Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN


POSTPARTUM DI RSUD Dr.SOEROTO NGAWI JAWA TIMUR TAHUN 2013
Okta Zenita Siti Fatimah1
1
Program Studi DIII Kebidanan Universitas M.H. Thamrin
Alamat Korespondensi :
Prodi DIII Kebidanan Universitas M.H. Thamrin Jl. Raya Pondok Gede NO. 23 -25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550
Tlp : 021 80855119 ext 1501

ABSTRAK

Perdarahan merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak kedua setelah preeklamsi dan eklamsi. Meskipun
angka mortalitas maternal telah mengalami penurunan dengan adanya perawatan rumah sakit untuk ibu dan
tersedianya darah bagi keperluan transfusi, kematian akibat perdarahan masih merupakan peristiwa yang menonjol
diantara mayoritas laporan tentang mortalitas maternal.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
apa sajakah yang berhubungan dengan perdarahan postpartum di RSUD Dr.Soeroto Ngawi.
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum di RSUD Dr.Soeroto
sebanyak 69 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin dengan perdarahan postpartum di RSUD
Dr.Soeroto pada Januari sampai dengan Desember 2013, yaitu sebanyak 69 ibu bersalin (total populasi). Analisis data
menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Perdarahan Postpartum di
RSUD dr. Soetomo tahun 2013, antara lain usia ibu, paritas, riwayat obstetri, anemia, robekan jalan lahir serta retensio
plasenta. Jumlah angka kejadian ibu bersalin yang mengalami perdarahanpostpartum di RSUD Dr.Soeroto tahun 2013
adalah sebanyak 69 kasus yang terbagi atas perdarahanpostpartum primer sebanyak 39 (56,5%) dan
perdarahanpostpartum sekunder sebanyak 30 (43,5%).Terdapat hubungan antara usia ibu, paritas, riwayat obstetri,
anemia, laserasi jalan lahir, retensio plasenta dengan perdarahan postpartum primer.

