Anda di halaman 1dari 9

ANALISA PERBANDINGAN ATAS UNDANG UNDANG

PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA

Wawan Dharma Setiawan


PKPPA I Lembaga Administrasi Negara, Jl. Kiara Payung, Sumedang,
Telp. (022) 7790048, Fax. (022) 7790055

Contemplation Process of The Local Goverment Law In Indonesia

Implementation of Local governance as a mandate from the Constitution since the early days of independence has been
attempted, but until these days, central government still has more power than local governments. Apparently the local
governmentarea was not ready and not prepared to alter the delivery of local governance pendulum that is on
decentralization as a manifestation of regional autonomy. In order to resolve this negative euphoria, those transfers of
powers should be done by a process that is systematic, measurable.
Keywords : Local Government, Transfer Of Powers
premature jika tiba tiba harus diganti,
A. PENDAHULUAN karena perlu kajian yang sangat
Sejak Indonesia menyatakan mendalam, mengingat NKRI adalah
kemerdekaannnya, sebagai salah satu Negara Kepulauan, budaya yang
tindak lanjut, dikeluarkan Undang undang heterogen, potensi Sumber Daya Manusia
tentang Pemerintahan di Daerah, karena dan Potensi yang heterogen.
sesuai UUD’ 45 sebagai konstitusi dasar
bahwa Negara Indonesia adalah Negara Pendulum sampai masa
Pemerintahan Soeharto berada pada
Kesatuan (Nation) bukan Negara Serikat,
sentralisasi, hampir 32 tahun, kekuasaan di
maka Penyelenggaraan Pemerintahan
Pemerintah pusat sangat besar, secara
Daerah terus berjalan dengan tiga asas
yaitu, Azas Sentralisasi, Azas empiris hal ini mengebiri inovasi, kreasi
Desentralisasi dan Azas Pembantuan / untuk orang-orang yang berada di Daerah.
Medebewin. Pembangunan yang dilaksanakan
banyak di Daerah Jakarta dan sekitarnya,
Dalam perjalanannya dilakukan
sehingga terjadi migrasi yang besar,
berbagai penyempurnaan dalam
pelaksanaannya, baik melalui Kebijakan akibatnya sampai saat ini dapat dilihat
Organik atas Undang undang tersebut dari sulitnya mendapatkan tempat tinggal,
harga yang mahal dan ketika hari libur
maupun menggantinya dengan Undang
panjang atau Iedul Fitri harus melibatkan
undang baru, sampai pada Undang
pejabat apakah Menteri maupun setingkat
Undang nomor 4 Tahun 1974 tentang
Pemerintahan di Daerah, Undang undang Menteri lebih dari 5 (Departemen
tersebut menurut hemat saya sudah baik, Perhubungan, Kepolisian RI, Departemen
Sosial dan lainnya termasuk aparat di
sudah menganut tiga azas pemerintahan
Daerah baik yang dilalui maupun tujuan),
di Daerah, pasal 11 nya telah menyebutkan
begitu mahal untuk hal ini yang harus
bahwa titik berat otonomi berada di
Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota), jika dibayar.
akan ada penyesuaian bisa di amandemen Saya ingin berpendapat, bahwa
beberapa pasal, ketika digantikan oleh Undang undang nomor 5 Tahun 1974
Undang undang baru tentang adalah Kebijakan yang sudah baik tinggal
Pemerintahan Daerah, masih banyak pelaksanakannya dijalankan dengan
kebijakan Organiknya baik dalam bentuk konsisten dan beberapa penyesuaian
Undang undang, Peraturan Pemerintah, sesuai kebutuhan, serta sadar akan
Keputusan Menteri Dalam Negeri yang heterogenitas daerah, baik sumber daya
belum dikeluarkan. Menjadi sesuatu yang alam, manusia, budaya.

