Anda di halaman 1dari 16

Fungsi Biaya dan Penerimaan

    
Biaya atau ongkos pengertian secara ekonomis merupakan beban yang harus
dibayar produsen untuk menghasilkan barang dan jasa  sampai barang
tersebut siap untuk dikonsumsi . Biaya merupakan fungsi dari jumlah
produksi, dengan notasi C = f(Q).

C = biaya total
Q = jumlah produksi.

      Fungsi biaya merupakan hubungan antara biaya dengan jumlah produksi
yang dihasilkan, fungsi biaya dapat digambarkan ke dalam kurva dan kurva
biaya menggambarkan titik-titik kemungkinan bsarnya biaya di berbagai
tingkat produksi. Dalam membicarakan biaya ada beberapa macam biaya,
yaitu:
a. Biaya Total ( Total Cost = TC = C)
b. Biaya Variabel (Variable Cost = VC)
c. Biaya Tetap (Fixed Cost = FC)
d. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost = AC)
e. Biaya Variabel Rata Rata ( Average Variable Cost = AVC)
f. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost = AFC)
g. Biaya Marginal

Rumus :
1. C = AC x Q  atau C = FC + VC
2. FC = AFC X Q
3. VC = AVC  X Q

      Dalam menganalisa biaya umumnya tidak terlepas dari analisa


penerimaan atau revenue atau total revenue. Pengertian revenue atau
penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diterima dari hasil penjualan
barang pada tingkat harga tertentu. Secara matematik total revenue
dirumuskan sebagai berikut:

* TR = PQ.       TR = Penerimaan Total, P = Harga Barang dan Q = Jumlah


barang yang dijual.
* Penerimaan Rata-rata (AR) adalah penerimaan rata-rata tiap unit produksi,
dapat dirumuskan :
   AR = TR/Q
* Penerimaan Marginal atau Marginal Revenue adalah tambahan
penerimaan sebagai akibat dari tambahan
   produksi, dirumuskan"
   MR = ∆TR/∆Q     atau  turunan dari TR
   MR = Marginal Revenue,  ∆TR = Tambahan penerimaan,  ∆Q =
Tambahan Produksi. Berdasarkan konsep penerimaan dan biaya (TR dan
TC)  dapat diketahui beberapa kemungkinan diantaranya :

TR < TC  = keadaan untung / laba


TR= TC   = keadaan  Break Even Point
TR > TC  = Keadaan rugi.

ALOKASI BIAYA PRODUK BERSAMA


Beberapa metode untuk mengalokasi biaya produk bersama, yaitu :
1. Metode Harga Jual
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa produk yang harga jualnya relatif tinggi
akan dibebani biaya harga pokok yang tinggi pula.
Contoh :
PT Nur Asiah mengeluarkan biaya bersama Rp 9.000.000,00, produk bersama berupa
produk sabun A, sabun B, dan sabun C.
Jenis Sabun Unit yang dibuat Harga jual per unit
A 30.000 Rp 200,00
B 40.000 Rp 150,00
C 20.000 Rp 150,00

Alokasi biaya bersama dengan metode harga jual :


Sabun A = Rp 6.000.000,00 x Rp 9.000.000,00 = Rp 3.600.000,00
Rp 15.000.000,00

Sabun B = Rp 6.000.000,00 x Rp 9.000.000,00 = Rp 3.600.000,00


Rp 15.000.000,00

Sabun C = Rp 3.000.000,00 x Rp 9.000.000,00 = Rp 1.800.000,00


Rp 15.000.000,00

2. Metode Satuan Fisik


Produk yang mempunyai satuan fisik yang lebih besar, seharusnya juga dibebankan
dengan biaya produk yang lebih besar pula.
Contoh : Masih dengan contoh yang sama, maka alokasi biaya bersama dengan
metode satuan fisik :
Sabun A = 30.000 x Rp 9.000.000,00 = Rp 3.000.000,00
90.000

