampling meliputi kemungkinan pemilihan prosedur
audit yang tidak semestinya untuk mencapai tujuan audit tertentu. Sebagai
contoh, pengiriman surat konfirmasi atas piutang yang tercatat tidak dapat
diandalkan untuk menemukan piutang yang tidak tercatat. Risiko nonsampling
juga muncul karena auditor mungkin gagal mengenali salah saji yang ada
pada dokumen yang diperiksanya, hal yang akan membuat prosedur audit
menjadi tidak efektif walapun ia telah memeriksa semua data.

2.1.4 Jenis Pengujian Audit yang Mungkin Memerlukan Sampling

Jenis Pengujian Audit yang mungkin memerlukan sampling, yaitu


diantaranya :

1. Pengujian pengendalian
2. Pengujian substantif atas transaksi
3. Pengujian atas rincian saldo

Sebagian besar konsep sampling untuk pengujian pengendalian dan


pengujian substantif atas transaki dapat juga diterapkan bagi sampling pengujian
atas rincian saldo. Dalam kedua kasus auditor ingin membuat kesimpulan
mengenai populasi secara keseluruhan berdasarkan sampel. Karena pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan pengujian atas rincian
saldo. Untuk mengatasi resiko sampling, auditor dapat menggunakan metode non
statistik atau statistik atas ketifa jenis pengujian tersebut. Perbedaan utama antara
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan pengujian atas
rincian saldo terletak pada apa yang ingin diukur oleh auditor.

2.1.5 Jenis Statistical Sampling


Ada dua macam teknik sampling statistik, yaitu:
a. Attribute Sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaanya adalah
untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang
ditentukan dalam populasi. Ada tiga model attribute sampling yaitu :

1. Fixed-sample-size attribute sampling


Model pengambilan sampel ini adalah model yang paling banyak
digunakan dalam audit. pengambilan sampel dengan model ini ditujukan
untuk memperkirakan persentase terjadinya mutu tertentu dalam suatu
populasi. Misalnya, dengan model ini auditor dapat memperkirakan berapa
persen bukti kas keluar (voucher) yang terdapat dalam populasi tidak
dilampiri bukti pendukung yang lengkap. Model ini terutama digunakan
jika auditor melakukan pengujian pengendalian terhadap suatu unsur
pengendalian intern, dan auditor tersebut memperkirakan akan menjumpai
beberapa penyimpangan (kesalahan). Prosedur pengambilan sampel
adalah sebagai berikut :
a. Penentuan attribute yang akan diperiksa untuk menguji efektivitas
pengendalian intern. Attribute adalah karakteristik yang bersifat
kualitatif suatu unsur yang membedakan unsur tersebut dengan unsur
yang lain. Dalam hubungannya dengan pengujian pengendalian,
attribute adalah penyimpangan dari atau tidak adanya unsur tertentu
dalam suatu pengendalian intern yang seharusnya ada.
b. Penentuan populasi yang akan diambil sampelnya. Apabila attribute
telah ditentukan, auditor harus menentukan populasi yang akan
diambil, misalnya kelompok dokumen apa yang akan diambil.
c. Penentuan besarnya sampel. Untuk menentukan besarnya sampel yang
akan diambil dari populasi tersebut secara statistik, maka auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
1) Penentuan tingkat keandalan (realibility level) atau confidence
level atau disingkat R%. Tingkat keandalan adalah probabilitas
benar dalam mempercayai efektivitas pengendalian intern. Sebagai
contoh, jika auditor memilih R= 95% berarti bahwa ia mempunyai
risiko 5% untuk mempercayai suatu pengendalian intern yang
sebenarnya tidak efektif.
2) Penaksiran presentase, terjadinya attribute dalam populasi.
Penaksiran didasarkan pada pengalaman auditor dimasa yang lalu
atau dengan melakukan percobaan.
3) Penentuan batas ketepatan atas yang diinginkan (desired upper
precision limit atau DUPL)
4) Penggunaan tabel penentuan besarnya sampel untuk menentukan
besarnya sampel.
d. Pemilihan anggota sampel dari seluruh anggota populasi. Setelah
ditentukan besarnya sampel, langkah selanjutnya adalah menentukan
anggota populasi yang akan menjadi sampel. Agar setiap anggota
populasi dapat menjadi sampel, maka auditor dapat menggunakan
tabel acak.
e. Pemeriksaan terhadap attribute yang menunjukkan efektivitas unsur
pengendalian intern. Langkah selanjutnya adalah memeriksa attribute
yang telah ditentukan sebelumnya pada sampel yang akan diambil.
Auditor harus mencatat beberapa kali menemukan attribute yang tidak
sesuai dengan pengendalian intern yang telah dilakukan.
f. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap attribute anggota sampel. Apabila
auditor telah mendapatkan tingkat kesalahan dalam attribute, maka
auditor dapat membandingkan tingkat kesalahan dalam sampel
tersebut dengan menggunakan tabel Achieved Upper Percision Limit
(AUPL). AUPL akan dibandingkan dengan DUPL. Jika AUPL lebih
rendah dari AUPL, kesimpulan yang dapat diambil adalah unsur
pengendalian intern yang diperiksa merupakan unsur sistem yang
efektif.

