Anda di halaman 1dari 11

Tes Pretasi Belajar

 Pengujian prestasi memiliki peranan penting dalam semua jenis program instruksional.
Hal ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk menilai prestasi siswa di
dalam kelas dan merupakan langkah yang sangat diperlukan untuk individu ataupun program
instruksional itu sendiri (Grpundlund. 1982).
Tes prestasi belajar merupakan alat pengukuran hasil belajar siswa. Seperti yang kita
ketahui, proses pembelajaran adalah kegiatan yang berkesinambungan, yang dilakukan secara
sisstematis dan berlangsung dalam tingkatan waktu dan kemampuan yang berbeda. Oleh
karena itu, maka pada setiap tingkatan kita harus mengetahui taraf kemampuan siswa. Untuk
hal itu, maka tes prestasi belajar merupakan cara efektif untuk mengetahuinya.
Tes prestasi belajar dapat digunakan dalam menguji, mengevaluasi, dan membimbing
siswa dalam pembelajaran. Selain itu, dengan tes prestasi belajar guru dapat mengevaluasi
program pembelajaran yang sudah disusun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai
acuan untuk proses pembelajaran selanjutnya. Jadi, tes dapat berguna untuk mendeskripsikan
kemampuan belajar siswa, mengetahui tingkat keberhasilan dari pembelajaran, menentukan
tindak lanjut hasil penilaian, dan memberikan pertanggungjawaban.
Prosedur yang digunakan dalam penyusunan tes adalah sistematis. Prosedur yang
sistematis itu sendiri bermakna ada aturan-aturan tertentu yang harus dipenuhi dalam
penyusuan tes mencakup pengertia obyaktif, standar, dan syarat-syarat kualitas lainnya.
Isi tes merupakan sampel dari hal yang hendak diukur. Hal ini bermakna, tidak semua
yang ingin diukur dapat tercakup dalam tes. Karenanya kelayakan sebuah tes ditentukan oleh
sejauhmana butir-butir soal yang terdapat dalam tersebut mewakili kawasan (domain) yang
hendak diukur. Butir-butir yang terdapat dalam tes bermaksud menunjukkan apa yang
diketahui peserta tes. Jawaban peserta tes merupakan sumber utama untuk menemukan apa
yang sebenarnya diinginkan tes. Sebagai salah satu alat ukur dalam bidang pendidikan, tes
merupakan alat untuk menafsir tingkat kemampuan seseorang secara tidak langsung melalaui
respon yang diberikan atas soal-soal yang terdapat dalam tes. Hasil tes kemudian biasa
digunakan untuk memantau perkembangan mutu pendidikan.
Dalam rangka untuk mewujuakan potensi penuh dari tes prestasi sebagai alat bantu
pembelajaran, diperlukan untuk  membuat tes yang terintegrasi dalam proses pembelajaran.
Tes harus dipertimbangkan selama perencanaan untuk pembelajaran, dan harus memainkan
peraan penting dalam berbagai tahap pembelajaran.
2.2     Jenis Tes Prestasi  Selama Proses Pembelajaran
Dalam rangka untuk mewujudkan potensi penuh dari tes prestasi sebagai alat bantu
pembelajaran, maka sangat perlu memberikan tes selama proses pembelajaran. Pemberian tes
harus dipertimbangkan selama perencanaan kegiatan pembelajaran, dan harus memainkan
peran penting dalam berbagai tahap pembelajaran. Dari awal sampai akhir pembelajaran guru
banyak mengambil keputusan. Melalui tes guru dapat meningkatkan efektivitas dari
keputusan yang diambil dengan memberikan beberapa informasi obyektif yang akan menjadi
dasar dari penilaian.
Berikut akan diuraikan berbagai jenis tes yang dapat diberikan selama proses
pembelajaran:
a)      Awal Pembelajaran (Tes Penempatan)
1.      Sejauh mana siswa memiliki keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk memulai
pembelajaran?
2.      Sejauh mana siswa telah mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan dari kegiatan
pembelajaran yang direncanakan?
Informasi mengenai pertanyaan pertama dapat diperoleh dari readiness pre-test. Ini
adalah tes yang diberikan pada awal pembelajaran, atau jika memulai unit pembellajaran
baru, yang mencakup keterampilan prasyarat yang dianggap perlu dalam pembelajaran yang
telah direncanakan. Sebagai contoh, sebuah tes keterampilan tentang penjumlahan bilangan
mungkin perlu diberikan awal pembelajaran materi perkalian bilangan. Siswa yang kurang
dalam keterampilan prasyarat dapat diberikan pekerjaan perbaikan (remedial), atau mereka
bisa ditempatkan di bagian khusus yang memiliki prasyarat yang lebih rendah.
Pertanyaan kedua dapat dijawab oleh placement pre-test ang meliputi hasil belajar yang
diharapakan dari kegiatan pembelajaran yang telah diremcanakan. Tes ini sama baiknya
dengan tes akhir pembelajaran sebelumnya, tetapi sebaiknya bentuknya harus berbeda. Di
sini kita dapat melihat apakah siswa telah memahami materi yang telah direncanakan dalam
pembelajaran atau belum.
Tes penempatan tentu saja tidak selalu diperlukan. Guru yang telah bertatap muka dengan
siswa untuk beberapa waktu mungkin telah mengetahui prestasi siswanya sebelumnya cukup
baik sehingga pretest pada awal unit pembelajaran tidak diperlukan lagi.
Dalam kasus lain program studi atau unit pembelajaran mungkintidak memiliki materi
prasyarat. Beberapa materi pelajaran yang baru dipelajari oleh siswa dapat diasumsika bahwa
tidak ada siswa yang mancapai hasil yang diharapkan dari rencana pembelajaran.
b)      Selama Pembelajaran (Tes Formatif dan Diagnostik)
Selama pembelajaran perhatian utama kita adalah dengan kemajuan belajar yang dibuat
oleh siswa. Pertanyaan seperti berikut harus dijawab :
1.      Pada saat bagaimana kegiatan belajar siswa berjalan memuaskan? Pada saat bagaimana saja
siswa membutuhkan bantuan?
2.      Siapa saja siswa yang mengalami masalah kesulitan belajar sehingga mereka memerukan
program remedial?

