Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OBAT ANTIINFLAMASI
Disusun oleh :
Desti Rizkia Nur Annisa - NIM : 3311101093
Andini Gianisa Utami - NIM : 3311101101
Annisa Siti Nurfalah - NIM : 3311101113
Chindyawati Afriani - NIM : 3311101123
Anas Nurdianto – NIM : 3311101124
Farmasi C -2010
Asisten Lab : Ita., S.Si.,M.Si.,Apt
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Efek terapi maupun efek samping dari obat-obat anti-inflamasi ini tergantung
dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Secara in vitro obat-obat AINS
menghambat berbagai reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesic, antipiretik
dan anti-inflamasinya belum jelas. Selin itu obat AINS secara umum tidak
menghambat biosintesis leukotrian, yang diketahui berperan dalam inflamasi.
Efek anti inflamasi kebanyakan obat mirip aspirin terutama yang baru lebih
dimanfaatkan sebagai anti inflamasi pada pengobatan kelainan muskuloskeletal,
seperti arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan spondilitisankilosa. Tetapi obat mirip
aspirin hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan
penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, memperbaiki atau mencegah
kerusakan jaringan pada kelainan muskulosketalini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pasien-pasien ini sering diberi resep OAINS dan sangat banyak tablet aspirin,
parasetamol, dan ibuprofen tambahan yang dibeli bebas untuk terapi sendiri pada sakit
kepala, nyeri gigi, berbagai gangguan muskokletal, dan lain-lain. Obat-obat ini tidak
efektif pada terapi nyeri viseral(misalnya infark miokard, kolik renal, dan abdomen
akut) yang membutuhkan analgesik opioid. Akan tetapi, OAINS efektif pada nyeri
hebat tipe tertentu(misalnya kanker tulang). Aspirin mempunyai aktivitas antiplatelet
yang penting (Neal, M.J., 2006).
Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi
yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbulkan reaksi
radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf, 1994)
Prostaglandin dan senyawa yang berkaitan diproduksi dalam jumlah kecil dan
semua jaringan. Umumnya bekerja bekerja lokal pada tempat prostaglandin tersebut
disintesis, dan cepat dimetabolisme menjadi produk inaktif pada tempat kerjanya.
Karena itu, prostaglandin tidak bersirkulasi dengan konsentrasi bermakna dalam darah.
Tromboksan, leukotrin, dan asam hidroksiperosieikosatetraenoat merupakan lipid yang
berkaitan disintesis dari prekursor yang sama sebagai prostaglandin memakai jalan
yang berhubungan.
Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi
yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbiulkan reaksi
radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.(Syamsul munaf,1994)
Inflamasi pada rematoid artistis merupakan reaksi antara antigen, antibodi dan
komlemen yang menyebabkan terentuknya faktor kemoteraktik yang menjadi penatik
leukosit, leukosit ini memfogositasi kompleks antigen-antigen komplemen dan juga
melepaskan enzim-enzim dari lisosom yang menyebabkan kerusakan tulang rawan dan
jaringan lain, Sehingga timbullah inflamasi (Syamsul Munaf, 1994).
a. Menjaga keutuhan tulang rawan dan jaringan lain dari kerusakan oleh enzimlisosom
(salisilat, fenilbutazon, indometasin dan asam mafenamat)
Nyeri dan inflamasi merupakan tanda bahwa sendi tersebut telah mengalami
gangguan hampir semua gangguan rematik disertai dengan nyeri atau inflamasi.
Perkecualian pada sendi neuropati. Ialah suatu keaadan hilangnya rasa nyeri akibat
keadaan tertentu seperti tebes darsalis atau siringomielia. Rasa ini penting karena
menunjukkan adanya mekanisme proteksi dari badan. Adanya rasa nyeri menunjkkan
bahwa sipenderita harus menggurangi penggunaan yang berlebihan dari sendi tersebut.
Sedangkan adanya inflamasi menunjukkan bahwa sipenderita harus mengistirahatkan
sendi tersebut. Pada sendi neuropatik Dimana sopenderita tidak nerasai nyeri telah
terbukti akan terjadi kerusakan sendi yang lebh cepat, selain itu gangguan fungsi baru
terjadi setelah ada kerusakan mekanikal yang nyata. Sebaliknya pada artitis jenis
lainya gangguan fungsi sudah mulai tampak pada awalpenyakit bersamaan dengan
timbulnya rasa nyeri.