2. Stop or Go Sampling
Jika auditor menggunakan fixed sample size attribute sampling,
kemungkinan ia akan terlalu banyak mengambil sampel. Hal ini dapat
diatasi dengan menggunakan model attribute sampling yang lain, yaitu
stop or go sampling. Dalam stop or go sampling ini, jika auditor tidak
menemukan adanya penyimpangan atau menemukan jumlah
penyimpangan tertentu yang telah ditetapkan, ia dapat menghentikan
pengambilan sampelnya. Prosedur yang harus ditempuh oleh auditor
dalam menggunakan stop or go sampling adalah sebagai berikut :
a. Tentukan desired upper precision limit dan tingkat keandalan. Pada
tahap ini auditor menentukan tingkat keandalan yang akan dipilih dan
tingkat kesalahan maksimum yang dapat diterima. Tabel yang tersedia
dalam stop or go sampling ini menyarankan auditor untuk memilih
tingkat kepercayaan 90%, 95% atau 99%.
b. Gunakan tabel besarnya sampel minimum untuk pengujian
pengendalian guna menentukan sampel pertama yang harus diambil.
Setelah tingkat keandalan dan desired upper precision limit (DUPL)
ditentukan, langkah berikutnya adalah menentukan besarnya sampel
minimum yang harus diambil oleh auditor dengan bantuan tabel
besarnya sampel minimum untuk pengujian pengendalian. Jika
pengendalian intern baik, auditor disarankan untuk tidak menggunakan
tingkat keandalan kurang dari 95% dan menggunakan desired upper
precision limit lebih dari 5%. Dengan demikian pada umumnya dalam
pengujian pengendalian, auditor tidak pernah memilih besarnya
sampel kurang dari 60.
c. Buat tabel stop or go decision. Setelah besarnya sampel minimum
ditentukan langkah selanjutnya adalah membuat tabel keputusan.
Dalam tabel stop or go decision tersebut auditor akan mengambil
sampel sampai 4 kali.
d. Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap sampel.

3. Discovery Sampling
Umumnya kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan
discovery sampling adalah :
a. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populas sebesar
nol atau mendekati nol persen.
b. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini
ditemukan, merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih
luas atau kesalahan yang serius dalam laporan keuangan.

Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian


substantif. Jika tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan
yang mempunyai dampak potensial terhadap suatu akun, discovery
sampling umumnya dipakai untuk tujuan tersebut. Prosedur pengambilan
sampel dalam discovery sampling adalah sebagai berikut :
1) Tentukan attribute yang akan diperiksa
2) Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya
3) Tentukan tingkat keandalan
4) Tentukan desired upper precision limit
5) Tentukan besarnya sampel
6) Periksa attribute sampel
Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel

b. Variables Sampling
Teknik ini digunakan dalam pengujian substantif. Kegunaan variables
sampling adalah untuk memperkirakan jumlah rupiah total dari populasi atau
jumlah rupiah kesalahan dalam populasi. Variabel sampling merupakan teknik
statistik yang digunakan oleh auditor untuk menguji kewajaran suatu jumlah atau
saldo dan untuk mengestimasi jumlah rupiah suatu saldo akun atau kuantitas yang
lain. Dalam pengujian substantif, auditor dapat menghadapi dua keputusan yaitu
melakukan estimasi suatu jumlah (misalnya saldo suatu akun) atau menguji
kewajaran suatu jumlah. Jika variabel sampling digunakan untuk memperkirakan
saldo suatu akun, hasil perhitungannya akan berupa nilai rupiah (rata-rata sampel
dikalikan dengan besarnya populasi ditambah atau dikurangi dengan suatu
interval jumlah rupiah pada tingkat kepercayaan yang diinginkan. Variabel
sampling untuk memperkirakan saldo suatu akun digunakan oleh auditor dalam
kondisi :
1. Jika klien tidak menyajikan suatu jumlah yang dapat dianggap benar.
2. Jika suatu akun ditentukan dengan statistical sampling.
2.2 Sampling dalam Pengujian Pengendalian

Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan faktor-faktor yang


harus di pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian pengendalian.
Seperti telah dikemukakan, bahwa dalam menyelenggarakan pengujian pengendalian,
auditor memberiakn dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi risiko
penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control risk
to low) dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high).

2.2.1 Resiko Sampling

Risiko sampling(sampling risk) adalah risiko bahwa auditor mencapai


kesimpulan yang salah karena sampel populasi tidak representatif. Risiko
sampling adalah bagian sampling yang melekat akibat menguji lebih sedikit dari
populasi secara keseluruhan. Sebagai contoh, asumsikan auditor memutuskan
bahwa pengendalian dianggap tidak efektif jika terdapat tingkat pengecualian
populasi 6 persen. Asumsikan auditor menerima bahwa pengendalian dianggap
efektif berdasarkan pengujian pengendalian dengan sampel sebanyak 100 item
yang memiliki dua pengecualian. Jika populasi sebenarnya memiliki tingkat
pengecualian sebesar 8 persen, auditor menerima populasi yang salah karena
sampel tidak cukup mewakili populasi. berkaitan dengan kemungkinan bahwa
sampel yang diambil tidak menggambarkan secara benar populasi tersebut. Dalam
melakukan pengujian pengendalian jenis risiko sampling berikut dapat terjadi :

a. Risiko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (the risk
of assessing control risk too low) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel mendukung penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap tidak
cukup mendukung tingkat penilaian yang di rencanakan.
b. Risisko atas penilaian tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (the risk
od assessing control risk too high) adalah risiko bahwa penilaian tingkat risiko
pengendalian berdasarkan sampel tidak mendukung penilaian tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan pada saat efektivitas operasi aktual dari
prosedur atau kebijakan struktur pengendalian, jika diketahui, dianggap cukup
untuk mendukung tingkat penilaian yang direncakan.

