Tesis Fathoni Firmansyah A131302003
Tesis Fathoni Firmansyah A131302003
id
TESIS
Oleh
FATHONI FIRMANSYAH
NIM A131302003
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2015
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TESIS
Oleh:
Fathoni Firmansyah
A131302003
Komisi
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
TESIS
Oleh:
Fathoni Firmansyah
A131302003
Tim Penguji :
NIP. 196811241994031001
Anggota Penguji Inayati, S.T.,M.T,Ph.D ………………...
NIP. 195406051991031002
Mengetahui,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si
commit to user
NIP. 196007271987021001 NIP. 195912051985032001
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
Surakarta, 2015
Fathoni Firmansyah
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi semua mahluk
hidup. Keberadaan polutan logam berat salah satunya kadmium (Cd) di dalam
badan air merupakan masalah lingkungan yang memberi dampak negatif terhadap
kualitas sumber air. Adsorpsi merupakan salah satu cara atau metode yang sering
digunakan untuk pengolahan air limbah menjadi air bersih. Lempung dan andisol
digunakan sebagai penjerap (adsorben) ion logam kadmium (Cd) dengan metode
batch. Teknologi penjernih air menggunakan filter keramik digunakan untuk
mengurangi kandungan logam kadmium (Cd) dan bakteri patogen dalam air.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi lempung dan
andisol, suhu aktivasi dan waktu kontak terhadap kapasitas adsorpsi logam
kadmium (Cd) dalam larutan model, kondisi optimum adsorpsi dan efektivitas
pengolahan air minum sesuai Permenkes menggunakan adsorben campuran
lempung dan andisol dalam menjerap logam kadmium (Cd) dan bakteri patogen.
Identifikasi dan karakterisasi adsorben dilakukan dengan uji NaF,
Spektroskopi infra merah (FTIR), difraksi sinar-x (XRD), luas permukaan spesifik
dan keasaman total spesifik. Konsentrasi logam kadmium (Cd) dianalisis dengan
spektroskopi serapan atom. Isoterm adsorpsi ditentukan dengan persamaan
Freundlich dan Langmuir. Teknologi penjernih air dimodifikasi menggunakan
filter keramik yang dibuat dengan komposisi campuran lempung dan andisol.
Hasil penelitian menunjukkan sampel lempung dan andisol mengandung
mineral-mineral alofan. Kondisi optimum adsorpsi dicapai pada suhu aktivasi
200oC, waktu kontak 60 menit dan komposisi adsorben 60:40% lempung
berbanding andisol. Isoterm Freundlich mewakili adsorpsi kadmium (Cd) pada
adsorben lempung dan andisol dengan koefisien determinasi (R2) (0,98) dan
konstanta (k) (1,59), lebih tinggi dibandingkan Langmuir. Hasil pengukuran
menunjukkan teknologi penjernih air menggunakan filter keramik efektif
menurunkan kandungan logam kadmium (Cd) yaitu sebesar 99% dan bakteri
patogen dalam air yaitu sebesar 100%.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul “Kajian Efektivitas Pengolahan Air
Minum Menggunakan Campuran Lempung dan Andisol Untuk Menjerap Logam
Berat Kadmium (Cd) dan Bakteri Patogen”.
Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai
derajat Magister Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Ucapan terima kasih Penulis sampaikan kepada Dr. Pranoto, M.Sc. selaku
pembimbing utama dan Inayati, M.T., Ph.D, selaku pembimbing anggota yang
telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya untuk
membimbing dan mengarahkan Penulis mulai dari penyusunan proposal,
penelitian, ujian, dan penyusunan Tesis.
Tidak lupa pada kesempatan ini Penulis juga menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Direktur Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang memberikan ijin penelitian
tesis.
2. Prof. Dr. Ir. MTh. Sri Budiastuti, M.Si, selaku Kepala Program Studi Ilmu
Lingkungan UNS yang sudah memberikan ijin penelitian tesis.
3. Dr. Sunarto, M.S., selaku Sekretaris Penguji yang telah memberikan koreksi
demi
kesempurnaan penyusunan tesis ini.
4. Seluruh dosen dan staf di Program Studi Ilmu Lingkungan yang sudah
membantu dalam menyeleseikan tesis ini.
5. Orang tua, mertua, istri, kakak dan adik-adik yang selalu memberikan doa,
nasihat, kasih sayang, dan dukungan baik moril maupun materiil yang tidak
ternilai harganya sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6. Kepala dan staf Laboratorium Pusat, Sub Laboratorium Kimia dan Biologi
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan dan membantu
Penulis untuk melakukan penelitian di laboratorium.
7. Teman-teman Ilmu Lingkungan 2013 yang selalu memberikan motivasi.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu dengan kerendahan hati Penulis menerima masukan berupa saran dan
kritik membangun dari para pembaca. Besar harapan Penulis, semoga Tesis ini
bermanfaat bagi semua dan pihak-pihak terkait.
Surakarta, 2015
Penyusun
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI TESIS ......................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... v
ABSTRACT ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 6
1. Air ........................................................................................ 6
2. Lempung .............................................................................. 7
3. Andisol ................................................................................ 9
4. Logam Berat Kadmium (Cd) ................................................ 10
5. Adsorpsi ............................................................................... 13
6. Bakteri Patogen dan Indikator Air Minum .......................... 16
7. Teknologi Penjernihan Air ................................................... 19
B. Kerangka Berpikir .................................................................... 22
C. Hipotesis ................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 24
commit
A. Tempat dan Waktu to user
Penelitian .................................................. 24
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data hasil analisis gugus fungsi lempung dan andisol .......................... 36
Tabel 2. Hasil Analisis XRD tanah Lempung dan Andisol ............................... 37
Tabel 3. Data penentuan luas permukaan .......................................................... 38
Tabel 4. Data penentuan keasaman .................................................................... 39
Tabel 5. Persamaan Regresi Linear Jerapan Ion Logam Kadmium (Cd)
Larutan Model ....................................................................................... 46
Tabel 6. Data hasil pemeriksaan awal air sumur ................................................ 48
Tabel 7. Data hasil pemeriksaan air sumur melalui teknologi penjernih air ..... 49
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Adsorbsi dengan persamaan Langmuir .............................. 15
Gambar 2. Membran spiral wound atau Lilit-spiral .......................................... 21
Gambar 3. Kerangka Berpikir ............................................................................ 22
Gambar 4. Spektra FT-IR alofan ...................................................................... 35
Gambar 5. Spektra FT-IR Lempung ................................................................. 35
Gambar 6. Difraktogram XRD lempung dan tanah andisol .............................. 37
Gambar 7. Perbandingan Kapasitas Adsorpsi Berbagai Variasi Suhu
Aktivasi dan Waktu Kontak terhadap Komposisi Adsorpsi............. 43
Gambar 8. Perbandingan kapasitas adsorpsi adsorben terbaik dengan
komposisi lempung:andisol ............................................................. 44
Gambar 9. Perbandingan Kapasitas Adsorpsi Berbagai Komposisi
Adsorben dan Waktu Kontak terhadap Suhu Aktivasi..................... 45
Gambar 10.Perbandingan kapasitas adsorpsi variasi komposisi
lempung:tanah andisol dan suhu kalsinasi terhadap variasi waktu
kontak. .............................................................................................. 46
Gambar 11. Kurva Isoterm Langmuir Ion Logam Kadmium (Cd) ..................... 48
Gambar 12. Kurva Isoterm Freundlich Ion Logam Kadmium (Cd) ................... 49
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data pengambilan sampel tanah andisol ........................................ 59
Lampiran 2. Hasil analisis gugus fungsi tanah andisol dengan FT-IR .............. 60
Lampiran 3. Hasil analisis gugus fungsi tanah andisol dengan FT-IR ............. 61
Lampiran 4. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sebelum adsorpsi
dengan FTIR ................................................................................. 62
Lanpiran 5. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sesudah
adsorpsi dengan FTIR .................................................................... 63
Lampiran 6. Spektra FT-IR Alofan Standar (Devnita, 2005) ............................. 64
Lampiran 7. Kurva standar ion logam Kadmium (Cd) ...................................... 64
Lampiran 8. Data JCPDS (Joint Committee On Difraction Standarts) .............. 65
Lampiran 9. Tabel Jarak d Mineral-mineral Lempung (Radiasi Cu Kα) (Tan,
1982) ............................................................................................. 67
Lampiran 10.Data konsentrasi sisa hasil analisis adsorpsi ion logam
Kadmium (Cd) oleh adsorben dengan AAS pada larutan model... 68
Lampiran 11.Data perhitungan kapasitas adsorpsi dan % Kadmium (Cd)
teradsorp ........................................................................................ 72
Lampiran 12. Hasil analisis luas permukaan lempung dengan SAA ................. 75
Lampiran 13. Hasil analisis luas permukaan tanah andisol dengan SAA .......... 76
Lampiran 14. Perhitungan penentuan keasaman ................................................ 86
Lampiran 15. Data isoterm adsorpsi ion logam Kadmium (Cd) ........................ 87
Lampiran 16. Hasil Laboratorium air sumur sebelum dan sesudah melalui
teknologi penjernih air ...................................................................... 88
Lampiran 17. Gambar alat teknologi penjernih air .............................................. 90
Lampiran 18. Biodata .......................................................................................... 91
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB I. PENDAHULUAN
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id 2
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh komposisi tanah lempung dan andisol, suhu aktivasi dan
waktu kontak terhadap kapasitas adsorpsi ion logam kadmium (Cd) dalam
larutan model?