Sabun B = 40.000 x Rp 9.000.000,00 = Rp 4.000.000,00


90.000

Sabun C = 20.000 x Rp 9.000.000,00 = Rp 2.000.000,00


90.000

3. Metode Rata-Rata Per Satuan


Masing-masing produk bersama itu dihasilkan dari proses maupun bahan mentah
yang sama maka seharusnyalah masing-masing produk itu menanggung biaya yang
sama besarnya pula.
Contoh :
Jika dari biaya produk bersama sebesar Rp 20.000.000,00 akan dihasilkan :
Papan kualitas 1 : 60 m3
2 : 30 m3
3 : 10 m3
maka biaya harga pokok produk bersama persatuan (m3) adalah :
20.000.000 = Rp 200.000,00 m3
100
sehingga alokasinya :
papan kualitas 1 : 60 x 200.000 = Rp 12.000.000,00 ; seterusnya untuk papan kualitas
2 dan 3 sama perhitungannya.

4. Metode Rata-Rata Tertimbang


Metode ini digunakan apabila produk bersama mempunyai ukuran yang berbeda,
karena itu haruslah ditentukan satuan/faktor penimbang baik itu faktor berat, volume,
kesukaran proses, dll.
Contoh: Masih dengan menggunakan contoh pada metode rata-rata per satuan,
ditetapkan bahwa penimbang untuk papan :
Kualitas 1 = 6,5
2=3
3=2
Maka biaya produk bersama sebagai berikut :

Kualitas Jumlah Angka Jumlah angka yang di Alokasi biaya


Penimbang produksi penimbang bersama
1 60 6,5 390 Rp 15.600.000,00
2 30 3 90 Rp 3.600.000,00
3 10 2 20 Rp 800.000,00

Perhitungannya :
Papan kualitas 1 :
390 x Rp 20.000.000,00 = Rp 15.600.000,00
500

Untuk papan kualitas 2 dan 3 sama perhitungannya.

ALOKASI BIAYA DEPARTEMEN PENDUKUNG

A. Alokasi Biaya Departemen Pendukung


1. Alokasi Biaya
Alokasi biaya merupakan pembiayaan yang memberikan manfaat bersama dan yang
terjadi ketika sumber daya yang sama digunakan untuk menghasilkan lebih dari satu
produk atau jasa. Hal ini dapat dicontohkan seperti biaya mesin foto kopi pada kantor
konsultan yang mendukung aktivitas pelayanan lebih dari satu jenis jasa. Oleh karena itu,
biaya mesin fotokopi akan dibebankan ke pada masing-masing jenis jasa dengan
proposional.

A. Jenis-Jenis Departemen
Dalam model fungsi di perusahaan, obyek biaya adalah departemen. Terdapat dua
kategori departemen yaitu: Departemen produksi dan departemen pendukung.
Departemen produksi secara langsung bertanggung jawab pada pembuatan produk atau
jasa yang dijual pada pelanggan.

Departemen produksi adalah departemen secara langsung mengerjakan produksi yang


diproduksi. Contoh, departemen pengesahan dan perakitan. Departemen pendukung
menyediakan pelayanan pendukung yang diperlukan oleh departemen produksi.
Departemen ini berhubungan secara tidak langsung dengan suatu jasa atau produk
organisasi tersebut, misalnya: pemeliharaan, permesinan.

Dalam perusahaan jasa dapat dibagi menjadi  departemen produksi dan departemen
pendukung. Pabrik pembuat furniture dapat dibagi dua departemen produksi (perakitan
dan penyelesaian) serta empat departemen pendukung (ruang penyimpanan bahan baku,
kafetaria, pemeliharaan, general factory).