Risiko-risiko tersebut mempunyai dampak yang signifikan terhadap


efektivitas dan efesiensi audit. Risiko penilaian tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah dan risiko kesalahan penerimaan, masing-masing dijelaskan
sebagai risiko beta (beta risk) dalam istilah umum statistik, berkaitan dengan
efektivitas audit.Pada saat auditor menarik kesimpulan yang salah ini, prosedur-
prosedur auditor tidak cukup untuk mendeteksi salah saji secara material, dan dia
tidak mempunyai dasar alasan untuk pendapatnya.Sebaliknya, risiko penilaian
tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi dan risiko kesalahan penolakan,
masing-masing dapat dijelaskan sebagai risiko alfa (alpha risk) adalah istilah
umum statistik berrkaitan ddengan efisiensi audit. Ketika kesimpulan yang salah
ini terjadi, auditor akan meningkatkan pengujian substantive. Namun demikian,
upaya-upaya ini akan mengarah kepada kesimppulan yang benar, dan audit akan
efektif. Auditor memiliki dua cara untuk mengendalikan risiko sampling:

1. Menyesuaikan ukuran sampel


2. Menggunakan metode pemilihan item sampel yang tepat dari populasi

Meningkatkan ukuran sampel dapat mengurangi risiko sampling, dan


sebaliknya. Ada satu ekstrem, sampel dari semua item populasi tidak memiliki
risiko sampling. Sementara pada ekstrem lainnya, sampel sebanyak satu atau dua
item memiliki risiko sampling yang sangat tinggi. Penggunaan metode pemilihan
sampel yang sesuai dapat meningkatkan kemungkinan keterwakilan sampel
bersangkutan. Hal ini tidak menghilangkan atau bahkan mengurangi risiko
sampling, tetapi memungkinkan auditor untuk mengukur risiko yang berkaitan
dengan ukuran sampel tertentu jika metode pemilihan sampel dan evaluasi
statistic digunakan.
2.2.2 Statistical Sampling

Untuk tujuan pertama biasanya digunakan sampling penemuan (discovery


sampling), sedangkan untuk tujuan kedua biasanya digunakan sampling
penerimaan (acceptance sampling). Berikut disajikan uraian mengenai ketiga
metode sampling tersebut, yaitu sampling atribut, sampling penemuan, dan
sampling penerimaan.

a. Sampling Atribut
Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada pengujian
pengendalian adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang meneliti sifat
non angka dari data, karena pada pengujian pengendalian fokus perhatian auditor
adalah pada jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang
diuji, seperti paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan
sebagainya, yang juga bersifat non angka, seperti unsur-unsur yang menjadi
perhatian pada sampling atribut.
Sampling atribut bertujuan untuk membuat estimasi (perkiraan) mengenai
keadaan populasi. Namun demikian, dalam audit kadang-kadang pengujian
pengendalian tidak dimaksudkan untuk memperkirakan keadaan populasi,
melainkan misalnya untuk mengetahui:
 apakah ada hal tertentu yang perlu mendapat perhatian pada populasi yang
diteliti, atau
 menetapkan akan menerima/menolak populasi yang diteliti.
Sampling atribut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu “menggunakan
rumus statistik” dan “menggunakan tabel”. Namun yang lebih sering digunakan
adalah dengan menggunakan tabel. Tahapan dan proses pelaksanaan sampling
atribut yang menggunakan tabel dilaksanakan sebagai berikut:

a) Menyusun Rencana Audit

Pada tahap ini ditetapkan tujuan audit dan unsur-unsur yang diperlukan
untuk menentukan unit sampel, membuat hasil sampling dan simpulan hasil audit.
Tujuan umum pengujian pengendalian adalah untuk menentukan sikap mengenai
keandalan pengendalian intern auditi. Yang ditetapkan di sini adalah tujuan
spesifik. Unsur-unsur yang perlu ditetapkan terlebih dahulu untuk menentukan
unit sampel sesuai dengan tabel penetapan unit sampel yaitu:

1) Risiko sampling/ARO
2) Toleransi penyimpangan/TDR
3) Perkiraan kesalahan dalam populasi/EPDR

b) Menetapkan Jumlah (Unit) Sampel


Berdasarkan perencanaan audit, auditor turun ke lapangan. Hal pertama
yang dilakukan adalah mendapatkan populasi, kemudian memastikan unitnya.
Jika populasi sedikit lakukan pengujian 100% (sensus). Jika banyak, dapat
dilakukan pengujian secara sampling.

c) Memilih Sampel
Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya
adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Karena metode sampling yang
digunakan adalah sampling statistik, maka pemilihan sampel harus dilakukan
secara acak (random).

d) Menguji Sampel
Sampel yang telah diperoleh melalui pemilihan sampel, kemudian diuji
dengan menerapkan prosedur audit.

e) Mengestimasi Keadaan Populasi


Berdasarkan keadaan sampel yang diuji, dibuat perkiraan banyaknya
penyimpangan dalam populasi.

f) Membuat Simpulan Hasil Audit


Setelah keadaan populasi diperkirakan, dapatlah dibuat simpulan hasil
audit, yaitu berdasarkan perbandingan antara: “toleransi penyimpangan (TDR)”
dengan “hasil sampling”, yaitu perkiraan penyimpangan dalam populasi (CUDR).
b. Metode Sampling Statistik Lainnya
Berikut ini diuraikan dua metode sampling statistik lain yang dapat
digunakan untuk pengujian pengendalian.

1. Sampling Penemuan (Discovery/Exploratory Sampling)


Sampling Penemuan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk
menemukan suatu kejadian serius atau penyimpangan yang perlu mendapat
perhatian dalam populasi yang diuji. Sampling penemuan hendaknya diterapkan
untuk menguji ketaatan terhadap ketentuan yang tidak ada toleransi atas satu
penyimpangan pun.