2. Bagaimana kondisi optimum adsorpsi campuran tanah lempung dan andisol
sebagai penjerap ion logam kadmium (Cd) dalam larutan model?
3. Bagaimana efektivitas pengolahan air minum menggunakan campuran
lempung dan andisol untuk menjerap logam berat kadmium (Cd) dan bakteri
patogen?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 5
digilib.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh komposisi tanah lempung dan andisol, suhu aktivasi
dan waktu kontak terhadap kapasitas adsorpsi ion logam kadmium (Cd)
dalam larutan model.
2. Mengetahui kondisi optimum adsorpsi campuran tanah lempung dan andisol
sebagai penjerap ion logam kadmium (Cd) dalam larutan model.
3. Mengetahui efektivitas pengolahan air minum menggunakan campuran
lempung dan andisol untuk menjerap logam berat kadmium (Cd) dan bakteri
patogen.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris tentang efektivitas
pengolahan air minum menggunakan campuran lempung banding andisol.
2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama yang berkaitan dengan sifat kimia-
fisika dari lempung, andisol, dan campuran lempung dan andisol serta
aktivasi campuran lempung dan andisol sehingga dapat meningkatkan
kemampuan daya serap campuran lempung dan andisol dalam pengolahan air
minum.
3. Penelitian ini diharapkan mendapatkan adsorben alternatif yang ramah
lingkungan dan efektif dalam pengolahan air minum yaitu campuran lempung
dan andisol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka
1. Air
Air merupakan unsur yang mempunyai peran utama dalam kehidupan di bumi
ini. Air dikenal sebagai sumber daya yang terbarukan, namun dari segi kualitas
maupun kuantitas membutuhkan upaya dan waktu untuk dapat berlangsung baik.
Kriteria dan standar kualitas air didasarkan atas beberapa hal antara lain
keberadaan logam berat, anorganik, tingkat toksisitas, dan teremisinya pencemar
ke lingkungan. Air adalah pelarut yang baik, oleh sebab itu di dalamnya paling
tidak terlarut sejumlah kecil zat-zat anorganik dan organik. Dengan kata lain,
tidak ada air yang benar-benar murni dan hal ini menyebabkan dalam setiap
analisis air ditemukan zat-zat terlarut (Wijayanti, 2008).
Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya buruk akan
mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk sehingga akan
mempengaruhi kondisi kesehatan (Slamet, 2002; Azwar, 1990). Penyakit yang
ditularkan melalui air yang tidak saniter kerap disebut sebagai water borne
disease diantaranya adalah diare, penyakit kulit, dan konjungtivitis (Djohari,
1998).
Penurunan kualitas air pada sumber air mengancam kualitas kesehatan dari
air minum yang disuplai dan telah banyak tindakan peningkatan kualitas air yang
sudah dilakukan melalui instalasi pengolahan air minum dengan proses rekayasa
teknologi. Tujuan kesemua aktivitas tersebut adalah untuk menjamin kualitas air
minum yang dikonsumsi oleh manusia (Jiuhui et al., 2007).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa kelas menurut peruntukkannya, yaitu :
a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id 7
digilib.uns.ac.id
2. Lempung
Lempung termasuk batuan rombakan (sedimen) yang dapat berupa endapan
residu ataupun endapan sedimen. Mineral penyusun batuan asal pembentuk
lempung adalah felsfar, olivin, piroksin, amfibol dan mika. Istilah lempung
mempunyai arti dan pengertian yang sangat luas. Bagi orang awam nama lempung
dipakai untuk menerangkan jenis tanah yang mempunyai sifat plastis (liat) tanpa
membedakan jenisnya, baik menurut istilah perdagangan, maupun istilah geologi.
Lempung dan mineral lempung sering ditemukan di permukaan tanah.
Lempung merupakan salah satu komponen tanah yang tersusun atas senyawa
alumina silikat dengan ukuran partikel lebih kecil dari 2μm (Lestari, 2002).
Lempung memiliki kandungan silika (SiO2) dan alumina (Al2O3) masing-masing
sebesar 61,43% dan 18,99% (Tamam, 2010). Menurut Urabe (2006), lempung
alam merupakan material yang berpori sehingga memiliki kemampuan untuk
mengadsorpsi serta memiliki ion yang bisa dipertukarkan dengan ion dari luar.
Lempung memiliki luas permukaan spesifik, stabil secara kimia dan mekanik,
dengan sifat dan struktur permukaan yang bervariasi serta memiliki kapasitas
pertukaran ion yang tinggi. Sifat-sifat ini yang membuat lempung dapat berperan
sebagai adsorben yang unggul. Adanya asam-asam Bronsted dan Lewis pada
commit
permukaan lempung juga menambah to user
kapasitas adsorpsinya pada suhu tinggi tanpa
perpustakaan.uns.ac.id 8
digilib.uns.ac.id
mengubah bentuknya. Ada 3 jenis fire clay, yaitu flin fire clay yang memiliki
struktur kuat, plastic fire clay yang memiliki kemampuan kerja yang baik, serta
high alumina clay yang sering digunakan sebagai refraktori dan bahan tahan api.
Kandungan mineral tanah lempung dibedakan menjadi bentonit (smektit),
kaolinit, haloisit, klorit dan ilit. Peningkatan efektivitas penyerapan pada adsorben
dapat dilakukan dengan aktivasi. Aktivasi dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan luas permukaan spesifik pori dan situs aktifnya (Widihati, 2008).
Lihin, dkk (2012) telah membandingkan aktivitas antara lempung alam yang
diaktivasi kimia (NaOH 1M) dengan lempung alam tanpa aktivasi kimia.
Hasilnya, daya serap antara lempung alam tanpa aktivasi kimia dengan lempung
alam yang diaktivasi kimia ialah tidak berbeda signifikan, yaitu 95,23% dan
95,73% terhadap ion logam timbal (Pb) pada suhu sistem 30oC. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa lempung alam dapat langsung dimanfaatkan tanpa
dilakukan aktivasi kimia. Aktivasi secara fisika dapat dilakukan dengan kalsinasi
pada suhu tinggi. Suhu aktivasi yang baik untuk lempung berada pada 100 ≤ T ≤
200oC (Igbokwe et al., 2011).
Daya adsorpsi lempung dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah
luas permukaan, struktur lapis molekul, kapasitas tukar kation dan keasamaan
permukaan. Semakin tinggi nilai karakter-karakter tersebut maka semakin baik
daya adsorpsinya (Battacharyya dan Gupta, 2008). Lempung alam memiliki
kelemahaan antara lain, struktur lapis yang mudah rusak dan porositasnya dapat
hilang bila mengalami pemanasan pada suhu tinggi. Kelemahan tersebut dapat
diatasi dengan melakukan aktivasi secara kimia dan fisika sehingga diperoleh
lempung dengan karakter yang lebih baik dengan daya serap yang tinggi.
Kelemahan lempung alam dapat diatasi dengan melakukan aktivasi secara
kimia dan fisika. Aktivasi lempung secara kimia dilakukan dengan menggunakan
asam (Butar-butar, 1998), basa, kation surfaktan dan polihidroksikation (Sirait,
2012). Aktivasi secara fisika dapat dilakukan melalui pemanasan, yaitu kalsinasi.
Proses kalsinasi bermanfaat untuk menjaga stabilitas termal lempung dan
memperbesar pori-pori permukaannya (Sukamta dkk., 2009). Lempung kalsinasi
commit
memiliki beberapa kelebihan antara to user termal yang lebih tinggi hingga
lain stabilitas
perpustakaan.uns.ac.id 9
digilib.uns.ac.id
suhu 600oC, volume pori dan luas permukaan yang lebih besar (Nusyirwan,
2005).
3. Andisol
Andisol di Jawa terdapat di daerah lereng pada ketinggian 700 - 1.500 meter
di atas permukaan laut, dengan kondisi iklim agak dingin dan lebih basah
daripada di dataran rendah. Pada tempat yang tinggi, keadaan iklim kurang cocok
untuk terjadinya kristalisasi mineral, oleh karena itu andisol banyak dijumpai
alofan dan bahan-bahan amorf. Curah hujan tahunan bervariasi dari 2.000 - 7.000
mm, temperatur tahunan bervariasi antara 18oC – 22oC (Munir, 1996).
