Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RINGKASAN MATERI KULIAH TEORI AKUNTANSI LANJUTAN:

KONSEP ELEMEN ELEMEN NERACA

Oleh:

DIANA KARTIKA

NPM: 20105350585

MAGISTER SAINS AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIESIA)

SURABAYA

2021
A. Pengertian Laporan Keuangan Neraca

A.1 Laporan Keuangan

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:205), laporan keuangan merupakan output

dan hasil akhir dari proses akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi

bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Di

samping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban atau

accountability. Sekaligus menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam

mencapai tujuannya.

A.2 Laporan Neraca

Menurut Bambang Subroto (1991:29), neraca atau disebut juga laporan posisi

keuangan atau laporan kondisi keuangan adalah salah satu dari laporan keuangan yang

memberikan informasi tentang posisi dan keadaan keuangan perusahaan pada suatu saat

tertentu. Posisi keuangan tersebut adalah keadaan aktiva, hutang, dan modal dari perusahaan.

Di dalam penyajiannya aktiva, hutang, dan modal tersebut harus diklasifikasikan

sedemikian rupa sehingga aktiva akan dilaporkan sesuai dengan tingkat likwiditasnya.

Semakin likwid aktiva akan dilaporkan lebih dahulu kemudian baru aktiva yang tingkat

likwiditas lebih rendah. Kewajiban diklasifikasikan sesuai dengan urutan jatuh temponya,

kewajiban yang harus dipenuhi lebih dahulu harus dilaporkan di atas, kemudian baru kewajiban

yang pemenuhannya lebih kemudian. Modal harus disajikan sesuai dengan tingkat

kekekalannya sehingga semakin kekal atau permanen akan dilaporkan lebih dahulu kemudian

baru yang tingkat kekekalannya lebih rendah.

Menurut Mulyadi (2006), neraca (Balance Sheet) adalah laporan keuangan yang

menyajikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan pada suatu saat atau tanggal

tertentu. Komponen posisi keuangan suatu perusahaan terdiri atas harta (aktiva), utang

(kewajiban), dan ekuitas (modal).


Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:209), neraca atau disebut juga posisi

keuangan menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu tanggal tertentu atau a

moment of time, sering disebut per tanggal tertentu misalnya per tanggal 31 Desember 2005.

Posisi yang digambarkan yaitu posisi harta, utang dan modal.

Jadi dapat disimpulkan bahwa laporan neraca adalah laporan posisi keuangan

(harta, utang, dan modal) perusahaan dalam suatu tanggal tertentu.

B. Komponen dan Pos Neraca

B.1 Komponen-Komponen Neraca

Menurut Hery (2009:192), tiga komponen neraca adalah aktiva, utang, dan ekuitas

(modal). Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan yang diperoleh

atau dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Utang

adalah pengorbanan atas manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul

dari kewajiban entitas pada saat ini, untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada

entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu. Ekuitas

adalah kepemilikan atau kepentingan residu dalam aktiva entitas, yang masih tersisa setelah

dikurangi dengan kewajibannya.

B.2 Klasifikasi Pos Neraca

Menurut Hery (2009:194), laporan keuangan akan menjadi lebih berguna bagi

manajemen, kreditor, dan investor ketika pos-pos yang ada dalam laporan diklasifikasikan

secara tepat ke dalam masing-masing kelompok sesuai dengan karakteristiknya. Klasifikasi

secara tepat terhadap pos-pos neraca akan berguna untuk memberikan gambaran yang

sesungguhnya mengenai besarnya jumlah aktiva lancar, utang jangka panjang, total kewajiban,

dan besarnya ekuitas.


Pos-pos yang ada dalam neraca umumnya diklasifikasikan sebagai pos lancar

(jangka pendek) dan pos tidak lancar (jangka panjang). Adapun pos-pos neraca adalah sebagai

berikut.

a. Aktiva Lancar

Menurut Hery (2009:195), aktiva lancar adalah kas dan aktiva lainnya yang diharapkan

akan dapat dikonversi menjadi kas, dijual, atau dikonsumsi dalam waktu satu tahun atau dalam

satu siklus operasi normal perusahaan.

Untuk aktiva yang tergolong lancar, urutan penyajiannya di neraca haruslah berdasarkan pada

urutan tingkat likuiditas. Kas merupakan aktiva yang paling likuid (lancar), lalu diikuti dengan

investasi jangka pendek, piutang, persediaan, dan biaya dibayar di muka. Adapun yang

tergolong aktiva lancar adalah sebagai berikut.