2. Sampling Penerimaan (Acceptance Sampling)


Sampling Penerimaan adalah teknik sampling yang bertujuan untuk
menentukan sikap, menerima (accept) atau menolak (reject) populasi. Unit
sampelnya ditetapkan dari Tabel Ukuran Sampel untuk Sampling Penerimaan. Hal
yang harus ditetapkan lebih dahulu, sehingga tabel itu dapat dipakai, adalah: unit
populasi (N), probabilitas penerimaan, dan estimasi penyimpangan dalam
populasi (EPDR). Sikap auditor ditetapkan dengan membandingkan acceptance
number dengan jumlah penyimpangan yang ditemukan dalam sampel:
- Jika kesalahan dalam populasi tidak melebihi acceptance number, populasi
diterima
- Jika kesalahan dalam populasi melebihi acceptance number, populasi ditolak

Dalam audit, menerima populasi berarti menyatakan pengendalian intern


handal, sebaliknya menolak populasi, berarti menyatakan pengendalian intern
lemah.

2.2.3 Non Statistical Sampling

Pengendalian yang dapat diuji dengan menggunakan sampling nonstatistik


dalam lingkungan saat ini di mana beberapa prosedur pengendalian di program
untuk mendapatkan keunggulan teknologi informasi, efektivitas biaya dapat
dicapai dengan mempertimbangkan rencana sampling nonstatistik. Pada saat
auditor sedang mengembangkan rencana audit untuk menguji prosedur
pengendalian yang diprogram, auditor perlu mempertimbangkan efisiensi bukti
mengenai pengendalian yang diprogram, pengendalian umum komputer, dan
prosedur tindak lanjut manual. Namun demikian, auditor dapat
mempertimbangkan rencana pengembangan untuk menguji pengendalian
manajemen pada seluruh transaksi. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
pengujian statistik pada pengendalian mungkin sesuai dalam situasi ini.

a. Pengujian prosedur pengendalian dengan program komputer (Testing


Computer-Programmed Control Procedures)

Teknologi informasi telah memberikan sumbangan yang berarti pada


konsisten prosedur pengendalian. Dalam era di mana prosedur pengendalian
dilakukan secara manual, seseorang dapat membandingkan dengan benar,
misalnya, informasi dalam voucher dengan pesanan pembelian, laporan,
penerimaan, dan faktur pemasok. Namun pada akhirnya, kelelahan dapat
timbul dan prosedur yang sama mungkin dilakukan dengan salah.Untuk
prosedur pengendalian yang diprogram secara spesifik sesuai kehendak,
biasanya cukup bagi auditor untuk menguji pengendalian yang diprogram
dengan hanya dua transaksi yang sesuai : satu transaksi yang diproses dengan
benar dan satu transaksi yang harus ditandai sebagai suatu pengecualian. Akan
tetapi, auditor dapat menguji setiap aspek pengendalian yang diprogram
dengan ukuran sampel dua pengujian transaksi.

b. Pengujian prosedur pengendalian umum komputer(Testing Computer


General Control Procedures)

Prosedur pengendalian umum komputer meliputi pengendalian


organisasi dan operasi, pengembangan sistem dan pengendalian dokumentasi,
pengendalian perrangkat keras (hardware) dan sistem perangkat lunak
(system software), pengendalian akses, serta pengendalian data dan prosedur.
Semua itu meninggalkan jejak audit (audit trail) atas laporan perubahan
sistem,
bagaimana perubahan diuji dan disetujui, dan keamanan perangkat lunak yang
dapat menghasilkan laporan dan catatan mengenai siapa yang telah mengakses
program dan arsip data. Auditor dapat menguji pengendalian-pengendalian ini
dengan menginspeksi laporan dan catatan dan dengan membuat pertanyaan
serta observasi. Pertanyaan dan observasi tidak termasuk sampling audit, dan
auditor dapat menggunakan teknik sampling nonstatistik ketika membuat
keputusan tentang perluasan inspeksi atas laporan, catatan komputer, dan
catatan-catatan lain yang memberikan bukti tentang prosedur pengendalian
umum komputer.

Pada sampling non statistik, unit sampel dan evaluasi hasil samplingnya
dilakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang baku.
Pemilihan sampelnya boleh dilakukan secara acak dan non acak. Contohnya:
1) Menyusun Rencana Audit.
Yang paling utama ditetapkan pada tahap ini adalah:
o Tujuan audit, misalnya menilai ketaatan pengadaan barang dan jasa
terhadap pagu anggaran.
o Toleransi penyimpangan (TDR), sebagai bahan pertimbangan untuk
membuat simpulan hasil audit, misalnya ditetapkan TDR = 2%.

2) Menetapkan Unit Sampel


Unit sampel (n) ditetapkan berdasarkan judgement, tanpa
menggunakan rumus atau formula tertentu, misalnya: n = 30 unit.

3) Memilih Sampel
Pemilihan sampel boleh acak boleh pula tidak acak.

4) Menguji Sampel dan Mengestimasi Keadaan Populasi


Pengujian sampel bertujuan untuk mengetahui keadaan sampel,
misalnya dari sampel sebanyak 30 diatas ditemukan ada satu kegiatan
pengadaan yang melebihi pagu anggaran.
Tingkat penyimpangan dalam sampel (sampling deviation rate/SDR)
adalah 1/30 = 3,3%. Kondisi ini dianggap sama dengan populasi.

5) Membuat Simpulan Hasil Audit


Simpulan dibuat berdasarkan perbandingan SDR dan TDR. Dalam hal
ini SDR > TDR, berarti pengendalian pagu anggaran pengadaan lemah.