Nyeri pada penyakit rematikterutama disebabkan oleh adanya inflamasi yang
mengakibatkan dilepasnya mediator-mediator kimiawi. Kinin dan mediator kimiawi
lainya dapat merangsang timbulnya rasa nyeri. Prostaglandin berperan dalam
meningkatkan dan memperpanjang rasa nyeri yang disebabkan oleh suatu rangsangan.
Tindakan fiksasi interna dini dan tertunda saat ini masih menjadi sebuah
perdebatan, khususnya mengenai early total care (tindakan dini), damage control dan
delayed total care (tindakan tertunda) pada trauma multiple. Johnson (1985),
melaporkan bahwa fiksasi interna pada major fracture dengan penundaan lebih dari 24
jam menyebabkan peningkatan 5 kali terjadinya komplikasi ARDS (Adult Respiratory
Response Syndrome). Pada isolated femoral fracture, terjadi 10% fat embolism
syndrome jika tindakan fiksasi dilakukan setelah 10 jam dan 0% jika dikerjakan
sebelum 10 jam (Pinney, 1998). Fakta ini disebabkan oleh terjadinya aktivasi innate
immunity (Heitbrink, 2006).
Namun, sampai saat ini perbedaan inflamasi lokal pada saat fiksasi interna dan
respons inflamasi sistemik akibat tindakan fiksasi interna dini dan tertunda pada
fraktur belum diketahui. Makrofag merupakan sel imun utama dijaringan dan pada
trauma hebat makrofag sering mengalami gangguan respons imun berupa gangguan
imunita seluler (Franke,2006).
Inflamasi
Pada tingkat sel, munculnya neutrophil dan terbentuknya nanah (pustule, lihat
gambar bawah) mengisyaratkan peralihan dari mediator pro- ke anti-inflamasi, dan
pembatasan atau pencegahan pengrekrutan neutrophil berikutnya dari pembulu darah
ke lokasi kejadian. Mediator anti-inflamasi, lipoxins, resolvins, dan protectins
memobilisasi sel macrophage (monocyte) yang dapat memakan sel neutrophil, serta
membersihkan Histologi leukosit (Tan, T J, 2008).
Leukosit adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih.
Didalam darah manusia, normal didapati jumlah leukosit rata-rata 5000-900 sel/mm3,
bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bilakurang dari 5000
disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai
granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair,
dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang bervariasi, Yang tidak
mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk
ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler : linfosit sel kecil, sitoplasma sedikit;
monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Granula. Leukosit
mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humora organisme terhadap zat-zat
asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan melalui proses diapedesis
lekosit dapat meninggalkan kapiler dengan menerobos antara sel-sel endotel dan
menembus kedalam jaringan penyambung Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada
orang dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang
hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal. Variasi
kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir, 4 tahun dan
pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. Bila memeriksa variasi
Fisiologi dan Patologi sel-sel darah tidak hanya persentase tetapi juga jumlah absolut
masing-masing jenis per unit volume darah harus diambil (Dr. Zukesti Effendi, 2007).
Natrium Diklofenak
Farmakologi dan farmakokinetika
KAFLAM adalah obat antiinflamasi nonsteroid yang mengandung garam
kalium dari diklofenak. Obat ini memiliki efek analgesic dan antiinflamasi.
Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat sintesis prostaglandin, mediator
yang berperan penting dalam proses terjadinya inflamasi, nyeri dan demam. Kalium
diklofenak akan diabsorbsi dengan cepat dan lengkap dan jumlah yang diabsorbsi
tidak berkurang jika diberikan bersama dengan makanan. Kadar puncak obat dicapai
dalam ½ -1 jam. Ikatan protein 99,7%, waktu paruh 1-2 jam. Pemberian dosis
berulang tiidak menyebabkan akumulasi . eliminasi terutama melalui urin
Natrium diklofenak dalam bentuk CR/lepas-lambat terkendali adalah salah
satu tekonologi yang dikembangkan untuk memperbaiki efikasi dan
toleransidiklofenak. Pengembangan formulasi yang canggih dengan teknologi tinggi
pada “drug delivery System” telah dilakukan oleh Klinge Pharma GmbH dan telah
dipasarkan di Indonesia dengan nama Deflamat CR oleh PT. Actavis Indonesia.