Tes yang digunakan untuk memonitor kemajuan siswa selama pemebelajaran disebut tes
formatif. Tes formatif dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai
pemebalajran yang telah berlangsung yang sifatnya lebih terbatas seperti unit atau bab
pelajaran, untuk memberikan balikan (feed back) bagi penyempurnaan program belajar-
mengajar, serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan,
sehingga hasil belajar-mengajar lebih baik. Tes ini serupa dengan kuis atau ulangan harian
yang biasa dialalkukan oleh pendidik, tetapi tes ini menekanakan  1) mengukur semua hasil
yang diharapkan dalam unit atau bab dalam pemeblajaran, dan 2) mennggunakan hasilnya
untuk meningkatkan pemeblajaran (bukan untuk menetapkan nilai). Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi keberhasilan atau kegagalan pembelajaran siswa sehingga dapat mengatur
pembelajaran selanjutnya. Apabila sebagaian besar siswa gagal dalam tes maka materi yang
sama akan diberikan secara berkelompok. Jika sebagia kecil siswa yang gagal, metode
alternatif yang diberikan adalah secara individual (sebagai contoh membaca referensi yang
sejenis dengan materi sebelumnya atau mebuat alat peraga)
Ketika sisswa memiliki maslah dalam belajar yang tidak dapat diselesaikan meskipun
dengan metode yang telah diberikan pada tes formatif, pembelajaran yang lebih intensif
untuk menatasi kesulitan belajar siswa diperlukan. Dalam hal inni tes diagnostif sangat
berguna. Tipe tes ini biasanya meliputi jumlah soal yang relatif besar dalam unit yang
spesifik, dengan variasi soal yang banyak sehingga dapat menegtahui secara spesifik dimana
kelemahan yang dialami siswa,. Tes diagnostik diadakan untk menjajaki penegtahuan dan
keterampilan peserta didik yang telah dikuasi mereka, apakah peserta didik sudah mempunyai
pengetahuan dan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk mengikuti suatu bahan
pelajaran lain. Berikut bagan yang menggambarkan tentang tes formatif dan tes diagnostik.
Tes Sumatif
Pada bagian akhir pembelajaran kita focus terutama mengukur sejauh mana siswa telah
menginginkan hasil yang diinginkan dalam pembelajaran. Pertanyaan berikut haruslah
terjawab :
1.      Siswa yang mana telah tuntas dalam pembelajaran sehingga mereka dapat melanjutkan ke
unit atau bab dalam pembelajaran berikut?
2.      Peringkat berapa yang diperoleh siswa?
Tes prestasi belajar yang diberikan di akhir pembelajaran dengan tujuan memberikan predikat
penguasaan atau peringkat disebut tes sumatif. Tes ini memiliki cakupan yang luas dan
berusaha mengukur sampel yang representantif dari semua tugas yang termasuk dalam
pembelajaran. Meskipun hasilnya digunakan untuk menentukan pringkat, tetapi hasilnya
dapat berkontribusi untuk pembelajaran ke depannya yang lebih baik melalui penyediaan
informasi untuk mengevaluasi efektivitas dari pembelajaran.
Peranaan Tes Prestasi Belajar dalam Proses Pembelajaran
a.   Tes Menigkatkan Motivasi Siswa
Tes yang dilaksanakan secara periodic dapat memotivasi siswa dengan menyediakan bentuk
tujuan jangka pendek dalam belajar dan menyediakan umoan balik berdasarkan kefektifan
mereka dalam belajar. Tes yang dilaksanakan dapat memunculkan aktivitas belajar yang lebih
besar dalam diri siswa. Tes yang disusun dengan baik, dapat memotivasi siswa untuk bekerja
sesuai dengan tujuan pemebalajaran dengan menumbuhkan aktivitas belajar yang lebih tinggi
dengan mengarahkan tes secara langsung menuju tujuan pembelajaran maupum dengan
menyediakan pengetahuan yang diharapkan.

