Anda di halaman 1dari 7

KLIPING

POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA

Tiara Putri Tandi Rerung


XI IPA 2
Pengertian Politik Luar Negeri
Arti politik luar negeri Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), dalam politik
luar negeri tujuan umum yang memandu kegiatan dan hubungan satu negara dalam
interaksi dengan negara lain. Perkembangan politik luar negeri dipengaruhi oleh
pertimbangan domestik, kebijakan, perilaku negara lain, atau rencana untuk
memajukan desain geopolitik tertentu. Ditekankan keunggulan geografi dan
ancaman eksternal dalam membentuk kebijakan luar negari. Diplomasi adalah alat
kebijakan luar negeri. Perang, aliansi, dan perdagangan internasional semuanya
mungkin merupakan manifestasinya.
Politik Luar Negeri adalah upaya pencapaian kepentingan-kepentingan nasional
melalui kebijakan yang berhubungan dengan negara lain. Politik luar negeri yang
diterapkan suatu negara dapat mencerminkan kondisi dalam negeri negara tersebut.
Pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia 1945-1949, Indonesia mempunyai
prioritas kepentingan nasional untuk memperoleh kedaulatan secara penuh serta
mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional, khususnya Belanda. Oleh karena
itu, politik luar negeri Indonesia diarahkan pada usaha-usaha untuk mencari
simpati dan berhubungan baik dengan negara-negara maju serta negara dunia
ketiga. Moh Hatta mencetuskan konsep politik luar negeri bebas aktif pada 2
September 1948 dalam kelompok kerja KNIP. Dalam buku Politik Luar Negeri
Indonesia dibawah Soeharto (1998) karya Leo Sryadinata, Hatta mengungkapkan
bahwa Indonesia tidak perlu memilih untuk bersikap pro terhadap Amerika Serikat
atau pro Uni Soviet. Dengan sikap tersebut, Indonesia tidak menjadi obyek
perjuangan politik Internasional. Indonesia harus menjadi subyek yang memiliki
hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Pengertian Politik Bebas Aktif Dalam
buku Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (2005) karya M.C Riclefs, politik
bebas aktif adalah sikap Indonesia yang mempunyai jalan atau pendirian sendiri
dalam menghadapi masalah internasional tanpa memihak pada blok Barat maupun
blok Timur serta turut berperan aktif dalam menciptakan perdamaian dunia. Atas
dasar politik bebas aktif, Indonesia memposisikan dirinya sebagai subyek dalam
pengambilan keputusan hubungan luar negeri dan tidak dapat dikendalikan oleh
kepentingan politik negara lain.
Landasan politik luar negeri Indonesia
Landasan yang dijalankan Indonesia dalam politik luat negeri, yakni:
Landasan idiil
Dalam landasan idiil berupa Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
dan dijadikan landasan politik luar nernegeri juga. Melalui kelima sila Pancasil
memberikan arahan dan pedoman dalam pelaksanaan politik luar negeri.
- Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila pertama sebagai makhluk Tuhan yang berpegang teguh dengan
percaya dan yakin terhadap ajaran tuhan. Berdasarkan prinsip ketuhanan dari
pancasila Negara Indonesia menjalankan pemerintahan dan kehidupan bernegara.
- Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Pada sila kedua, Indonesia menolak segala bentuk kekerasan dan penindasan
terhadap manusia. Karena Indonesia menjunjung tinggi kesederajatan bangsa
bangsa, tidak membedakan status sosial.
- Sila ketiga, Persatuan Indonesia Dalam sila ketiga, Indonesia menempatkan
persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara Indonesia di atas
kepentingan pribadi, suku, dan golongan.
- Sila keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratn/perwakilan. Dalam sila keempat, Indonesia menempatkan
musyawarah untuk menyelesaikan setiap permasalahan. Sehingga dalam
menyelesaikan masalah, Indonesia menempuh musyawarah dan keperundingan.
--- Sila kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada sila kelima, Indonesia memegang prinsip-prinsip keadilan. Maka dalam
menjalankan politik luar negeri mendorong terwujudnya keadilan sosial.