Andisol merupakan tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous,
mengandung bahan organik dan liat tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika
dan alumina atau hidroksida besi, daya pengikat airnya sangat tinggi, jika ditutup
vegetasi selalu jenuh air, sangat gembur tetapi mempunyai derajat ketahanan
struktur yang tinggi sehingga mudah diolah (Darmawijaya, 1990). Tanah ini
mempunyai sifat andik, yaitu kadar bahan organik kurang dari 25% dan
kandungan bahan amorf (alofan, imogolit, ferrihidrit, atau senyawa komplek Al-
humus) cukup tinggi.
Alofan merupakan mineral liat tanah yang paling reaktif karena mempunyai
daerah permukaan khas yang sangat luas dan mempunyai banyak gugus
fungsional aktif (Farmer et al., 1991). Adanya alofan memberikan sifat-sifat unik
pada andisol. Hal ini karena alofan mempunyai muatan variasi yang besar,
struktur acak dan terbuka, serta dapat mengikat fosfat (Wada, 1989; Tan, 1982;
Ranst, 1995). Akibat kuatnya fiksasi fosfat oleh mineral ini, maka ketersediaan
fosfat yang mudah larut akan berkurang. Andisol hanya 10% dari pupuk P yang
diberikan yang dapat digunakan tanaman akibat tingginya fiksasi fosfat tanah ini.
Tingginya persentase kehilangan pupuk P merupakan masalah serius yang banyak
dijumpai pada andisol.
Alofan diklasifikasikan sebagai bahan yang bersifat “short range-ordered”
karena memilki struktur yang berulang pada skala molekul dan komposisinya
commit to userumumnya terbentuk sangat cepat
relatif teratur. Bahan “short range-ordered”
perpustakaan.uns.ac.id 10
digilib.uns.ac.id
melalui proses kristalisasi, dimana “inti” benih kristal terjadi dengan mudah dan
banyak benih yang dibentuk. Besarnya jumlah benih disebabkan pembentukan
mikrokristal yang memiliki lebar dimensi sekitar 10-1000 Å (Wada, 1989).
Alofan yang mempunyai Al/Si molar ratio 2,0 telah diidentifikasi pada
andisol di Selandia Baru dan Jepang serta di tanah Podzol di Skotlandia (Parfitt
dan Hemni, 1980). Hasil identifikasi tersebut menjadi data dasar dalam
menentukan pengelolaan andisol disana. Oleh karena itu estimasi dan identifikasi
alofan di Indonesia perlu dilakukan, agar manajemen dan produktifitas andisol
bisa optimal.
Alofan sendiri termasuk kelompok alumino silikat alam yang bersifat amorf
terhadap difraksi sinar X, yang komponen utamanya terdiri dari Si, Al, dan
HB2BO. Molekul rasio Si/Al mineral ini 1/1 atau 2/1, serta mempunyai struktur
mineral yang acak dan terbuka/berpori. Antara lembar tetrahedral dan oktahedral
terdapat banyak daerah kosong sehingga molekul air dapat dengan mudah ke luar
masuk, dan anion seperti fosfat dan nitrat dapat terjerap. Alofan mempunyai
daerah permukaan spesifik yang luas. Luas permukaan yang besar ini
mengakibatkat sistem koloid tanah menjadi sangat reaktif sehingga pertukaran
kation, anion, jerapan air, dan fiksasi menjadi lebih tinggi (Tan, 1982).
Identifikasi alofan dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Pengukuran pH setelah diperlakukan dengan pengekstrak kuat seperti NaF
yang akan menghasilkan data kualitatif dan semi kuantitatif.
b. Pengukuran retensi fosfat yang menghasilkan data kualitatif (Blakemore,
1977).
c. Pengukuran dengan DTA (Differntial Thermal Analysis) yang
mengungkapkan keberadaan alofan secara kualitatif dan kuantitatif.
d. Penggunaan mikroskop elektron yang menghasilkan data kualitatif.
e. Pemakaian larutan ammonium oksalat, DCB (Dithionite Citrate Bicarbonate)
dan asam pirofosfat, ketiga larutan ini dikenal sebagai larutan selective
dissolution menghasilkan data kualitatif dan kuantitatif.
f. Pemakaian spektroskopi inframerah yang menghasilkan data kualitatif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 11
digilib.uns.ac.id
Kadmium (Cd) masuk dalam tubuh manusia dan hewan melalui makanan,
minuman dan pernapasan. Dalam tubuh, kadmium (Cd) dapat mengganti ion Ca2+
dalam tulang, sehingga tulang menjadi keropos. Kadmium (Cd) mempunyai
waktu paruh 30 tahun sehingga dapat terakumulasi pada ginjal dan dapat
menyebabkan disfungsi ginjal. Kadmium (Cd) juga dapat menyebabkan tekanan
darah tinggi dan menimbulkan penyakit anemia karena kadmium (Cd) dapat
menghambat kerja enzim –SH dalam protein (Darmono, 1995). Menurut badan
dunia FAO/WHO, konsumsi per minggu yang ditoleransikan bagi manusia adalah
400 – 500 gram per orang atau 7 mg per kilogram berat badan. Kadmium (Cd)
dalam tubuh manusia diperoleh melalui makanan, tembakau, air minum dan
udara.
Keracunan oleh kadmium (Cd) menunjukkan gejala yang mirip dengan gejala
penyakit akibat keracunan senyawa merkuri (Hg) atau penyakit Minamata.
Berdasarkan baku mutu air minum yang dikeluarkan oleh WHO (1971), kadar
kadmium maksimum dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,01 mg/l
sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 492 Tahun
2010, kadar maksimum kadmium dalam air minum yang dibolehkan yakni 0,003
mg/l. Kadmium (Cd) juga dapat menginduksi kerusakan pada fungsi membran
dengan merusak komposisi lipid pada membran sel.
5. Adsorpsi
Adsorpsi adalah akumulasi suatu zat pada antar muka (interface) diantara dua
fase. Zat yang dijerap disebut adsorbat/solute dan zat yang menjerap disebut
adsorben. Banyak zat dipakai sebagai adsorben untuk menjerap zat pengotor
dalam cairan. Adsorben yang umum dipakai secara komersial misalnya, silika gel,
alumina, molekul-molekul penyaring dan karbon aktif. Adsorben adalah bahan-
bahan yang sangat berpori, dan adsorpsi berlangsung terutama pada dinding pori
atau pada letak-letak tertentu di dalam partikel itu. Pemisahan terjadi karena
perbedaan bobot molekul atau karena perbedaan polaritas yang menyebabkan
sebagian molekul melekat pada permukaan itu menjadi lebih erat daripada
commit
molekul-molekul lainnya. Efektivitas to usersangat dipengaruhi oleh beberapa
adsorpsi
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id
faktor, antara lain konsentrasi awal larutan, luas permukaan adsorben, temperatur,
ukuran partikel, pH, dan waktu kontak (Cheremisinof , 2000).
Jenis adsorpsi yang umum dikenal adalah adsorpsi kimia (kemisorpsi) dan
adsorpsi fisika (fisisorpsi).
a. Adsorpsi kimia (kemisorpsi)
Adsorpsi kimia terjadi karena adanya gaya-gaya kimia dan diikuti oleh reaksi
kimia. Pada afsorpsi kimia hanya stu lapisan gaya yang terjadi. Besarnya energi
adsorpsi kimia ±100 kJ/mol. Adsorpsi jenis ini menyebabkan terbentuknya ikatan
kimia sehingga diikuti dengan reaksi kimia, maka adsorpsi jenis ini akan
menghasilkan produksi reaksi berupa senyawa yang baru. Ikatan kimia yang
terjadi pada kemisorpsi sangat kuat mengikat molekul gas atau cairan dengan
permukaan padatan sehingga sangat sulit untuk dilepaskan kembali (irreversibel).
Dengan demikian dapat diartikan bahwa pelepasan kembali molekul yang terikat
di adsorben pada kemisorpsi sangat kecil (Alberty and Daniel, 1997).
b. Adsorpsi fisika (fisisorpsi)
Adsorpsi fisika terjadi karena adanya gaya-gaya fisika. Pada jenis adsorpsi fisika
ini, terjadi beberapa lapisan gas. Besarnya energi adsorpsi fisika ±10 kj/mol.
Molekul-molekul yang diadsorpsi secara fisika tidak terikat kuat pada permukaan,
dan biasanya terjadi proses balik cepat (reversibel), sehingga mudah untuk diganti
dengan molekul yang lain. Adsorpsi fisika didasarkan pada gaya Van Der Waals,
dan dapat terjadi pada permukaan yang polar dan non polar. Adsorpsi juga
mungkin terjadi dengan mekanisme pertukaran ion. Permukaan padatan dapat
mengadsorpsi ion-ion dari larutan dengan mekanisme pertukaran ion. Oleh karena
itu, ion pada gugus senyawa permukaan padatan adsorbennya dapat bertukar
tempat dengan ion-ion adsorbat. Mekanisme pertukaran ini merupakan
penggabungan dari mekanisme kemisorpsi dan fisisorpsi, karena adsorpsi jenis ini
akan mengikat ion-ion yang diadsorpsi dengan ikatan secara kimia, tetapi ikatan
ini mudah dilepaskan kembali untuk dapat terjadi pertukaran ion (Atkins, 1990).
