Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 5

Hadits Tarbawi
(Hadits-Hadits Tentang Anak Didik)

Di Susun
Oleh

DAILLA QALBI S (1032019003)


FEBY AGUSTINA (1032019012)

Semester/Unit : II (DUA)/ 1
Fakultas/Jurusan : TARBIYAH/PMA
Dosen Pembimbing : HAMDANI, S.Pd.I., M.A.

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LANGSA


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kesehatan
dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa, yakni
berupa tugas yang diberikan oleh bapak dosen dalam rangka menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan kami. Kemudian shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya sampai
akhir zaman di manapun mereka berada. Ucapan terima kasih kepada bapak selaku dosen
pengajar pada mata kuliah “Hadits Tarbawi” yang telah memberikan bimbingan serta arahan
kepada kami sehingga makalah sederhana yang berjudul “Hadits-Hadits Tentang Anak
Didik” ini dapat diselesaikan.
Dalam makalah ini dijelaskan beberapa hal tentang hadits-hadits mengenai anak didik
dan dalam makalah ini juga diharapkan kepada para pembaca untuk dapat lebih memahami
mengenai tentang hadits anak didik tersebut.
Adapun dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan kritik dan saran yang memotivasi dalam
rangka perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin
Ya Rabbal ‘Alamin.

Langsa, 18 Maret 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 3
A. Pengertian Peserta Didik................................................................................................3
B. Hadits Tentang Peserta Didik.........................................................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................................9
B. Kritik dan Saran .........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu
dikembangkan melalui pendidikan, baik melalui fisik maupun psikis, baik itu
pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat
dimana anak tersebut berada. Potensi dasar itu sering disebut sebagai fitrah. Dalam
menentukan potensi fitrah tersebut orang tua memiliki peran yang sangat penting
dalam pendidikan. Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan
karena dipahami sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dimiliki seorang
anak. Manusia akan menemukan status sebagai manusia apabila telah mendapatkan
pendidikan. Untuk itu pendidikan bagi anak menjadi factor penting dalam
memanusiakan manusia.
Melalui pendidikan itulah manusia dapat menemukan pengetahuan,
kecakapan, dan keahlian dalam kehidupannya. Sebagai makhluk yang imitasi
(meniru) pendidikan menjadi hal yang harus diberikan pada anak. Tanpa dididik anak
tidak akan mampu mengembangkan fitrah kebaikan yang dibawa sejak lahir tersebut.
Untuk itu pendidikan terhadap anak harus dioptimalkan sehingga segala potensinya
dapat berkembang dan bermanfaat dalam hidupnya diwaktu akan dating. Dengan
pendidikan anak akan mampu membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah,
dan lain sebagainya sehingga hidupnya dapat berkualitas dan dapat berhasil sesuai
apa yang diharapkan. Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa hadits terkait
dengan peserta didik meliputi hadits tentang fitrah anak, kemuliaan martabat peserta
didik, keutamaan peserta didik, dan lain-lain.1

1
http://niambinnaim.blogspot.com/2016/01/makalah-hadits-tarbawi-hadits-tentang.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian peserta didik ?
2. Bagaimana hadits tentang peserta didik ?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian peserta didik
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana peserta didik itu didalam hadits

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Peserta Didik


Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran
ilmu. Sedangkan secara terminology peserta didik adalah anak atau individu yang
mengalami perubahan, pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masih memerlukan
bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian struktural
proses pendidikan. Dengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang
tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental
maupun psikis.
Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan tentu peserta
didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk
menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada
pada usia balita selalu mendapatkan bantuan dari orang tuanya. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mewah (raw material) yang
harus diolah dan dibentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan. Berdasarkan
hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik memiliki
eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga,
pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat. keindividuannya, maka tugas dari
seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan kepada peserta
didik menuju kesempurnaan atau sesuai dengan kedewasaannya.
Peserta didik adalah ucapan yang bersifat umum untuk seorang yang sedang
menuntut ilmu. Peserta didik ada juga yang disebut dengan siswa, murid, pelajar, anak
didik, mahasiswa. Dalam bahasa Inggris disebut dengan student, dalam bahasa Arab
ada yang disebut dengan Thalib, biasanya untuk mahasiswa. Tilmizd, untuk murid
tingkat TK sampai SMA.
Dalam Undang – Undang No. 20 tahun 2003, dijelaskan bahwa peserta didik
adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.2