Kata kunci : Perdarahan postpartum

PENDAHULUAN bagi ibu, yaitu suatu keadaan kekurangan volume darah


Perdarahan postpartum paling sering diartikan yang beredar akibat perdarahan atau dehidrasi.
sebagai keadaan kehilangan darah lebih dari 500 ml Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi.
selama 24 jam pertama sesudah kelahiran bayi. Sebenarnya kematian tersebut masih dapat dihindari
Perdarahan postpartum adalah merupakan penyebab karena sebagian besar terjadi pada saat pertolongan
penting kehilangan arah serius yang paling sering pertama sangat diperlukan, tetapi penyelenggara
dijumpai dibagian ostetrik. Sebagai penyebab langsung kesehatan tidak sanggup untuk memberikan pelayanan.
kematian ibu, perdarahan postpartum merupakan Penyebab kematian ibu masih tetap merupakan “trias
penyebab sekitar ¼ dari keseluruhan kematian akibat klasik” yang terdiri dari perdarahan, sepsis dan eklamsia
perdarahan obtetrik yang diakibatkan oleh perdarahan (Prawirohardjo, 2012).
postpartum perdarahan pervaginam yang melebihi 500 Pendarahan postpartum merupakan penyebab
ml setelah bersalin didefinisikan sebagai pendarahan penting kematian maternal khususnya dinegara
pasca persalinan. (Marmi,S.ST. 2012). berkembang. Faktor – faktor yang menyebabkan
Perdarahan postpartum adalah hilangnya darah perdarahan postpartum adalah grande multipara, jarak
lebih dari 500 ml selama 24 jam peretama merupakan persalinan pendek kurang dari 2 tahun, persalinan yang
perdarahan postpartum. Setelah 24 jam, keadaan ini dilakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri
dinamakan perdarahan postpartum lanjut atau late sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,
postpartum hemorrhage. (Forte, 2010) persalinan dengan tindakan paksa, dan persalinan dengan
Perdarahan merupakan salah satu penyebab narkosa.
kematian terbanyak kedua setelah preeklamsi dan Akibat dari perdarahan postpartum atau late
eklamsi. Meskipun angka mortalitas maternal telah postpartum hemorrhagea dalah dapat menyebabkan
mengalami penurunan dengan adanya perawatan rumah kematian ibu 45 % terjadi pada 24 jam pertama setelah
sakit untuk ibu dan tersedianya darah bagi keperluan bayi lahir, 68 – 73 % dalam satu miunggu setelah bayi
transfusi, kematian akibat perdarahan masih merupakan lahir, dan 82 – 88 % dalam dua minggu setelah bayi lahir.
peristiwa yang menonjol diantara mayoritas laporan (Prawirohardjo, 2012)
tentang mortalitas maternal. Perdarahan obstetrik sangat Setiap tahunnya komplikasi persalinan
cenderung untuk menjadi peristiwa yang fatal bagi ibu menyebabkan 585.000 orang ibu di dunia meninggal
bila tidak tersedia darah lengkap atau komponen darah dunia, 1,5 juta kematian bayi berusia 1 minggu dan 1,4
untuk transfusi dengan segera. Perdarahan yang terjadi juta bayi lahir mati, (Tinker, 1997), dan 99% dari negara
selama masa kehamilan sampai berakhirnya proses berkembang. Resiko kematian maternal mencapai 1 per
persalinan seringkali menyebabkan syok hipovolemik 16 ibu di Afrika, 1 per 65 di Asia, 1 per 130 di Amerika
64
Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015
Latin 1 per 1.800 di Negara maju. Penyebab tingginya Berdasarkan data rekam medik RSUD Dr. Soeroto
Angka Kematian Ibu di Indonnesia disebabkan oleh trias tahun 2013, jumlah persalinan terdapat 3063 persalinan,
klasik yaitu perdarahan (30,5 %), infeksi (22,5 %), dan 1505 persalinan dengan sepontan, 1498 dengan Secio
eklamsia (17,5 %). Perdarahan merupakan salah satu Cesar. 52 dengan cara Vakum. Sedangkan yang disertai
penyebab meningkatnya Angka Kematian Ibu khususnya perdarahan berdasarkan keseluruhan terdapat 69 orang
perdarahan postpartum. (Syafrudin, 2011). (2,25%). Angka kematian ibu yang terjadi sepanjang
Menurut data WHO, di berbagai negara paling tahun 2011 di RSUD Dr.soeroto ada 8 orang. Jumlah
sedikit seperempat dari seluruh kematian ibu disebabkan persalinan di Rumah Sakit dr.Soeroto Kabupaten Ngawi
oleh perdarahan, proporsinya berkisar antara kurang dari tercatat ada 3063 persalinan. Yang disertai pendarahan
10 persen sampai hampir 60 persen (PP dan KPA, 2010). mencapai angka 69 (2,25%) persalinan.
Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan Berdasarkan data – data diatas maka penulis
dalam kehamilan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana
perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal. perdarahan postpartum yang dapat mengakibatkan
Perdarahan pasca persalinan terutama perdarahan kematian ibu, sehingga dengan demikian penulis
postpartum primermerupakan perdarahan yang paling mengangkat judul’’Faktor–Faktor yang berhubungan
banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan dengan perdarahan postpartum Primer di RSUD Dr.
postpartum primer yaitu perdarahan pasca persalinan Soeroto tahun 2013’’.
yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. (Faisal,
2008). METODE
Menurut Depkes tahun 2009 jika dibandingkan Metode yang digunakan dalam penelitian ini
AKI Singapura adalah 6 per 100.000 kelahiran hidup, yaitu deskriptif analitik dengan rancangan cross
AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran sectional. Desain penelitian yang digunakan dalam
hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif
Malaysia, sudah mencapai 160 per 100.000 kelahiran yang didefinisikan suatu penelitian yang dilakukanu
hidup, filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup, brunei untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan suatu
33 per 100.000 per kelahiran hidup, sedangkan di fenomena yang terjadi di dalam masyarakat. Dan dengan
Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut pendekatan cross sectional yang didefinisikan suatu
depkes pada tahun 2010, penyebab langsung kematian penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
maternal di Indonesia terkait kehamilan dan persalinan faktor-faktor resiko denagn efek, dengan cara
terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain, yaitu pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus
eklampsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5%, dan abortus pada suatu saat (point time approach). (Notoatmodjo,
5%. (Putrilia, 2012). 2010)
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Dimana variabel bebas dan variabel terikat
Indonesia (SDKI), angka kematian ibu (AKI) per dikumpulkan dalam waktu bersamaan. (Notoatmodjo,
100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari 2010). Metode penelitian yang digunakan dalam
390/100.000 (1991) menjadi 334/100.000 (1997), penelitian ini adalah metode deskriptif analitik adalah
307/100.000 (2003), dan 228/100.000 (2007). suatu metode penulisan yang digunakan untuk membahas
359/100.000 (2012) untuk pertama kalinya AKI suatu permasalahan dengan cara meneliti, mengolah data,
melonjak. (Kalyanamitra, 2013) menganalisa, menginterpretasikan hal yang ditulis
Jumlah kematian ibu di Jatim terus meningkat dengan pembahasan yang teratur dan sistematis.
dalam empat tahun terakhir. Berdasarkan data Dinas (Notoatmodjo, 2010)
Kesehatan Jatim, angka kematian ibu di jatim pada tahun Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
2013 sebanyak 97,39/100.000 kelahiran hidup, angka bersalin dengan peredarahan postpartum primer di RSUD
persentase kematian ibu di Jatim pada tahun 2012 turun dr.Soeroto kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2013.
menjadi 97,4/100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2011 Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah ibu bersalin
adalah 104,3 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini yang mengalami perdarahan postpartum primer di RSUD
meningkat dibanding 2010 yang menunjukkan 101,4 per dr.Soeroto sebanyak 69.
100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2009, terdapat 90,7 Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin
kematian per 100.000 kelahiran hidup dan pada 2008 dengan perdarahan postpartum primer di RSUD
adalah 83,2 per 100.000 kelahiran hidup. (Safira, 2014) Dr.Soeroto kabupaten Ngawi Jawa Timur tahun 2013
Angka kematian ibu di Kabupaten Ngawi pada sebanyak 69 ibu bersalin (total populasi). Jenis data pada
tahun 2013 mencapai 106,30/100.000 kelahiran hidup, penelitian ini menggunakan data kategorik atau data
dan angka kematian bayi mencapai 27,06/100.000 kualitatif, merupakan data dari hasil penggolongan atau
kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Kabupaten pengklasifikasikan data. Pada penelitian ini
Ngawi pada tahun 2013 pendarahan, eklamsia, dan menggunakan data sekunder yaitu data yang didapat dari
dengan penyebab lainnya. Sedangkan penyebab kematian suatu lembaga atau instansi tertentu. (Notoatmodjo,
bayi dikarenakan asfiksia, BBLR, dan Infeksi . (Anfa, 2010) Pada penelitian ini menggunakan data sekunder
2013) yaitu data yang didapat dari suatu lembaga atau instansi
tertentu. (Notoatmodjo, 2010)
65
Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015
Data sekunder diperoleh dari data-data rekam
medik yang ada di RSUD Dr. Soeroto Tahun 2013, buku Dari tabel diatas didapatkan distribusi frekuensi
sumber yang terkait dengan judul penelitian, serta ibu bersalin dengan perdarahanpostpartum sebanyak 69
penelusuran dan pencatatan dari media elektronik atau orang persalinan (91,68%) ada 39 orang (56,5%) yang
internet. Pengumpulan data pada penelitian ini mengalami perdarahan postpartum primer dan 30 orang
berdasarkan data yang didapat dari register persalinan (43,5%) yang mengalami perdarahan postpartum
pada status pasien di Medical Record di RSUD Dr. sekunder. Distribusi frekuensi ibu bersalin dengan
Soeroto tahun 2013. perdarahanpostpartum berdasarkan usia yang paling
tertinggi adalah pada usia <20 dan >35 tahun sebanyak
HASIL 39 orang (46,5%), dan yang terendah pada usia 20 – 35
Setelah penelitian dilaksanakan, kemudian data yang tahun sebanyak 30 orang (56,5%) sedangkan distribusi
telah didapatkan diolah, dan hasil penelitian disajikan frekuensi ibu bersalin dengan perdarahanpostpartum
dalam bentuk tabel, sebagai berikut: berdasarkan paritas yang paling tertinggi pada multipara
Analisis Univariat sebanyak 36 orang (52,2%) dan yang paling terendah
Tabel 1 pada paritas primipara sebanyak 33 orang (47,8%).
Distribusi Frekuensi Faktor – Faktor yang Distribusi frekuensi ibu bersalin dengan
Berhubungan dengan Perdarahan Pospartum di perdarahanpostpartum berdasarkan riwayt obstetri yang
RSUD Dr.Soeroto Ngawi Jawa Timur Tahun 2013 paling tertinggi pada ibu bersalin yang memiliki riwayat
Variabel Frekuensi %
obstetri sebanyak 39 responden (5,5 %), sedangkan yang
paling terendah pada ibu yang tidak memiliki riwayat
Perdarahan Post Partum
obstetri sebanyak 30 orang (43,5%)
Primer 39 56,5
Dari tabel diatas didapatkan distribusi frekuensi
Sekunder 30 43,5 ibu bersalin dengan perdarahanpostpartum berdasarkan
Usia anemia yang paling tertinggi adalah pada ibu yang
20 - 35 tahun 30 43,5 mengalami anemia (< 11mg/dl) sebanyak 43 orang
< 20 dan > 35 tahun 39 56,5 (62,3%), dan yang terendah pada ibu yang tidak
mengalami anemia ( > 10 mg/dl ) sebanyak 26 orang
Paritas (37,7%). Distribusi frekuensi ibu bersalin dengan
Primipara 33 47,8 perdarahanpostpartum berdasarkan Laserasi jalan lahir
Multipara 36 52,2 yang tertinggi pada persalinan yang mengalami laserasi
Riwayat Obstetri jalan lahir sebanyak 37 orang (53,6%), sedangkan pada
Ya 39 56,5 ibu bersalin yang tidak mengalami laserasi jalan lahir
Tidak 30 43,5
sebanyak 332 orang (46,4%) sedangkan pada kasus
ruptur vagina dan serviks tidak ditemukan, sedangkan
Anemia distribusi frekuensi ibu bersalin dengan
< 11 mg/dl 43 62,3 perdarahanpostpartum berdasarkan retensio plasenta
>10 mg/dl 26 37,7 yang paling tertinggi adalah pada ibu yang mengalami
Laserasi Jalan lahir retensio plasenta sebanyak 38 orang (56,1%), sedangkan
Ya 37 53,6 yang tidak mengalami retensio plasenta sebanyak 31
orang (44,9%).
Tidak 32 46,4
Retensio Placenta
Ya 38 55,1
Tidak 31 44,9

