Anda di halaman 1dari 11

[Type text]

PANCASILA SEBAGAI ETIKA, NILAI, DAN NORMA

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

NAMA ANGGOTA :

1.Adinda Lathifa Salsabila(2020112001)

2.Afifah Aini(2020112002)

3.Afiyah Nabilah Syah(2020112003)

4.Agam Pungda Luki(2020112004)

5.Agil Tri Nanda (2020112005)

6.Agita Maulidha (2020112006)

7.Ahmad Abrar Heru(2020112007)

8.Aida Zul Andriani(2020112008)

9.Aldi Wardian Putra(2020112009)

10.Anes Kristina(2020112010)

DOSEN PENGAMPU :

DELPA, SS, M.Sc, Ph.D

PROSI S-1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA PADANG

2020/2021
[Type text]

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, kekuatan
dan kesehatan untuk bisa menyelesaikan makalah tentang Pancasila Sebagai Etika, Nilai, dan
Norma guna memenuhi tugas pancasila semester 2 jurusan S-1 Farmasi, Fakultas Farmasi
Universitas Perintis Indonesia. Adapun makalah Pancasila Sebagai Etika, Nilai, dan Norma ini
telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai referensi yang
kami dapatkan, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh referensi-referensi yang telah membantu
kami dalam pembuatan makalah ini.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Penulis sadar tanpa dukungan dari semua pihak, penulis tidak akan mampu
menyusun makalah ini dengan maksimal. Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Olehkarena itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata penulis berharapsemoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Padang, 23 Maret 2021

Penulis

i
[Type text]

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i

DAFTRA ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN… ...................................................................................... 1

1.1 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1

1.2 Tujuan ...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 2

2.1 Pancasila Sebagai Sistem Nilai ........................................................................... 2

2.2 Pancasila Sebagai Sistem Etika............................................................................. 4

2.3 Pancasila Sebagai Sistem Norma ......................................................................... 4

2.4 Hubungan Antara Etika, Nilai, dan Norma .......................................................... 5

BAB III PENUTUP… ................................................................................................7

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................7

3.2 Saran...................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTA........................................................................................................8

ii
[Type text]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila sebagai dasar negara pada hakikatnya merupakan sumber dari segala norma,
baik norma hukum, norma moral, maupun norma kenegaraan lainnya. Norma hukum adalah
suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Dalam pengertian
inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara
Indonesia.
P ancas ila adalah das ar negara dari N egara Republik Indones ia. Pancasila
digunakan sebagai landasan pedoman hidup bernegara, Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-samad e n g a n U U D 1 9 4 5 . P a n c a s i l a
m e m i l i k i b e r m a c a m - m a c a m f u n g s i d a n kedudukan, antara lain sebagai
dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara, jiwa dan kepribadian
bangsa. Pancasila juga sarat akan nilai,yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Olehkarena itu, Pancasila secara normatif dapat dijadikan sebagai
suatu acuan atastindakan baik.
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai dan
merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainnya. Dalam filsafat Pancasila terkandung didalamnya suatu pemikiran-
pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh)
dan sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat
tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu
tindakan atau aspek praktis melainkan suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terdapat di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian etika, nilai, dan norma?
2. Bagaimana hubungan antara etika, nilai, dan norma?

1.3 Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengertian nilai, norma dan etika.
2. Dapat mengerti hubungan antara nilai, norma, dan etika

1
[Type text]

BAB II

PEMBAHASAN

Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan. Dalam hubungannya
dengan Pancasila, maka ketiganya akan memberikan suatu pemahaman yang saling melengkapi
sebagai sistem etika. Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu
nilai yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainnya.

Oleh karena itu, suatu pemikiran filsafat adalah suatu nilai-nilai yang bersifat mendasar
yang memberikan landasan bagi manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan nyata dalam masyarakat,bangsa, dan negara
maka diwujudkan dalam norma-noorma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-norma itu
meliputi:

a. Norma Moral
Norma yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat diukur dari sudut
pandang baik maupun buruk, sopan maupun tidak sopan, susila atau tidak susila.
b. Norma Hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat dan
waktu tertentu dalam pengertian ini peratran hukum. Dalam pengertian itulah Pancasila
pada hakikatnya bukan merupakan suatu pedoman yang langsung bersifat normatif
ataupun praksis melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan
sumber norma.