252
ANALISA PERBANDINGAN ATAS UNDANG UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA
:: Wawan Dharma Setiawan

Entah dengan pertimbangan rasional kontribusi Indonesia cukup tinggi, antara


apa, tiba tiba diganti dengan Undang lain dengan “pembabatan” hutan yang
undang 22 tahun 1999 tentang “semena mena”, pengelolaan tata ruang
Pemerintahan Daerah. Momentum ini yang “sulit konsisten”, pembukaan,
yang menjadi titik awal penyelenggaraan penempatan kawasan Industri yang
di Daerah menjadi tidak lebih baik kajiannya ada atau tidak, kenapa
dibandingkan sebelumnya. Banyak euforia demikian, banyak kawasan industri yang
yang muncul dalam bentuk yang negatif menghancurkan irigasi teknis yang
dan masyarakat dilihat dari kesejahteraan dibangun mahal, pengelolaan limbah yang
tetap pada kondisi yang sama atau tidak jelas sehingga mencemari udara dan
menurun. air.
Ditambah dengan krisis moneter di
Dunia pada tahun 1997/1998, kondisi B. PEMERINTAHAN DAERAH DALAM
negara terutama masyarakat menjadi lebih APLIKASI
menurun kualitasnya dalam berbagai hal,
Siapun harus mengakui bahwa
kemiskinan atau yang berada dibawah
penyelenggaraan pemerintah daerah
garis kemiskinan semakin bertambah,
adalah sesuatu yang kompleks antara lain
pengangguran bertambah, kualitas hidup
dapat dilihat dari aspek:
rendah, dan secara teoritis maka kinerja
yang dicapai juga rendah, dan negara kita 1. Tujuan,
yang paling lama lepas dari krisis global 2. Tugas Pokok,
ini, karena tidak melakukan recovery yang 3. Fungsi,
sistematis dan mendongkrak variabel yang 4. Sruktur Organisasi,
menjadi triger untuk meningkatkan taraf 5. Kepegawaian,
hidup masyarakat Indonesia, Pemerintah 6. Keuangan,
banyak hanya menyelesaikan simtom 7. Peralatan dan Teknologi.
simtom saja. Akhirnya sulit negara dan 8. Masyarakat yang akan
bangsa ini dapat keluar dari himpitan dilayaninya.
krisis yang berdampak ke segala arah baik
Sistem administrasi yang digunakan
kehidupan bernegara, berbangsa dan
harus yang memiliki sifat universal
bermasyarakat. Hal ini adalah pelajaran
dimana sifatnya adalah efisiensi,
pahit yang tidak boleh terjadi, artinya
efektivitas, produktivitas dengan
treatmentnya harus cepat, sudah memiliki
menerapkan prisip prinsip penegakan
daya tangkal yang handal.
hukum, demokratis yang berorientasi pada
Secara makro para pemimpin bangsa pelayanan umum.
ini entah sengaja atau tidak, kurang
Didalam referensi buku
berfikir jauh kedepan, sebagai contoh,
“Pemantapan Pelaksanaan Undang
dulu devisa kita dengan aman diisi pundi
Undang tentang Pokok Pokok
pundinya oleh hasil ekspor minyak dan
Pemerintahan di Daerah” yang di tulis
gas, setelah ada masalah dengan energi
oleh Perhimpunan Administrasi Indonesia
fosil ini, baru kita bicara ekspor non
di Jawa Barat tahun 1985, yang diterbitkan
minyak dan gas, banyak contoh lain
Sinar Baru Bandung menegaskan prinsip
dimana pemerintah melakukan sesuatu
prinsip administrasi dan manajemen
karena “kepepet”, karena tidak
modern tersebut dalam penyelenggaraan
mempersiapkan bagaimana perubahan
Pemerintahan di Daerah akan tercermin
yang pasti itu akan datang, bentuknya
dalam beberapa ciri pokok Administrasi
macam apa dan bagaimana mengatasinya.
Pemerintahan di Daerah, yaitu :
Perubahan iklim (climate change) yang 1. Administrasi dan aparatur
sekarang menjadi isu aktual global pemerintah di daerah dapat