(1) Kas dan Setara Kas

Kas merupakan aktiva yang paling likuid yang dimiliki perusahaan, kas akan diurut

atau ditempatkan sebagai komponen pertama dari aktiva lancar dalam neraca. Kas meliputi

uang logam, uang kertas, cek, wesel pos, dan deposito. Setara kas adalah investasi jangka

pendek yang sangat likuid yang dapat dikonversi atau dicairkan menjadi uang kas dalam jangka

waktu yang sangat segera, biasanya kurang dari tiga bulan (90 hari).

(2) Investasi Jangka Pendek

Menurut Mulyadi (2006) Investasi jangka pendek (surat-surat berharga atau marketable

securities), yaitu investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek), dengan maksud untuk

memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi perusahaan.

Investasi jangka pendek terdiri atas deposito di bank, surat-surat berharga (saham, obligasi,

surat hipotek, dan sertifikat bank).

(3) Piutang

Dalam praktik, piutang pada umumnya diklasifikasikan menjadi piutang usaha, piutang

wesel, dan piutang lain-lain. Piutang usaha adalah jumlah yang akan ditagih dari pelanggan

sebagai akibat penjualan barang atau jasa secara kredit. piutang wesel adalah tagihan
perusahaan kepada pembuat wesel. Piutang lain-lain adalah piutang bunga, piutang deviden,

piutang pajak.

(4) Persediaan

Perusahaan mengklasifikasikan persediaannya tergantung pada apakah perusahaan

adalah pedagang (perusahaan dagang) atau pembuat (perusahaan manufaktur). Untuk

perusahaan dagang, persediaannya dinamakan persediaan barang dagangan (hanya ada satu

klasifikasi), dimana barang dagangan ini dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam

bentuk siap untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari. Adapun untuk

perusahaan manufaktur, mula-mula persediaannya belum siap untuk dijual sehingga perlu

diolah terlebih dahulu. Persediaannya diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bahan mentah,

barang setengah jadi (barang dalam proses), dan barang jadi (produk akhir).

(5) Biaya dibayar di Muka

Biaya dibayar di muka yang termasuk dalam aktiva lancar adalah pengeluaran yang

telah dilakukan untuk manfaat yang akan diterima dalam satu tahun atau dalam satu siklus

operasi normal perusahaan.

a. Aktiva Tidak Lancar

Aktiva tidak lancar (fixed assets) adalah suatu aktiva yang akan digunakan atau dikuasai

perusahaan dalam jangka panjang (mempunyai umur ekonomi lebih dari satu tahun).

1) Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang (long term invesment) adalah penananman modal/uang pada

pihak lain untuk jangka panjang (lebih dari satu tahun). Misalnya, investasi dalam saham

(investment on stock), investasi dalam obligasi (investment on bond), dan penyetoran simpanan

wajib ke koperasi induk.

2) Aktiva Tetap

Menurut Hery (2009:205), aktiva tetap merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva

yang relatif permanen. Mereka merupakan aktiva berwujud karena terlihat secara fisik. Aktiva

tersebut dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai
bagian dari kegiatan operasi normal perusahaan. Aktiva berwujud ini diperoleh baik dalam

bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu. Aktiva yang umum dilaporkan di dalam

kategori ini meliputi tanah, bangunan, mesin, perabot, peralatan, dan kendaraan bermotor.

3) Aktiva Tidak Berwujud

Aktiva tidak berwujud adalah aktiva yang tidak memiliki wujud fisik dan dihasilkan

sebagai akibat dari sebuah kontrak hukum, ekonomi, maupun kontrak sosial. Contoh dari aktiva

tidak berwujud adalah goodwill (nama baik), trademark (merek dagang), franchises

(waralaba), patent, copyright (hak cipta), customer list (daftar pelanggan), dan broadcast

license (izin penyiaran).

4) Aktiva Tidak Lancar Lainnya

Pos-pos yang dicantumkan dalam kelompok aktiva tidak lancar lainnya sangat beragam

dalam praktik. Umumnya pos-pos ini meliputi biaya dibayar di muka, biaya pension dibayar di

muka, piutang tidak lancar, aktiva pajak penghasilan yang ditangguhkan, dan aktiva yang

dimiliki untuk dijual.

b. Kewajiban Lancar

Menurut Hery (2009:209), kewajiban lancar adalah kewajiban yang diperkirakan akan

dibayar dengan menggunakan aktiva lancar atau menciptakan kewajiban lancar lainnya dan

harus segera dilunasi dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi normal

perusahaan. Adapun yang termasuk dalam kewajiban lancar adalah sebagai berikut.