2.3 Sampling dalam Pengujian Substantif

2.3.1 Resiko Sampling

Auditor harus menerapkan pertimbangan profesional dalam menentukan


risiko sampling. Dalam menyelenggarakan pengujian substantif atas rincian,
auditor memperhatikan dua aspek dari risiko sampling :
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance), yaitu risiko mengambil
kesimpulan berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun tidak berisi salah saji
secara material, padahal kenyataannya saldo akun telah salah saji secara
material.
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection), yaitu risiko mengambil
kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo akun berisi salah saji
secara material, padahal kenyataannya saldo akun tidak berisi salah saji secara
material.

Risiko keliru menolak berkaitan dengan efisiensi audit. sebagai contoh,


jika penilaian auditor atas sampel audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang
keliru bahwa suatu saldo telah salah saji secara material, padahal kenyataannya
tidak demikian, penerapan prosedur tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti
audit yang lain biasanya akan menuntun auditor ke kesimpulan yang benar. Risiko
keliru menerima berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap
ada atau tidaknya salah saji yang material.

Untuk sample yang dipilih secara random, resiko sampling ini dapat ditentukan
secara pasti. Untuk sample yang dipilih secara non random resiko sampling tidak dapat
ditentukan secara pasti. Risiko sampling berkaitan dengan pengambilan simpulan atas
populasi (keseluruhan data) yang hanya didasarkan atas pengujian terhadap sampel.
Risiko sampling terjadi jika sampel tidak representatif terhadap populasinya. Untuk
mengatasi hal ini, auditor harus merencanakan sampling auditnya sedemikian rupa agar
sampel menjadi representatif. Risiko sampling tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:

Popul
Sam asi
ple Salah Saji ≤ TS Salah Saji > TS

Salah Saji ≤ TS Kesimpulan salah –


(populasi disimpulkan Kesimpulan benar salah tipe I (risiko
tidak mengandung keliru menerima)
salah saji)
Kesimpulan salah –
Salah Saji > TS
salah tipe II (risiko Kesimpulan benar
(populasi disimpulkan
keliru menolak)
mengandung salah saji)

TS = Toleransi Salah saji


2.3.2 Probability – Proportional – to – Size (PPS) Sampling

Menentukan Tujuan Rencana Sampling


Tujuan rencana sampling PPS pada umumnya adalah untuk memperoleh
bukti bahwa saldo akun yang dicatat tidak salah saji secara material. Auditor perlu
melaksanakan pengujian lain pada sampel atau item-item dalam populasi sebelum
menyimpulkan bahwa seluruh asersi yang berkaitan dengan akun tersebut telah
bebas dari salah saji yang material.

Menetapkan Populasi dan Unit Sampling


Populasi terdiri dari kelompok transaksi atau saldo akun yang diuji. Untuk
setiap populasi, auditor harus memutuskan apakah seluruh item tersebut akan
diikutkan. Unit sampling dalam sampling PPS adalah rupiah itu sendiri, dan
populasinya adalah jumlah rupiah yang sama dengan jumlah total rupiah pada
populasi tersebut. Meskipun setiap rupiah tersebut merupakan dasar pemilihan
sampel, namun yang diuji auditor adalah akun, transaksi, dokumen, atau item-
item sejenis yang berkaitan dengan rupiah yang dipilih.

Menentukan Ukuran Sampel


Rumus untuk menentukan ukuran sampel dalam sampling PPS adalah :

n= BV X RF
TM – (AM X EF)

BV = nilai buku populasi yang diuji


RF = faktor reliabilitas untuk resiko kesalahan penerimaan
TM = salah saji yang dapat ditoleransi
AM = salah saji yang diantisipasi
EF = faktor ekspansi untuk salah saji yang diantisipasi

Menentukan Metode Pemilihan Sampel


Metode pemilihan sampel yang paling banyak digunakan dalam sampling
PPS adalah pemilihan sistematis. Metode ini memisahkan total populasi dalam
rupiah ke interval yang sebanding dengan rupiah. Dengan demikian, interval
sampling harus dihitung sebagai berikut :

SI = BV –nY
Melaksanakan Rencana Sampling
Dalam fase perencanaan, auditor memakai prosedur auditing yang sesuai
untuk menentukan nilai audit setiap unit logis yang ada dalam sampel. Ketika
terjadi perbedaan, auditor mencatat nilai buku dan nilai auditnya dalam kertas
kerja. Informasi ini kemudian digunakan untuk memproyeksikan salah saji total
dalam populasi.

Mengevaluasi Hasil Sampel


Dalam mengevaluasi hasil sampel, auditor memperhitungkan batas atas
salah saji (upper misstatement limit – UML) dari data sampel dan
membandingkannya dengan salah saji yang dapat ditoleransi tertentu dalam
perancangan sampel. Juka UML lebih kecil atau sama dengan salah saji yang
dapat ditoleransi, hasil sampel mendukung kesimpulan bahwa nilai buku populasi
tidak dicatat melebihi TM pada risiko kesalahan penerimaan yang ditetapkan.
UML dihitung sebagai berikut :

UML = PM + ASR

PM = salah saji total yang diproyeksikan dalam populasi


ASR = cadangan risiko sampling

2.3.3 Variabel Sampling

Dalam pendekatan ini, teori distribusi normal digunakan dalam


pengevaluasian karakteristik populasi berdasarkan hasil sampel yang
digambarkan dari populasinya. Sampling variabel klasik bermanfaat bagi auditor
pada saat tujuan audit berkaitan dengan kemungkinan kurang saji atau lebih saji
dari saldo akun, dan keadaan lain ketika sampling PPS tidak tepat atau tidak
efektif..