253
menjamin hubungan yang serasi 5. Dengan lebih mengutamakan
antara Pemerintahan Pusat dan kepentingan rakyat daripada
Pemerintahan Daerah sebagai satu kepentingan diri sendiri, maka
kesatuan politik, ekonomi, sosial dapat diharapkan timbulnya
dan kebudayaan, wibawa bagi aparatur pemerintah
khususnya di daerah. Ini berarti
2. Administrasi dan aparatur
bahwa seluruh aparatur
pemerintah daerah diciptakan
pemerintah tersebut. Karena
sebagai sarana bagi pemerintah
keberhasilan dan ketangguhannya
dalam mencapai tujuan yang telah
dalam memberikan pelayanan
ditetapkan, oleh karena itu salah
akan dihormati dan disegani oleh
satu ciri pokok dari administrasi
lapisan masyarakat, jelas bahwa
di daerah hendaknya dapat
salah satu ciri administrasi
memberikan pelayanan yang lebih
pemerintahan yang ideal adalah
baik, lebih cepat dan tepat karena
administrasi dan aparatur
langsung berhubungan dengan
pemerintahan di daerah yang
masyarakat, sehingga perlu lebih
didasarkan pada ketangguhan
mengerti dan memenuhi aspirasi
melaksanakan tugas dan bukan
masyarakat. Dengan kata lain ciri
sekedar karena aparatur
kedua dari administrasi
pemerintah di Daerah itu
pemerintahan daerah lebih
mempunyai kekuasaan /
bersifat “Direct Service Oriented”,
wewenang tertentu,
3. Dalam melaksanakan segala
6. Administrasi Pemerintahan di
kegiatan untuk pencapaian tujuan
Daerah yang ideal hendaknya
dan pemberian pelayanan pada
bersikap peka terhadap
masyarakat yang telah disinggung
lingkungannnya, dengan kata lain
di atas, perlu di usahakan agar
aparatur pemerintahan di daerah
kegiatan tersebut diselenggarakan
harus tanggap terhadap
secara terus menerus, teratur serta
keinginan, kebutuhan masyarakat
melembaga. Artinya dalam
yang dilayani, sehingga apabila
melaksanakan tugas pokok dan
situasi memerlukan aparatur
fungsi fungsi pemerintahan,
Pemerintah Daerah, harus mampu
organisasi organisasi dalam
mengadakan penyesuaian
pemerintahan tidak seharusnya
penyesuaian (mengakselerasi)
menggantungkan ketangguhan
berdasarkan aspirasi masyarakat.
pribadi melainkan pada
Apabila tidak responsif, maka
ketangguhan institusional,
administrasi Pemerintahan di
4. Aparatur di daerah dalam Daerah akan menjadi sarana yang
melaksanakan tugasnya lebih kaku yang akan menghambat roda
mengutamakan kepentingan pemerintahan di daerah,
masyarakat dan bukan
7. Karena administrasi pemerintahan
kepentingan diri sendiri. Oleh
merupakan sarana pemerintah
karena itu, administrasi yang ideal
dalam pencapaian tujuan dan
harus dapat menjamin agar
pelayanan pada masyarakat, tidak
aparatur pemerintah di daerah,
akan terlepas dari lingkungan di
termasuk aparatur perekonomian
sekitarnya baik dilingkungan
negara, bekerja dengan bersih
endogen mapun exsogen.
tanpa pamrih,

254 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (252-260)


ANALISA PERBANDINGAN ATAS UNDANG UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA
:: Wawan Dharma Setiawan

Jadi “Good Govenance” yang di prejudice, and ensuring no


dalamnya ada “Administrative conflict of interest,
Governance”(sesuai dengan pendapat Ann b. Dealing with people and issues
Abram dalam bukunya The Ombudman) objectively and cinsistently,
menyatakan 6 Prinsip yaitu: c. Ensuring that decision and
1. Getting it right, action are proportionate to the
a. Acting correctly in accordance circumstance and individual
with the law, statutory powers concerned.
and Obligation (publish or 5. Putting Thing Right.
internal) and any other rules
and regulation, a. Putting mistakes right and
b. Acting within the boundaries of taking action to correct policies
estabilished good practice, and procedures which are found
c. Providing effective service, to be ineffective, unworkable or
throught appropriately trained, unfair,
competitive staff, b. Providing clear and timely
d. Taking dececions that are information on how and when
reasonable based on all relevant to appeal or complain,
consideration. c. Operating an effective
complaint procedure, which
2. Being Costumer Focused includes providing appropriate
a. Providing service that meet redress.
costumer needs and any
6. Seeking Continous Improvement
published service standard,
b. Dealing with people helpfully, a. Keeping policies and procedure
promptly and sensitively, under regular review to ensure
having regard to their their effectiveness,
individual circumstance, b. Welcoming feedback and using
c. Responding costumer needs it to improve services and
flexibly including, where performance,
aproprite, in joined up way with c. Ensuring that lessons learned
other providers. from complaints contribute to
3. Being open and accountable. providing better services.
a. Being open and clear about
Enam prinsip dalam menciptakan
policies, procedurs and
proses Administrasi yang baik menurut
desitions, and ensuring that
information and any advice Ann Abraham, jika dijalankan dengan
provided is accessible, accurate benar, maka tingkat kepuasan masyarakat
and completed, akan segala bentuk pelayanan akan baik
b. Handling information properly atau baik sekali, jika bertanya kenapa tidak
and appropriately, demikian, maka cukup banyak variable
c. Keeping proper and appropriate yang mempengaruhinya sehingga prinsip
records, tersebut tidak, atau sulit dijalankan.
d. Taking corporate responsibility Jika Administrative Governance jalan,
for official action, maka dapat dipastikan “Good Governance”
4. Acting Fairly and akan jalan, hanya lambat atau cepat
Proportionality. berjalannya, tergantung pada sumber daya
manusia, dukungan anggaran serta sarana
a. Treating people impartialy, with
prasarana memadai.
respect and courtecy and
without bias, discrimination or