1) Utang Usaha dan Utang Wesel Jangka Pendek

Utang usaha timbul pada saat barang atau jasa diterima sebelum melakukan

pembayaran. Dalam transaksi perusahaan dagang, sering kali perusahaan membeli barang

dagangan secara kredit dari pemasok untuk dijual kembali kepada para pelanggannya. Utang

usaha ini biasanya akan segera dilunasi oleh perusahaan dalam jangka waktu yang sangat

singkat sesuai dengan persyaratan kredit yang diterima dalam faktur tagihan.

Kewajiban dalam bentuk janji tertulis dicatat sebagai utang wesel. Pihak yang berutang berjanji

kepada pihak yang diutangkan untuk membayar sejumlah uang tertentu berikut bunganya
dalam kurun waktu yang telah disepakati. Janji pembayaran tersebut ditulis secara formal

dalam sebuah wesel atau promes.

2) Beban yang Masih Harus dibayar

Bagian dari beban yang masih harus dibayar adalah utang pajak penghasilan karyawan,

utang bunga, utang upah, utang pajak penjualan. Utang pajak penghasilan karyawan

merupakan jumlah pajak yang terutang kepada pemerintah atas besarnya gaji karyawan yang

terkena pajak penghasilan. Utang bunga merupakan jumlah bunga yang terutang kepada

kreditor atas dana yang dipinjam. Utang upah merupakan jumlah upah yang terutang kepada

karyawan atas manfaat yang telah diterima perusahaan melalui pemakaian jasa karyawan

selama periode berjalan. Sedangkan utang pajak penjualan merupakan utang atas pajak yang

dipungut dari pembeli ketika penjualan terjadi.

3) Pendapatan diterima di Muka

Pendapatan diterima di muka timbul pada saat pembayaran diterima sebelum barang atau jasa

diberikan. Contohnya adalah sewa diterima di muka, di mana pihak yang menyewakan

biasanya akan menerima terlebih dahulu uang muka dari pihak penyewa untuk pemakaian sewa

beberapa bulan ke depan.

4) Bagian Utang Jangka Panjang yang Lancar

Bagian dari utang jangka panjang yang lancar adalah sebagian dari kewajiban jangka panjang

yang akan segera jatuh tempo dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus operasi

normal perusahaan, tergantung mana yang paling lama. Kewajiban ini tergolong sebagai

kewajiban lancar.

c. Kewajiban Tidak Lancar

Kewajiban tidak lancar adalah kewajiban yang diperkirakan tidak akan dibayar dalam waktu

12 bulan atau dalam satu siklus operasi normal perusahaan. Yang tergolong kewajiban tidak

lancar adalah sebagai berikut.

1) Utang Jangka Panjang


Utang jangka panjang (long term liabilities), yaitu seluruh utang perusahaan kepada

pihak lain selain pemilik yang harus dilunasi dalam periode lebih dari satu tahun. Utang jangka

panjang meliputi sebagai berikut :

Utang obligasi (bond payable) adalah surat pengakuan utang (berupa sertifikat) yang

dikeluarkan oleh perusahaan yang mempunyai utang (biasanya oleh perseroan terbatas) kepada

investor (penanam modal).

a) Utang hipotek (mortgage payable/mortgage notes payable) merupakan utang

jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu, misalnya rumah.

b) Pinjaman jangka panjang yang lain, misalnya utang jangka panjang ke bank.

2) Kewajiban Sewa Jangka Panjang

Beberapa transaksi penyewaan aktiva tetap merupakan pembelian yang didanai melalui

pinjaman. Untuk akuntansi sewa guna usaha modal, nilai sekarang dari pembayaran sewa

minimum akan dicatat sebagai kewajiban jangka panjang.

3) Kewajiban Pajak Penghasilan yang Ditangguhkan

Kewajiban pajak penghasilan yang ditangguhkan adalah perkiraan pajak penghasilan

atas pendapatan yang sudah terjadi (menurut akuntansi), tetapi berdasarkan ketentuan

perpajakan belum terutang pajak (karena belum ada penerimaan kas); atau dengan kata lain

bahwa kewajiban pajak ini secara legal belum ada, dan baru akan resmi kena pajak atau

memerlukan pembayaran pajak di periode mendatang. Kewajiban pajak yang ditangguhkan ini

timbul karena adanya perbedaan sementara dalam hal pengakuan pendapatan dan beban antara

menurut akuntansi dengan menurut pajak.