Estimasi Mean Per Unit (MPU)


Sampling estimasi MPU mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item
dalam sampel. Rata-rata nilai audit ini kemudian dihitung dan dikalikan dengan
jumlah unit dalam populasi yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi.
Cadangan risiko sampling yang berkaitan dengan estimasi ini juga dihitung untuk
digunakan dalam mengevaluasi hasil-hasil sampel tersebut.

Estimasi Diferensiasi
Dalam sampling estimasi diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap
item sampel dari nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata
perbedaan ini kemudian digunakan untuk memperoleh estimasi nilai total
populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk menentukan cadangan
resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan dalam penggunaan
estimasi diferensiasi :
a. Nilai buku setiap item populasi harus diketahui
b. Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku
item-item secara individual
c. Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang
diperkirakan

Estimasi Rasio
Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit
untuk setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi
jumlah nilai audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini
dikalikan dengan total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total.
Cadangan risiko sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio nilai
audit dan nilai buku item sampel secara individual.

2.3.4 Perbandingan PPS Sampling dan Variabel Sampling

PROBABILITY PROPORTIONAL TO SIZE VARIABEL SAMPLING


KELEBIH
AN
Sampling PPS umumnya lebih mudah digunakan Sampel-sampelnya lebih mudah
daripada sampling variabel klasik karena auditor untuk diperluas daripada sampel
dapat menghitung ukuran sampel dan PPS, jika diperlukan
mengevaluasi hasil sampel secara langsung atau
dengan bantuan
table
Ukuran sampel PPS tidak didasarkan pada Saldo nol dan saldo yang bertanda
beberapa ukuran penyimpangan yang berbeda tidak memerlukan
diestimasi pada nilai audit pertimbangan perancangan khusus
Sampling PPS secara otomatis menghasilkan Jika ada perbedaan yang besar antara
sampel yang sudah distratifikasi karena item- nilai audit dan nilai buku, tujuan
itemnya dipilih dalam proporsi pada nilai auditor dapat terpenuhihanya dengan
rupiahnya ukuran sampel yang lebih kecil
dibandingkan sampling
PPS.
Pemilihan sampel sistematis PPS secara otomatis
menujukkan beberapa item yang secara
individual signifikan jika nilai-nilainya melebihi
pisah batas
atas moneter
Jika auditor memperkirakan tidak ada salah saji,
sampling PPS biasanya akan menghasilkan
ukuran sampel yang lebih kecil daripada hasil
dari
sampling variabel klasik
Sampel PPS lebih mudah dirancang, dan
pemilihan sampel dapat dimulai sebelum
tersedia populasi
yang lengkap

KEKURANG
AN
Sampling PPS mengandung asumsi bahwa nilai Sampling variabel klasik lebih rumit
audit unit sampling harus tidak kurang dari nol dibanding sampling PPS, umumnya,
atau lebih besar dari nilai bukti. auditor memerlukan bantuan program
komputer untuk merancang sampel
yang
efisien dan mengevaluasi hasil sample
Jika kekurangsajian ditunjukkan dalam sampel Untuk menentukan ukuran sampel,
auditor
tersebut, evaluasi atas sampel tersebut
harus mempunyai estimasi
memerlukan pertimbangan khusus
penyimpangan standar karakteristik
yang populasi
Pemilihan saldo nol atau saldo dengan tanda
yang berbeda memerlukan pertimbangan
khusus
Evaluasi PPS dapat melebihi ASR jika salah saji
ditemukan dalam sample
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL PENELITIAN

Pengembangan metode statistik di bidang akuntansi dan audit adalah instruktif dari
kesulitan dalam penerimaan ide statistik dan masalah dalam mengadaptasi metodologi statistik
standar ke khusus situasi. Dalam beberapa tahun terakhir profesi akuntansi telah beralih ke
teknik statistik untuk membantu dalam analisis data keuangan. Secara khusus, sampling statistik
telah peningkatan popularitas di kalangan internal dan eksternal auditor. Auditor diharapkan
memastikan efektif kontrol internal dengan menciptakan nilai pada fungsinya. Karena enumerasi
lengkap tidak dimungkinkan karena data yang luas, sering kali, sampel digunakan untuk
membuat
ulasan ini.

Sampling akun umumnya berkaitan dengan karakteristik kuantitatif. Ketika auditor


memeriksa satu set akun N, ia biasanya tahu nilai buku Y 1 , Y 2 , ……. Y N dalam populasi.
Menunjukkan total nilai buku oleh Y. Auditor memastikan, setelah memeriksa item, nilai yang
benar untuk item ini. disebut nilai audit Xi). Jelas jika jumlah bukunya benar maka Xi = Yi. Jadi
tujuannya adalah untuk mengukur kesalahan: Di = (Yi - Xi). Tujuan pengambilan sampel di sini
adalah untuk menyimpulkan tentang keakuratan nilai buku. Yaitu apakah total jumlah buku Y
cukup dekat dengan total audit.

Saran pertama untuk menggunakan sampling dalam audit datang pada 1930-an (mis.
Carman, 1933). Beberapa kertas diikuti pada 1940-an. Neter (1949) menjelaskan dengan jelas
kelebihan dari metode ini. Fokus awal adalah pada sampling untuk atribut. Ini berpose relatif
sedikit kesulitan. Atribut rencana sampling cukup jika auditor hanya memperhatikan deteksi
kesalahan dan penentuan frekuensi kesalahan dengan tingkat sampel variabel kepercayaan yang
ditentukan adalah perlu. Tetapi masalah serius muncul ketika kita melamar teori pengambilan
sampel standar untuk kasus variabel dalam audit. Misalnya, jika sampel acak sederhana n item
dipilih dan jumlah auditnya ditentukan maka estimator X yang tidak bias.