Analisa Bivariat
Tabel 2
Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soeroto Kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2013
Usia Ibu Perdarahan Postpartum P Value
Primer Sekunder Total OR
n % n % N %
20 – 35 thn 4 13,3 26 86,7 30 100,0 56,8 0,00
< 20 dan > 35 89,7 4 11,3 39 100,0
35
Total 39 56,5 30 43,5 39 100,0

Pada tabel 5.3.1 didapatkan usia ibu yang < 20 dan > 35 tahun sebanyak 35 (89,7%), sedangkan
mengalami perdarahan postpartum primer pada usia ibu pada usia 20 – 35 tahun sebanyak 4 (13,3%) responden.
66
Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 ( p = 0,00 ) yang berumur < 20 dan > 35 tahun mempunyai peluang 56,8
artinya ada hubungan yang signifikan antara umur ibu kali untuk melahirkan dengan perdarahan postpartum
dengan kejadian perdarahan postpartum. Dari hasil primer dibandingkan dengan ibu yang berumur 20 – 35
analisis diperoleh pula nilai OR = 56,8 artinya ibu yang tahun
.
Tabel 3
Hubungan Paritas Ibu Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soeroto Kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2013

Paritas Perdarahan Postpartum P


Primer Sekunder Total OR Value
N % n % N %
Primipara 6 18,2 27 81,8 33 100 49,5 0,00
Multipara 33 91,7 3 8,3 36 100
Total 39 56,5 30 43,5 39 100,0

Pada tabel 5.3.2 didapatkan paritas yang dengan kejadian perdarahan postpartum. Dari hasil
mengalami perdarahan postpartum primer pada analisis diperoleh pula nilai OR = 49,5 artinya ibu yang
multipara sebanyak 33 (91,7%) responden sedangkan multipara mempunyai peluang 49,5 kali untuk
pada paritas primipara sebanyak 6 ( 18,2%) responden. melahirkan dengan perdarahan postpartum primer
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 ( p = 0,00 ) yang dibandingkan dengan ibu yang primipara.
artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas

Tabel 4
Hubungan Riwayat Obsttetri Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di Rumah Sakit
Umum Daerah Dr.Soeroto Kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2013

Riwayat Perdarahan Postpartum P


obstetri Primer Sekunder Total OR Value
N % n % N %
Tidak 7 23,3 23 76,7 30 100 15 0,00
Ya 32 82,1 7 17,9 39 100
Total 39 56,5 30 43,5 39 100,0

Pada tabel 5.3.3 didapatkan riwayat obstetri yang riwayat obstetri dengan kejadian perdarahan postpartum
mengalami perdarahan postpartum primer pada ibu yang primer. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 15,0
memiliki riwayat ostetri sebanyak 32 (82,1%) dan pada artinya ibu yang memiliki riwayat obstetri mempunyai
ibu yang tidak memiliki riwayat ostetri sebanyak 7 peluang 15,0 kali untuk melahirkan dengan perdarahan
(23,3%). postpartum primer dibandingkan dengan ibu yang tidak
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 ( p = 0,00 ) memiliki riwayat obstetri.
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
Tabel 5
Hubungan Anemia Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soeroto Kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2013

Anemia Perdarahan Postpartum P


Primer Sekunder Total OR Value
n % n % N %
<11gr% 33 76,7 10 23,3 43 100 11,0 0,00
≥11gr% 6 23,1 20 76,9 26 100
Total 39 56,5 30 43,5 39 100,0

Pada tabel 5.3.4 didapatkan anemia yang yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
mengalami perdarahan postpartum primer pada ibu yang anemia dengan kejadian perdarahan postpartum. Dari
mengalami anemia (<11gr%) sebanyak 33 (76,7%) hasil analisis diperoleh pula nilai OR = 11,0 artinya ibu
sedangkan ibu yang tidak mengalami anemia (≥11gr%) yang anemia mempunyai peluang 11,0 kali untuk
sebanyak 6 (23,1%) responden. melahirkan dengan perdarahan postpartum dibandingkan
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 ( p = 0,00 ) dengan ibu yang tidak anemia.