4) Kewajiban Tidak Lancar Lainnya

Yang termasuk sebagai kewajiban tidak lancar lainnya adalah kewajiban pensiun yang

masih harus dibayar, utang jaminan produk, dan kewajiban kontingensi lainnya. Suatu

transaksi yang terjadi di masa lampau akan menimbulkan kewajiban apabila kejadian tertentu

terjadi di masa mendatang. Kewajiban potensial ini dinamakan sebagai kewajiban kontingensi.,

dimana kewajiban belum terjadi pada tanggal neraca. Kewajiban ini baru akan terjadi secara

actual tergantung pada adanya kejadian di masa mendatang.


d. Ekuitas atau Modal

Ekuitas (equity) atau modal (capital) adalah kewajiban perusahaan kepada pemilik atau dapat

juga dikatakan sebagai hak pemilik atas perusahaan. Penyajian modal dalam neraca bergantung

pada jenis perusahaan ditinjau dari bentuk badan hukumnya. Pada dasarnya, yang dapat

dimasukkan ke dalam kelompok modal, yaitu modal pemilik, bagian laba untuk pemilik, dan

cadangan.

Menurut badan hukumnya, modal yang disajikan dalam neraca dapat diringkas sebagai berikut.

Tabel 2.1

Penyajian Modal dalam Neraca Menurut Badan Hukumnya

Bentuk Hukum Perusahaan Akun Modal dalam Neraca

Perseorangan • Modal (nama pemilik), misalnya

modal Slamet

• Pengambilan pribadi Slamet

Persekutuan • Modal Siregar

• Modal Asep

• Pengambilan Siregar

• Pengambilan Asep

Perseroan • Modal saham

• Laba ditahan

Koperasi • Simpanan pokok

• Simpanan wajib

• Simpanan lainnya

Sumber: Mulyadi (2006)


2 Bentuk-Bentuk Neraca

Menurut Sofyan Syafri Harahap (2011:220), neraca biasanya disajikan berdasarkan

likuiditas perkirannya. Biasanya perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi

ke kas dicatat paling atas. Kewajiban yang paling cepat harus dibayar, harus dicantumkan

paling atas dalam kelompoknya. Modal yang harus ditunaikan terlebih dahulu harus

ditempatkan di atas. Dalam menyajikan neraca dapat dibagi dalam tiga bentuk berikut ini.

a. Bentuk Neraca Staffel atau Report Form

Neraca ini dilaporkan satu halaman vertikal. Di sebelah atas dicantumkan total aktiva dan di

bawahnya disajikan pos kewajiban dan pos modal.

Contoh:

Perusahaan Angkutan Mandiri

Neraca

Per 31 Desember 2002

Aktiva

Aktiva lancar

Kas…………………….. Rp 1000.000,00

Piutang usaha…………… Rp 100.000,00

Perlengkapan…………… Rp 150.000,00

Jumlah aktiva lancar Rp,1.250.000,00

Aktiva tetap

Tanah…………………….. Rp 1.500.000,00

Gedung…………………… Rp 1.000.000,00

Peralatan…………………. Rp 2.000.000,00
Jumlah aktiva tetap Rp 4.500.000,00

Jumlah aktiva Rp 5.750.000,00

Kewajiban

Utang lancar

Utang usaha………………. Rp 750.000,00

Utang gaji…………………. Rp 1.225.000,00

Jumlah utang lancar Rp 1.975.000,00

Utang jangka panjang

Utang bank………………… Rp 2.000.000,00

Jumlah utang Rp 3.975.000,00

Modal

Modal Tuan Rusmawan………. Rp 1.775.000,00

Jumlah kewajiban dan modal Rp 5.750.000,00

Sumber: mulyadi (2006)

Tabel 2.2 Bentuk Neraca Staffel atau Report Form

b. Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form

Di sini aktiva disajikan di sebelah kiri (di Inggris di kanan) dan kewajiban serta modal

ditempatkan di sebelah kanan sehingga penyajiannya sebelah menyebelah.