255
Jika kita mencermati dengan dalam, bertanggung jawab”. Undang undang ini
pembukaan dan isi dari UUD’45 mengakibatkan pembatasan yang tajam
sebetulnya telah menganut Good antara Pemerintah Pusat dan Propinsi dan
Governance, Sebagai contoh antara lain: mengalihkan kewenangan yang besar
pada Pemerintah Kabupaten/Kota, istilah
1. Tujuan Negara adalah menciptakan
Departemen Dalam Negeri RI, hal ini
masyarakat yang adil, makmur,
mengikuti prinsip General Competence.
lahir, batin,
Pendulum yang tiba tiba berada pada
2. Misi Negara, pertama, Melindungi
Azas Desentralisasi menimbulkan
seluruh wilayah NKRI,
masalah. Antara lain ketidakjelasan
Mencerdaskan kehidupan bangsa,
pembagian urusan antara susunan
Meningkatkan kesejahteraan rakyat,
pemerintahan, serta hubungan interrelasi
3. Indonesia adalah Negara hukum, dan interdepedensi antar daerah,
setiap orang sama dan sederajat di kemudian menempatkan DPRD sebagai
muka hukum, Parlemen Daerah untuk memilih dan
mengangkat Kepala Daerah. Akhirnya
4. Kekayaan Negara sebesar besarnya terjadi penyelenggaraan pemerintahan
diperuntukan untuk kesejahteraan khususnya pada Daerah baik Propinsi,
bangsa. Kabupaten/Kota yang tidak stabil. Konflik
Penghayatan hal tersebut di atas, sama yang terjadi antara Kepala Daerah dengan
dengan apa yang dikatakan David Osborn DPRD semakin meluas dan dengan
& Gabler dalam bukunya Reinventing demikian sangat mengganggu kelancaran
Governance. Masalahnya, political will jalannya Pemerintahan Daerah.
kearah tersebut belum ada, jika ada hanya Hal ini sangat disadari oleh
sebagian, hanya pada tataran kebijakan. Pemerintah pusat dan Daerah, banyak
Pada dasarnya, saya kurang setuju pada kebijakan Pemerintah Daerah yang tidak
penggantian Undang undang Nomor 5 menguntungkan masyarakat, terjadi
tahun 1974, karena sebenarnya akan konflik horizontal dalam masyarakat.
berjalan dengan baik jika dilaksanakan Percepatan pembangunan di daerah
dengan konsisten, sedangkan perubahan menjadi lebih lambat, angkatan kerja lebih
perubahan mendasar dapat melalui banyak yang tidak terserap, sehingga
adendum. kemampuan atau daya beli menurun,
kemiskinan bertambah, malah ada yang
bersifat struktural.
C. PERIODE UNDANG UNDANG 22
TAHUN 1999 Undang undang Pemerintahan
Daerah dirumuskan dan ditetapkan
Undang undang ini menggantikan bertujuan untuk meningkatkan
Undang undang nomor 5 tahun 1974 kesehteraan masyarakat bukan sebaliknya,
tentang Pemerintahan di Daerah karena dari prespektif hukum, kebijakan seperti
dianggap atau di asumsikan sudah tidak ini bertentangan dengan amanat UUD’45,
sesuai lagi, karena pada masa ini terjadi dapat batal demi hukum, paling tidak
banyak konflik baik antar daerah maupun dapat dibatalkan.
daerah Kabupaten/Kota dengan
Pemerintah Daerah Propinsi. Pada era ini seperti disebutkan di
atas, Kepala Daerah diangkat dan
Pada momen ini terjadi banyak diberhentikan oleh DPRD, Kita tahu
euphoria dalam tata penyelenggaraan di bahwa rata rata pendidikan bangsa ini
daerah, karena antara lain menganut menurut World Bank masih kelas 7, sama
“otonomi yang luas, nyata dan dengan kelas satu SMP, hal ini menjadi