b.   Tes Meningkatkan Ingatan akan Pembelajaran


Karena tes cenderung mengarahkan siswa kepada tujuan pembelajaran yang ingin diukur,
maka tes dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan ingatan akan pembelajaran.
Secara umum, tujuan pembelajaran pada level pemahaman, aplikasi, dan interpretasi
memberikan nilai transfer yang lebih daripada level penegatahuan. Dengan mengikutsertakan
pengukuran terhadap tujuan pembelajaran yang lebih kompleks dalam tes, kita dapat
memperkuat skill siswa lebih komprehensif dalam aplikasi, maupun interpretasi.

c.    Tes Membantu Siswa untuk Memahami Dirinya


Tujuan utama dari pembelajaran adalah untuk membantu individu memahami diri mereka
secara lebih baik, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih cerdas dan mengevaluasi
kinerja lebih efektif. Pengujian berkala dan umpan balik hasil dapat membantus siswa
memperoleh wawasan tentang hal yang dapat mereka lakukan dengan baik, kesalahpahaman
yang perlu dikoreksi, tingkat keterampilan yang mereka miliki dalam berbagai bidang, dan
sejenisnya. Informasi tersebut dapat digunakan untuk mernecanakan program studi, untuk
memilih penagalaman pendidikan masa depan dan utuk mengembangkan keterampilan
evaluasi diri. Tes yang benar dibangun cenderung untuk memberikan bukti kemajuan belajar
secara obyektif dan tidak memihak, yang hasilnya dapat diterima dengan hanya sedikit eror
atau ppenyimpangan. Ini mengasumsikan bahwa tes digunakan untuk meningkatkan
kemampuan belajar dan bukan untuk mengancam siswa.