67
Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015
Tabel 6
Hubungan Laserasi Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soeroto Kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2013

Laserasi Perdarahan Postpartum P


Primer Sekunder Total OR Value
n % n % N %
Tidak 9 28,1 23 71,9 32 100 10,9 0,00
Ya 30 81,1 7 18,9 37 100
Total 39 56,5 30 43,5 39 100,0

Pada tabel 5.3.5 didapatkan laserasi jalan lahir yang laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan
mengalami perdarahan postpartum primer pada ibu yang postpartum. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
mengalami laserasi jalan lahir sebanyak 30 ( 81,1%) 10,9 artinya ibu yang menggalami laserasi jalan lahir
responden, dan ibu yang tidak mengalami laserasi jalan mempunyai peluang 10,9 kali untuk melahirkan dengan
lahir sebanyak 9 (28,1%) responden. perdarahan postpartum primer dibandingkan dengan ibu
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 ( p = 0,00 ) yang tidak mengalami laserasi jalan lahir.
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara

Tabel 7
Hubungan Retesio Plasenta Dengan Kejadian Perdarahan Postpartum Primer Di Rumah Sakit Umum Daerah
Dr.Soeroto Kabupaten Ngawi Jawa Timur Tahun 2013

Retensio Perdarahan Postpartum P


Plasenta Primer Sekunder Total OR Value
n % n % N %
Tidak 7 22,6 24 77,4 31 100 18,2 0,00
Ya 32 84,2 6 15,8 38 100
Total 39 56,5 30 43,5 39 100,0

Pada tabel 5.3.6 didapatkan retensio plasenta < 20 dan > 35 tahun sebanyak 35 ( 89,7% ), sedangkan
dengan kejadian perdarahan postpartum primer pada ibu pada usia 20 – 35 tahun sebanyak 4 ( 13,3%) responden.
yang mengalami retensio plasenta sebanyak 32 (84,2%) Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 (p = 0,00) yang
sedangkan pada yang tidak mengalai retenio plasenta, artinya hipotesa diterima karena ada hubungan yang
sebanyak 7 ( 22,6% ) responden. signifikan antara umur ibu dengan kejadian perdarahan
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 ( p = 0,00 ) postpartum. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =
yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara 56,8 artinya ibu yang berumur < 20 dan > 35 tahun
laserasi jalan lahir dengan kejadian perdarahan mempunyai peluang 56,8 kali untuk melahirkan dengan
postpartum. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = perdarahan postpartum primer dibandingkan dengan ibu
18,2 artinya ibu yang mengalami retensio plasenta yang berumur 20 – 35 tahun.
mempunyai peluang 18,2 kali untuk melahirkan dengan Hal ini sesuai dengan teori Wanita yang
perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu yang melahirkan anak pada usia dibawah 20 tahun atau lebih
tidak mengalami retensio plasenta. dari 35 tahun merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan
Pembahasan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia
Pembahsan hasil penelitian ini menguraikan dibawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita
tentang keterbatasan penelitian dan mengintegrasikan belum berkembang dengan sempurna, sedangkan pada
hasil penelitian dengan konsep terkait. usia diatas 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita
Kejadian ibu bersalin dengan perdarahan sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi
postpartum banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk
Berdasarkan tujuan dari peneiitian ini yaitu untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama
mengetahui distribusi frekuensi ibu bersalin dengan perdarahan akan lebih besar. (Faisal, 2008)
perdarahanpostpartum berdasarkan umur, paritas, riwayat Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia
obstetri, anemia, laserasi jalan lahir dan retensio plasenta aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30
di RSUD Dr. Soeroto Maka dalam bab ini akan disajikan tahun. Kematian maternal pada wanita hamil dan
pembahasan sebagai berikut: melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali
1. Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada
Perdarahan Postpartum Primer usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat kembali
Dari pengolahan data didapatkan usia ibu yang sesudah usia 30-35 tahun. (Wiknjosastro, 2010)
mengalami perdarahan postpartum primer pada usia ibu Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian
68
Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015
Sher Zaman,et. al. (2007) bahwa pada tingkat resiko tinggi (< 1 tatau > 3), sedangkan pada kelompok
kepercayaan 95% ibu yang berumur di bawah 20 tahun kontrol terdapat 3 orang (5,9%) yang termasuk berumur
atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami resiko tinggi .Hal ini menunjukan bahwa persentase yang
perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan mengalami perdarahanpostpartum yang beresiko tinggi
ibu yang berumur 20 sampai 29 tahun. Selain itu sejalan lebih tinggi dibandingkan yang tidak mengalami
dengan penelitian Perdarahan pascapersalinan yang perdarahanpostpartum pada kelompok paritas yang sama
mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil (Resti, 2013). Hasil perhitungan Odds Ratio
yang melahirkan pada usia dibawah 20 tahun 2-5 kali menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor resiko,
lebih tinggi daripada perdarahan pascapersalinan yang dimana besar resikonya adalah 6,1 yang artinya ibu yang
terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan memiliki paritas <1 atau > 3 mempunyai resiko 6,1 kali
pascapersalinan meningkat kembali setelah usia 30-35 lebih besar untuk mengalami perdarahanpostpartum
tahun. (M agan, 2009) dibandingkan ibu yang memiliki paritas 2-3.

2. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Perdarahan 3. Hubungan Riwayat Obstetri Dengan Kejadian
Postpartum Primer Perdarahan Postpartum Primer
Dari pengolahan data menunjukkan paritas yang Dari pengolahan data riwayat obstetri yang
mengalami perdarahan postpartum primer pada mengalami perdarahan postpartum primer pada ibu yang
multipara sebanyak 33 (91,7%) responden sedangkan memiliki riwayat ostetri sebanyak 32 (82,1%) dan pada
pada paritas primipara sebanyak 6 (18,2%) responden. ibu yang tidak memiliki riwayat ostetri sebanyak 7
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 (p = 0,00) yang (23,3%).
artinya hipotesa diterima karena ada hubungan yang Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 (p = 0,00)
signifikan antara paritas dengan kejadian perdarahan yang artinya hipotesa diterima karena ada hubungan yang
postpartum. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR = signifikan antara riwayat obstetri dengan kejadian
49,5 artinya ibu yang multipara mempunyai peluang 49,5 perdarahan postpartum primer. Dari hasil analisis
kali untuk melahirkan dengan perdarahan postpartum diperoleh pula nilai OR = 15,0 artinya ibu yang memiliki
primer dibandingkan dengan ibu yang primiara. riwayat obstetri mempunyai peluang 15,0 kali untuk
Hal ini sesuai dengan teori Wiknjosastro, 2010 Ibu melahirkan dengan perdarahan postpartum primer
yang dengan kehamilan lebih dari 1 kali atau yang dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki riwyat
termasuk multigravida mempunyai risiko lebih tinggi obstetri. Hal ini sesuai dengan teori Riwayat persalinan
terhadap terjadinya perdarahan pascapersalinan yang berisiko tinggi adalah persalianan yang pernah
dibandingkan dengan ibu-ibu yang termasuk golongan mengalami seksio sesaria sebelumnya ekstraksi vakum,
primigravida (hamil pertama kali). Hal ini dikarenakan melahirkan prematur/BBLR, forcep, partus lama, ketuban
pada multigravida, fungsi reproduksi mengalami pecah dini danmelahirkan bayi mati. (Rahmi, 2009)
penurunan sehingga kemungkinan terjadinya Menurut Sulistiowati (2001) yang dikutip Suryani
perdarahanpostpartum menjadi lebih besar. (2008), bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
Paritas merupakan faktor risiko yang memengaruhi riwayat persalinan buruk sebelumnya dengan perdarahan
perdarahan postpartum primer. Pada paritas yang rendah pasca persalinan dan menemukan OR 2,4 kali pada ibu
(paritas 1) dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam yang memiliki riwayat persalinan buruk dibanding
menghadapi persalinan sehingga ibu hamil tidak mampu dengan ibu yang tidak memiliki riwayat persalinan
dalam menangani komplikasi yang terjadi selama buruk.
kehamilan, persalinan dan nifas. Sedangkan semakin Penelitian ini sesuai dengan penelitian Darmin
sering wanita mengalami kehamilan dan melahirkan Dina,dkk 2013 di RSUD Majene Kabupaten Majene
(paritas lebih dari 3) maka uterus semakin lemah Propinsi Sulawesi Barat,dari 51 kasus terdapat 30 orang
sehingga besar risiko komplikasi kehamilan. (58,8%) termasuk dalam riwayat buruk,sedangkan pada
(Wiknjosastro, 2010) kelompok kontrol terdapat 16 orang (31,4%) yang
Pada paritas yang rendah (paritas 1), menyebabkan termasuk riwayat buruk .Hal ini menunjukan bahwa
ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan persentase yang mengalami perdarahan postpartum yang
sehingga ibu hamil tidak mampu dalam menangani memiliki riwayat buruk lebih tinggi dibandingkan yang
komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan tidak mengalami perdarahan postpartum pada kelompok
dan nifas. Pada paritas tinggi (lebih dari 3), fungsi yang sama (Riwayat persalinan).
reproduksi mengalami penurunan, otot uterus terlalu Hasil perhitungan Odds Ratio menunjukkan bahwa
regang dan kurang dapat berkontraksi dengan baik riwayat persalinan merupakan faktor resiko, dimana
sehingga kemungkinan terjadi perdarahan besar resikonya adalah 3,1 yang artinya ibu yang
pascapersalinan menjadi lebih besar. (Prawirohardjo, memiliki riwayat persalinan buruk mempunyai resiko 3,1
2010) kali lebih besar untuk mengalami perdarahan postpartum
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dibandingkan ibu yang tidak mempunyai riwayat
dilakukan oleh Darmin Dina, 2013 di RSUD Majene persalinan buruk.
Kabupaten Majene Propinsi Sulawesi Baratyaitu 51
kasus terdapat 14 orang (27,5%) termasuk dalam paritas
69
Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015
4. Hubungan Anemia Dengan Kejadian Perdarahan Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin,2002 robekan
Postpartum Primer jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari
Dari pengolahan data anemia yang mengalami perdarahan pascapersalinan. Robekan dapat terjadi
perdarahan postpartum primer pada ibu yang mengalami bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahn pasca
anemia (< 11gr%) sebanyak 33 (76,7%) sedangkan ibu persalinan dengan uterus yang berfkontraksi baik
yang tidak mengalami anemia (≥11gr% ) sebanyak 6 biasanya disebabkan oleh robekan serviks atau vagina.
(23,1%) responden. (Saifuddin,2010)
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 (p = 0,00) Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan
yang artinya hipotesa diterima karena ada hubungan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya.perdarahan
yang signifikan antara anemia dengan kejadian berasal dari jalan lahir harus selalu dievaluasi, yaitu
perdarahan postpartum. Dari hasil analisis diperoleh pula sumber dan jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi.
nilai OR = 11,0 artinya ibu yang anemia mempunyai Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina,
peluang 11,0 kali untuk melahirkan dengan perdarahan serviks, dan robekan uterus (ruptur uteri).