Isoterm adsorpsi merupakan suatu keadaan kesetimbangan, yaitu tidak ada
lagi perubahan konsentrasi adsorbat baik di fase terjerap maupun pada fase gas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id
atau cair. Isoterm adsorpsi biasanya digambarkan dalam bentuk kurva berupa plot
distribusi kesetimbangan adsorbat antara fase padat dengan fase gas atau cair pada
suhu konstan. Isoterm adsorpsi merupakan hal yang mendasar dalam penentuan
kapasitas dan afinitas adsorpsi suatu adsorbat pada permukaan adsorben (Kundari
dkk., 2008).
a. Isoterm Langmuir
Model isoterm Langmuir diterapkan dengan asumsi bahwa seluruh permukaan
penjerap mempunyai afinitas yang relatif sama atau perbedaannya tidak signifikan
terhadap logam. Proses jerapan berlangsung secara kemisorpsi satu lapisan. Pada
setiap situs aktif hanya ada satu molekul yang dapat dijerap, sehingga sekali
molekul terjerap menempati tempat tidak ada lagi penjerapan yang terjadi pada
tempat tersebut.
Xe = k1. Ce
m 1 + k2. Ce
Keterangan :
Ce commit
= konsentrasi to user
adsorbat pada keadaan setimbang (mg/L)
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id
b. Isoterm Freundlich
Isoterm Freundlich merupakan isoterm yang umumnya digunakan untuk
menggambarkan karakteristik adsorpsi padatan terhadap suatu limbah. Isoterm
Freundlich menyatakan bahwa penyerapan senyawa organik oleh permukaan
adsorben dalam kondisi tertentu yang meliputi waktu kontak dan konsentrasi terjadi
karena adanya penyerapan secara fisika. Persamaan Freundlich dapat ditulis sebagai
berikut (Tan, 1982) :
Xe = k. Ce 1/n
m
Keterangan:
Xe = jumlah teradsorp (mg/L)
m = massa adsorben (gram)
Ce = konsentrasi larutan pada keadaan setimbang (mg/L)
k dan n = konstanta
minum menunjukkan bahwa air minum itu pernah terkontaminasi feses manusia
dan mungkin dapat mengandung patogen usus. Oleh karena itu, standar air minum
mensyaratkan Escherichia Coli harus nol dalam 100 ml (Ni Luh dan Ni Putu,
2004).
Beberapa persyaratan kualitas air minum menentukan bahwa air minum aman
bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan
radioaktif. Hal tersebut tertulis dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan
Kualitas Air Minum. Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air minum
menyebutkan bahwa dalam rangka pengawasan air minum maka parameter
kualitas air minimal yang perlu diuji adalah sebagai berikut:
a. Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan meliputi parameter
mikrobiologi dan kimia an-organik seperti E.coli, total koliform, arsen,
fluoride, kromium-val.6, kadmium, sianida dan selenium.
b. Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan meliputi
parameter fisik seperti bau, warna, jumlah zat padat terlarut, rasa, suhu,
kekeruhan, dan parameter kimiawi seperti aluminium, besi, kesadahan,
klorida, mangan, pH, seng, sulfat, tembaga, ammonia.
d. Metode reverse osmosis (RO) adalah teknik penjernihan air dengan membran
reverse osmosis yang mempunyai ukuran pemfilteran sebesar 0.0001 mikron,
yang akan berfungsi menurunkan Total Dissolved Solids (TDS) dalam air.
Membran ini terbuat dari bahan semi permeable dan mampu menyaring
kandungan logam, virus dan bakteri dalam air (Endarko dkk, 2013). William
(2003) mengatakan bahwa membran untuk kebutuhan komersial harus memiliki
sifat permeabilitas yang tinggi terhadap air dan memiliki derajat
semipermeabilitas yang tinggi dalam arti laju transportasi air melewati membran
harus jauh lebih tinggi dibandingkan laju transportasi ion-ion yang terlarut dalam
umpan. Membran juga harus memiliki ketahanan (stabil) terhadap variasi pH dan
suhu. Kestabilan dari sifat-sifat tersebut dalam periode waktu dan kondisi tertentu
dapat didefinisikan sebagai umur membran yang biasanya berkisar antara 3-5
tahun.
Membran reverse osmosis (RO) bertindak sebagai ”barrier” yang bersifat
semi permeabel yang dengan mudah melewatkan komponen secara selektif
(pelarut, biasanya air) dan menghalangi zat terlarut secara parsial maupun
keseluruhan. Air akan berpindah dari sisi umpan ke sisi permeat dengan proses
difusi dengan tekanan sebagai driving force (Mustofa, 2007). Gradien potensial
kimia pada membran menghasilkan driving force -Δμs yaitu gradien potensial
kimia zat terlarut, biasanya berupa perbedaan konsentrasi dan -Δμw yaitu gradien
potensial kimia pelarut, biasanya berupa perbedaan tekanan yang mendorong
larutan untuk melewati membran (William, 2003). Tekanan operasi pada
membran RO berkisar antara 3,4-60 bar. Proses yang terjadi pada membran RO
merupakan proses hiperfiltrasi yang dapat menahan komponen-komponen seperti
bakteri, garam, gula, protein, serta komponen lain yang memiliki berat molekul
lebih dari 150-250 daltons (Mustofa, 2007).
Tipe membran RO dibagi menjadi dua kategori yaitu, membran asimetrik
yang terdiri dari satu jenis polimer dan membran komposit dengan lapisan tipis
(thin film composite membrane) yang terdiri dari dua atau lebih jenis lapisan
polimer. Membran asimetrik memiliki lapisan permselektif yang sangat tipis (0.1-
1 μm) pada bagian permukaannyacommit to user
yang berpengaruh pada fluks serta selektifitas
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id
commit
Gambar 2. Membran to user
spiral wound atau Lilit-spiral
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id
B. Kerangka Berpikir
L:A
Lempung lekat
sewaktu basah
Pembukaan pori dan
Aktivasi peningkatan luas
permukaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id
C. Hipotesis
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
25
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id
2. Bahan :
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ;
a. Lempung dari Bekonang, Sukoharjo, Jawa Tengah.
b. Andisol dari Cemoro Kandang, Gunung Lawu, Jawa Tengah.
c. Air bawah tanah, PT United Tractors Samarinda
d. Aquades.
e. HNO3 pekat.
f. Larutan induk Cd (Cd standart solution)
g. NaF.
h. Amonia.
i. Kertas saring (Whatman 40).
3. Cara Kerja
a. Preparasi adsorben
Lempung yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Bekonang,
Sukoharjo, Jawa Tengah. Lempung yang diperoleh dibersihkan dari pengotor dan
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di udara terbuka hingga kering, lalu
lempung digerus hingga halus. Lempung kemudian diayak dengan ayakan 150
mesh. Serbuk yang lolos 150 mesh direndam dalam aquades dan disaring, lalu
dikeringkan pada temperatur 105oC selama 4 jam (Sulistyarini, 2012).
Andisol yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari daerah Cemoro
Kandang, Gunung Lawu, Jawa Timur. Tanah andisol yang diperoleh dibersihkan
dari pengotor, dicuci dengan air dan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di
udara terbuka hingga kering, lalu commit
andisol to user hingga halus. Selanjutnya, tanah
digerus
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id
andisol diayak dengan ayakan 150 mesh. Serbuk yang lolos 150 mesh direndam
dalam aquades dan disaring, lalu dikeringkan pada temperatur 105oC selama 4
jam (Sulistyarini, 2012).
b. Identifikasi dan Karakterisasi adsorben
Identifikasi adsorben dilakukan dengan uji pH Natrium Flourida (NaF), XRay
Diffraction (XRD), Foriur Tranform Infra-Red (FT-IR), sedangkan Surface Area
Analyzer (SAA), dan uji keasaman total spesifik dengan metode adsorpsi amonia.
1) Pengukuran pH dengan uji NaF
a) Pembuatan larutan NaF 1 M
NaF sebanyak 8 gram dilarutkan dengan aquades dalam gelas beker sambil
diaduk-aduk. Setelah NaF larut, selanjutnya dimasukkan ke dalam labu
ukur 250 ml dan ditambahkan aquades sampai batas.
b) Pengukuran sampel (andisol)
Andisol sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam gelas beker dan
ditambahkan 50 ml NaF 1 M sambil diaduk-aduk. Kemudian sampel yang
telah bercampur dengan NaF diukur pHnya dengan pH meter selama 2
menit.