d.   Tes Memberikan Umpan Balik mengenai Efektifitas Pembelajaran


Hasil tes prestasi dapat digunakan untuk mengevaluasi berbagai aspek dari proses
pembelajaran. Seperti halnya dalam menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.
Hasil tes tidak hanya mengungkapkan kelemahan belajar siswa, tetapi juga mengungkapkan
kelemahan dalam pembelajaran. Ketika sebagian besar siswa menjawab salah item tes yang
sama, hal ini mungkin kesalahan dari siswa tapi juga mungkin kesalahan pada pembelajaran.
Guru yang mengalami kasus ini harus mempelajari kenapa hal ini bisa terjadi, misalnya
dengan melakukan diskusi dengan siswa pasca tes. Tanggapan dari siswa selama diskusi
diharapkan member kesulitan selama pembelajaran, sehingga guru dapat mengambil tindakan
korektif guna membawa ke perubahan yang diinginkan.
2.4  Prnsip Dasar Tes Belajar
Kontribusi tes prestasi belajar bagi pembelajaran ditentukan oleh prinsip-prinsip yang
mendasari penyusunana tes. Tes dapat mengarahkan perhatian siswa pada tujuan
pembelajaran. Tes dapat mendorong siswa untuk fokus pada hal-hal yang terbatas ataupun
hal-hal yang cakupannya luas. Tes bisa saja memerlukan pemahaman yang mendalam, tapi
bisa pula pemahaman yang dangkal. Tes dapat memberikan informasi andal bagi evaluasi
pembelajaran, tapi kadang malah memberikan informasi yang bias dan menyimpang dari
pembelajaran. Prinsip-prinsip berikut akan memberikan dasar yang kuat dalam tes prestasi
belajar sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu pembelajaran.
a.      Tes Prestasi Harus Mengukur Hasil Belajar yang Didefinisikan Secara Jelas Sesuai
dengan Tujuan Pembelajaran.
Tes prestasi dirancang untuk mengukur berbagai hasil belajar, seperti halnya pengetahuan
mengenai fakta-fakta, istilah pengetahuan, pemahaman konsep, prinsip-prinsip, kemampuan
menerapkan fakta  dan prinsip. Menyusun sebuah tes prestasi bukan sekedar menyusun item
tes, tapi lebih kepada mengidentifikasi dan menentukan hasil belajar yang ingin diukur.
Urutan langkah-langkah untuk menentukan hasil belajar, yaitu:
1)      Identifikasi tujuan pembelajaran
2)      Tentukan tujuan pembelajaran secara umum (misalnya, siswa memahami pengertian dari
istilah umum)
3)      Tentukan tujuan pembelajaran secara khusus, nyatakan dalam bentuk yang dapat diukur dan
diamati (misalnya siswa mengidentifikasi istilah dalam kata-kata sendiri, siswa mebedakan
anatar istilah berdasarkan makna, dan siswa menggunakan istilah efektif dalam kalimat asli)
Jika urutan langkah-langkah ini dilakukan dengan benar, secara spesifik hasil belajar yang
diukur akan mencerminkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

b.      Tes Prestasi Belajar Harus Mengukur Suatu Sample yang Representative dari Hasil
Belajar dan dari Materi yang Dicakup oleh Tujuan Pembelajaran
Tes selalu berhubungan dengan sampel. Kita tidak dapat menanyakan semua hal yang
mencakup materi dalam tes. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran ada banyak fakta
atau istilah yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Akan tetapi karena keterbatasan waktu dan
berbagai pertimbangan lainnya, maka hanya sebagian kecil item yang dapat dimasukkan
dalam tes, yang mana nanti item ini diharapkan mampu mewakili keseluruhan fakta yang ada
di dalam pembelajaran.
Memilih sampel yang representatif untuk tes prestasi sangat ditekankan karena tes
prestasi umumnya dirancang untuk mengukur berbagai tugas belajar, meskipun tes yang lebih
spesifik diperlukan.