Contoh:

Perusahaan Angkutan Mandiri


Neraca
Per 31 Desember 2002
Aktiva Kewajiban

Aktiva lancar Utang lancar

Kas…………………….. Rp 1000.000,00 Utang usaha………………. Rp 750.000,00

Piutang usaha…………… Rp 100.000,00 Utang gaji…………………. Rp 1.225.000,00

Perlengkapan…………… Rp 150.000,00

Jumlah aktiva lancar Rp,1.250.000,00 Jumlah utang lancar Rp 1.975.000,00

Aktiva tetap Utang jangka panjang

Tanah…………………….. Rp 1.500.000,00 Utang bank………………… Rp 2.000.000,00

Gedung…………………… Rp 1.000.000,00 Jumlah utang Rp 3.975.000,00

Peralatan…………………. Rp 2.000.000,00 Modal

Jumlah aktiva tetap Rp 4.500.000,00 Modal Tuan Rusmawan………. Rp 1.775.000,00

Jumlah aktiva Rp 5.750.000,00 Jumlah kewajiban dan modal Rp 5.750.000,00

Sumber: mulyadi (2006:…)

Tabel 2.3 Bentuk Kedua Neraca Skontro atau T-Account Form

c. Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)

Dalam bentuk ini posisi keuangan tidak dilaporkan seperti dalam bentuk sebelumnya yang

berpedoman pada persamaan akuntansi. Dalam bentuk ini pertama-tama dicantumkan aktiva

lancar dikurangi utang lancar dan pengurangannya diketahui modal kerja. Modal kerja

ditambah aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi utang jangka panjang, maka akan

diperoleh modal pemilik. Dalam bentuk ini informasi disajikan satu halaman dengan urutan

sebagai berikut.
PT Sipangko Jaya

Neraca

Per 31 Desember 2000

Aktiva

Aktiva lancar:

Kas dana bank...……….. Rp xxx

Piutang dagang………… Rp xxx

Persediaan Barang…….. Rp xxx

Biaya Dibayar di Muka… Rp xxx

Jumlah aktiva lancar Rp xxx

Dikurangi:

Kewajiban Lancar….. Rp xxx

Utang Dagang………. Rp xxx

Utang Biaya………… Rp xxx

Utang Pajak………… Rp xxx

Penerimaan di Muka.. Rp xxx

Total Kewajiban Lancar (Rp xxx)

MODAL KERJA Rp xxx

DITAMBAH:

Aktiva Tetap (net)

Lahan……………… Rp xxx

Bangunan…………. Rp xxx

Mesin dan Peralatan Rp xxx

Furniture…………… Rp xxx

Total Aktiva (net) Rp xxx

Aktiva Lain:
Paten……………….. Rp xxx

Goodwill…………… Rp xxx

Total Aktiva Lain Rp xxx

Modal Kerja dan Aktiva Rp xxx

DIKURANGI

Kewajiban Jangka Panjang

Obligasi (Rp xxx)

Total Aktiva Rp xxx

Modal (Ekuitas)

Modal (Ekuitas) terdiri dari:

Saham Biasa……………… Rp xxx

Saham Preferen……. Rp xxx

Premium Saham Biasa Rp xxx

Laba Ditahan……… Rp xxx

Total Modal Rp xxx

Sumber: Sofyan Syafri Harahap (2011:221)

Tabel 2.4 Bentuk yang Menyajikan Posisi Keuangan (Financial Position Form)

C. Konsep Komponen Neraca

C.1 Harta

Menurut APB Statement (1970, halaman 132) mendefinisikan asset sebagai berikut :

“kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya pebebanan yang ditunda, yang dinilai

dan diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku”.

Menurut FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut :

“asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang

akan dating oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu”.
Pengakuan dan Penilaian Aktiva

Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilaian aktiva sesuai dengan

yang digariskan APB adalah sebagai berikut. “Pencatatan aktiva berdasarkan pada kejadian

kapan perusahaan mendapatkan kekayaan atau aktiva itu dari pihak lain sedangkan

kewajiban kapan muncul kepada pihak lain. Penilaian keduanya didasarkan pada nilai tukar,

nilai pengorbananpada pengalihan terjadi. Nilai ini disebut acquisition cost”.

Dalam hal pengorbanan yang diberikan adalah aktiva bukan uang (nonmoneter), nilai yang

dipakai adalah harga pasar barang yang diserahkan. Disamping nilai pertukaran ini atau

historical cost, dalam

prinsip akuntansi dikenal juga bebagai nilai yang sering dipakai dalam penilaian aktiva.

Nilai ini adalah :

1. Book value adalah nilai buku yang diperoleh dari harga perolehan aktiva dikurangi

dengan akumulasi penyusutan.

2. Replacement cost adalah nilai barang yang dimaksudkan jika diganti dengan

barang lain yang sama.