A. Pengertian nilai, norma, dan etika

1. Pancasila sebagai Nilai


Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda
untuk memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Jadi, nilai itu pada hakikatnya adalah sifat dan kualitas
yang melekat pada suatu obyeknya.
Nilai pada hakikatnya suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek,
Nilai merupakan kualitas darisesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
yang kemudian nilai di jadikan landasan, alasan dan motivasi dalam bersikap dan
berperilaku baik disadari maupuin tidak disadari.
Nilai merupakan harga untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misalnya
kejujuran, kemanusiaan (Kamus Bahasa Indonesia, 2000). Nilai adalah sesuatu yang

2
[Type text]

berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan manusia akan harkat,
martabatnya.
Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan dalam konteks
kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih
nilai-nilai menempuh berbagai cara dimana cara-cara tersebut dapat dibedakan
sesuai dengan tujuannya, pertimbangannya, penalarannya, dan kenyataannya.
Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antar manusia dan menekankan pada
segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan
serta pengaruh yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik.
Disamping teori nilai diatas, Prof. Notonegoro membagi nilai dalam tiga kategori,
yaitu sebagai berikut:
a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.
b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk melakukan
aktivitas.
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dapat dirinci sebagai berikut:
 Nilai kebenaran, yaitu bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta.
 Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur rasa atau intuisi.
 Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau
kemauan (karsa, etika).
 Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai
kerohanian.

Nilai akan lebih bermanfaat dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia,
maka harus lebiih di kongkritkan lagi secara objektif, sehingga mamudahkannya
dalam menjabarkannya dalam tingkah laku, misalnya kepatuhan dalam norma hukum,
norma agama, norma adat istiadat dll.

Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai kerohanian


yaitu nilai-nilai kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, estetis dan religius
yang manifestasinya sesuai dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber
pada kepribadian bangsa. Oleh karena itu, Pancasila yang diambil dari nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia pada dasarnya bersifat religius, kemanusiaan, persatuan,
demokrasi dan keadilan. Disamping itu Pancasila bercirikan asas kekeluargaan dan
gotong royong serta pengakuan atas hak-hak individu.

Nilai Pancasila yaitu sebagai nilai fundamental terhadap sistem etika


negara.Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas
humanisme. Oleh karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja.
Meskipun Pancasila mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu sajadengan mudah
diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai

3
[Type text]

Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi
sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa. Adapun Pembukaan UUD
1945 yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung empat pokok
pikiran yang merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri.

2. Pancasila sebagai Norma


Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga
masyarakat atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, padanan dan
pengendali sikap dan tingkah laku manusia. Norma merupakan sebuah perwujudan
martabat manusia sebagai mahluk budaya, sosial, moral, dan religi. Norma
merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata nilai untuk
dipatuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama,
norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial.
Agar manusia mempunyai harga, moral mengandung integritas dan martabat
pribadi manusia. Sedangkan derajat kepribadian sangat ditentukan oleh moralitas
yang dimilikinya, maka makna moral yang terkandung dalam kepribadian seseorang
tercermin dari sikap dan tingkah lakuny. Oleh karena itu, norma sebagai penuntun,
panduan atau pengendali sikap dan tingkah laku manusia.
 Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan dalam
hubungannya dengan Pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang
saling melengkapi sebagai sistem etika. Pancasila hakikatnya merupakan suatu nilai
yang menjadi sumber dari segala penjabaran norma baik, norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaran lainnya Nilai-nilai tersebut dijabarkan dalam kehidupan
yang bersifat praksis atau kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan negara
maka diwujudkan dalam norma-norma yang kemudian menjadi pedoman. Norma-
norma itu meliputi :
1. Norma Moral Yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat
diukur dari sudut baik maupun buruk, sopan atau tidak sopan, susila atau
tidak susila.
2. Norma Hukum Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku
dalam suatu tempat dan waktu tertentu dalam pengertian ini peraturan
hukum.
Dalam pengertian itulah Pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala
sumber hukum. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu
pedoman yang langsung bersifat normatif ataupun praksis melainkan merupakan
suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

3. Pancasila sebagai Etika


Moral dengan etika hubungannya sangat erat, sebab etika suatu pemikiran kritis
dan mendasar tetang ajaran-ajaran dan pandangan moral dan etika merupakan ilmu
pengetahuan yang membahas prinsip-prinsip moralitas (Devos, 1987). Etika

4
[Type text]

merupakan tingkah laku yang bersifat umum universal berwujud teori dan bermuara
ke moral, sedangkan moral bersifat tindakan lokal, berwujud praktek dan berupa hasil
buah dari etika.
Dalam etika seseorang dapat memahami dan mengerti bahwa mengapa dan atas
dasar apa manusia harus hidup menurut norma-norma tertentu, inilah kelebihan etika
dibandingkan dengan moral. Kekurangan etika adalah tidak berwenang menentukan
apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan seseorang, sebab wewenang ini ada pada
ajaran moral.
Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu
kemanusiaan (humaniora). Etika sebagai cabang falsafah membahas sistem dan
pemikiran mendasar tentang ajaran dan pandangan moral. Etika sebagai cabang ilmu
membahas bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu.
Etika sosial meliputi cabang etika yang lebih khusus seperti etika keluarga, etika
profesi, etika bisnis, etika lingkungan, etika pendidikan, etika kedokteran, etika
jurnalistik, etika seksual dan etika politik.
Pancasila merupakan nilai dasar yang menjadi rambu-rambu bagi politik hukum
nasional. Nilai-nilai dasar itu kemudian melahirkan empat kaidah penuntun hukum
yang harus dijadikan pedoman dalam pembangunan hukum. Empat kaidah itu
meliputi, pertama hukum Indonesia harus bertujuan dan menjamin integrasi bangsa,
baik secara teritorial maupun ideologis.