c.       Tes Prestasi Harus Mencangkup Tipe Soal Tes yang Paling Sesuai Untuk Mengukur
Hasil Belajar yang Diinginkan.
Kunci dari pelaksanaan tes prestasi yang efektif adalah memilih tipe soal yang paling
sesuai dan menyusun tes tersebut dengan hati-hati sehingga dapat memberikan jawaban yang
diinginkan  tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak relevan. Klasifikasi umum
dari soal tes prestasi adalah sebagai berikut.
1)      Tipe Soal Menjawab (Siswa memberikn jawaban)
   Uraian, jawaban tidak dibatasi (pertanyaan dalam tipe soal ini sangatlah umum dan
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih informasi faktual yang akan digunakan
dalam jawaban, mengorganisasikan jawabnnya dan menghubungkannya, serta mengevaluasi
ide-ide yang disertakan ke dalam jawaban).
   Uraian, jawaban dibatasi (bermanfaat untuk mengukur kemampuan siswa yang berkaitan
dengan fakta-fakta tertentu, tetapi tidak cocok untuk mengukur “kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan ide-ide”).
   Jawaban singkat (kata atau frase, hanya untuk mengukur hasil pembelajaran terntentu,
misalnya mengingat kembali fakta-fakta tertentu).
   Melengkapi, (mengisi titik-titik, hanya untuk mengukur hasil pembelajaran tertentu,
misalnya mengingat kembali fakta-fakta tertentu).

2)      Tipe Soal Memilih (siswa memilih jawaban)


   Soal benar-salah, terdiri dari pernyataan berdasarkan fakta, prinsip, aturan, aplikasi dan
interpretasi serta siswa diharuskan untuk menyelidiki apakah pernyataan tersebut benar atau
salah.
   Memasang, menyajikan kumpulan pernyataan dan kumpulan jawaban yang akan
dipasangkan.
   Pilihan ganda, siswa diharuskan memilih salah satu jawaban yang paling tepat dan alternatif
yang diberikan).
Tipe soal menjawab meberika tugas yang kurang terstruktur dari pada tipe soal memilih
dan akibatnya lebih sulit untuk mengkontrol keaslian jawaban siswa. Soal tipe memilih
membentuk struktur yang lebih luas dan bisa dipergunakan untuk mengukur berbagai jenis
hasil pembelajaran mulai dari yang sederhana sampai pada yang kompleks. Ini
mengilustrasikan betapa pentingnya memilih tipe soal yang paling tepat untuk mengukur
hasil pembelajaran.

d.      Tes Prestasi Belajar Harus Dirancang Sedemikian Rupa Agar Sesuai dengan Tujuan
Penggunaan Hasilnya.
Seperti yang diuraikan sebelumnya, tes prestasi mungkin digunakan untuk berbagai
tujuan. Tes prestasi bisa digunakan untuk mengukur:
1)      Kemampuan awal siswa pada awal instruksi (Tes Penempatan)
Tes penempatan dirancang untuk mengukur keterampilan persyaratan yang memiliki level
agak rendah dan dalam lingkup agak sempit. Hasil prestasi tersebut akan menggambarkan
prasyarat minimum dalam suatu instruksional dalam pembelajaran. Intinya perencanaan
instruksional dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan tes penempatan.
2)      Kemampuan belajar siswa selama instruksi (Tes Formatif)
Tes formatif digunakan untuk memonitor progres atau perkembangan proses pembelajaran,
dirancang untuk melengkapi unit atau bagian pokok dalam suatu segmen. Penekanan tes
formatif ini adalah pada penguasaan materi pembelajaran dan penyediaan umpan balik bagi
siswa untuk mengetahui bagian dimana siswa mengalami kekeliruan dalam suatu materi.
3)      Kesulitan belajar dan sumbernya selama instruksi (Tes Diagnostic)
Tes diagnostik berisikan konten yang relative lebih luas dalam mengukur suatu materi.
Perhatian yang lebih besar difokuskan pada respon siswa terhadap suatu materi yang 
diteskan. Total skor pada tes ini kurang begitu dipentingkan, karena tes ini dilakukan untuk
mengetahui kesalahan umum yang dibuat siswa. Tes ini memiliki tingkat kesulitan yang
cukup rendah karena dirancang untuk mengetahui permasalahan dalam pembelajaran.