postpartum dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia. (Prawirohardjo, 2010 )
Hal ini sesuai dengan penelitian Herianto (2003)
bahwa anemia bermakna sebagai faktor risiko yang 6. Hubungan Retensio Plasenta Dengan Kejadian
mempengaruhi perdarahan postpartum primer. Ibu yang Perdarahan Postpartum Primer
mengalami anemia berisiko 2,8 kali mengalami Dari pengolahan didapatkan retensio plasenta
perdarahan postpartum primer dibanding ibu yang tidak dengan kejadian perdarahan postpartum primer pada ibu
mengalami anemia (OR= 2,76; 95% CI 1,25;6,12). yang mengalami retensio plasenta sebanyak 32 (84,2%)
(Yessydiah, 2010) sedangkan pada yang tidak mengalai retenio plasenta,
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai sebanyak 7 (22,6%) responden.
penurunan kadar hemoglobin kurang dari 11 gr% selama Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 (p = 0,00)
masa kehamilan pada trimester I dan ke III dan kurang yang artinya hipotesa diterima karena ada hubungan yang
dari 10 gr% selama masapostpartum dan trimester II. signifikan antara laserasi jalan lahir dengan kejadian
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak perdarahan postpartum. Dari hasil analisis diperoleh pula
yang membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada nilai OR = 18,2 artinya ibu yang mengalami retensio
ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya plasenta mempunyai peluang 18,2 kali untuk melahirkan
perdarahan postpartum dan kelahiran BBLR. Bila anemia dengan perdarahan postpartum dibandingkan dengan ibu
terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan yang tidak mengalami retensio plasenta.
terjadinya persalinan premature. (Proverawati, 2009) Hal ini sesuai dengan teori. Forte, 2010 retensio
Anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada sebagian atau seluruh plasenta dalam rahim akan
ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan mengganggu kontraksi dan retraksi, menyebabkan sinus
dan infeksi yang merupakan faktor kematian utama ibu. – sinus darah tetap terbuka, dan menimbulkan perdarahan
Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari seluruh postpartum. Begitu bagaian plasenta terlepas dari dinding
kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, proporsinya uterus, perdarahan terjadi dari daerah itu. Bagian plasenta
berkisar antara kurang dari 10% sampai hampir 60%. yang masih melekat merintangi retraksi myometrium dan
Walaupun seorang perempuan bertahan hidup setelah perdarahan berlangsung terus sampai sisa organ tersebut
mengalami perdarahan pasca persalinan, namun ia akan terlepas serta dikeluarkan.
menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia Retensio placenta, seluruh atau sebagian, lobus
berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang succenturiata, sebuah cotyledon, atau suatu fragmen
berkepanjangan. (WHO, 2009) plasenta dapat menyebabkan perdarahan postpartum.
Tidak ada korelasi antara nbanyaknya placenta yang
5. Hubungan Laserasi Jalan Lahir Dengan Kejadian masih melekat dan beratnya perdarahan.hal yang perlu
Perdarahan Postpartum Primer dipertimbangkan adalah derajat perlekatannya. (Forte,
Dari pengolahan data didapatkan laserasi jalan 2010)
lahir yang mengalami perdarahan postpartum primer Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
pada ibu yang mengalami laserasi jalan lahir sebanyak 30 dilakukan oleh Soufyan dan Wawang (2008) yang
(81,1%) responden, dan ibu yang tidak mengalami mendapatkan kejadian perdarahanpostpartum akibat
laserasi jalan lahir sebanyak 9 (28,1%) responden. retensio plasenta paling banyak pada paritas ≥ 4 sebesar
Hasil uji statistik diperoleh p < 0,05 (p = 0,00) yang 25,5%, sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
artinya hipotesa diterima karena ada hubungan yang Santoso (2003) kejadian retensio plasenta paling banyak
signifikan antara laserasi jalan lahir dengan kejadian pada paritas 6 sebesar 6,85%.
perdarahan postpartum. Dari hasil analisis diperoleh pula
nilai OR = 10,9 artinya ibu yang menggalami laserasi DAFTAR PUSTAKA
jalan lahir mempunyai peluang 10,9 kali untuk Afifah, dkk, majalah Kedoktertan Falkutas Kedokteran
melahirkan dengan perdarahan postpartum primer Atmajaya, Vol 2 No. 3 Jakarta. 2010
dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami laserasi
jalan lahir. Arikunto,Prof.Dr. Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu
70
Jurnal Ilmiah Kesehatan,7(1); Januari 2015
Penelitian Praktik, Edisi Resvisi 10: Rineka
Cipta; Jakarta, 2010 Proverawati, Atikah. anemia dan anemia kehamilan.,
Nuha Medika, Yogyakarta: 2011
Budiarto, Eko, Biostatistik Untuk Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat. EKC, 2010 Saifuddin Abdul Bahari, Buku Acuan nasional pelayanan
Kesehatan maternal dan neonatal Yayasan Bina
Cunningham, Gaiy dkk, Williams and Obstetry, Edisi 18 Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Jakarta. 2010
EGC; Jakarta. 2010
Sulistyawati, Ari.Asuhan Kebidanan pada Masa
Depkes RI, Perdarahan Postpartum, materi Untuk Kehamilan. Salemba Medika Jakarta ; 2012
Pendidikan Bidan, Jakarta 2012
Sujiyatini. Catatan Kuliah Asuhan Ibu Nifas. Cyrillus
Eliana, Gambaran karakterisitik Pada Ibu Perdarahan Publisher, Yogyakarta. 2010.
Postpartum Primer di RSU Tangerang banten
2002. Skripsi jurusan Reproduksi. Program Studi Wiknjosatro Hanifa, Jlmu Kebidanan, Yayasan Bina
Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Pustaka Sarwono Prawirohm-djo; Jakarta. 2010
Indonesia; Jakarta. 2010
Yeyeh, Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan 4 ( Patologi ).
Forte, Harry Oxorn & William R., Ilmu kebidanan Jakarta; CV Trans Info Media.
Patologi & Fisiologi Persalinan, Yogyakarta;
2010 (http;//www./2010/Fkunsri. wordpress. com).