256 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (252-260)


ANALISA PERBANDINGAN ATAS UNDANG UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA
:: Wawan Dharma Setiawan

hambatan yang berpengaruh tinggi pada kewengan tersebut serta tersedianya


jalannya pembangunan. sarana dan prasarana yang memadai. Hal
ini pun harus bertahap dan berjenjang,
Di dalam UUD’45 Pasal 18
yaitu pada Pemerintah Propinsi, baru
sebetulnya sudah dinyatakan bahwa
kemudian pada Kabupaten/Kota. Pada
semua urusan pemerintah diberikan pada
hakekatnya seperti itu, tetapi kurang
daerah otonom kecuali:
berjalan dengan baik. Hal ini tidak lain
1. Pertahanan keamanan, karena adanya egoisme Daerah Kabupaten
2. Hubungan luar negeri, dan Kota.
3. Perhubungan laut dan udara,
Dr.Agus Sallim Andi SH, dalam
4. Perindustrian dasar,
bukunya ”Pemerintahan Daerah” (Kajian
5. Ekonomi moneter,
Politik dan Hukum) mengatakan
6. Peradilan,
“Hubungan antara Pemerintah pusat dan
7. Bea cukai,
Daerah dalam suatu negara kesatuan
8. Pendidikan tinggi.
disamakan dengan gedecentraliseed”,
Pada saat berlakunya UU nomor 5 sementara dalam kajian Hukum Tata
tahun 1974, kewenangan Pusat yang ada di Negara, pemerintah yang berdasarkan
Daerah masih ada, dalam bentuk Kantor decentralisasi disebut ”staatskundige
Wilayah, Badan dan Lembaga. Saat itu descentralisasi” (desentralisasi politik),
disebut Instansi Vertikal yang ada di dimana rakyat turut serta dalam
Daerah dan dikoordinasikan oleh penyelenggaraan pemerintahan melalui
Gubernur sebagai Kepala Wilayah. Pada wakil wakilnya dalam batas wilayah
saat itu Organisasi Pemerintahan Daerah masing masing. Di sisi lain, desentralisasi
tidak terlalu bengkak atau besar dan dimaknai dengan pembentukan daerah
dibantu oleh Organisasi Pemerintah pusat otonom dan penyerahan kewenangan.
yang berada di daerah.
Pembentukan Daerah Otonom sesuai
Dengan Undang undang Nomor dengan perintah konstitusi atau UUD’45,
22/99 keluar, maka dengan segera kantor sedangkan penyerahan kewenangan
kantor Pemerintah pusat yang ada di merupakan “delegasi” dari undang
Darah yang selama ini menjalankan Azas undang organik Pemerintahan Daerah.
Dekonsentrasi masuk pada Organisasi Disusun dan ditetapkannya UU 5 Tahun
Pemerintah Daerah. Preposisi yang 1974 tentang Pemerintahan di Daerah
muncul adalah ”Sudah siapkah daerah dapat dikatakan sebagai proses awal
otonom menjalankan kewengan kembalinya semangat sentralistik dan
kewenangan tersebut?”. otoratian yang sangat ditentang pada
rezim orde baru dibawah kepemimpinan
Dalam hasil kajian LAN RI Bandung Presiden Soeharto. Prinsip sentralisasi
(2007), mengukur kemampuan Daerah tidak hanya berwujud dalam mekanisme
dari sisi kemandirian energi, hasilnya baru politik, tetapi berdampak yang sangat luas
5% saja, artinya ada kegagalan dalam dalam kebijakan pembangunan yang
implementasi UU no. 22 tahun 1999 ditetapkan daerah daerah.
tersebut. Menurut hemat saya,
pelimpahan, penyerahan kewengan pada Kenneth A Bollen dalam bukunya
Daerah Otonom harus diukur satu persatu, “Political Democracy its Consequency and
jika daerah otonom tertentu sudah dapat Concomitans”(1993:10) mengatakan
melaksanakan kewenangan tersebut, baru “Vitalitas Decentralisasi sebagai penguatan
diserahkan. Karena Daerah tersebut harus kewenangan Daerah dan pilar Demokrasi
sudah memiliki Sumber Daya manusia NKRI Tercooptasi”, dimana Pemerintahan
yang mampu menjalankannya, Dana yang di Daerah hanya sebatas pion kekuasaan
cukup untuk membiayai urusan atau pusat serta konsep ekonomi hanya