Kaplan (1973) telah menginvestigasi kasus-kasus khusus berikut jenis penduga umum. Di
mana Z adalah konstanta atau fungsi sampel nilai (Yi xi), i = 1,2, n, digambar dengan acak
sederhana. Semua penduga bentuk (3) konsisten dalam arti sepele bahwa jika seluruh populasi
diaudit, sehingga estimasi tersebut sesuai dengan nilai sebenarnya. Jika z adalah konstanta yang
diberikan oleh (3) tidak bias. Mudah diverifikasi bahwa dengan menetapkan Z = 0 adalah (3)
kami memperoleh estimator rata-rata per unit dan kapan kami memiliki penduga rasio klasik.
Akhirnya, penaksir regresi terjadi ketika Z mewakili sampel regresi co-efisien. Dalam
pengaturan ini, untuk inferensi statistik seseorang harus naik banding ke pusat batasi teorema dan
harap ukuran sampelnya besar cukup untuk sampel berarti diambil dari normal distribusi. Karena
standar deviasi sampel adalah juga diperkirakan dari data, distribusi-t umumnya digunakan untuk
tes statistik. Jadi, jika kita ingin membangun interval kepercayaan tentang dengan kepercayaan
co-efisien (1 - ∝), interval diberikan oleh: Di mana, tk (∝) adalah nilai Student's t with (k-2)
derajat kebebasan yang dilampaui dengan probabilitas ∝ dan merupakan kesalahan standar.

Karena jumlah buku Yi dikenal untuk semua item dalam populasi informasi ini
bisa bermanfaat
dimasukkan ke dalam strategi estimasi. Sebagai contoh, pertimbangkan penduga perbedaan. Di
bawah acak sederhana sampling satu dapat memperkirakan kesalahan total. Di mana di = (yi - xi)

adalah perbedaan yang ditemukan di item sampel dan d ̄ adalah perbedaan rata-rata sampel.
Atau, seseorang dapat menggunakan penaksir rasio. Di mana ӯ adalah mean sampel untuk y.
Penaksir ini bisa juga digunakan bersama dengan stratifikasi populasi unit. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan pps sampling dengan nilai buku sebagai ukuran ukuran. Kemudian tidak
bias penaksir D adalah: Diasumsikan dengan sampling pengganti untuk ilustrasi.
Estimator seperti selisih, rasio dan regresi penduga dengan pengambilan sampel acak
sederhana atau bertingkat atau memiliki beberapa batasan serius dalam hal situasi umum di mana
frekuensi kesalahan adalah rendah, seringkali hanya 1 atau 2%, walaupun berpotensi besar dalam
dampak keuangan, dan variabilitas data. Diperkirakan dari sampel. Di mana tidak ada kesalahan
terdeteksi dalam sampel, yaitu semua sampel di = 0, the estimasi kesalahan standar untuk
estimator ini adalah nol. Ini dapat dilihat dari rumus varians yang diestimasi untuk estimator
perbedaan.

Bentuk pengambilan sampel yang paling tepat tergantung, antara lain, pada kewajiban
relatif item berbagai ukuran untuk kesalahan dan biaya relatif memeriksa mereka. Seringkali,
barang dengan nilai yang lebih besar akan menjadi relatif lebih penting. Anderson dan
Teitlebaum (1973) telah menyarankan penggunaan moneter individu unit seperti rupee atau dolar
sebagai unit pengambilan sampel. Auditor masih akan memeriksa akun yang mana Rupee sampel
milik tetapi kemudian akan memprator total kesalahan untuk akun untuk setiap rupee. Jadi, jika
jth populasi rupee (j = 1,2… ..Y) milik ke-ith (i = 1 ... .N) akun dalam populasi, nilai auditnya
adalah dan kesalahan dalam rupee j adalah Dj = Di / Yi. Sampel acak sederhana dari jumlah n
rupee adalah kemudian dipilih. Jika pilihan dengan penggantian prosesnya setara dengan skema
PPSWR.

Situasi sebagian besar unit akuntansi sedang bebas dari kesalahan, tetapi dengan
kemungkinan beberapa kesalahan besar telah dijelaskan seperti di atas dalam literatur. MUS
menangani masalah ini secara efektif hanya jika kesalahan ini dikaitkan dengan nilai buku besar.
Lalu yang besar jarum dicacah menjadi banyak jarum kecil yang terjadi dengan frekuensi yang
cukup yang minimal beberapa mereka memiliki peluang terdeteksi oleh sampel. Di sisi lain, jika
jarum berada di unit audit dengan saldo akun kecil maka MUS mungkin tidak membaik situasi.
Sebagai contoh, pertimbangkan fungsi kesalahan p (y) yang menghasilkan tingkat kesalahan
sebagai fungsi buku ini nilai setiap unit audit.

Misalkan auditor tahu, berdasarkan audit sebelumnya, bahwa kesalahan lebih besar di
antara unit dengan tertentu karakteristik, selain saldo buku lebih tinggi. Demikian, jika tingkat
kesalahan diketahui lebih tinggi di Lokasi II, orang dapat membuat stratifikasi populasi lokasi
dan menggambar sampel yang lebih besar dari Lokasi II. Perpanjangan logis dari ini adalah unit
sampling kunci. Di sini unit rupee diganti dengan unit kunci dan pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan probabilitas sebanding dengan unit kunci. Sebagai contoh, unit kunci mungkin
moneter unit di mana sebagian besar kesalahan diduga terjadi ada, dan mengaudit unit sendiri
dalam kasus lain. Jika populasi voucher dapat diasumsikan memiliki pengaturan logis, yang
nyaman secara operasional Metode pemilihan sampel adalah dengan menerapkan PPS sistematis
pengambilan sampel di mana unit-unit utama adalah ukuran ukuran.