Deflamat CR (gabungan antara teknologi Enteric-Coated dengan Sustained-Release )
memiliki bentuk yang unik yaitu pelet CR dimana zak aktif terbagi dalam ratusan unit
sferis kecil ( pelet) yang akan menjamin penyebaran yang baik dari zat aktif diseluruh
saluran gastro-intestinal sehingga akan memperbaiki toleransi gastro-intestinal dari
obat AINS
Selain itu, dengan ukuran partikel yang kecil, pelet bisa melintasi pilorus
dengan cepat bersama kimus, dimana transportasi menuju doudenum tidak
bergantung pada pengosongan lambung, sehingga waktu transit obat rata-rata lebih
cepat dan dengan sistem pelepasannya yang terkendali, absorpsi yang cepat dan
kontinyu memberikan kontribusi utama untuk memperbaiki bioavilabilitas obat
AINS.
Beberapa studi klinis natrium diklofenak yang diberikan sebagai monoterapi atau
kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala osteoartritis (OA) maupun reumatoid
artritis (RA). Studi yang dilakukan di Jerman terhadap 230 pasien menunjukkan,
penggunaan diklofenak dalam sediaan gel untuk pasien osteoartritis pada lulut terbukti efektif dan
aman untuk meredakan gejala osteoartritis pada lutut. Studi ini dimuat dalam Journal of
Rheumatology
Indikasi
Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi-kondisi akut sebagai berikut:
- Nyeri inflamasi setelah trauma seperti terkilir.
- Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi gigi atau tulang.
Sebagai adjuvant pada nyeri inflamsi yang berat dari infeksi telinga, hidung, atau
tenggorokan misalnya tonsilofaringitis, otitis.
Sesuai dengan prinsip pengobatan umum, penyakitnya sendiri harus diobati dengan
terapi dasar. Demam sendiri bukan suatu indikasi.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap zat aktif dan tukak lambung. Juga dikontraindikasikan pada
pasien dengan riwayat tercetusnya serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut akibat
obat-obat anti nonsteroid lainnya
Peringatan dan perhatian
- Hati-hati penggunaan pada penderita dekomposisi jantung atau hipertensi,
karenadiklofenak dapat menyebabkan retensi cairan dan edema.
- Hati-hati penggunaan pada penderita gangguan fungsi ginjal, jantung, hati,
penderita usia lanjut dan penderita dengan luka atau perdarahan pada saluran
pencernaan.
- Hindarkan penggunaan pada penderita porfiria hati.
- Hati-hati penggunaan selama kehamilan karena diklofenak dapat menembus
plasenta.
- Diklofenak tidak dianjurkan untuk ibu menyusui
karena diklofenak diekskresikan melalui ASI.
- Pada anak-anak efektivitas dan keamanannya belum diketahui dengan pasti.
Efek samping
Saluran pencernaan :
- Kadang- kadang : nyeri epigastrum, gangguan saluran pencernaan seperti mual,
muntah, diare, kejang perut, dyspepsia, perut kembung, anoreksia.
- Jarang : perdarahan saluran pencernaan ( hematemesis, melena, tukak lambung
dengan atau tanpa perdarahan/ perforasi, diare berdarah )
- Sangat jarang : gangguan usus bawah seperti “nonspesifik haemorrhagic colitis”
dan eksaserbasi colitis ulseratif atau chron’s disease, stomatitis aphthosa,
glositis, lesi esophagus, konstipasi.
Saluran saraf pusat dan perifer :
- Kadang- kadang : sakit kepala, pusing, vertigo
- Jarang : perasaan ngantuk
- Sangat jarang : gangguan sensasi ternasuk parestesia, gangguan memori,
disorientasi, gangguan penhlihatan ( blurred vision, diplopia ), gangguan
pendengaran, tinnitus, insomnia, iritabilitas, kejang, depresi,
kecemasan,mimpi buruk, tremor, reaksi psikotik, gangguan perubahan rasa.
