316 943 1 SM
316 943 1 SM
Implementation of Local governance as a mandate from the Constitution since the early days of independence has been
attempted, but until these days, central government still has more power than local governments. Apparently the local
governmentarea was not ready and not prepared to alter the delivery of local governance pendulum that is on
decentralization as a manifestation of regional autonomy. In order to resolve this negative euphoria, those transfers of
powers should be done by a process that is systematic, measurable.
Keywords : Local Government, Transfer Of Powers
premature jika tiba tiba harus diganti,
A. PENDAHULUAN karena perlu kajian yang sangat
Sejak Indonesia menyatakan mendalam, mengingat NKRI adalah
kemerdekaannnya, sebagai salah satu Negara Kepulauan, budaya yang
tindak lanjut, dikeluarkan Undang undang heterogen, potensi Sumber Daya Manusia
tentang Pemerintahan di Daerah, karena dan Potensi yang heterogen.
sesuai UUD’ 45 sebagai konstitusi dasar
bahwa Negara Indonesia adalah Negara Pendulum sampai masa
Pemerintahan Soeharto berada pada
Kesatuan (Nation) bukan Negara Serikat,
sentralisasi, hampir 32 tahun, kekuasaan di
maka Penyelenggaraan Pemerintahan
Pemerintah pusat sangat besar, secara
Daerah terus berjalan dengan tiga asas
yaitu, Azas Sentralisasi, Azas empiris hal ini mengebiri inovasi, kreasi
Desentralisasi dan Azas Pembantuan / untuk orang-orang yang berada di Daerah.
Medebewin. Pembangunan yang dilaksanakan
banyak di Daerah Jakarta dan sekitarnya,
Dalam perjalanannya dilakukan
sehingga terjadi migrasi yang besar,
berbagai penyempurnaan dalam
pelaksanaannya, baik melalui Kebijakan akibatnya sampai saat ini dapat dilihat
Organik atas Undang undang tersebut dari sulitnya mendapatkan tempat tinggal,
harga yang mahal dan ketika hari libur
maupun menggantinya dengan Undang
panjang atau Iedul Fitri harus melibatkan
undang baru, sampai pada Undang
pejabat apakah Menteri maupun setingkat
Undang nomor 4 Tahun 1974 tentang
Pemerintahan di Daerah, Undang undang Menteri lebih dari 5 (Departemen
tersebut menurut hemat saya sudah baik, Perhubungan, Kepolisian RI, Departemen
Sosial dan lainnya termasuk aparat di
sudah menganut tiga azas pemerintahan
Daerah baik yang dilalui maupun tujuan),
di Daerah, pasal 11 nya telah menyebutkan
begitu mahal untuk hal ini yang harus
bahwa titik berat otonomi berada di
Daerah Tingkat II (Kabupaten/Kota), jika dibayar.
akan ada penyesuaian bisa di amandemen Saya ingin berpendapat, bahwa
beberapa pasal, ketika digantikan oleh Undang undang nomor 5 Tahun 1974
Undang undang baru tentang adalah Kebijakan yang sudah baik tinggal
Pemerintahan Daerah, masih banyak pelaksanakannya dijalankan dengan
kebijakan Organiknya baik dalam bentuk konsisten dan beberapa penyesuaian
Undang undang, Peraturan Pemerintah, sesuai kebutuhan, serta sadar akan
Keputusan Menteri Dalam Negeri yang heterogenitas daerah, baik sumber daya
belum dikeluarkan. Menjadi sesuatu yang alam, manusia, budaya.