2
Lihat! Undang-undang No.29, Tahun 2003, tentang sistem pendidikan Nasional Bab I, Pasal 1, point 4

3
Abuddin Nata,3 mengatakan, bahwa peserta didik diartikan dengan orang yang
tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan pengarahan.
Sehubung dengan itu, Samsul Nizar,4 memberikan kriteria peserta didik
kepada lima kriteria;
1. Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunia sendiri;
2. Peserta didik memiliki periodesasi perkembangan dan pertumbuhan;
3. Peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik
yang disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada;
4. Peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani
memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu;
5. Peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.

Sementara Oemar Hamalik mengemukakan beberapa aspek yang perlu


diketahui untuk mengenal peserta didik;
1. Latar belakang masyarakat;
2. Latar belakang keluarga;
3. Tingkat inteligensi;
4. Hasil belajar;
5. Kesehatan badan;
6. Hubungan – hubungan antar pribadi;
7. Kebutuhan – kebutuhan emosional;
8. Sifat – sifat kepribadian;
9. Bermacam – macam minat belajar.5

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah setiap orang
yang meluangkan waktunya untuk belajar kepada seorang pendidik. Peserta didik
adalah orang yang sedang berada dalam fase pertumbuhan dan perkembangan, baik
secara fisik maupun psikis.

3
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan, op.cit., h. 132.
4
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoretis, dan praktis, (Jakarta: Ciputat Press,
2002), cet. Ke-2, h. 48-50
5
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001), cet. Ke-1, h. 101-105.

4
Peserta didik adalah orang yang merasa dirinya masih kurang menguasai pada
suatu bidang atau disiplin ilmu, sehingga bersedia untuk mendalaminya kepada
seorang pendidik. Karena itu, peserta didik biasa dari anak – anak, remaja, orang
dewasa dan boleh jadi orang yang sudah lanjut usia.

B. Hadits Tentang Peserta Didik


Rasulullah SAW, sangat memberikan perhatian terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan. Sehingga ditemukan hadis – hadis yang membicarakan tentang
menuntut ilmu pengetahuan. Perhatian yang demikian tinggi, karena Rasulullah SAW
juga menyatakan dirinya sebagai pendidik. Rasulullah lebih mengutamakan majelis
orang yang belajar daripada majelis ahli ibadah. Di antara hadis – hadis yang
membicarakan tentang peserta didik adalah sebagai berikut:

,‫ ﻗﺎﻻﻟﻨﺒﻲ‬...‫ ﻋﻨﻌﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻨﺒﻨﺎﺑﯿﺒﻜﺮةﻋﻨﺎﺑﯿﮫ‬,‫ ﻋﻨﺎﺑﻨﺴﺒﺮﯾﻦ‬,‫ ﺣﺪﺛﻨﺎاﺑﻨﻌﻮن‬,‫ﺣﺪﺛﻨﺎﺑﺸﺮﻗﺎل‬,‫ﺣﺪﺛﻨﺎﻣﺴﺪدﻗﺎل‬


(‫" )رواھﺎﻟﺒﺨﺎري‬.‫"ﻣﻨﯿﺮداﻟﻠﮭﺒﮭﺨﯿﺮاﯾﻔﻘﮭﮭﺎﻟﻠﮭﻮاﻧﻤﺎاﻟﻌﻠﻤﺒﺎﻟﺘﻌﻠﻢ‬

Artinya: menceritakan kepada kami Musaddad, berkata menceritakan kepada


kami Bysr, ia berkata, menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub, dari Ibn Sirin, dari
Abdurrahman Ibn Abu Bakrah dari ayahnya. Nabi SAW bersabda, “barang
siapa dikehendaki baik dari Allah, maka ia dikaruniai kepahaman agama.
Sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar” (HR. Bukhari).6

,‫ ﺳﻤﻌﺘﺒﻨﻘﯿﺴﺒﻨﺎﺑﯿﺤﺎزﻣﻘﺎل‬,‫ ﺣﺪﺛﻨﯿﺎﺳﻤﺎﻋﯿﻠﺒﻨﺎﺑ ﺨﺎﻟﺪﻋﻠ ﻐﯿﺮﻣﺎﺣﺪﺛﻨﺎھﺎﻟﺰھﺮﯾﻘﺎل‬,‫ ﺣﺪﺛﻨﺎﺳﻔﯿﺎﻧﻘﺎل‬,‫ﺣﺪﺛﻨﺎاﻟﺤﻤﯿﺪﻗﺎل‬