B. Jenis-Jenis Dasar Alokasi


Departemen produksi membutuhkan jasa pendukung: oleh sebab itu, biaya departemen
pendukung ditimbulkan oleh aktivitas departemen produksi. Faktor-faktor penyebabnya
adalah variabel atau aktivitas dalam departemen produksi, yang menyebabkan munculnya
biaya jasa pendukung. Dalam memilih dasar pengalokasian biaya departemen
pendukung, berbagai usaha harus dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab yang
sesuai (penggerak biaya). Menggunakan faktor penyebab akan menghasilkan biaya
produk yang lebih akurat. Selanjutnya, jika faktor penyebab diketahui, para manajer
dapat mengontrol konsumsi jasa pendukung dengan lebih baik.

2. Tujuan Alokasi Biaya


Beberapa tujuan penting berhubungan dengan alokasi biaya departemen pendukung ke
departemen produksi, dan akhirnya ke produk tertentu:
1. Untuk menghasilkan satu kesepakatan harga yang menguntungkan
2. Untuk menghitung profibilitas lini produk
3. Untuk memprediksi pengaruh ekonomi dari perencanaan dan pengendalian
4. Untuk meniai persedian
5. Untuk memotivasi para manajer

Jika biaya tidak dialokasikan dengan akurat, biaya beberapa jasa dapat terlalu tinggi,
hingga mengakibatkan penawaran yang terlalu tinggi dan hilangnya potensi
bisnis, sebaliknya, jika biaya terlalu rendah dan mengakibatkan kerugian pada jasa ini.
Hal yang berhubungan dekat dengan penentuan harga adalah laba. Dengan menilai laba
berbagai jasa, seseorang manajer dapat mengevaluasi bauran jasa yang ditawarkan oleh
perusahaan. Tentu saja biaya yang akurat adalah hal yang penting untuk menentukan
laba.
     
Alokasi dapat digunakan untuk memotivasi para manajer. Jika biaya departemen
pendukung tidak dialokasikan ke departemen produksi, para manajer dapat
memperlakukan jasa ini

seakan-akan jasa tersebut gratis. Tentu saja, pada kenyataa nya, biaya marginal sebuah
jasa lebih besar dari nol. Dengan mengalokasikan biaya dan meminta para manajer
departemen produksi bertanggung jawab atas kinerja ekonomi unit mereka, suatu
organisasi dapat memastikan bahwa para manajer akan menggunakan suatu jasa hingga
manfaat marginal suatu jasa sama dengan biaya marginalnya. Jadi, mengalokasikan biaya
jasa membantu tiap departemen produksi memilih tingkat konsumsi yang benar.

3. Alokasi Biaya Antar Departemen


A. Tarif Pembebanan Tunggal
Perusahaan memiliki departemen pengepakan untuk tiga jenis produknya, yaitu: Produk
A, Produk B, dan Produk C. Biaya pengepakan merupakan biaya variabel dengan jumlah
sebesar Rp 50.000,00 per lembar kardus pembungkus. Estimasi penggunaan kardus
pembungkus untuk setiap jenis produk dan perhitungan biaya variabel dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Jenis Produk Total
Produk A 100.000 Kardus x Rp 50.000,00 = Rp   5.000.000.000,00
Produk B 200.000 Kardus x Rp 50.000,00 = Rp 10.000.000.000,00
Produk C 500.000 Kardus x Rp 50.000,00 = Rp 25.000.000.000,00
Jumlah 800.000 Kardus Rp 40.000.000.000,00

Perusahaan juga mengeluarkan biaya gaji sebagai komponen biaya tetap pada akun biaya
pengepakan sebesar Rp 1.000.000.000,00. Maka total biaya pengepakan sebesar Rp
41.000.000.000,00 (Rp 40.000.000.000,00 + Rp 1.000.000.000,00) dengan jumlah
keseluruhan kardus sebanyak 800.000 kardus. Oleh karena itu, biaya untuk satu kali
pengepakan sebesar Rp 51.250,00 (Rp 41.000.000.000,00 : 800.000 kardus). Nah
sekarang, kita lihat pembebanan aktualnya sebagai berikut :