Landasan konstitusional
Landasan konstitusional dalam politik luar negeri Indonesia berupa Undang-
Undang Dasar (UUD) 1945 dalam pembukaan dan batang tubuh. Pada Pembukaan
UUD 1945 menjadi landasan di alinea pertama dan keempat. Pada bagian batang
tubuh UUD 1945 yang menjadi landasan di pasal 11 dan 13.
Aline pertama Pembukaan UUD 1945 berbunyi, “Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu maka penjajahan di
atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan”.
Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 berbunyi, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial,”
Pasal 11 UUD 1945 berbunyi, “Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara
lain”. Pasal 13 UUD 1945 berbunyi, “Presiden mengangkat duta dan konsul”.
Ayat 2 : “Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat”. Ayat 3 : “Presiden menerima penempatan duta negara lain
dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat”.
Landasan operasional
Pada landasan operasional dalam politik luar negeri Indonesia berwujud peraturan
perundang-undangan. peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan,
yakni:
1. UU No. 37 Tahun1999 tentang Hubungan Internasional dan tentang Pertahanan
Negara.
2. Undang-Undang No 24 Tahun 200 Tentang Perjanjian Internasional. Undang
undang ini membahas tentang perjanjian internasional secara detil Undang-Undang
3. Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tentang Rencana Kerja Pemerintah, dan
Peraturan Presiden No 5 Tahun 2010 Tentang Pembangunan Jangka Menengah
Nasional
5. Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan RI
di Luar Negeri dan Keputusan Menteri Luar Negeri Nomor
SK.06/A/OT/VI/2004/01 Tahun 2004 Tentang Tata Kerja Perwakilan RI di Luar
Negeri
Pancasila sebagai dasar negara berisi tentang pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam seluruh aspek kehidupan termasuk politik luar negeri. Landasan
konstitusional Politik Luar Negeri Indonesia adalah UUD 1945 alinea pertama dan
alinea keempat, serta pada batang tubuh UUD 1945 Pasal 11 dan Pasal 13.
Sedangkan landasan operasional politik luar negeri Indonesia terdapat dalam TAP
MPR no IV/MPR/1978.