Kulit
- Kadang-kadang : ruam atau erupsi kulit
- Jarang : urtikaria
- Sangat jarang : erupsi bulosa , eksema, eritema multiforme, SSJ, lyell
syndrome ( epidermolisis toksik akut ), eritrodema ( dermatitis exfoliatif ),
rambut rontok, reaksi fotosensitivitas, purpura termasuk purpura alergik
Sistem urogenital, fungsi hati, darah, hipersensitivitas, susunan organ lainnya.
Interaksi obat
Apabila diberikan bersamaan dengan preparat yang mengandung lithium atau
digoxin, kadar obat-obat tersebut dalam plasma meningkat tetapi tidak dijumpai
adanya gejala kelebihan dosis.
Beberapa obat antiinflamasi nonsteroid dapat menghambat aktivitas dari diuretika.
Pengobatan bersamaan dengan diuretika golongan hemat kalium mungkin mungkin
disertai dengan kenaikan kadar kalium dalam serum.
Pemberian bersamaan dengan antiinflamasi nonsteroid sistemik dapat menambah
terjadinya efek samping. Meskipun pada uji klinik diklofenak tidak mempengaruhi
efek antikoagulan, sangat jarang dilaporkan adanya penambahan resiko perdarahan
dengan kombinasi diklofenak dan antikoagulan, oleh karena itu dianjrkan untuk
dilakukan pemantauan yang ketat terhadap pasien tersebut. Seperti dengan anti
inflamasi nonsteroid lainnya, diklofenak dalam dosis tinggi (200 mg ) dapat
menghambat agrregasi platelet untuk sementara.
Uji klinik memperlihatkan bahwa diklofenak dapat diberikan bersamaan dengan anti
diabetic oral tanpa mempengaruhi efek klinis dari masing-masing obat. Sangat jarang
dilaporkan efek hipoglikemik dan hiperglikemik dengan adanya diklofenak sehingga
diperlukan penyesuaian dosis obat-obat hipoglikemik. Perhatian harus diberikan bila
antiinflamasi nonsteroid diberikan kurang dari 24 jam sebelum atau setelah
pengobatan dengan methotrexate dalam darah dapat meningkat dan toksisitas dari
pbat ini bertambah.
Penambahan nefrotoksisitas cyclosporine munkin terjadi oleh karena efek obat-obat
antiinflamasi nonsteroid terhadap prostaglandin ginjal.
Dosis berlebih
Penanganan keracunan akut dengan antiinflamasi nonsteroid pada dasrnya dilakukan
dengan tindakan supportif dan simptomatik. Tidak ada gambaran klinis yang khas
dari dosis berlebih diklofenak. Tindakan pengobatan yang dilakukan dalam hal dosis
berlebih adalah sebagai erikut : absorbs harus dicegah segera setelah dosis berlebih
dengan pencucian lambungdan pengobatan dengan arang aktif. Pegobatan suportif
dan simptomatik harus diberikan untuk komplikasi seperti hipotensi, gagal ginjal,
kejang, iritasi saluran pencernaan dan depresi pernapasan. Tetapi spesifik seperti “
forced dieresis”, dialysis atau hemoperfusi mungkin tidak membantu menghilangkan
antirematik non steroid karena jumlah ikatan protein yang tinggi.
Dosis
Umumnya takaran permulaan untuk dewasa 100-150 mg sehari. Pada kasus-kasus
yang sedang , juga untuk anak-anak di atas usia 14 tahun 75-100 mg sehari pada
umumnya sudah mencukupi.
Dosis seharian harus diberikan dengan dosis terbagi 2-3 kali
Tablet harus diberikan dengan air, sebaiknya sebelum makan, tidak dianjurkan untuk
pemakaian anak-anak. (Neal M.J, 2006)
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Vt−Vo
% radang = x 100 %
V0
IV.1 Alat
- Kandang tikus
- Timbangan tikus
- Alat suntik
- Jarum oral
- Pletismometer
- Spidol
- Sarung tagan dan lap
IV.2 Bahan
- Suspensi karagenan 1 % dalam air suling ( dibuat 1 malam sebelum praktikum
dan disimpan pada suhu dingin)
- Larutan gom arab 3 % atau tragakan 3 %
- Alkohol 70 %
- Natrium diklofenak 0,9 mg/200 gram BB
- Bahan uji
IV.3 Hewan
- 3 ekor Tikus betina
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, kami mempelajari efek pemberian suatu bahan uji
dengan aktivitas antiinflamasi. Ekstrak uji yang digunakan adalah ekstrak daun sirsak
dengan berbagai variasi dosis, yaitu 2,25 mg/200g, 4,5 mg/200g dan 9 mg/200g.