Jenis Produk Total


Produk A   90.000 Kardus x Rp 51.250,00 = Rp   4.612.500.000,00
Produk B 210.000 Kardus x Rp 51.250,00 = Rp 10.762.500.000,00
Produk C 490.000 Kardus x Rp 51.250,00 = Rp 25.112.500.000,00
Jumlah 790.000 Kardus Rp 40.487.500.000,00

Dari perhitungan perhitungan tarif pembebanan tunggal perusahaan mengeluarkan biaya


Rp 40.487.500.000,00. Namun, apakah benar angka tersebut? Mari kita lakukan analisis
dengan langkah sebagai berikut:
Total Biaya = Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 1.000.000.000,00 + ( 790.000 Kardus x Rp 50.000,00)
= Rp 1.000.000.000,00 + Rp 39.500.000.000,00
= Rp 40.500.000.000,00
Jadi sebenarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 40.500.000.000,00 untuk
pengepakan dan ada selisih sebesar Rp 12.500.000,00. 

B. Pengembangan Tarif Tetap


Biaya jasa tetap dapat di anggap sebagai biaya kapasitas, mereka di keluarkan guna
menyediakan kapasitas yang diperlukan untuk mengirim unit produk yang dibutuhkan
oleh departemen produksi. Ketika departemen pendukung dibentuk, kemampuan
mengirimnya dirancang untuk melayani kebutuhan jangka panjang departemen produksi.
Karena kebutuhan jasa pada awalnya menyebabkan penciptaan kemampuan pelayanan,
maka adalah beralasan untuk mengalokasikan biaya jasa tetap berdasarkan kebutuhan
tersebut. Hal ini dapat dijelaskan pada tabel berikut:

Jenis Estimasi Prosentase Biaya Tetap Pembebanan B.


Produk Kardus Kardus Tetap
Produk A 100.000Kardus 13% Rp Rp   
1.000.000.000,00 125.000.000,00
Produk B 200.000Kardus 25% Rp Rp   
1.000.000.000,00 250.000.000,00
Produk C 500.000Kardus 63% Rp Rp   
1.000.000.000,00 625.000.000,00
Jumlah 800.000Kardus 100% Rp
1.000.000.000,00

C. Pengembangan Tarif Variabel


Tarif Variabel tergantung pada biaya yang berubah ketika penggerak biaya berubah. Pada
departemen pengepakan, penggerak biaya adalah jumlah lembar kardus. Pada kegiatan
aktual perusahaan menggunakan 790.000 lembar kardus, maka jumlah biaya variabel atas
pengepakan sebesar Rp 39.500.000.000,00 (790.000 Kardus x Rp 50.000,00).
Pengembangan tarif variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:

Janis Estimasi Prosentase Biaya Variabel Pembebanan B.


Produk Kardus Kardus Variabel
Produk 100.000Kardus 13% Rp39.500.000.000,00
Rp  
A 4.937.500.000,00
Produk 200.000Kardus 25% Rp39.500.000.000,00
Rp  
B 9.875.000.000,00
Produk 500.000Kardus 63% Rp39.500.000.000,00
Rp
C 24.687.500.000,00
Jumlah 800.000Kardus 100% Rp
39.500.000.000,00
4. Metode Alokasi Biaya Departemen Pendukung
Dalam menentukan metode alokasi biaya departemen pendukung yang digunakan,
perusahaan hatus menetapkan batasan interaksi departemen pendukung. Selain itu,
mereka harus menimbang biaya dan manfaat yang berhubungan dengan ketiga metode
pengalokasian biaya, yakni:
A. Metode Langsung
Metode langsung adalah metode paling sederhana dan paling langsung mengalokasikan
biaya departemen pendukung. Biaya jasa variabel dialokasikan langsung ke departemen
produksi secara proporsional terhadap masing-masing departemen pengguna jasa. Biaya
tetap juga dialokasikan langsung kepada departemen produksi, tetapi berdasarkan
proporsi pada kapasitas normal atau praktis departemen produksi.
Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Pemeliharaan Pengerindaan Perakitan
Biaya langsung $ 250.000 $ 160.000 $ 100.000 $ 60.000
Aktivitas normal:
   Killowat-jam    200.000    600.000  200.000
   Jam pemeliharaan        1.000       4.500      4.500