Manuaba, Prof. Dr. Ida Bagus Gde, SpOG, Kapita (Anggraeni,2009,http://rinidwiyanarosa.blogspot.com/20


Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri 13/06/perdarahan-post-partum.html)
Genekologi dan KB, Jakarta, 2010
(http://yessydiah.wordpress.com/tag/perdarahan-
Manuaba, I B. G, Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan postpartum/2010)
danKeluarga berencana. EGC; Jakarta; 2012.
(http://www.kalyanamitra.or.id/2013/09/ancaman-target-
Marmi SA, Retno M, Fatmawati E.Asuhan Kebidanan mdg-angka-kematian-ibu-melonjak-drastis/)
Patologi. Pustaka Pelajar. .
Yogyakarta: 2012\ (http://midwifecare.wordpress.com/2012/02/21/sekitar-
20-30).
Muchtar Rustam, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi 2. EGC;
Jakarta, 2010 (http://www.slideserve.com/2012/iden/peran-dokter-
spesialis-obsteri-dan-ginekologi-dalam-
Notoatmodjo, Soekidjo, metodelogi Penenlitian mendukung-pelaksanaan-ppgdon-dan-poned-di-
Kesehatan, Dr. Rineka Cipta Jakarta; 2010 jawa-timur)

Prawirahardjo, Soekidjo, S, dkk, Ilmu kandungan (http://bappeda.jatimprov.go.id/2012/11/22/627-ibu-


Yayasan Bina Pustaka, Edisi Kedua, Jakarta, meninggal-di-jatim-dalam-setahun/ )
2012
(https://www.academia.edu/7009204/JATIM_DALAM_A
_________ Prawirohardjo, sarwono Buku Panduan NGKA_TERKINI/2012)
Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka; Jakarta. 2012

71

Anda mungkin juga menyukai