Dengan pembanding Natrium Diklofenak 0,9 mg/200g. Zat penginduksi terjadinya
inflamasi sendiri menggunakan karagenan 1%. Pemberian obat dan zat uji dan obat
pembanding diberikan secara peroral dan karagenan diberikan di kaki kiri tikus secara
intraplanar.
Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi
yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan pembebasan mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan lain lain yang menimbiulkan reaksi
radang berupa: panas, nyeri dan bengkak dan gangguan fungsi.
Dosis 2 ekstrak uji, 4,5 mg/200g memiliki aktivitas antiinflamasi paling tinggi,
bahkan lebih tinggi dibandingkan obat pembanding yang digunakan. Hal tersebut
dapat terlihat dari grafik persen radang yang menunjukan persentasi radang yang
paling kecil. Sementara itu, dari grafik reduksi radang, dapat terlihat bahwa dosis 2 4,5
mg/200g memiliki reduksi radang paling tinggi.
BAB VII
KESIMPULAN
Astawa, P.; Bakta, M.; Budha, K. (2008). Makrofag Pengekspresi IL-1β serta
Respons Inflamasi Sistemik pada Fiksasi Interna Dini Fraktur Femur
Tertutup Lebih Rendah Dibandingkan dengan yang Tertunda.
Munaf ST; Syamsul. (1994). Catatan Kuliah Farmakologi Bagian II. Staf Pengajar
Laboratorium Farmakologi-FK UNSRI. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Hal 214.
Neal, M.J. (2006). Farmakologi Medis At Glance. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit PT
Erlangga. Hal 70-71.
Tjay, T.H. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi V. Cetakan II. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo Kelompok Gramedia. Hal 308.
Perhitungan
Dosis
Dosis 3 = 9 mg/200g BB \
Vt−Vo
% Radang = ×100 %
Vo
1. Kelompok Kontrol
T-15
0,019−0,021
% Radang = ×100 %=−9,52 %
0,021
T-30
0,023−0,021
% Radang = ×100 %=9,25 %
0,021
T-45
0,024−0,021
% Radang = ×100 %=38,095 %
0,021
T-60
0,026−0,021
% Radang = ×100 %=23,81 %
0,021
T-75
0,028−0,021
% Radang = ×100 %=33,33 %
0,021
T-90
0,022−0,021
% Radang = × 100 %=4,76 %
0,021
T-105
0,02−0,021
% Radang = × 100 %=−4,76 %
0,021
T-120
0,019−0,021
% Radang = ×100 %=−9,52 %
0,021
2. Kelompok Pembanding
T-15
0,024−0,01
% Radang = ×100 %=140 %
0,01
T-30
0,02−0,01
% Radang = × 100 %=100 %
0,01
T-45
0,018−0,01
% Radang = ×100 %=80 %
0,01
T-60
0,02−0,01
% Radang = × 100 %=100 %
0,01
T-75
0,02−0,01
% Radang = × 100 %=100 %
0,01
T-90
0,02−0,01
% Radang = × 100 %=100 %
0,01
T-105
0,019−0,01
% Radang = ×100 %=90 %
0,01
T-120
0,018−0,01
% Radang = ×100 %=80 %
0,01
3. Kelompok Dosis 2
T-15
0,02−0,017
% Radang = ×100 %=17,64 %
0,017
T-30
0,019−0,017
% Radang = ×100 %=11,76 %
0,017
T-45
0,018−0,017
% Radang = ×100 %=5,88 %
0,017
T-60
0,019−0,017
% Radang = ×100 %=11,76 %
0,017
T-90
0,021−0,017
% Radang = ×100 %=23,52 %
0,017
T-105
0,023−0,017
% Radang = ×100 %=35,29 %
0,017
T-120
0,018−0,017
% Radang = ×100 %=5,88 %
0,017
Pertanyaan
1. Jelaskan bagaimana proses terjadinya peradangan/inflamasi ?
Jawab :
Perubahan vaskular
Respon vaskular pada tempat terjadinya cedera merupakan suatu yang mendasar
untuk reaksi inflamasi akut. Perubahan ini meliputi perubahan aliran darah dan
permeabilitas pembuluh darah. Perubahan aliran darah karena terjadi dilatasi
arteri lokal sehingga terjadi pertambahan aliran darah (hypermia) yang disusul
dengan perlambatan aliran darah. Akibatnya bagian tersebut menjadi merah dan
panas. Sel darah putih akan berkumpul di sepanjang dinding pembuluh darah
dengan cara menempel. Dinding pembuluh menjadi longgar susunannya sehingga
memungkinkan sel darah putih keluar melalui dinding pembuluh. Sel darah putih
bertindak sebagai sistem pertahanan untuk menghadapi serangan benda-benda
asing.