Dari data di atas maka kita akan melakukan alokasi biaya pendukung dengan metode
langsung sebagai berikut:

Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi


Pengerinda Perakitan
600.000
0,75 -
(600.000 + 200.000)
Dep. Listrik
200.000
- 0,25
(600.000 + 200.000)
4.500
0,50 -
(4.500 + 4.500)
Dep. Pemeliharaan
4.500
- 0,50
(4.500 + 4.500)

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan Rasio Alokasi


Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Pemeliharaan Pengerindaan Perakitan
Biaya langsung $ 250.000 $ 160.000 $ 100.000 $   60.000
Dep. Listrik ($ 250.000) - $ 187.500 $   62.500
Dep. Pemeliharaan - ($ 160.000) $   80.000 $   80.000
Jumlah 0 0 $ 367.500 $ 202.500

B. Metode Berurutan
Metode ini mengetahui bahwa interaksi diantara departemen pendukung telah terjadi.
Akan tetapi, metode berurutan tidak secara penuh mengakui interaksi departemen
pendukung. Alokasi biaya dilakukan secara tahap demi setahap mengikuti prosedur
penetapan peringkat yang ditentukan terlebih dahulu. Biasanya uruta nya ditentukan
dengan menyusun peringkat departemen pendukung dalam suatu tatanan jumlah jasa
yang diberikan, dari yang terbesar ke yang terkecil.

Langkah 1 Menghitung Rasio Alokasi


Pemeliharaan Pengerinda Perakitan
20.000
(200.000 + 600.000 + 0,20 - -
200.000)
600.000
Dep. Listrik (200.000 + 600.000 + - 0,60 -
200.000)
200.000
(200.000 + 600.000 + - - 0,20
200.000)
4.500
- 0,50 -
(4.500 + 4.500)
Dep. Pemeliharaan
4.500
- - 0,50
(4.500 + 4.500)

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan Rasio Alokasi


Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Pemeliharaan Pengerindaan Perakitan
Biaya langsung $ 250.000 $ 160.000 $ 100.000 $   60.000
Dep. Listrik ($ 250.000) $   50.000 $ 150.000 $   50.000
Dep. Pemeliharaan - ($ 210.000) $ 105.000 $ 105.000
Jumlah 0 0 $ 355.000 $ 215.000

C. Metode Timbal Balik


Metode ini mengakui semua interaksi di antara departemen pendukung. Menurut metode
ini salah satu departemen pendukung menggunakan angka departemen lain dalam
menentukan total biaya setiap departemen pendukung dimana total biaya mencerminkan
interaksi antara departemen pendukung. Jadi, total biaya yang baru dari departemen
pendukung dialokasikan ke departemen produksi.

Misal data ditambah rincian nya sebagai berikut:


Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Pemeliharaan Pengerindaan Perakitan
Biaya langsung :
   Tetap $ 200.000 $ 100.000 $   80.000 $ 50.000
   Variabel $   50.000 $   60.000 $   20.000 $ 10.000
Jumlah $ 250.000 $ 160.000 $ 100.000 $ 60.000
Aktivitas normal:
   Killowat-jam    200.000    600.000  200.000
   Jam pemeliharaan        1.000       4.500      4.500

56

Proporsi Output yang Digunakan oleh Departemen


Listrik Pemeliharaan Pengerindaan Perakitan
Aktivitas normal:
   Killowat-jam (L) -    0,20 0,60 0,20
   Jam pemeliharaan (P) 0,10 - 0,45 0,45

Total Biaya Departemen Pendukung = Biaya Langsung + Biaya yang Dialokasikan


Listrik (L) = $ 250.000 + 0,10 P

Pemeliharaan (P) = $ 160.000 + 0,20 L


P = $ 160.000 + 0,20 ($ 250.000 + 0,10 P)
P = $ 160.000 + $ 50.000 + 0,02 P
P - 0,02 P = $ 160.000 + $ 50.000
0,98 P = $ 210.000
P = $ 210.000 : 0,98
Pemeliharaan = $ 214.286