4)      Kemampuan umum siswa pada akhir pembelajaran (Tes Sumatif)


Tes sumatif dirancang untuk mengukur berbagai hasil belajar yang diharapkan. Sampel yang
konperhensif dan representatif sangat ditekankan pada tes ini, karena hasil dari tes ini
digunakan untuk menentukan kelas atau sertifikasi penguasaan tujuan instruksional.
Prinsip dan prosedur dari penyusunan tes adalah sama pada berbagai tipe tes, tetapi
sampel dari materi yang dimuat dalam tes dan tingkat kesulitan dari soal harus dimodifikasi
agar sesuai dengan kegunaan dari hasilnya.

e.       Tes Prestasi Sebaiknya Reliabel dan Harus Bisa Diinterpretasikan


Jika skor yang diperoleh siswa dari tes pretasi tidak jauh berbeda dengan skor yang
diperoleh siswa pada tes kedua dengan tes yang sama atau ekuivalen, maka skor tersebut
tergolong memiliki reliabilitas yang tinggi. Skor tes keseluruhan mengandung beberapa
kesalahan (karena berbagai factor seperti kondisi saat tes atau jawaban siswa)tetapi
banyaknya proporsi kesalahan bisa diminimalisir saat penyusunan tes. Secara umum,
reliabilitas tes bisa ditingkatkan dengan memperluas ruang lingkup tes dan meningkatkan
kualitas soal tes. Tes yang lebih luas membentuk sampel yang sesuai dengan tingkah laku
saat diukur dan menyusun soal tes dengan baik memberikan deskripsi yang sesuai dengan
individu.

f.       Tes Prestasi Harus Dapat Digunakan Untuk Meningkatkan Belajar Para Anak Didik
Sebelumnya telah ditunjukkan bahwa tes prestasi dapat membantu dalam pengambilan
keputusan dalam pembelajaran, yang secara langsung dapat mempengaruhi belajar siswa, dan
dapat memberikan informasi tentang efektivitas pembelajaran. Tes prestasi akan memiliki
pengaruh positif pada belajar siswa, dimana ketika tes mampu mencerminkan tujuan
instruksional dari pembelajaran.
Menjadi penting untuk berkomunikasi dengan para siswa, baik dengan kata dan perbuatan,
bahwa tujuan utama dari tes adalah untuk meningkatkan pembelajaran mereka. Misalnya
dengan menunjukkan hubungan antara tujuan pembelajaran dan jenis tes yang digunakan,
menjelaskan sifat dan ruang lingkup semua tes sebelum mereka diberikan tes, memberikan
umpan balik pada kinerja siswa sesegera mungkin setelah dilakukan tes, dan membuat saran-
sarana khusus mengenai perbaikan yang diperlukan. Dengan demikian, diharapkan siswa
dapat melihat tes sebagai alat bantu untuk memperkuat pengalaman lain dalam proses belajar-
mengajar.

2.5 Tes Prestasi Belajar Berdasarkan Penilain Acuan Normatif dan Penilaian Acuan
Patokan
Tes prestasi dapat digunakan untuk memberikan (1) peringkat relaif dari siswa, atau (2)
deskripsi dari tugas-tugas belajar siswa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Hasil tes tipe
pertama secara relative menunjukkan kedudukan siswa diantara siswa lainnya (misalnya,
nilai A ketiga tertingi di kelas yang terdiri dari tiga puluh lima siswa). Metode menafsirkan
hasil tes disebut Penilaian Acuan Normatif (PAN). Hasil tes tipe kedua dinyatakan dengan
jenis-jenis pengetahuan dan keterampilan yang dapat ditunjukkan oleh siswa, (misalnya, B
dapat mengidentifkasi semua bagian mikroskop dan mendemonstrasikan penggunaan yang
tepat). Metode menafsirkan hasil tes tersebut disebut Penilai acuan Patokan (PAP). Berikut
adalah tabel perbedaan anatar PAN dan PAP.