B. Hubungan Nilai, Norma, dan Etika


Dalam kehidupan manusia nilai dijadikan landasan, alasan, atau motivasi dalam
bersikap dan bertingkah laku baik disadari maupun tidak. Nilai berbeda dengan fakta di
mana fakta dapat diobservasi melalui suatu verifikasi empiris, sedangkan nilai bersifat
abstrak yang hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti, dan dihayati oleh manusia.
Nilai dengan demikian tidak bersifat kongkret yaitu tidak dapat ditangkap dengan indra
manusia, dan nilai dapat bersifat subjektif maupun objektif. Bersifat subjektif manakala
nilai tersebut diberikan oleh subjek dan bersifat objektif jikalau nilai tersebut telah
melekat pada sesuatu, terlepas dari penilaian manusia.
Agar nilai tersebut menjadi lebih berguna dalam menuntun sikap dan tingkah laku
manusia, maka perlu lebih dikongkritkan lagi serta diformulasikan menjadi lebih objektif
sehingga memudahkan manusia untuk menjabarkannya dalam tingkah laku secara
kongkrit. Maka wujud yang lebih kongkrit dari nilai tersebut adalah merupakan suatu
norma.
Selanjutnya, nilai dan norma senantiasa berkaitan dengan moral dan etika. Istilah
moral mengandung integritas dan martabat pribadi manusia. Derajat kepribadian
seseorang amat ditentukan oleh moralitas yang dimilikinya. Makna moral yang
terkandung dalam kepribadian seseorang itu tercermin dari sikap dan tingkah lakunya.
Dalam pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai penuntun sikap dan
tingkah laku manusia.
5
[Type text]

Etika, nilai, dan norma senantiasa berkaitan dengan norma dan etika. Dalam
pengertian inilah maka kita memasuki wilayah norma sebagai penutup sikap dan tingkah
laku manusia. Sedangkan hubungan moral dengan etika sangat erat sekali dan kadangkala
kedua hal tersebut di samakan begitu saja. Namun sebenarnya kedua hal tersebut
memiliki perbedaan. Moral merupakan suatu ajaran-ajaran ataupun wewenang-
wewenang, patokan-patokan, kumpulan peraturan, baik lisan maupun tertulis tentang
bagaimana manusia harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.
Sedangkan Etika tidak berwenang menentukan apa yang boleh atau tidak boleh di
lakukan oleh seseorang.
Nilai, norma dan moral langsung maupun tidak langsung memiliki hubungan yang
cukup erat, karena masing-masing akan menentukan etika bangsa ini. Hubungan antarnya
dapat diringkas sebagai berikut :
 Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayati
oleh manusia;
 Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan, dan segala sesuatu
pertimbangan batiniah manusia;
 Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek, dan bersifat obyektif
bila melekat pada sesuatu yang terlepas darti penilaian manusia.

6
[Type text]

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
1. Etika merupakan cabang falsafah dan sekaligus merupakan cabang dari ilmu
kemanusiaan (humaniora).
2. Nilai, norma, dan moral adalah konsep-konsep yang saling berkaitan dalam
hubungannya dengan Pancasila
3. Etika dapat ditegakkan dengan mengimplementasikan prinsip konstitusionalisme
dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara Indonesia

3.2. SARAN

Dengan menyusun makalah ini, penulis makalah mengharapkan agar pembaca


dapat mengetahui dan memahami pengertian etika, nilai, dan norma baik untuk diri
penulis sendiri maupun pembaca agar kita dapat saling memahami dan bertoleransi
dengan sesama manusia.

7
[Type text]

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory)

Khazim, Iqbal Al.2013.Pendidikan Pancasila di akses 15 Maret 2021. pdf

http://iqbalalkhazim.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/39017/BAB++III.

 Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara Sumber Internet:


Distributive Justice.

Pembelajaran Nilai, Norma, dan Moral dalam


PPKn.http://journal.um.ac.id/index.php/ppkn/article/view/1716, diakses pada tanggal 8
Mei 2010, Pukul 16.18 WIB.

Anda mungkin juga menyukai