2) Analisis FT-IR
Analisis lempung dan andisol dengan FT-IR menggunakan teknik butiran
KBr, yaitu pelet dibuat dengan cara mencampurkan 2% (b/b) andisol dalam
KBr. Sampel pelet dianalisis dengan spektrofotometer Shimadzu model FTIR
820431 PC pada daerah pengamatan bilangan gelombang 400-4000 cm-1
3) Analisis XRD
Analisis lempung dan andisol dengan XRD menggunakan metode serbuk
dengan radiasi yang ditimbulkan oleh Cdkα (pada panjang gelombang 1,5406
nm dan 1,54439 nm) dengan filter kadmium (Cd). Bubuk andisol ditempatkan
pada permukaan glass slide (tempat sampel) lalu difraktogram direkam pada
daerah (2θ) 2,0-60,0o untuk menentukan jenis dan komposisi mineral dalam
lempung dan tanah andisol (Sulistyarini, 2012).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id
4) Analisis SAA
Analisis luas permukaan andisol dan lempung dilakukan dengan Surface Area
Analyzer (SAA).
5) Uji keasaman total spesifik
Uji keasaman total spesifik dari lempung dan andisol dilakukan dengan
metode adsorpsi amonia (Sulistyarini, 2012). Krus porselin tempat sampel
diisi dengan 0,5 gram lempung lalu ditimbang dan dimasukkan ke dalam
desikator yang tengah-tengahnya diletakkan piringan kecil berisi amonia.
Kemudian, desikator ditutup rapat dan dibiarkan selama 24 jam. Setelah itu,
tutup desikator dibuka dan dibiarkan selama 2 jam supaya uap amonia yang
tidak teradsorpsi menguap ke udara terbuka. Selanjutnya, krus tersebut
ditimbang sehingga diperoleh berat basa yang teradsorpsi pada permukaan
padatan (Sulistyarini, 2012).
c. Aktivasi Adsorben
Aktivasi adsorben dilakukan secara kimia dan fisika. Aktivasi kimia hanya
dilakukan untuk andisol, yaitu sebanyak 50 gram tanah andisol ditambahkan 250
ml NaOH dengan konsentrasi 3 M. Selanjutnya campuran tersebut diaduk pada
temperatur 70oC dengan waktu pengadukan selama 5 jam, lalu didinginkan.
Setelah campuran tersebut dingin kemudian disaring dan dicuci dengan aquades
sampai pH filtratnya netral atau sama dengan pH pelarut. Setelah itu, tanah
andisol dikeringkan dalam oven selama 4 jam atau sampai dengan kering pada
temperatur 105oC (Sulistyarini, 2012).
Selanjutnya dibuat variasi komposisi adsorben antara lempung dan andisol,
yaitu 0:100, 20:80, 40:60, 50:50, 60:40, 80:20 dan 100:0 dimana pencampuran
antara lempung dan tanah andisol tersebut dilakukan dengan cara pengadukan
(stirer) selama 1 jam dan disonikasi selama 1 jam. Setelah itu, disaring dan fasa
padat dicuci dengan aquades beberapa kali, kemudian dilanjutkan dengan
pengeringan dalam oven pengering selama 4 jam atau sampai kering pada
temperatur 105°C. Lempung:tanah andisol yang sudah kering lalu digerus dengan
lumpang dan diayak dengan ayakan 150 mesh lagi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id
kadmium (Cd) yang tidak terjerap oleh adsorben. Selanjutnya dibuat tabel
hasil daya serap adsorben terhadap ion logam kadmium (Cd) (mg/g) untuk
mengetahui waktu kontak adsorpsi mana yang mempunyai daya serap
maksimum. Ion logam kadmium (Cd) yang teradsorp dihitung dari
konsentrasi kadmium (Cd) mula-mula dikurangi dengan konsentrasi setelah
proses adsorpsi. Kemudian dibuat grafik konsentrasi kadmium (Cd) yang
terserap dengan variasi waktu.
e. Penentuan Isoterm Adsorpsi
Adsorben terbaik yang telah diperoleh kemudian dilakukan adsorpsi dengan
variasi konsentrasi adsorbat untuk mengetahui jenis isoterm adsorpsinya.
Sebanyak 0,5 gram adsorben terbaik dimasukkan ke dalam gelas beker 25 ml dan
ditambahkan masing-masing 15 ml larutan kadmium (Cd) dengan variasi
konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm lalu diaduk pada waktu optimum yang
diperoleh. Hasil adsorpsi tersebut disaring dengan kertas Whatman No. 40,
selanjutnya filtrat yang diperoleh diukur dengan AAS untuk mengetahui ion
logam kadmium (Cd) yang tidak terserap. Hasil yang diperoleh lalu dianalisis
dengan isoterm Langmuir dan Freundlich.
f. Pembuatan Filter Keramik
Proses pembuatan filter keramik dilakukan oleh pengrajin gerabah di daerah
Bayat, Klaten dengan bahan baku dan komposisi menyesuaikan keinginan
peneliti.
Adapun tahap-tahap pembuatannya adalah :
1) Dilakukan pencampuran secara kering antara tanah lempung, tanah andisol
dan serbuk tepung dengan perbandingan berat 6 : 4 : 1.
2) Campuran ketiga bahan tersebut ditambahkan air secukupnya lalu diaduk
hingga terbentuk campuran yang liat.
3) Campuran bahan dicetak berbentuk silinder dengan cetakan gipsum dengan
ukuran diameter dalam 4 cm, diameter luar 5 cm, ketebalan 0,5 cm dan
panjang 20 cm.
4) Bahan dikeluarkan dari cetakan dan dikeringkan pada suhu kamar selama 7
hari commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id
5. Dibakar diatas tungku kayu selama 12 jam, yaitu 4 jam dilakukan pengasapan
dan 8 jam pembakaran.
g. Uji Kinerja Filter Keramik
Air dilewatkan tiga housing yang berisi filter keramik, karbon aktif granul,
karbon block, lalu menuju housing berisi membran osmosis dan terakhir melewati
serbuk karbon aktif. Air yang sudah melewati pori-pori membran RO keluar dan
dianalisa mengenai kandungan logam kadmium (Cd), bakteri E Coli dan koliform
sesuai Permenkes No. 492 tahun 2010.
diperoleh berupa nilai d (jarak antar bidang atom dalam kristal) dari
difraktogram sampel kemudian membandingkan harga d dan I/Io dari spektra
difraksi sampel dengan harga d dan I/Io data JCPDS (Join Committee Powder
on Diffraction Standard) maupun literatur.
4. Data kuantitatif SAA digunakan untuk mengukur besarnya kenaikan luas
permukaan spesifik dari lempung, andisol, dan lempung andisol sebelum dan
setelah proses adsorpsi.
5. Data keasaman total spesifik diperoleh menggunakan metode adsorpsi amonia
untuk melihat perbedaan keasaman lempung, andisol, dan lempung: andisol
sebelum dan setelah proses adsorpsi. Keasaman total spesifik dapat diketahui
dengan membandingkan berat sampel sebelum dan sesudah terjadi adsorpsi
terhadap amonia. Harga keasaman total spesifik dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut (Sulistyarini, 2012) :
Keasamaan = (A-B) x 1000 mmol
BMNH3 x m Adsorben gram
Keterangan:
A = berat krus + sampel setelah adsorpsi (gram)
B = berat krus + sampel sebelum adsorpsi (gram)
BMNH3 = 17 (gram/mol)
Massa adsorben = 0,5 (gram)
Keterangan :
Ce commit
= konsentrasi to user
adsorbat pada keadaan setimbang (mg/L)
perpustakaan.uns.ac.id 33
digilib.uns.ac.id
b. Persamaan Freundlich
Xe = k. Ce 1/n
m
Keterangan:
Xe = jumlah teradsorp (mg/L)
m = massa adsorben (gram)
Ce = konsentrasi larutan pada keadaan setimbang (mg/L)
k dan n = konstanta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
A. Karakteristik Adsorben
1. Analisis Uji NaF
Uji NaF dilakukan untuk mengetahui keberadaan alofan dalam sampel tanah
andisol. Dari hasil uji NaF diperoleh nilai pH 10,18 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pada sampel tanah andisol mengandung alofan yang memadai. Munir
(1996) menyatakan bahwa kandungan alofan dalam tanah dapat diketahui dengan
mengukur pH dari 1 gram tanah dalam 50 ml larutan NaF 1 M selama 2 menit dan
apabila nilai pH lebih besar dari 9,4 menunjukkan bahwa terdapat kandungan
alofan yang tinggi dalam tanah. NaF dapat memberikan reaksi yang cepat ketika
ditambahkan ke dalam sampel alofan, yaitu F dapat bereaksi dengan Al dan
memecah struktur sehingga akan melepaskan OH- (Parfit and Henmi, 1980).
2. Analisis Fourier Tranform Infra-Red (FT-IR)
Analisis FT-IR dilakukan bertujuan untuk mengetahui gugus fungsional
utama di dalam struktur lempung dan andisol. Pengamatan sampel lempung dan
andisol dilakukan pada bilangan gelombang antara 400 – 4000 cm-1 dengan
menggunakan butiran pellet KBr. Hasil spektra FT-IR ditunjukkan pada Gambar 4
dan 5.