Listrik (L) = $ 250.000 + 0,10 P


= $ 250.000 + 0,10 ($ 214.286)
Listrik = $ 271.429

Langkah 2 Alokasi Biaya Departemen Pendukung dengan Menggunakan Rasio Alokasi


Departemen Pendukung Departemen Produksi
Listrik Pemeliharaan Pengerindaan Perakitan
Biaya langsung $ 250.000 $ 160.000 $ 100.000 $   60.000
Dep. Listrik ($ 271.429) $   54.286 $ 162.857 $   54.286
Dep. Pemeliharaan $   21.429 ($   21.429) $   96.429 $   96.429
Jumlah 0 0 $ 359.286 $ 210.715

Perhitungan Biaya Proses (Process Costing)


PERHITUNGAN BIAYA PROSES
(PROCESS COSTING)

Penentuan biaya proses adalah suatu metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik
dibebankan ke pusat biaya atau departemen.
Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang dihasilkan ditentukan dengan membagi total biaya
yang dibebankan ke pusat biaya tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang
bersangkutan.

Karakteristik penentuan biaya proses


1.       Aktivitas produksi bersifat terus-menerus
2.       Produksi bersifat masa, dengan tujuan untuk mengisi persediaan yang siap untuk dijual
3.       Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen dan berdasarkan
standar
4.       Biaya dibebankan kesetiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan
total unit yang diproduksi
5.       Pengumpulan biaya dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu.

Ekuivalen unit dalam penentuan biaya proses


Unit ekuivalen produksi atau ekuivalen produksi adalah penyetaraan produk dalam proses tersebut
menjadi produk jadi.
Terdapat dua metode aliran biaya untuk mengkalkulasi biaya produksi produk dalam proses, dengan
perhitungan unit ekuivalen yaitu:
1.       Aliran biaya rata-rata tertimbang
Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
2.       Aliran biaya FIFO
Rumus: Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian) – (PDP Awal x tingkat penyelesaian)
Contoh:
PT. Korona mempunyai data sebagai berikut:
Persediaan awal PDP                                                                     = 1.000 unit
(tingkat penyelesaian: 100% bahan baku, dan 80% biaya konversi)
Produk masuk proses                                                                    = 38.200 unit
Produk selesai di transfer                                                            = 38.000 unit
Persediaan akhir PDP                                                                    = 1.200 unit
(tingkat penyelesaian: 80% bahan baku, dan 75% biaya konversi)

Diminta: Hitung unit ekuivalen produksi menggunakan aliran biaya rata-rata tertimbang dan aliran
biaya FIFO
Jawab:
Menggunakan aliran biaya rata-rata:
Rumus : Produk Selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)

                                                                                Bahan baku                        Biaya konversi


                                                                                                                                (Tenaga kerja dan
FOH)
                                                                                ------------------                 
--------------------------------
Produk selesai                                                  38.000 unit                          38.000 unit
PDP Akhir:
1.200 x 80%                                                              960 unit
1.200 x 75%                                                                                                              900 unit
                                                                                ------------------                 
--------------------------------
Unit ekuivalen produksi                                               38.960 unit                          38.900 unit

Atau:
Bahan baku        : 38.000 unit + (1.200 x 80%)        = 38.960 unit
Biaya konversi  : 38.000 unit + (1.200 x 75%)        = 38.900 unit

Menggunakan Aliran biaya FIFO


Rumus : Produk Selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian) – (PDP Awal x tingkat penyelesaian)

                                                                                Bahan baku                        Biaya konversi


                                                                                                                                (Tenaga kerja dan
FOH)
                                                                                ------------------                 
--------------------------------
Produk selesai                                                  38.000 unit                          38.000 unit
PDP Akhir:
1.200 x 80%                                                              960 unit
1.200 x 75%                                                                                                              900 unit
PDP Awal:
1.000 x 100%                                                      (1.000 unit)
1.000 x 80%                                                                                                             (800 unit)
                                                                                ------------------                 
--------------------------------
Unit ekuivalen produksi                                               37.960 unit                          38.100 unit