252
ANALISA PERBANDINGAN ATAS UNDANG UNDANG PEMERINTAHAN DAERAH DI INDONESIA
:: Wawan Dharma Setiawan
253
menjamin hubungan yang serasi 5. Dengan lebih mengutamakan
antara Pemerintahan Pusat dan kepentingan rakyat daripada
Pemerintahan Daerah sebagai satu kepentingan diri sendiri, maka
kesatuan politik, ekonomi, sosial dapat diharapkan timbulnya
dan kebudayaan, wibawa bagi aparatur pemerintah
khususnya di daerah. Ini berarti
2. Administrasi dan aparatur
bahwa seluruh aparatur
pemerintah daerah diciptakan
pemerintah tersebut. Karena
sebagai sarana bagi pemerintah
keberhasilan dan ketangguhannya
dalam mencapai tujuan yang telah
dalam memberikan pelayanan
ditetapkan, oleh karena itu salah
akan dihormati dan disegani oleh
satu ciri pokok dari administrasi
lapisan masyarakat, jelas bahwa
di daerah hendaknya dapat
salah satu ciri administrasi
memberikan pelayanan yang lebih
pemerintahan yang ideal adalah
baik, lebih cepat dan tepat karena
administrasi dan aparatur
langsung berhubungan dengan
pemerintahan di daerah yang
masyarakat, sehingga perlu lebih
didasarkan pada ketangguhan
mengerti dan memenuhi aspirasi
melaksanakan tugas dan bukan
masyarakat. Dengan kata lain ciri
sekedar karena aparatur
kedua dari administrasi
pemerintah di Daerah itu
pemerintahan daerah lebih
mempunyai kekuasaan /
bersifat “Direct Service Oriented”,
wewenang tertentu,
3. Dalam melaksanakan segala
6. Administrasi Pemerintahan di
kegiatan untuk pencapaian tujuan
Daerah yang ideal hendaknya
dan pemberian pelayanan pada
bersikap peka terhadap
masyarakat yang telah disinggung
lingkungannnya, dengan kata lain
di atas, perlu di usahakan agar
aparatur pemerintahan di daerah
kegiatan tersebut diselenggarakan
harus tanggap terhadap
secara terus menerus, teratur serta
keinginan, kebutuhan masyarakat
melembaga. Artinya dalam
yang dilayani, sehingga apabila
melaksanakan tugas pokok dan
situasi memerlukan aparatur
fungsi fungsi pemerintahan,
Pemerintah Daerah, harus mampu
organisasi organisasi dalam
mengadakan penyesuaian
pemerintahan tidak seharusnya
penyesuaian (mengakselerasi)
menggantungkan ketangguhan
berdasarkan aspirasi masyarakat.
pribadi melainkan pada
Apabila tidak responsif, maka
ketangguhan institusional,
administrasi Pemerintahan di
4. Aparatur di daerah dalam Daerah akan menjadi sarana yang
melaksanakan tugasnya lebih kaku yang akan menghambat roda
mengutamakan kepentingan pemerintahan di daerah,
masyarakat dan bukan
7. Karena administrasi pemerintahan
kepentingan diri sendiri. Oleh
merupakan sarana pemerintah
karena itu, administrasi yang ideal
dalam pencapaian tujuan dan
harus dapat menjamin agar
pelayanan pada masyarakat, tidak
aparatur pemerintah di daerah,
akan terlepas dari lingkungan di
termasuk aparatur perekonomian
sekitarnya baik dilingkungan
negara, bekerja dengan bersih
endogen mapun exsogen.
tanpa pamrih,
255
Jika kita mencermati dengan dalam, bertanggung jawab”. Undang undang ini
pembukaan dan isi dari UUD’45 mengakibatkan pembatasan yang tajam
sebetulnya telah menganut Good antara Pemerintah Pusat dan Propinsi dan
Governance, Sebagai contoh antara lain: mengalihkan kewenangan yang besar
pada Pemerintah Kabupaten/Kota, istilah
1. Tujuan Negara adalah menciptakan
Departemen Dalam Negeri RI, hal ini
masyarakat yang adil, makmur,
mengikuti prinsip General Competence.
lahir, batin,
Pendulum yang tiba tiba berada pada
2. Misi Negara, pertama, Melindungi
Azas Desentralisasi menimbulkan
seluruh wilayah NKRI,
masalah. Antara lain ketidakjelasan
Mencerdaskan kehidupan bangsa,
pembagian urusan antara susunan
Meningkatkan kesejahteraan rakyat,
pemerintahan, serta hubungan interrelasi
3. Indonesia adalah Negara hukum, dan interdepedensi antar daerah,
setiap orang sama dan sederajat di kemudian menempatkan DPRD sebagai
muka hukum, Parlemen Daerah untuk memilih dan
mengangkat Kepala Daerah. Akhirnya
4. Kekayaan Negara sebesar besarnya terjadi penyelenggaraan pemerintahan
diperuntukan untuk kesejahteraan khususnya pada Daerah baik Propinsi,
bangsa. Kabupaten/Kota yang tidak stabil. Konflik
Penghayatan hal tersebut di atas, sama yang terjadi antara Kepala Daerah dengan
dengan apa yang dikatakan David Osborn DPRD semakin meluas dan dengan
& Gabler dalam bukunya Reinventing demikian sangat mengganggu kelancaran
Governance. Masalahnya, political will jalannya Pemerintahan Daerah.
kearah tersebut belum ada, jika ada hanya Hal ini sangat disadari oleh
sebagian, hanya pada tataran kebijakan. Pemerintah pusat dan Daerah, banyak
Pada dasarnya, saya kurang setuju pada kebijakan Pemerintah Daerah yang tidak
penggantian Undang undang Nomor 5 menguntungkan masyarakat, terjadi
tahun 1974, karena sebenarnya akan konflik horizontal dalam masyarakat.
berjalan dengan baik jika dilaksanakan Percepatan pembangunan di daerah
dengan konsisten, sedangkan perubahan menjadi lebih lambat, angkatan kerja lebih
perubahan mendasar dapat melalui banyak yang tidak terserap, sehingga
adendum. kemampuan atau daya beli menurun,
kemiskinan bertambah, malah ada yang
bersifat struktural.