%T
34
perpustakaan.uns.ac.id 35
digilib.uns.ac.id
%T
Data hasil analisis gugus fungsi lempung dan andisol dapat dilihat pada
Tabel 1. Dari tabel tersebut dapat diamati perbandingan serapan bilangan
gelombang pada sampel dengan hasil analisis dari penelitian yang lain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 36
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 37
digilib.uns.ac.id
Lempung 56,5410
Keterangan : (1) Sistha (2013)
Berdasarkan data pada Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa luas permukan
andisol lebih besar dengan perrbedaan secara signifikan. Luas permukaan inilah
yang menyediakan luasan area pada permukaan lempung maupun andisol dalam
proses adsorpsi terhadap ion logam kadmium (Cd) yang berlangsung.
5. Analisis Keasaman
Analisis keasaman dilakukan dengan menggunakan metode adsorpsi basa
amonia, yaitu melalui pengukuran jumlah basa amonia yang bereaksi dengan
gugus asam padatan, dimana jumlah basa amonia yang diadsorpsi oleh permukaan
padatan adalah sebanding dengan jumlah asam pada permukaan padatan yang
menyerap basa tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 39
digilib.uns.ac.id
Andisol 2,352
Lempung 3,529
Berdasarkan data pada Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa keasaman lempung
lebih tinggi dibandingkan andisol. Hal tersebut menunjukkan bahwa permukaan
lempung menyediakan situs aktif yang lebih banyak daripada permukaan andisol
dimana situs aktif ini akan menjadi media dalam proses adsorpsi ion logam
kadmium (Cd).
mempunyai kapasits jerapan yang lebih baik dibanding dengan penjerap dengan
ukuran partikel lebih besar. Ukuran partikel yang kecil mampu menyediakan
bidang adsorpsi yang lebih besar dibanding partikel dengan ukuran yang lebih
besar oleh karena itu interaksinya dengan ion logam lebih maksimal. Penelitian
lain juga menjelaskan bahwa keberadaan material lain dalam campuran adsorben
dengan alofan dapat meningkatkan kapasitas adsorpsinya atau justru menurunkan
kapasitas adsorpsinya.
Efektivitas perbandingan komposisi lempung:tanah andisol pada kondisi
terbaik tersebut terhadap ion logam kadmium (Cd) dapat dilihat pada Gambar 8.
Perbandingan antara lempung dan tanah andisol 0:100, 20:80, 40:60, 50:50,
60:40, 80:20 dan 100:0 pada suhu 200⁰C memiliki kapasitas adsorpsi yang
meningkat dengan bertambahnya waktu kontak. Sedangkan ketika suhu kalsinasi
ditingkatkan menjadi 400⁰C dan dengan bertambahnya waktu kontak,
perbandingan lempung:andisol tersebut memiliki kapasitas adsorpsi yang semakin
menurun. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pada suhu 200⁰C, pengotor sudah
hilang dan pori-pori pada permukaan lempung maupun tanah andisol sudah dapat
terbuka sehingga menyediakan luasan area untuk terjadinya proses adsorpsi,
sedangkan suhu yang lebih tinggicommit to user sudah melebihi batas ketahanan
kemungkinan
perpustakaan.uns.ac.id 46
digilib.uns.ac.id
y = -0,110x+1,703
Ce/Qe
Ce
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 48
digilib.uns.ac.id
Log (Xe/m)
y = 0,761x+0,201
Log Ce
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 49
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa air bersih yang diuji
mengandung logam kadmium (Cd) dan bakteri Escherichia Coli dan Koliform.
Kandungan adanya logam kadmium (Cd), bakteri E.Coli dan Koliform di dalam
makanan/minuman menunjukan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat
enteropatogenik dan toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri E.Coli
dan Koliform dalam jumlah tertentu dapat menjadi indikator suatu kondisi yang
bahaya dan adanya kontaminasi bakteri patogen (Balia dkk, 2011).
RO (Reverse Osmosis) dengan menggunakan filter keramik berbahan
campuran lempung dan andisol diharapkan dapat menghilangkan 90-99% dari
patogen dan kandungan logam yang ditemukan dalam air. Metode Reverse
Osmosis (RO) adalah teknik penjernihan air dengan membran reverse osmosis
yang mempunyai ukuran pemfilteran sebesar 0.0001 mikron, yang akan berfungsi
menurunkan Total Dissolved Solids (TDS) dalam air. Membran ini terbuat dari
bahan semi permeable dan mampu menyaring kandungan logam, virus dan bakteri
commit to user
dalam air (Endarko dkk, 2013). Selain itu ditambahkan dengan filter keramik
perpustakaan.uns.ac.id 51
digilib.uns.ac.id
berbahan campuran lempung dan andisol pada reserve osmosis. Li and Lee (2009)
menjelaskan bahwa sifat-sifat istimewa membran keramik berpori, seperti
kestabilan terhadap suhu tinggi, kekuatan mekanis dan mudah dalam hal
regenerasi. Bahan-bahan untuk membuat filter keramik dapat bervariasi namun
sebagai bahan utamanya adalah tanah liat karena kemampuannya untuk dibentuk
dan tahan pada suhu tinggi.
Hasil uji bakteri dan logam yang terkandung pada air sumur sesudah melalui
teknologi penjernih air sistem reserve osmosis dengan menggunakan filter
keramik dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Data hasil pemeriksaan air sumur melalui teknologi penjernih air
Kadar maksimum
No Parameter Hasil yang Keterangan
diperbolehkan
1 E Coli 0 0 MS
2 Total Koliform 0 0 MS
3 Kadmium (Cd) <0,001 0,003 MS
Standar menurut PERMENKES NO. 492/MENKES/Per/IV/2010
Keterangan: MS (Memenuhi Syarat), TMS (Tidak Memenuhi Syarat)
Dari hasil yang ditunjukan di atas, terlihat bahwa air bersih hasil pengolahan
melalui teknologi penjernih air sistem reserve osmosis dengan menggunakan filter
keramik telah memenuhi standard air minum PERMENKES. Setelah mengalami
perlakuan kandungan logam kadmium (Cd), bakteri E.Coli dan Koliform
mengalami penurunan menjadi 0 sesuai dengan kadar maksimum yang telah
ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi penjernih air sistem reserve
osmosis menggunakan filter keramik mempunyai keefektifan dalam menurunkan
kadar logam kadmium (Cd) dan bakteri patogen dalam air sumur. Filter keramik
mampu menurunkan berbagai bahan pencemar fisik, kimia dan biologi sehingga
diperoleh air bersih yang dapat ditoleransi untuk air minum. Hartopo (2014)
menyatakan bahwa filter keramik efektif dalam menurunkan kadar ion logam Mn
dalam air dengan tingkat keefektifan sebesar 98,9%.
Penelitian ini, penyerapan ion logam kadmium (Cd) terhadap lempung dan
commit to user
tanah andisol dibuktikan pada larutan model melalui metode batch dengan
perpustakaan.uns.ac.id 52
digilib.uns.ac.id
persentase 97,9%, hal ini dikarenakan air sumur tidak mengandung ion logam
kadmium (Cd). Partikel tanah lempung memilki kemampuan untuk mengembang
apabila kontak dengan air serta memilki kapasitas pertukaran ion yang tinggi
sehingga mampu menahan kation pada partikelnya dalam jumlah besar
(Bhatacharya and Gupta, 2006; Zhao et al., 2011; Grasi et. al., 2012). Selain itu,
adanya partikel tanah andisol yang mempunyai porositas, luas permukaan dan
daya tukar kation yang tinggi (Pranoto et al., 2013; Heraldy, dkk., 2004; Munir,
1996) menyebabkan kemampuan menurunkan ion logam kadmium (Cd)
meningkat.
Osmosis merupakan proses perpindahan air dari larutan yang konsentrasinya
rendah menuju larutan yang konsentrasinya tinggi dikarenakan adanya tekanan
osmosis. Proses perpindahan ini melalui membran semipermeabel, dimana proses
perpindahan air akan berhenti setelah konsentrasi kedua larutan sama. RO
membutuhkan tekanan hidrostatik lebih besar daripada perbedaan tekanan
osmotiknya sehingga air bisa mengalir dari larutan yang konsentrasinya lebih
tinggi melalui membran semipermeabel. Sistem RO umumnya terdiri dari 4
proses, yaitu :
1. Pengolahan Awal (pretreatment)
Air umpan terlebih dahulu diolah agar sesuai dengan kondisi membran
dengan menghilangkan padatan tersuspensi, menyesuaikan pH operasi dan
menambahkan inhibitor untuk control scaling yang disebabkan konstituen-
konstituen seperti kalsium sulfat.
2. Pemberian Tekanan
Air umpan yang sudah diolah dinaikkan tekanannya dengan pompa sampai
tekanan operasi yang diinginkan agar sesuai dengan membran dan kadar garam air
umpan.
3. Separasi Membran
Membran semipermeabel menghambat jalannya air umpan yang
melewatinya. Air hasil keluaran dari membran berupa air bersih yang disebut
permeate, dan yang tertahan pada membran disebut concentrate. Namun, karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 53
digilib.uns.ac.id
tidak ada membran yang dapat bekerja 100% sempurna, maka ada sebagian kecil
garam yang masih dapat melewati membran.