Tabel 2.1. Perbedaan PAN dan PAP dalam Tes Prestasi


Pembeda PAN PA
Pokok-pokok yang digunakan Tes survei Tes kinerja
Penekanan Utama Mengukur perbedaan individu dibanding Mengukur sejauh man
individu lain dalam pencapaian. melakukan tugas.
Interpretasi Hasil Membandingkan kinerja anatar individu satu Membandingkan kiner
dengan yang lainnya. jelas dan sudah ditentuk
Ruang Lingkup Biasanya mecakup area yang luas. Biasanya berfokus pad
tugas-tugas belajar.
Sifat Rencana Uji Spesifikasi yang digunakan secara umum. Spesifikasi detil domain
Item Pilihan Prosedur Item yang dipilih dapat memberikan Semua item diperluk
diskriminasi maksimum antar individu-
individu (untuk mendapatkan variabilitas menggambarkan kinerj
skor tinggi). Item yang mudah dihilangkan
untuk mengubah atau
dari tes
yang sulit atau y
meningkatkan variabilit
Standar Kinerja Tingkat kinerja ditentukan oleh posisi Tingkat kinerja secara u
relative dalam beberapa kelompok yang standar mutlak (men
dikenal (petingkat kelima dari 20 dengan mendefinisikan
kelompok). pembelajaran).

Dalam penyususnan tes berdasarkan PAN dan PAP, kita harus memperhatikan persamaa
dan perbedaan tes yang dibuat.
1.      Keduanya memerlukan adanya tujuan evaluasi spesifik sebagai penentuan fokus item yang
diperlukan sebagai dasar untuk konstruksi tes. Tujuan tersebut termasuk tujuan instruksional
umum dan tujuan instruksional khusus.
a.       Tes berdasarkan PAN, hasil pembelajaran yang diharapkan dapat digambarkan dalam istilah
umum atau khusus.
b.      Tes berdasarkan PAP, hasil pembelajaran yang diharapkan dapat digambarkan dalam istilah
tertentu.
2.      Keduanya biasanya dirancang untuk mengukur hasil pembelajarn yang ditentukan dengan
sampel yang representative.
a.       Tes berdasarkan PAN, biasanya mencangkup hasil yang luas hanya dengan sedikit item.
b.      Tes berdasrkan PAP, biasanya mencangkup hasil yang sedikit, walaupun dengan banyak
item.
3.      Keduanya menggunakan bebagai jenis item tes.
a.       Tes berdarkan PAN, tipe seleksi yang sering digunakan
b.      Tes berdasarkan PAP, jarang menggunakan tipe seleksi.
4.      Keduanya membutuhkan penerapan seperangkat aturan untuk menulis item yang efektif.
a.       Tes berdasarkan PAN, Kemampuan item untuk mebedakan antara siswa ditekankan.
b.      Tes berdasarkan PAP, Kemampuan item untuk menggambarkan kinerja siswa ditekankan.

5.      Keduanya memerlukan perhatian pada reliabilitas hasil.


a.       Tes bedasarkan PAN, Prosedur statistik tradisional untuk memperkirakan kehandalan adalah
tepat (karena variabilitas skor tinggi).
b.      Tes berdasarkan PAP, Prosedur statistik tradisional untuk memperkirakan kehandalan adalah
tidak tepat (karena variabilitas skor terbatas).
6.   Keduanya dibangun utnuk memenuhi penggunaan tertentu.
a.       Tes berdasarkan PAN, Digunakan terutama dalam penempatan maju dan pengujian sumatif.
b.      Tes berdasarkan PAP, Digunakan terutama dalam kesiapan, formatif, dan tes diagnostik.

Anda mungkin juga menyukai