257
dijadikan simbol untuk menenangkan pemerintah pusat, Propinsi, apalagi di
daerah. Aspirasi rakyat di daerah terkunci Kabupaten dan Kota.
dalam bingkai penguatan kewenangan
Desentralisasi dalam kebijakan baru,
dekonsentrasi dan pembantuan di Daerah,
dimana konsep hubungan pemerintahan
dengan kata lain daerah hanya berfungsi
pusat dan pemerintahan daerah (dalam
sebagai penyambung lidah pemerintaan
masa transisi) tidak dapat disebut itikad
pusat di daerah.
baik dari penguasa, jika dilihat dari proses
Dengan demikian bisa dilihat bahwa dialektika. Antara kebutuhan dan tututan
format hubungan pusat dan daerah masyarakat yang berada di daerah yang
mengakibatkan keinginan, aspirasi dan berhadapan dengan kepentingan pusat,
dinamika rakyat di daerah tidak dapat karena keinginan politik di daerah daerah
dilaksanakan. Hal ini menurut saya, dalam proses perubahan.
perlakuan yang disimpangkan dari isi UU
Dengan pendulum yang berubah
no. 5 tahun 1974. Sehingga banyak yang
kearah desentralisasi yang tajam, maka
menyalahkan undang undang terebut.
tidak heran jika para Kepala Daerah di
Anthony H Birch dalam bukunya “The
Kabupaten dan Kota bersikap seperti
Concepts and Theories of Modern
kaisar/raja kecil di Daerah yang dengan
Demokracy” (1997:33), mengatakan
sewenang wenang membuat kebijakan
kondisi seperti ini memendam bom waktu,
kebijakan yang tidak berpihak pada
yang setiap saat siap meledak, sesuai
rakyat, orientasinya pada bagaimana
kondisi waktu yang menguntungkan,
memperbesar anggaran bukan pada apa
otonomi bukan lagi dilandasi pada aspek
yang masyarakat butuhkan, padahal disisi
keadilan dan proses demokratisasi dalam
lain sebagian besar dari kewenangan yang
pembangunan di daerah, tetapi menjelma
diterima belum dijalankan, karena
menjadi penjajahan dan penindasan pusat
kemampuan yang tidak memadai,
pada daerah, disisi lain kekuasaan
dipandang dari prinsip penyelenggaraan
pemerintahan pusat menjelmakan diri
negara / pemerintahan daerah kondisi
menjadi kekutan dominan, represif dan
seperti ini merupakan penyimpangan,
hegemonic.
kemiskinan bertambah, energi yang
Dedi Haryanto dalam bukunya terbarukan belum disentuh secara baik,
“Pembangunan Tanpa Perasaan” (1999:32) ketahanan pangan belum menjadi prioritas
berpendapat “Pemerintah pusat dan sebagainya.
menggunakan otoritas kekuasaan dalam
Pararadoks pembangunan yang
konstitusi sebagai justifikasi pihak sentral yang
tidak tersentuh dan senantiasa menonjolkan terjadi di Negara kita adalah dalam tahun
symbol legitimasi legal rational dalam setiap 2009 pangan / beras kita dipaparkan
membuat dan menerbitkan peraturan Menteri Pertanian ada surplus 200 ton,
perundang undangan”. Adalah wajar ketika keseluruhan produksi 1 juta ton, tetapi
Pemerintahan Soeharto mengundurkan kenapa masih bicara mengimpor beras
diri pada bulan Mei 1998, Masyarakat dari luar dan harga di pasar naik, contoh
sudah phobia antara lain dengan UU no.5 lain adalah ketika defisit gula putih,
tahun 1974 tersebut dan menggantikannya bertahun tahun mengimpor dari negara
dengan Undang undang no. 22 tahun 1999 lain, disisi lain banyak pabrik gula di kita
tentang Pemerintahan Daerah. dalam keadaan bangkrut, hal ini perlu
dikembangkan administrasi dan tata niaga
Dari moment ini penulis katakan, tiba yang benar dari regulator.
tiba pendulum penyelenggaraan
pemerintah daerah sangat jauh bergeser
pada desentralisasi, yang karena belum
siap, maka muncul berbagai friksi antara