Atau:
Bahan baku        : 38.000 unit + (1.200 x 80%) – (1.000 X 100%)       = 37.960 unit
Biaya konversi  : 38.000 unit + (1.200 x 75%) -  (1.000 X 80%)         = 38.100 unit

PERHITUNGAN BIAYA PER DEPARTEMEN:


Akuntansi, Biaya bahan:
Contoh:
PT. COPID adalah perusahaan sarung tangan dengan merk “CP”, perusahaan mempunyai dua
departemen produksi yaitu departemen pemotongan dan departemen perakitan. Untuk kedua
departemen tersebut perusahaan mempunyai dua akun produk dalam proses secara terpisah.
Permintaan bahan baku yang digunakan departemen pemotongan sebesar Rp7.800.000, departemen
perakitan sebesar Rp5.650.000
Buatlah jurnal permintaaan bahan baku tersebut:
Jurnal:
PDP-Departemen Pemotongan                 7.800.000
PDP-Departemen perakitan                       5.650.000
                Persediaan Bahan Baku                                                13.450.000

Akuntansi, Biaya Tenaga Kerja:


Contoh:
PT. PUHAN adalah perusahaan perakitan  Radio dengan merk “BATMAN” Perusahaan mempunyai
dua departemen produksi yaitu departemen perakitan dan departemen penyelesaian. Untuk kedua
departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam proses secara terpisah.
Selama bulan Agustus jam kerja langsung yang diserap departemen perakitan sebanyak 1.840 jam
dengan tarif Rp2.000 per jam. Departemen penyelesaian 1.650 jam, dengan tarif Rp1.500 perjam
Buatlah jurnal penyerapan biaya tenaga kerja masing-masing departemen:
Jurnal
PDP-Departemen perakitan                                       3.680.000
PDP-Departemen penyelesaian                                               2.475.000
                Beban Gaji                                                                          6.155.000
Akuntansi, Biaya Overhead Pabrik:
Contoh:
PT. DEPOK adalah perusahaan perakitan pembuatan antiseptik dengan merk “ANTIS”  perusahaan
mempunyai dua departemen produksi yaitu departemen pembuatan dan departemen penyelesaian.

Selama bulan Agustus telah dicatat dalam buku besar: Listrik, air dan telp.  Rp9.390.000, akumulasi
penyusutan mesin Rp6.400.000, bahan tak langsung Rp4.260.000, dan tenaga kerja tak langsung
Rp10.240.000
Diminta:
Buatlah jurnal penggunaan overhead pabrik tersebut:
Pengendali overhead pabrik                                      30.290.000
                Listrik, air dan telp                                                          9.390.000            
                Akumulasi penyusutan mesin                                   6.400.000
                Bahan tak langsung                                                         4.260.000
                Tenaga kerja tak langsung                                           10.240.000

Apabila sifat produksi berfluktuasi  dari bulan ke bulan maka digunakan pembebanan berdasarkan
tarif yang ditetapkan sebelumnya atau ditetapkan dimuka untuk masing-masing departemen.
Contoh:
PT. DEMAMBA adalah perusahaan pembuatan alat thermal scanner dengan merk Thermalen
perusahaan mempunyai dua departemen perakitan dan departemen penyelesaian. Untuk kedua
departemen tersebut perusahaan mempunyai akun produk dalam proses yang terpisah.
Perusahaan membebankan biaya overhead pabrik berdasarkan jam mesin, dengan tarif ditentukan
dimuka untuk departemen perakitan Rp3.500 per jam mesin dan departemen penyelesaian Rp3.900
per jam mesin.
Selama bulan September jam mesin yang digunakan  pada departemen perakitan 4.050 jam mesin,
departemen penyelesaian  3.700 jam mesin, BOP aktual Rp30.290.000
Diminta:
Buatlah jurnal:
PDP- Departemen perakitan                                                      14.175.000
PDP-Depatemen penyelesaian                                                 14.430.000
                Biaya overhead pabrik dibebankan                                         28.605.000