,‫ رﺟﻼﺗﺎھﺎﻟﻠﮭﻤﺎﻻﻓﺴﻠﻄﻌﻠ ﮭﻠﻜﺘﮭﻔﯿﺎﻟﺤﻖ‬:‫" ﻻﺣﺴﺪإﻻﻓﯿﺎﺛﻨﺘﯿﻦ‬,‫ ﻗﺎﻻﻟﻨﺒﯿﺼﻠ ﺎﻟﻠﮭﻌﻠﯿﮭﻮﺳﻠﻢ‬,‫ﺳﻤﻌﺘﻌﺒﺪاﻟﻠﮭﺒﻨﻤﺴﻌﻮدﻗﺎل‬
(‫" )رواھﺎﻟﺒﺨﺎري‬.‫ورﺟﻼﺗﺎھﺎﻟﻠﮭﺎﻟﺤﻜﻤﺔﻓﮭﻮﯾﻘﻀ ﺒﮭﺎوﯾﻌﻠﻤﮭﺎ‬

Artinya: menceritakan kepada kami Humaid, ia berkata, menceritakan kepada


kami Sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku Isma’il ibn Abu Khalid atas
selain yang kami ceritakan olehnya Al-Zuhriy, ia berkata, “ aku mendengar Ibn Qais

6
Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzabat al-Bukhari al-Ju’fi, op.cit., h.
30.

5
Ibn Abu Hazim, ia berkata, aku mendengar ‘Abdullah Ibn Mas’ud berkata, nabi
SAW bersabda,”tidak boleh iri hati kecuali dua hal, yaitu seorang laki-laki yang diberi
harta oleh Allahlalu harta itu dikuasakan penggunaannya dalam kebenaran, dan
seorang laki-laki di beri hikmah oleh Allah dimana ia memutuskan perkara dan
mengajar dengannya” (HR. Bukhari).7

,‫ اﻧﻌﺎﺋﺸﺔزوﺟﺔاﻟﻨﺒﯿﺼﻠ ﺎﻟﻠﮭﻌﻠﯿﮭﻮﺳﻠﻢ‬,‫ ﺣﺪﺛﻨ ﺎﺑﻨﺎﺑﯿﻤﻠﯿﻜﺔ‬,‫ ﻗﺎل‬,‫ اﺧﺒﺮﻧﺎﻧﺎﻓﻌﺒﻨﻌﻤﺮ‬,‫ﺣﺪﺛﻨﺎﺳﻌﯿﺪﺑﻨﺎﺑ ﻤﺮﯾﺔﻗﺎل‬


(‫ )رواھﺎﻟﺒﺨﺎرى‬...‫ﻛﺎﻧﺘﻼﺗﺴﻤﻌﺸﯿﺌﺎإﻻراﺟﻌﺘﻔﯿﮭﺠﺘ ﺘﻌﺮﻓﮫ‬

Artinya: menceritakan kepada kami Sa’id Ibn Abi Maryam, ia berkata,


memberitakan kepada kami Na’fi Ibn Umar, ia berkata, menceritakan kepadaku Ibn
Abu Mulaikah, bahwasanya ‘Aisyah istri Nabi SAW, tidak pernah mendengar
sesuatu yang tidak diketahuinya melainkan ia mengulangi lagi sehingga ia
mengetahuinya benar-benar (secara pasti)... (HR. Bukhari).8

Peserta didik hendaknya menuliskan ilmu:

,‫ ﺳﻤﻌﺘﺎﺑﺎھﺮﯾﺮةﯾﻘﻮل‬,‫ ﻋﻨﺎﺧﯿﮭﻘﺎل‬,‫ أﺧﺒﺮﻧﯿﻮھﺒﺒﻨﻤﻨﺒﮫ‬,‫ ﺣﺪﺛﻨﺎﻋﻤﺮوﻗﺎل‬,‫ ﺣﺪﺛﻨﺎﺳﻔﯿﺎﻧﻘﺎل‬,‫ﺣﺪﺛﻨﺎﻋﻠﯿﺒﻨﻌﺒﺪاﻟﻠﮭﻘﺎل‬