258 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (252-260)


ANALISA PERBANDINGAN ATAS UNDANG UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA
:: Wawan Dharma Setiawan

D. OPSI PENYELENGGAAAN 10. Menciptaan cara cara alternatif


PEMERINTAHAN DAERAH pengambilan keputusan,
11. Administrasi publik yang lebih
Dalam prinsip otonomi daerah, azas
fleksibel, inovatif dan kreatif,
yang digunakan adalah desentralisasi
12. Keanekaragaman fasilitas pelayanan
(kebalikan dari sentralisasi), seperti
yang lebih baik,
diuraikan di atas, pada masa orde baru
13. Stabilitas politik yang lebih baik.
yang rentang waktunya cukup lama
pelaksanaan otonomi hanya pada tataran
Desentralisasi di dalam
kebijakan, dalam tataran empiris yang
penyelenggaraan pemerintahan daerah di
dijalankan adalah sentralisasi, pelimpahan
Indonesia harus paling tidak mengacu
kewenangan dilakukan akan tetapi
pada hal tersebut diatas, untuk menekan
komponen lain yang dapat menjalankan
berbagai akibat yang tidak di inginkan
kewenangan tesebut tidak dilimpahkan,
pemerintah maupun masyarakat dan yang
seperti SDM, sarana dan prasarana,
lebih besar oleh bangsa dan negara.
anggaran. Intinya saat itu daeah harus
Memang jika mau jujur NKRI merupakan
mengikuti semua kehendak dari
harga mati ketika mengacu pada UUD ’45,
Pemerintah Pusat.
tetapi apakah ini dapat dipertahankan jika
Riggs (1985:23) menyebutkan bahwa parameter desentralisasi tidak terpenuhi,
desentaralisasi memiliki dua makna yaitu kecuali semua itu berproses secara
sebagai pelimpahan wewenang (delegation) sistematis.
dan pengalihan kekuasaan (devolution), arti
Kesadaran perlunya proses dalam
yang kedua atau devolution memang
penyelenggaraan pemerintahan di daerah
berbeda dengan delegation, dimana
harus dapat menjadi bahan Kebijakan
devolution ketika wewenang diserahkan,
kedepan dalam membangun NKRI yang
maka untuk jalannya wewenang tersebut
sejahtera rakyatnya, sesuai dengan
seluruhnya menjadi tanggung jawab
kehendak norma dasar kita UUD ’45.
penerima wewenang.
Beberapa alasan kenapa
Desentralisasi diperlukan, GS. Chima, E. REKOMENDASI
Rondinelli dalam bukunya Desentralitation
Dari Paparan tersebut diatas yang
and Deveopment (1983) menyebutkan:
diambil dari hasil penelitian maupun
1. Suatu cara untuk mengatasi pengamatan empiris, maka beberapa
berbagai kegawatan keterbatasan, rekomendasi dapat disampaikan sebagai
2. Mengatasi prosedur terstruktur berikut:
ketat suatu perencanaan terpusat,
1. Otonomi daerah sebaiknya dilakukan
3. Peningkatan sensitivitas terhadap
secara bertahap, kewenangan yang
masalah dan kebutuhan setempat,
diserahkan adalah kewenangan yang
4. Penetrasi Politik dan Administrasi
betul betul dapat dilaksanakan oleh
Negara,
daerah dilihat dari berbagai aspek,
5. Perwakilan lebih baik,
paling tidak aspek sumber daya
6. Kapasitas dan kemampuan
manusia yang melaksanakan,
administrasi publik yang lebih baik,
anggaran untuk menunjang
7. Pelayanan lapangan dengan
pelakanaan tersedia cukup serta
efektivitas tinggi di tingkat lokal,
sarana dan prasarana,
8. Meningkatkan koordinasi dengan
2. Peningkatan kompetensi sumber daya
pimpinan setempat,
manusia aparatur di daerah
9. Melembagakan partisipasi
ditekankan pada pendidikan moral
masyarakat setempat,
serta teknis fungsional sesuai