Biaya overhead pabrik dibebankan:


4.050 x Rp3.500                 = Rp14.175.000
3.700 x Rp3.900                 = Rp14.430.000

BOP Aktual                         Rp30.290.000


BOP Dibebankan              Rp28.605.000
                                                -----------------
Under Applied                  Rp  1.685.000

LAPORAN BIAYA PRODUKSI

Dalam penentuan biaya proses, semua biaya yang dibebankan ke setiap departemen produksi dapat
dikhtisarkan dalam laporan biaya produksi untuk masing-masing departemen.
Laporan biaya produksi memiliki format yang beragam, tetapi minimal memuat informasi sbb:
1.       Skedul kuantitas, memuat informasi produk dalam proses awal, produk masuk proses pada periode
bersangkutan, produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau gudang, produk dalam
proses akhir, produk hilang, produk cacat, dan produk rusak.
2.       Biaya dibebankan, memuat informasi biaya produk dalam proses awal, biaya yang dibebankan dari
departemen sebelumnya, biaya dibebankan periode bersangkutan, unit equivalen dan biaya per unit
masing-masing elemen biaya.
3.       Pertanggungjawaban biaya, memuat informasi biaya yang ditransfer ke departemen berikutnya atau
gudang, biaya produk yang hilang akhir proses, biaya produk rusak, biaya produk cacat, biaya yang
telah diserap produk dalam proses.

Contoh:
PT.  MPON-MPON adalah perusahaan pengolahan temulawak curcuma yang dikemas dalam kaleng,
pengolahan dilakukan melalui satu tahap pengolahan yaitu melalui departemen pengolahan.
Awal September perusahaan baru mulai beroperasi, dengan mengolah temulawak sebanyak 8.000 kg,
pada akhir September produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 7.600 kg, sedangkan yang
400 kg masih dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja
75%, dan biaya overhead pabrik 80%. Biaya yang dikeluarkan untuk mengolah temulawak tersebut
adalah:
Biaya bahan baku            Rp6.000.000
Biaya tenaga kerja           Rp4.740.000
Biaya FOH                           Rp3.168.000

Diminta:
Susunlah laporan biaya produksi PT. MPON-MPON untuk bulan September 2012

PT. MPON-MPON
Departemen Pengolahan
Laporan Biaya Produksi
Untuk Bulan September 2012
Skedul Kuantitas
Produk Masuk Proses 8.000 kg
Produk Selesai 7.600 kg
Produk dalam proses akhir 400 kg
(100% bahan, 75% Tenaga kerja, 80%
BOP)
8.000 kg
Biaya dibebankan
Elemen Biaya Total Unit Ekuivalen Biaya/kg
Bahan baku 6.000.000 8.000 kg 750
Tenaga kerja 4.740.000 7.900 kg 600
BOP 3.168.000 7.920 kg 400
Total 13.908.000 1.750
Unit Ekuivalen : Produk selesai + (PDP Akhir x tingkat penyelesaian)
Bahan baku 7.600 kg + (400 kg x 100%) = 8.000 kg
Tenaga Kerja 7.600 kg + (400 kg x 75%) = 7.900 kg
BOP 7.600 kg + (400 kg x 80%) = 7.920 kg
Pertanggungjawaban Biaya
Biaya produk selesai 7.600 kg x Rp1.750 Rp13.300.000
ditransfer
Produk dalam proses
akhir:
Bahan baku 400 kg (100% x Rp750 Rp300.000
Tenaga Kerja 400 kg (25% x Rp600 Rp180.000
BOP 400 kg (80% x Rp400 Rp128.000
Rp608.000
Total Rp13.908.000

Anda mungkin juga menyukai