C. PERIODE UNDANG UNDANG 22
TAHUN 1999 Undang undang Pemerintahan
Daerah dirumuskan dan ditetapkan
Undang undang ini menggantikan bertujuan untuk meningkatkan
Undang undang nomor 5 tahun 1974 kesehteraan masyarakat bukan sebaliknya,
tentang Pemerintahan di Daerah karena dari prespektif hukum, kebijakan seperti
dianggap atau di asumsikan sudah tidak ini bertentangan dengan amanat UUD’45,
sesuai lagi, karena pada masa ini terjadi dapat batal demi hukum, paling tidak
banyak konflik baik antar daerah maupun dapat dibatalkan.
daerah Kabupaten/Kota dengan
Pemerintah Daerah Propinsi. Pada era ini seperti disebutkan di
atas, Kepala Daerah diangkat dan
Pada momen ini terjadi banyak diberhentikan oleh DPRD, Kita tahu
euphoria dalam tata penyelenggaraan di bahwa rata rata pendidikan bangsa ini
daerah, karena antara lain menganut menurut World Bank masih kelas 7, sama
“otonomi yang luas, nyata dan dengan kelas satu SMP, hal ini menjadi
257
dijadikan simbol untuk menenangkan pemerintah pusat, Propinsi, apalagi di
daerah. Aspirasi rakyat di daerah terkunci Kabupaten dan Kota.
dalam bingkai penguatan kewenangan
Desentralisasi dalam kebijakan baru,
dekonsentrasi dan pembantuan di Daerah,
dimana konsep hubungan pemerintahan
dengan kata lain daerah hanya berfungsi
pusat dan pemerintahan daerah (dalam
sebagai penyambung lidah pemerintaan
masa transisi) tidak dapat disebut itikad
pusat di daerah.
baik dari penguasa, jika dilihat dari proses
Dengan demikian bisa dilihat bahwa dialektika. Antara kebutuhan dan tututan
format hubungan pusat dan daerah masyarakat yang berada di daerah yang
mengakibatkan keinginan, aspirasi dan berhadapan dengan kepentingan pusat,
dinamika rakyat di daerah tidak dapat karena keinginan politik di daerah daerah
dilaksanakan. Hal ini menurut saya, dalam proses perubahan.
perlakuan yang disimpangkan dari isi UU
Dengan pendulum yang berubah
no. 5 tahun 1974. Sehingga banyak yang
kearah desentralisasi yang tajam, maka
menyalahkan undang undang terebut.
tidak heran jika para Kepala Daerah di
Anthony H Birch dalam bukunya “The
Kabupaten dan Kota bersikap seperti
Concepts and Theories of Modern
kaisar/raja kecil di Daerah yang dengan
Demokracy” (1997:33), mengatakan
sewenang wenang membuat kebijakan
kondisi seperti ini memendam bom waktu,
kebijakan yang tidak berpihak pada
yang setiap saat siap meledak, sesuai
rakyat, orientasinya pada bagaimana
kondisi waktu yang menguntungkan,
memperbesar anggaran bukan pada apa
otonomi bukan lagi dilandasi pada aspek
yang masyarakat butuhkan, padahal disisi
keadilan dan proses demokratisasi dalam
lain sebagian besar dari kewenangan yang
pembangunan di daerah, tetapi menjelma
diterima belum dijalankan, karena
menjadi penjajahan dan penindasan pusat
kemampuan yang tidak memadai,
pada daerah, disisi lain kekuasaan
dipandang dari prinsip penyelenggaraan
pemerintahan pusat menjelmakan diri
negara / pemerintahan daerah kondisi
menjadi kekutan dominan, represif dan
seperti ini merupakan penyimpangan,
hegemonic.
kemiskinan bertambah, energi yang
Dedi Haryanto dalam bukunya terbarukan belum disentuh secara baik,
“Pembangunan Tanpa Perasaan” (1999:32) ketahanan pangan belum menjadi prioritas
berpendapat “Pemerintah pusat dan sebagainya.