".‫ ﻓﺈﻧﮭﻜﺎﻧﯿﻜﺘﺒﻮﻻأﻛﺘﺐ‬,‫ إﻻﻣﺎﻛﻠﻨﻤﻨﻌﺒﺪاﻟﻠﮭﺒﻨﻌﻤﺮى‬,‫"ﻣﺎﻣﻨﺄﺻﺤﺎﺑﺎﻟﻨﺒﯿﺼﻠ ﺎﻟﻠﮭﻌﻠﯿﮭﻮﺳﻠﻤﺎﺣﺪاﻛﺜﺮﺣﺪﯾﺜﺎﻋﻨﮭﻤﻨﻲ‬
(‫)رواھﺎﻟﺒﺨﺎرى‬.

Artinya: menceritakan kepada kami Ali Ibn Abdullah, ia berkata,


menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata, menceritakan kepadaku Umar, ia
berkata, memberitakan kepadaku Wahabibn Munabbih, ia berkata, aku mendengar
Abu Hurairah berkata, “tiada seorangpun dari sahabat nabi SAWyang lebih banyak
meriwayatkan hadits yang diterima dari beliau SAW dari pada saya, melainkan apa
yang didapat dari Abdullah Bin Amr, sebab ia mencatat hadits sedang saya tidak
mencatatnya ”(HR. Bukhari).9

7
Ibid., h. 31.
8
Ibid., h. 37.
9
Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzabat al-Bukhari al-Ju’fi, op.cit., h.
39.

6
...‫ ﻋﻨﻌﺒﺪاﻟﺮﺣﻤﻨﺒﻨﺎﺑﯿﺒﻜﺮةﻋﻨﺎﺑﯿﮫ‬,‫ ﻋﻨﺎﺑﻨﺴﯿﺮﯾﻦ‬,‫ ﺣﺪﺛﻨﺎاﺑﻨﻌﻮن‬,‫ ﺣﺪﺛﻨﺎﺑﺸﺮﻗﺎل‬,‫ﺣﺪﺛﻨﺎﻣﺴﺪدﻗﺎل‬
(‫ﻣﻨﺴﻠﻜﻄﺮﯾﻘﺎﯾﻠﺘﻤﺴﻔﯿﮭﻌﻠﻤﺎﺳﮭﻼﻟﻠﮭﻠﮭﻄﺮﯾﻘﺎاﻟ ﺎﻟﺠﻨﺔ)رواھﺎﻟﺒﺨﺎرى‬

Artinya: menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata, menceritakan


kepada kami Bisyr, ia berkata, menceritakan kepada kami Ibn ‘Aub, dari Ibn Sirin,
dari Abdurrahman Ibn Abu Bakrah dari ayahnya... Rasulullah SAW bersabda, “siapa
yang berusaha mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga ”
(HR. Bukhari).10

Peserta didik tidak boleh sombong dan malu :

‫وﻗﺎﻟﺖ‬, ‫وﻗﺎل ﻣﺠﺎھﺪو"اﻟﯿﺘﻌﻠﻢ ﻣﺴﺘﺤﻰ وال ﻣﺴﺘﻜﺒﺮ‬

‫ﻟﻢ ﯾﻤﻨﻌﮭﻦ اﻟﺤﺎء ان‬, ‫ﻧﻌﻢ اﻟﻨﺴﺎء ﻧﺴﺎء ااﻟﻨﺼﺎر‬, "‫ﻋﺎﺋﺸﺔ‬

.11"‫ﯾﺘﻔﻘﮭﻦ ﻓﻲ اﻟﺪﯾﻦ‬

Artinya: berkata mujahid, “pemalu dan sombong tidak akan dapat mempelajari
pengetahuan agama.” Aisyah berkata, “sebaik-baik kaum wanita adalah kaum wanita
anshar, mereka tidak di halanghalangi rasa malu untuk mempelajari pengetahuan yang
mendalam tentang agama (HR. Bukhari)12.
Dari uraian hadits-hadits diatas, untuk mewujudkan peserta didik yang
berkualitas berdasarkan tinjauan hadits dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Rasulullah Saw menjelaskan bahwa ilmu itu hanya diperoleh dengan
belajar
b. Peserta didik tidak diperbolehkan iri hati kepada orang lain yang memiliki
ilmu pengetahuan yang luas, sebagai cambuk untuk rakus dalam menuntut
ilmu pengetahuan, sehingga dengan semangat menuntut ilmu itu,
diharapkan akan menyebar ilmu pengetahuan dimuka bumi.