2. Jelaskan mekanisme kerja obat antiinflamasi golongan steroid dan non steroid!
Jawab :
a. Obat antiinflamasi Nonsteroid
Salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen menghambat
aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin
dan prekursor tromboksan dari asam arakidonat.
4. Jelaskan ada metode lain untuk menguji efek antiinflamasi ? jelaskan dan berikan
contoh !
Jawab :
Etil fenil propionate sebagai penginduksi edem pada telinga tikus
Tikus jantan (100-150 gr) digunakan sebgai hewan coba. Edema telinga
dinduksi mengoleskan secara topical EEp dengan dosis 1mg/20 μl pertelinga
pada bagian permukaan dan dalam kedua telinga dengan mengunakan pipet
otomatis. Sampel uji juga dioleskan pada telinga denga volum yang sama
seperti EEP. Waktu sebelum, 30 menit, 1 jam dan 2 jam merupakan waktu
pengamatan setelah induksi. Ketebalan telinga diukur jangka sorong.
5. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ini ? jelaskan !
Jawab :
Pembacaan skala : Bila ada kekeliruan dalam pembacaan skala, dapat
mempengaruhi hasil (bahkan hasil bisa minus).
Ketepatan pada saat mencelupkan kaki tikus kedalam alat plestinometer :
Bila pencelupan kaki tidak sesuai dengan anjuran (tepat di batas tanda
pergelangan kaki tikus) maka akan mempengaruhi volume yang didapat.
Ketidaktepatan pemberian induksi (baik volume penginduksi ataupun
tempat induksi)
Ketidaktepatan waktu pengukuran volume per’15 menit.
KONTROL
Group Statistics
Std.
Mean Error
kelomp Std. Sig. (2- Differen Differenc
ok N Mean Deviation tailed) ce e
Group Statistics
Std.
Mean Error
kelompo Std. Sig. (2- Differen Differen
k N Mean Deviation tailed) ce ce
Group Statistics
Std.
Mean Error
kelompo Std. Sig. (2- Differen Differen
k N Mean Deviation tailed) ce ce
Group Statistics
Std.
Mean Error
Std. Sig. (2- Differen Differen
kelompok N Mean Deviation tailed) ce ce
PEMBANDING
Group Statistics
Std.
Mean Error
Mea Std. Sig. (2- Differen Differen
kelompok N n Deviation tailed) ce ce
Group Statistics
Std.
Mean Error
Mea Std. Sig. (2- Differen Differen
kelompok N n Deviation tailed) ce ce
Group Statistics
Std.
Mean Error
Mea Std. Sig. (2- Differen Differen
kelompok N n Deviation tailed) ce ce
80
75
70
65
60
55
50
45
kontrol
40 dosis 1
dosis 2
35
dosis 3
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
SIRSAK
TAKSONOMI SIRSAK (Annona muricata L)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Magnoliopsida
Subklas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
PROFIL TANAMAN
Pohon 3 – 8 m, bercabang dekat tanah, ranting silindris, daun memanjang, ujung dan
pangkal meruncing, tepi trnsparan, sempit, permukaan atas hijau tua mengkilat,
permukaan bawah hijau muda agak kusam, tulang daun berbulu. Bunga hijau di
bagian luar dan kuning muda di bagian dalam. Bentuk buah tidak beraturantetapi
umumnya jorong (bulat panjang) yang mengecil pada ujungnya, hijau tua, kulit buah
tampak berduri pendek, lunak dan membengkok, daging buah lunak warna putih atau
putih krem, berserat, berair, manis asam, biji banyak, pipih cokelat kehitaman,
permukaan halus mengilat,. Biji. 0 – 1000 m dpl