Setiap kali informasi apriroi tidak tersedia akun non-nol, pendekatan Bayesian dapat digunakan.
Felix & Grimlund (1984) mengasumsikan distribusi normal jumlah kesalahan yang tidak
kompatibel dalam situasi tidak normal. Cox & Snell (1979) telah mengusulkan Pendekatan
terikat. Bayesian untuk MUS dengan membuat asumsi distribusi gamma untuk kesalahan
populasi beri peringkat 'p' & distribusi gamma terbalik untuk penilaian berarti kesalahan
pewarnaan 'M'. Batas atas adalah dari MUS dalam formulasi Bayes telah dicoba oleh Moors &
Jenssens (1989). Mengamati sejumlah kesalahan dan nilai rata-rata kesalahan dalam hal uang
diharapkan ikuti variabel Poisson dalam bentuk diskritnya. Untuk model sebelumnya dan
populasi tertentu ini batas atas adalah variabel acak, hasil dari yang hanya tergantung pada hasil
pengambilan sampel. Penulis menggambarkan metode teoritis umum untuk diturunkan distribusi
probabilitas dari variabel acak. Namun, pendekatan teoretis ini pada dasarnya hanya berlaku bila
distribusi populasi dapat diwakili oleh fungsi yang relatif sederhana. Untuk distribusi populasi
yang rumit, seperti yang mungkin terjadi dalam situasi praktis, simulasi tetap merupakan alat
yang sangat diperlukan.

Loebbecke dan Neter (1975) menunjukkan pilihan itu dari prosedur pengambilan sampel
audit statistik yang sesuai tergantung pada tujuan audit, lingkungan audit dan prosedur audit.
Dalam kondisi tertentu masing-masing dari faktor-faktor ini, penaksir yang berbeda dapat
melakukan buruk Berdasarkan studi empiris yang luas penulis menyajikan bagan alur keputusan
untuk membantu auditor dalam memilih prosedur. Ketika auditor menggunakan sampling
statistik
pendekatan sebagai sarana mengumpulkan bukti untuk bertemu satu atau serangkaian tujuan
audit yang harus dipilih dengan cermat dibuat dari prosedur. Sejumlah faktor harus
dipertimbangkan jika hasilnya ingin memuaskan tujuan audit yang ada.

Tujuan audit memiliki pengaruh yang signifikan terhadap statistik mana yang paling
menarik dan karenanya, pada apakah prosedur pengambilan sampel menyangkut atribut atau
variabel. Misalnya, dalam audit kepatuhan, kekhawatiran adalah, dengan sejauh mana akuntansi
prosedur kontrol diterapkan sebagaimana ditentukan. Minat utama adalah apakah prosedur atau
tidak diterapkan dengan benar dan dalam batas kasus di yang tidak diterapkan dengan benar.
Sementara secara substantif mengaudit tujuan berkaitan dengan besarnya moneter dan
karakteristik bunga adalah variabel. Prosedur atribut gabungan - variabel (CAV) miliki telah
dirumuskan untuk mendapatkan batas atas total kesalahan moneter. Batas atas ini awalnya
diperkirakan berdasarkan atribut dan batas yang diperkirakan kemudian dimodifikasi oleh data
variabel untuk mendapatkan ikatan yang lebih ketat.

Setidaknya ada empat lingkungan penting karakteristik yang memengaruhi pemilihan sampel
prosedur untuk variabel atau atribut gabungan - variabel: kemiringan populasi, tingkat kesalahan,
dan besarnya kesalahan dan arah kesalahan. Ini faktor-faktor mempengaruhi perilaku statistik
sampel menjadi dua cara utama: ketepatan penaksir dan keandalan. Jika auditor mengetahui
terlebih dahulu sifat pasti dari faktor-faktor lingkungan ini, masalah yang memprihatinkan akan
semata-mata untuk menemukan prosedur pengambilan sampel yang membutuhkan tujuan audit
yang dinyatakan dan menyediakan presisi yang memadai pada tingkat kepercayaan yang dapat
diterima. Sebagai contoh, auditor berurusan dengan yang sangat populasi condong positif dan
penduga yang diketahui tidak efisien dalam situasi seperti itu dapat memeriksa semua item.

Ada beberapa situasi di mana auditor dapat suka memperbesar sampel misalnya, dalam
penerimaan pengambilan sampel pengujian dapat dilakukan dalam dua atau lebih tahapan. Atau
jika populasinya ternyata sangat tinggi condong auditor mungkin ingin memperbesar sampel
sehingga penggunaan distribusi normal untuk membangun interval kepercayaan sesuai. Juga sifat
kerangka sampling memiliki efek penting pada pilihan prosedur. Ini penentuan strata optimal
batas-batas berdasarkan nilai-nilai buku dapat dibuat untuk pengambilan sampel acak bertingkat
atas akun. Sebuah audit Prosedur dikatakan bias ketika melekat kesalahan tetap ada dalam
efeknya. Kesalahannya mungkin diperkenalkan oleh orang selain auditor juga. Untuk misalnya,
pelanggan mungkin tidak merespons sama sekali.

Kesimpulan : Audit dan kontrol menghadirkan area aplikasi khusus sampling statistik.
Karena sifat campuran populasi audit, penggunaan langsung pengambilan sampel tradisional
mungkin tidak menghasilkan hasil yang andal. Teknik baru seperti kunci unit sampling yang
secara tepat menggabungkan bukti yang kuat bukti akan sangat membantu dalam konteks ini.
Pilihan prosedur pengambilan sampel juga harus mempertimbangkan tujuan, dan lingkungan
audit. Audit membentuk area seluas meningkatkan minat kepada sampler statistik.

Anda mungkin juga menyukai