Dalam menjalankan kebijakannya di dunia internasional atau politik luar negeri,


Indonesia menganut prinsip politik yang bebas dan aktif. Bebas diartikan bangsa
Indonesia tidak memihak atau ikut serta pada kekuatan-kekuatan yang ingin
berseteru dan tidak sesuai dengan nilai luhur bangsa. Sementara aktif artinya
Indonesia tidak tinggal saja, tapi aktif dalam hubungan internasional dalam rangka
mewujudkan ketertiban dunia. Dengan politik bebas aktif, Indonesia bisa
menentukan arah, sikap, dan keinginan sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat. Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), dalam politik luar negeri
tujuan umum yang memandu kegiatan dan hubungan satu negara dalam interaksi
dengan negara lain. Perkembangan politik luar negeri dipengaruhi oleh
pertimbangan domestik, kebijakan, perilaku negara lain, atau rencana untuk
memajukan desain geopolitik tertentu. Ditekankan keunggulan geografi dan
ancaman eksternal dalam membentuk kebijakan luar negari. Diplomasi adalah alat
kebijakan luar negeri. Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), politik dunia ditandai oleh munculnya dua kekuatan yang saling
bertentangan, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet. Amerika Serikat memiliki
ideologi liberalisme, sedangkan Uni Soviet memiliki ideologi komunisme.
Sehingga terbentuk istilah blok barat dan blok timur. Politik dan sikap Indonesia
dilandaskan kepada kemerdekaan dan bertujuan untuk memperkuat perdamaian.
Terhadap dua blok kekuatan yang bertentangan itu, Indonesia tidak mau memilih
salah satu pihak. Indonesia menjalankan politik luar negeri “bebas aktif”. Hal ini
sesuai dengan cita-cita PBB. Pada 2 September 1948, dihadapan Komite Nasional
Indonesia Pusat (KNIP) Mohammad Hatta menyampaikan pidatonya mengenai
politik luar bebas aktif. Bahwa Indonesia seharusnya menentukan sikap sendiri
terhadap pertarungan internasional dan bukan menjadi obyek politik internasional.
Baca juga: Tantangan Politik Luar Negeri RI Pasca-Pemilu 2019   Kenetralan
bangsa Indonesia terhadap kedua kubu didukung dengan disusunnya Pancasila
sebagai dasar negara dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai konstitusi
negara Indonesia. Dilansir situs Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Dalam
sidang Majelis Umum PBB ke-15 pada 1960, Presiden Sukarno menyampaikan
pidatonya dengan judul "Membangun Dunia Baru" (To Build the World Anew).
Presiden SUkarno menyerukan "Kekuatan Dunia Baru" (New Emerging Forces)
untuk bangkit menuju tatanan dunia yang lebih adil dan seimbang, melampaui
dominasi negara-negara besar di dunia yang secara ideologis terbagi ke dalam Blok
Barat dan Blok Timur. Untuk mewujudkan hal tersebut, Indonesia bertemu dengan
para kepala pemerintahan Ghana, India, Mesir, dan Yugoslavia guna
mempersiapkan penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-
Blok I di Beograd, Yugoslavia pada tahun 1961. Dalam buku Grand Design:
Kebijakan Luar Negeri Indonesia (2015-2025) (2016) karya Adriana Elisabet,
prinsip bebas aktif dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Indonesia disesuaikan
dengan dinamika nasional, regional, dan internasional. Khususnya dinamika yang
cenderung berdampak ataupun saling memengaruhi  perkembangan di tingkat
nasional, regional, dan internasional. Untuk mengoptimalkan kontribusi
internasional Indonesia dan mencapai kepentingan nasionalsecara menyeluruh baik
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan
masyarakat, maupun menciptakan ketertiban dunia. Maka prinsip bebas aktif
diimplementasikan secara lebih pragmastis, proaktif, fleksibel, akomodatif, dan
asertif.
Kesimpulan
politik luar negeri indonesia bebas dan aktif adalah:
a. politik luar negeri indonesia bebas artinya adalah bahwa indonesia tidak
memihak salah satu blok kekuatan-kekuatan yang ada di dunia ini.
b. politik luar negeri indonesia aktif artinya adalah indonesia dalam menjalankan
politik luar negerinya selalu aktif ikut menyelesaikan masalah-masalah
internasional.
Tujuan Politik Luar Negeri Indonesia
Menurut Muhammad Hatta, politik luar negeri Indonesia memiliki beberapa tujuan
sebagai berikut:
- Meningkatkan hubungan antarbangsa dari suatu negara tertentu sebagai wujud
pelaksanaan cita-cita yang tersimpul di dalam Pancasila, dasar dan filsafat negara
kita
- Mendapat input barang dari luar negeri yang diperlukan oleh negara untuk
menciptakan kemakmuran rakyat
- Meningkatkan perdamaian antarnegara secara internasional
- Memberikan pertahanan untuk kemerdekaan bangsa dan melindungi negara

Bukti Kerja Sama Indonesia Dengan Organisasi Internasional


Indonesia dikenal sebagai negara yang aktif berpartisipasi terhadap kegiatan
internasional. Berikut adalah beberapa contoh partisipasi Negara Indonesia.
1. Ikut serta menjadi anggota PBB yang ke-60 pada tanggal 28 September 1950
2. Ikut serta dalam penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika atau KAA pada tahun
1955 yang menciptakan solidaritas dan semangat negara-negara Asia-Afrika lalu
lahirlah Dasasila Bandung
3. Indonesia menjadi salah satu pendiri Gerakan Non-Blok atau GNB tahun 1961
4. Aktif mengikuti pesta olah raga internasional seperti Asian Games, SEA Games,
Olimpiade, dan lainnya
Hal lain yang membuktikan adanya politik luar negeri Indonesia dapat dilihat dari
pemikiran para pendiri negara atau founding fathers dalam mengemukakan bahwa
Pembukaan UUD 1945 telah didasarkan pada kenyataan bahwa sebagai negara
yang baru merdeka, Indonesia harus siap dihadapkan pada lingkungan interaksi.
Interaksi tihak hanya mencakup nasional melainkan juga internasional.

Itu mengapa politik luar negeri Indonesia dalam menjalin Hubungan Internasional
sangatlah penting bagi kemaslahatan bersama.

Anda mungkin juga menyukai