menggunakan otoritas kekuasaan dalam
Pararadoks pembangunan yang
konstitusi sebagai justifikasi pihak sentral yang
tidak tersentuh dan senantiasa menonjolkan terjadi di Negara kita adalah dalam tahun
symbol legitimasi legal rational dalam setiap 2009 pangan / beras kita dipaparkan
membuat dan menerbitkan peraturan Menteri Pertanian ada surplus 200 ton,
perundang undangan”. Adalah wajar ketika keseluruhan produksi 1 juta ton, tetapi
Pemerintahan Soeharto mengundurkan kenapa masih bicara mengimpor beras
diri pada bulan Mei 1998, Masyarakat dari luar dan harga di pasar naik, contoh
sudah phobia antara lain dengan UU no.5 lain adalah ketika defisit gula putih,
tahun 1974 tersebut dan menggantikannya bertahun tahun mengimpor dari negara
dengan Undang undang no. 22 tahun 1999 lain, disisi lain banyak pabrik gula di kita
tentang Pemerintahan Daerah. dalam keadaan bangkrut, hal ini perlu
dikembangkan administrasi dan tata niaga
Dari moment ini penulis katakan, tiba yang benar dari regulator.
tiba pendulum penyelenggaraan
pemerintah daerah sangat jauh bergeser
pada desentralisasi, yang karena belum
siap, maka muncul berbagai friksi antara
259
kebutuhan dalam rangka menunjang memenuhi, sarana dan pelayanan
kewenangan yang diterima daerah, yang prima pada masyarakat, jika
3. Demokratisasi di daerah khusus criteria besar tersebut belum mampu
untuk pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan, jangan ada
dilakukan seperti saat ini secara kewenangan yang dilimpahkan atau
langsung sebaiknya ditunda, karena diserahkan.
perlu pembelajaran politik yang baik 6. Propinsi harus memiliki komitmen
bagi masyarakat dan partai politik di tinggi terhadap pembinaan SDM
daerah, jika opsi ini sulit, maka wakil aparatur di daerah, melakukan
kepala daerah sebaiknya diangkat evaluasi terhadap tata
dari pejabat karir, karena padanya penyelenggaran pemerinahan di
melekat pembinaan pegawai dan daerah Kabupaten dan Kota,
selama ini sekda terlalu dipengaruhi demikian pula Pemerintah Pusat.
oleh kepala daerah yang orang 7. Diperlukan keberanian pemerintah
politik, kondisi seperti itu mau tidak pusat untuk mengevaluasi
mau dari pengamatan dan pemerintah daerah dan jika hasilnya
wawancara, memberikan pengaruh perlu penggabungan kembali, harus
pada sekretaris daerah sebagai pejabat digabungkan, hanya Papua terlihat
karir tertinggi di daerah. Disamping pemekaran dilakukan karena muatan
itu, biaya untuk pilkada langsung politis.
masih sangat mahal, kematangan
politik peserta pilkada dan
REFERENSI
masyarakat terlihat belum matang,
Abraham, Ann. 1999. Administratief
perlu pendidikan yang cukup, konflik
Governance (Ombusmand)
horizontal selama kampanye dan
Andi, Agus Salim. 2001. Pemerintah
setelah ada yang menang selalu ada
Daerah (Kajian Politik dan Hukum)
dan ini harga yang terlalu mahal bagi
Haryanto, Dedi. 1993. Pembangunan
masyarakat dan demokratisasi.
Tanpa Batas
4. Pengembangan Wilayah, dari hasil
Dayang, Sarun. 1998. Arus Balik
penelitian yang dilakukan lembaga Otonomi Daerah
penelitian pemerintah maupun LSM Bollen Kennel. 1993. Political
terlihat pada umumnya gagal. Ini Democracy is Conseqwency and Concomitans
diakibatkan pemekaran dilakukan Birch, Anthony H. 1997. Democracy
bukan kehendak masyarakatnya akan Gabler, Ted dan Osborn, David. 2002.
tetapi kehendak dari minoritas elit Reinventing Birocracy
polotik daerah yang ambisius dengan Rondinelly, GS. Chimma. 1983
mengabaikan norma norma yang Decentalitation and Development
seharusnya dilakukan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar
masyarakat yang berdemokrasi. Salah 1945
satu tujuan dari pemekaran wilayah, Persadi. 1994. Pemantapan Undang
daerah adalah untuk memaksimalkan Undang tentang Pokok pokok Pemerintahan di
potensi daerah dan peningkatan Daer
pelayanan pada masyarakat.
5. Penerapan “Otonomi Yang Seluas
Luasnya Dan Bertanggungjawab”,
berimplikasi pada tanggung jawab,
seperti diungkapkan di atas siap
dalam daya dukung SDM Aparatur
yang kompeten sesuai kewenangan
yang diterima, anggaran yang