259
kebutuhan dalam rangka menunjang memenuhi, sarana dan pelayanan
kewenangan yang diterima daerah, yang prima pada masyarakat, jika
3. Demokratisasi di daerah khusus criteria besar tersebut belum mampu
untuk pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan, jangan ada
dilakukan seperti saat ini secara kewenangan yang dilimpahkan atau
langsung sebaiknya ditunda, karena diserahkan.
perlu pembelajaran politik yang baik 6. Propinsi harus memiliki komitmen
bagi masyarakat dan partai politik di tinggi terhadap pembinaan SDM
daerah, jika opsi ini sulit, maka wakil aparatur di daerah, melakukan
kepala daerah sebaiknya diangkat evaluasi terhadap tata
dari pejabat karir, karena padanya penyelenggaran pemerinahan di
melekat pembinaan pegawai dan daerah Kabupaten dan Kota,
selama ini sekda terlalu dipengaruhi demikian pula Pemerintah Pusat.
oleh kepala daerah yang orang 7. Diperlukan keberanian pemerintah
politik, kondisi seperti itu mau tidak pusat untuk mengevaluasi
mau dari pengamatan dan pemerintah daerah dan jika hasilnya
wawancara, memberikan pengaruh perlu penggabungan kembali, harus
pada sekretaris daerah sebagai pejabat digabungkan, hanya Papua terlihat
karir tertinggi di daerah. Disamping pemekaran dilakukan karena muatan
itu, biaya untuk pilkada langsung politis.
masih sangat mahal, kematangan
politik peserta pilkada dan
REFERENSI
masyarakat terlihat belum matang,
Abraham, Ann. 1999. Administratief
perlu pendidikan yang cukup, konflik
Governance (Ombusmand)
horizontal selama kampanye dan
Andi, Agus Salim. 2001. Pemerintah
setelah ada yang menang selalu ada
Daerah (Kajian Politik dan Hukum)
dan ini harga yang terlalu mahal bagi
Haryanto, Dedi. 1993. Pembangunan
masyarakat dan demokratisasi.
Tanpa Batas
4. Pengembangan Wilayah, dari hasil
Dayang, Sarun. 1998. Arus Balik
penelitian yang dilakukan lembaga Otonomi Daerah
penelitian pemerintah maupun LSM Bollen Kennel. 1993. Political
terlihat pada umumnya gagal. Ini Democracy is Conseqwency and Concomitans
diakibatkan pemekaran dilakukan Birch, Anthony H. 1997. Democracy
bukan kehendak masyarakatnya akan Gabler, Ted dan Osborn, David. 2002.
tetapi kehendak dari minoritas elit Reinventing Birocracy
polotik daerah yang ambisius dengan Rondinelly, GS. Chimma. 1983
mengabaikan norma norma yang Decentalitation and Development
seharusnya dilakukan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar
masyarakat yang berdemokrasi. Salah 1945
satu tujuan dari pemekaran wilayah, Persadi. 1994. Pemantapan Undang
daerah adalah untuk memaksimalkan Undang tentang Pokok pokok Pemerintahan di
potensi daerah dan peningkatan Daer
pelayanan pada masyarakat.
5. Penerapan “Otonomi Yang Seluas
Luasnya Dan Bertanggungjawab”,
berimplikasi pada tanggung jawab,
seperti diungkapkan di atas siap
dalam daya dukung SDM Aparatur
yang kompeten sesuai kewenangan
yang diterima, anggaran yang

260 Jurnal Wacana Kinerja Volume 13 No.2 November 2010 (252-260)

Anda mungkin juga menyukai