10
Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzabat al-Bukhari al-Ju’fi, op.cit., h.
30.
11
Ibid.
12
Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzabat al-Bukhari al-Ju’fi, op.cit., h.
42.

7
c. Peserta didik hendaknya menghafal dan mengulangi pelajarannya,
sehingga betul-betul menguasai materi yang telah disampaikan oleh
pendidik,
d. Peserta didik yang hadir menuntut ilmu tidak boleh kikir, untuk
menyampaikan ilmu kepada orang-orang yang tidak hadir.
e. Peserta didik hendaknya menuliskan ilmu yang disampaikan oleh pendidik
sehingga terjaga. Sekiranya terlupakan masih bisa dilihat catatannya, dan
mengulangi kembali pelajaran yang telah diberikan pendidik meskipun
dalam jangka waktu yang lama.
f. Peserta didik hendaknya menyadari bahwa dalam menuntut ilmu tersebut,
ia berada dalam Ridha-nya Allah SWT, dan mempermudah baginya jalan
menuju surga.

Berkaitan dengan sifat-sifat peserta didik, Al-Ghazali13 merumuskan adab


peserta didik dalam menuntut ilmu sebagai berikut:
1. Mengawali langkah dengan menyucikan hati dari perilaku yang buruk dan
sifat-sifat tercela.
2. Mengurangi segala keterkaitan dengan kesibukan-kesibukan duniawi.
3. Hendaknya ia bersikap tidak angkuh terhadap ilmu dan tidak pula
menonjolkan kekuasaan terhadap guru yang mengajarinya, tetapi
menyerahkan bulat-bulat kendali dirinya kepada mematuhi segala
nasihatnya.

13
Abi Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, (Berut-Libnan: Dar al-Fikr, 1991), cet.
Ke-3, h. 62-67

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peserta didik
adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau
pertumbuhan baik dari segi fisik, mental maupun psikis. kriteria peserta didik adalah
sebagai berikut: Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa, peserta didik
bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri, peserta didik
memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan, peserta didik adalah makhluk
Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun
lingkungan dimana ia berada, peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan
rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati
nurani dan nafsu. Terdapat juga hadits-hadits yang menjelaskan tentang peserta didik
diantaranya sudah tertera pada pembahasan di atas yaitu hadits tentang keutamaan
peserta didik hendaknya menuntut ilmu, peserta didik tidak boleh sombong dan malu
dalam menuntut ilmu.

B. Kritik dan Saran


Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan menurut kami kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Makalah ini jauh dari kata sempurna oleh karena itu,
untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini kami sebagai tim penulis
memohon kepada para pembaca untuk tidak segan-segan memberikan saran dan kritik
bagi kami sebagai penulis (khususnya). Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberi manfaat sedikit banyaknya baik dalam informasi dan ilmu baru bagi
pembaca maupun penulis tentang Peserta Didik Dalam Hadits ini dalam mata kuliah
Hadits Tarbawi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Samsul Nizar, Zainal Efendi Hasibuan. 2011. Hadis Tarbawi. Jakarta: Kalam Mulia.

Malik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam; Pendekatan Historis, Teoretis, dan praktis.
Jakarta: Ciputat Pers.

http://niambinnaim.blogspot.com/2016/01/makalah-hadits-tarbawi, diakses pada 15 Maret


2020, 10.30 WIB.

Lihat! Undang-undang No.29, Tahun 2003, tentang sistem pendidikan Nasional Bab I, Pasal
1, point 4

Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzabat al-Bukhari
al-Ju’fi, op.cit., h. 30.

Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzabat al-Bukhari
al-Ju’fi, op.cit., h. 39.

Abi ‘Abdillah Muhammad Ibn Isma’il ibn Ibrahim ibn al-Mughirat ibn Bardzabat al-Bukhari
al-Ju’fi, op.cit., h. 42.

Abi Hamid Muhammad Ibn Muhammad al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum al-Din, (Berut-Libnan: Dar
al-Fikr, 1991), cet. Ke-3, h. 62-67

Ibid., h. 31.

Ibid., h. 37.

Ibid.

10

Anda mungkin juga menyukai