4. Stabilisasi
Air hasil keluaran membran (air produk) biasanya disesuaikan pHnya terlebih
dahulu sebelum ditransfer ke sistem distribusi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Variasi komposisi lempung dan andisol, suhu kalsinasi, dan waktu kontak
berpengaruh pada adsorpsi terhadap ion logam kadmium (Cd).
2. Kondisi optimum adsorpsi adsorben lempung dan andisol diperoleh pada
perbandingan lempung dan tanah andisol 60:40 dengan suhu kalsinasi 200⁰C
dan waktu kontak 60 menit.
3. Teknologi penjernih air menggunakan filter keramik campuran lempung dan
andisol efektif umtuk mengurangi kandungan logam kadmium (Cd) dalam air
sebesar 99% dan bakteri patogen dalam air sebesar 100 %.
B. Saran
1. Perlu dilakukan modifikasi alat teknologi penjernih air menggunakan filter
keramik lempung andisol untuk menurunkan kadar parameter yang lainnya
sesuai Permenkes no. 492 Tahun 2010.
2. Menambah altenatif lain selain andisol dan lempung dalam menjerap logam
berat dan bakteri patogen.
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id 55
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Agmalini, S., Lingga, N.N., Nasir, S., 2013. Peningkatan Kualitas Air Rawa
Menggunakan Membran Keramik Berbahan Tanah Liat Alam dan Abu
Terbang Batubara. Jurnal Teknik Kimia. No.2, Vol.19, hlm.59-68
Alemayehu, D. D., Sing, S. J., and Tessema, D. A., 2012. Assessment of the
Adsorption of Fired Clay Soils From Jimma (Ethiopia) for The Removal of
Cr (VI) from Aqueous Solution.Universal Journal of Environmental
Research and Technology. Volume 2, Issue 5, hlm. 411-420
Almeida, J. A., Barreto, R. E., Novelli, L. B., Castro, F. J., and Moron, S. E.,
2009. Oxidative Stress Biomarkers and Aggressive Behavior in Fish
Exposed to Aquatic Cadmium Contamination. Neotropical Ichtyology, Vol
7, pp. 103-108.
Army, A. 2009. Lempung Aktif sebagai Adsorben Ion Fosfat dalam Air. Jurnal
Chemical. Vol: 10. Nomer 2: 14-23.
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Jilid II. Terjemahan: Physical Chemistry 4th
edition. Erlangga. Jakarta dalam Sistha, P. W. V., 2014. Uji Efektifitas
Lempung:Tanah Andisol terhadap Limbah Ion Tembaga (Cu)
Menggunakan Metode Batch. Skripsi Jurusan Kimia. Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sebelas Maret Surakarta
Balia, Rostita., Harlia., Ellin., Suryanto dan Denny. 2011. Deteksi Coliform Pada
Daging Sapi Giling Spesial yang Dijual di Hipermarket Bandung.
Pustaka.unpad.ac.id. (Diakses 19 Januari 2015).
Bhattacharayya, K.G. and Gupta, S.S. 2006. Kaolinite, montmorillonite, and their
modified derivatives as adsorbents for removal of Cu(ll) from aqueous
solution. Separation and Purification Technology 50, 388-397.
Blakemore, L.C., Scarle, P.L., and Daly, B.K. 1987. Soil Bureau Laboratory
Methods for Chemical Analysis of Soil. New Zealand Soil mBureau. Soil
rep. 10 A. DSIRO. New Zealand.
Bobocea, A.C., Fertig, E.T., Pislea, M., Seremet, T., Katona, G., Magdalena
Mocanu, I.O., Doagă, I.O., Radu, E., Horváth, J., Tanos, E,. Katona, L.,
and Katona, E., 2008. Cadmium and Soft Laser Radiation Effects on
Human T Cells Viability and Death Style Choices. Romanian J. biophys,
Vol. 18, pp, 179–193.
Buhani. 2007. Alga sebagai Bioindikator dan Bioadsorben Logam Berat (Bagian
I:Bioindikator).http://www.chemistry.org/artikelkimia/biokimia/alga_seba
gai_bioindikator_dan_biosorben_logam_berat_bagian_I_bioindikator/
.diakses tanggal 22 Agustus 2014.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press : Jakarta.
Devnita, R., Yuniarti, A., dan Hudhaya, R. 2005. Penggunaan Metode Selective
Dissolution dan Spektroskopi Inframerah dalam Menentukan Kadar
Alofan Andisol. Laporan Penelitian-Fakultas Pertanian UNPAD.
Eba, F., Gueu, S., Eya’A-Mvongbote, A., Ondo, J. A., Yao, B. K., Nlo, J. Ndong,
Biboutou, R. Kouya, 2010. Evaluation of The Adsorption Capacity of The
Natural Clay from Bikougou (Gabon) to Remove Mn(II) from Aqueous
Solution. International Journal of Engineering Science and Technology.
Vol. 2(10),hlm.5001-5016
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 57
digilib.uns.ac.id
Endarko, Triswantoro P., Nike I. N., Nuning A., Adi W., Agus R., dan Melania S.
M. 2013. Rancang Bangun Sistem Dekontaminasi dan Sterilisasi Pada
Proses Penjernihan Air Sungai Berbasis Lampu Ultraviolet (UV). Jurusan
Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Alam Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya. Vol. 16, No. 3, Juli 2013, hal 75 – 84. ISSN : 1410 –
9662.
Farmer, V. C., Russell, J.D., and Smith, B.F.L.. 1983. Extraction of inorganic
forms of translocated Al, Fe and Si in a podzol Bs horizon. J. Soil Sci. 34 :
571 – 576.
Flora, S.J.S., Mittal, M., and Mehta, A., 2008. Heavy Metal Induced Oxidative
Stress & Its Possible Reversal by Chelation Therapy. Indian J. Med. Res
Vol. 128. pp. 501-523.
Grasi, M., Kaykioglu, G., Belgiorno, V., and Lofrano, G. 2012. Removal of
Emerging Contaminants from Water and Wastewater by Adsorption
Process. dalam Lofrano, G. (edt.). SpringerBriefs in Green Chemistry for
Sustainability. Department of Civil Engineering, University of Salerno.
Fisciano. DOI: 10.1007/978-94-007-3916-1_2. ISBN : 978-94-007-3915-
4.
Henry, M., Maley, S., and Mehta, K. 2013. Designing a Low-Cost Ceramic Water
Filter Press. International Journal for Service Learning in Engineering.
Vol.8, No.1, pp.62-77. ISSN 1555-9033
Heraldy, E., Pranoto, dan Prowida, D. 2004. Studi Karakterisasi dan Aktivasi
Alofan Alam serta Aplikasinya sebagai Adsorben Logam Berat Zn
Menggunakan Metode Kolom. Journal Alchemy. 3(1), hlm. 32-42
Hermamalini, R., and Velraj, G. 2011. FT-IR X-Ray Diffraction and Thermal
Analysis to Estimate The Firing Temperature of The Archeological
Samples Excavated Recently at Banahalli in Karnataka, South India.
Journal of Chemical and Pharmaceutical Sciences. 4:135-140
Itou, Y., Shozugawa, K., and Matsuo, M. 2009. XAFS Speciation of Adsorbed
Zinc Ion on Allophane in Presence of Humic Acid. Photon Factory Activity
Report. 2009#27 Part B (2010). Graduate School of Arts and Sciences,
The University of Tokyo, Tokyo
Iyoda, F., Hayashi, S., Arakawa, S., and Okamoto, M. 2011. Nanostructure and
Adsorption Behaviour of Natural/Synthetic Allophanes. PPS-27, 27th
World Congress of the Polymer Processing Society, May 10-14,
Marrakech, Morocco.
Jihui, Q.U., Chengqing, Y., Min, Y., and Huijuan, L. 2007. Development and
Application of Innovative Technologies Drinking Water Quality Assurance
in China. Front. Environ. Sci. Engin. China, 1(3): 257-269.
Khasanah dan Eliya, N. 2009. Adsorpsi Logam Berat. Oseana. Vol. XXXIV No.
4: 1-7. UPT Loka Konversi Biota Laut-LIPI Bitung.
Krisnawati, Jasinda dan Iriany. 2013. Penjerapan Logam Kadmium (Cd2+) dengan
Adsorben Cangkang Telur Bebek Yang Telah Diaktivasi. J Teknil Kimia
Vol 2, No 3 : Universitas Sumatera Utara.
Kusnaedi. 2002. Mengolah Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum. Penebar
Swadaya : Jakarta.
Lembaga Penelitian Tanah. 1972. Peta Tanah Bagan Indonesia Skala 1 : 2 500
000. Dok Bagan Indonesia Skala 1 : 2 500 000. Dok. Lembaga Penelitian
Tanah : Bogor.
Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat terhadap Kualitas
Air Laut dan Sumberdaya Perikanan. Makara, Sains. 8(2): 52-58
Li, L., and Lee, R. 2009. Purification of Produced Water by Ceramic Membranes:
Material Screening, Process Design and Economics. Separation Science
and Technology, 44: 3455–3484, ISSN: 0149-6395 print=1520-5754
online DOI: 10.1080/01496390903253395
Maksum, R., Heria, O., dan Herman, S. 2008. Pemeriksaan Bakteriologis Air
Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi Ulang Di Daerah
Lenteng Agung Dan Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Vol. V, No. 2, hal
101 – 109. ISSN : 1693-9883. UI : Depok.
Muhdarina, Muhammad, A. B., dan Muchtar, A., 2010. Prospektif Lempung Alam
Cengar sebagai Adsorben Polutan Anorganik di dalam Air : Kajian
Kinetika Adsorpsi Kation Co(II). Reaktor, Vol. 13 No.2, Desember, hlm.
81-88
Mustofa, G.M.. 2007. The Study of Pretreatment Options for Composite Fouling
of Reverse osmosis Membrane Used in Water Treatment and Production.
School of Chemical Science and Engineering. University of South Wales.
Naiya, T.K., Chowdhury, P., Bhattacharya, A.K., and Das, S.K. 2009. Sawdust
and Neem bark as Low-cost Natural Biosorbent for Adsorptive Removal of
Zn(II) and Kadmium (Cd)(II) ions from Aqueous Solutions, Chemical
Engineering Journal, 148, pp. 68–79.
Ni Made S. M., Anak, A. B. P., dan James, S. 2013. Pemanfaatan Arang Batang
Pisang (Musa paradisiacal) Untuk Menurunkan Kesadahan Air. Jurnal
Kimia. MIPA : Universitas Udayana.
Nusa, I. S. 2009. Uji Kinerja Pengolahan Air Siap Minum dengan Proses
Biofiltrasi, Ultrafiltrasi dan Reverse Osmosis (RO) dengan Air Baku Air
Sungai. JAI Vol 5. No. 2.
Nusyirwan. 2005. Karakter Permukaan dan Rasio Si/Al dari Hasil Pemillaran
e ng “ a ng” dengan on egg n. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Ohta, H., Yamauchi, Y., Nakakita, M., Tanaka, H., Asami, S., Seki, Y and
Yoshikawa, H. 2000. Relationship between Renal Dysfunction and Bone
Metabolism Disorder in Male Rats after Long-Term Oral Quantitative
Cadmium Administration. commit to Healthol,
Industrial user Vol 38, pp. 339–355.
perpustakaan.uns.ac.id 60
digilib.uns.ac.id
Pal, M., Horvarth, E., Janda, T., Paldi, E., and Szalai, G. 2006. Physiological
Changes and Defense Mechanisme Induced by Cadmium Stress in Maize.
Review article. J. Plant. Nutr. Soil Sci, Vol 159, 230-246.
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Permanasari, A., Siswaningsih, W., dan Wulandari, I. 2010. Uji Kinerja Adsorben
Kitosan-Bentonit terhadap Logam Berat dan Diazinon secara Simultan.
Jurnal Sains dan teknologi Kimia. 1(2): 12-134
Plasvic, B., Kobe, S., and Orel, B. 1999. Identification of Crystallization Forms of
CaCO3 with FT-IR Spectroscopy. Kovine, Zlitine, Tehnologije. 33:517-
521
Ranst, Van. 1995. Clay Mineralogy. Lecture Notes. ITC for Post Graduate Soil
Scientist. University of Ghent. 287 p.
Sanchez, A. G., Ayuso, E. A., and De Blas, J., 1999. Sorption of Heavy Metal
from Industrial Waste Water by Low-Cost Mineral Silicates. Clay
Minerals. 34, 469-477
Schulze, D. G., 2005. Clay Minerals. Purdue University, West Lafayette, IN, USA
http://www.geoinfo.amu.edu.pl/geoinf/m/GLEB/1b%20Clay%20minerals_
EncSoilEnv_S CHULZE%2005.pdf. Diakses tanggal 16 Januari 2015.
Sirait, R. 2012. Pengaruh Suhu Kalsinasi pada Karakter Lempung Alam Desa
Talanai yang Diaktivasi dengan NaOH. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA.
Universitas Riau, Pekanbaru.
Soil Survey Staff, 1999. Soil Taxonomy. A Basic System of Soil Classification for
Making and Interpreting Soil Surveys. Second edition. USDA.
Suardana, L. N. 2003. Optimalisasi daya adsorpsi zeolit terhadap ion chrom (III).
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora 2:1 hal 17-33.
Sudradjat, A. 1992. Seputar Gunung api dan Gempa bumi. Jakarta. hal : 164.
Sukamta, B. A., Sutijan, Bening, A., dan Budiharto, S. 2009. Pemecahan Senyawa
Kompleks dalam Kaolin dan Pengambilan Alumina dengan Metode
Kalsinasi dan Elutrasi. Jurnal Teknologi Technoscienta 1 (2): 1-5.
Urabe, M. 1986. Interaction of Metal Ion with Clays: I. A case study with Cu (II).
Applied Clay Science. 30: 199-208.
Visekruna, A., Strkalj, A., and Pajc, L. M. 2011. The Use of Low Cost Adsorbents
for Purification Wastewater. The Holistic Approach to Environment.
1(2011)1, 29-37. ISSN 1848-0071
Widayanti dan Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Kaliform Pada Depo Air
Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Jurnal Pendidikan Biologi MIPA
IKIP Negeri Singaraja.
Widihati, I. A. G. 2008. Adsorpsi Anion Cr (VI) oleh Batu Pasir Teraktivasi Asam
dan Tersalut Fe2O3. Jurnal Kimia. 1(2): 25-30
Yokouchi, M., Hiramatsu, N., Hakayawa, R., Kasal, A., Takano, Y., Yao, J and
Kitamura, M. 2007. Atypical, bidirection regulation of cadmium-induced
apoptosis via disctinct siganaling of unfolded protein response. Cell Death
and Differentiation, Vol 14, pp.1467-1474.
Yuan, P., Fan, M., Yang, D., He, H., Lui, D., Yuan, A., Zhu, J., and Chen, T.
2009. Monmorilonit-Supported Magnetite Nanopaticles for The Removal
of Hexavalent Chromium Cr(VI) from Aqueous Solutions, J. Hazard
Mater. No.166, hlm.821- 829 dalam Alemayehu, D. D., Sing, S. J., and
Tessema, D. A., 2012. Assessment of the Adsorption of Fired Clay Soils
From Jimma (Ethiopia) for The Removal of Cr (VI) from Aqueous
Solution.Universal Journal of Environmental Research and Technology.
Volume 2, Issue 5, hlm. 411-420.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 63
digilib.uns.ac.id
Zhao, G., Wu, X., Tan, X., dan Wang, X. 2011. Sorption of Heavy Metal Ions
from Aqueous Solution: A Review. The Open Colloid Science Journal. 4.
19-31
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 64
digilib.uns.ac.id
LAMPIRAN
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 65
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 66
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 67
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 68
digilib.uns.ac.id
Lampiran 4. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sebelum adsorpsi
dengan FTIR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 69
digilib.uns.ac.id
Lampiran 5. Hasil analisis gugus fungsi lempung dan tanah andisol sesudah adsorpsi
dengan FTIR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 71
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 73
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 74
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 76
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
Lampiran 10. Data konsentrasi sisa hasil analisis adsorpsi ion logam Kadmium
(Cd) oleh adsorben dengan AAS pada larutan model
Konsentrasi sisa
Komposisi Suhu Waktu Absorbansi Rata-
(ppm)
(L:A) (ºC) (Menit) rata
1 2 1 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
Lampiran 11. Data perhitungan kapasitas adsorpsi dan % Kadmium (Cd) teradsorp
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 81
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
Lampiran 13. Hasil analisis luas permukaan tanah andisol dengan SAA (Sistha,
2013)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 85
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
A = berat wadah + sampel setelah terjadi adsorpsi (g)
B = berat wadah + sampel mula-mula (g)
BMNH3 = 17 g/mol
Berat sampel = 0,5 gram
a. Alofan (1)
Keasamaan = 11,814 - 11, 794 x 1000/0,5 = 2,3529 mmol/g
17
Alofan (2)
Keasamaan = 13,469 - 13,449 x 1000/0,5 = 2,3529 mmol/g
17
b. Lempung (1)
Keasamaan = 11,937 - 11,907 x 1000/0,5 = 3,529 mmol/g
17
Lempung (2)
Keasamaan = 13,421 - 13,391 x 1000/0,5 = 3,529 mmol/g
17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
Konsentrasi (ppm)
C
Awal (C) Sisa Teradsorp x/m Log C Log x/m
x/m
1,97 1,49 0,47 0,95 1,57 -0,02 0,17
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
Lampiran 16. Hasil Laboratorium air baku PT United Tractors Tbk Cabang
Samarinda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 88
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 89
digilib.uns.ac.id
Filter Keramik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 90
digilib.uns.ac.id
Karya Ilmiah
Surakarta, 2015
Fathoni Firmasyah
commit to user