3. Selling price adalah harga jual.

4. Net realizable value adalah harga jual dikurangi dengan biaya penjualan atau

dikurangi dengan tingkat margin yang normal.

Nilai tersebut diatas sering dianggaptidak konsisten dengan konsep teori pengukuran

yang murni. Beberapa metode penilaian asset yang digambarkan oleh Wolk, dkk sebagai

berikut

1. Piutang : Taksiran nilai net realizable value

2. Investasi : Cost, lower of cost or market (LOCOM) atau market (tergantung jenis

investasi), metode equity.

3. Persediaan barang dagang : Cost, replacement cost, net realizable value atau net

realizable value dikurangi mark up normal.


4. Aktiva tetap : Full absorption costing untuk perusahaan dan kapitalisasi bunga untuk

yang bukan perusahaan

5. Pertukaran aktiva non sejenis : Cost, alokasi cost dan nilai buku.

6. Nilai buku asset lama ditambah dengan kas yang sejenis diberikan. Aktiva tak

berwujud : Nilai buku

7. Pembebanan ditunda : Nilai buku

C.2 Kewajiban / Hutang (Liabilities)

Menurut FASB kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis

dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk masa

yang akan datang sebagai akibat dari suatu transaksi atau kejadian ekonomi yang sudah

terjadi.

Beberapa istilah dalam kewajiban :

a. Contractual liabilities adalah kewajiabn yang didukung oleh perjanjian tertulis.

b. Constructive obligation adalah kewajiban yang tidak dinyatakan secara tertulis,

misalnya pembayaran cuti atau bonus tertentu.

c. Equitable obligation adalah kewajiban yang tidak dikuatkan kontrak atau hanya

karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan.

d. Contigent liabilities adalah suatu situasi atau keadaan yang menggambarkan

ketidakpastian apakah mungkin menimbulkan keuntungan atau kerugian kepada

perusahaan, dimana hanya dapat dipastikan apabila suatu kejadian atau beberapa

kejadian dimasa yang akan datang terjadi atau tidak.

e. Deffered credit adalah sejenis kewajiban tetapi bukan dalam pengertian memberikan

pengorbanan dimasa yang akan datang.

Deffered credit ada dua jenis :

1. Prepaid revenue adalah penerimaan dimuka yang belum sepenuhnya diimbangi

dengan pemberian jasa atau produk yang dibayar.


2. Deffered revenue akibat pengakuan pendapatan, misalnya adalah investment tax

credit dan laba rugi dari transaksi leaseback.

f. Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan, tetapi kita sudah

terikat dengan perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban dimasa yang akan datang

maupun yang akan menerima kekayaan atau jasa dimasa yang akan datang. Misalnya

adalah kontrak pembelian dimasa yang akan datang dimana perusahaan harus

menyediakan barang dimasa yang akan datang – kontrak pekerjaan dalam pegawai

dimana perusahaan harus membayar gaji dimasa yang akan datang.

Pengakuan dan Penilaian Kewajiban

Menurut APB Statement No.4 serta SFAC No. 5 kewajiban dinilai sebesar kejadian dalam

transaksi, biasanya jumlah yang akan dibayarkan di masa yang akan datang biasanya

didiskontokan (dinilai berdasarkan Present Value – untuk yang jangka panjang), sejumlah

nilai pertukaran atau sejumlah nilai nominal.

C.3 Modal

Modal adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entitiy) setelah

dikurangi kewajibannya.

Perusahaan perseroan perlu membedakan antara modal setor dengan modal karena

pendapatan (retained earning). Deviden hanya dibayarkan dari laba yang ditahan bukan dari

laba yang disetor.

Modal setor (contributed capital) dapat dibagi menjadi :

1. Modal statuter (legal capital)

2. Modal lainya

Modal statuter adalah jumlah batas kewajiban pemilik. Modal ini dinilai berdasarkan

harga pari atau harga nominal. Dalam modal ini terdapat modal lain seperti agio saham,

modal donasi, modal dari pengeluaran kembali treasury stock, stock option dan sebagainya.
Didalam pos modal terdapat akun lain seperti laba ditahan dan cadangan. Laba

ditahan terdiri dari laba tahunan, penyesuaian atau koreksi tahun sebelumnya dan besaran

deviden. Komponen dari modal saham ini adalah laba rugi yang belum direalisasi.

Sedangkan cadangan adalah sesuatu yang disimpan untuk maksud dan tujuan tertentu.

Pengakuan dan Penilaian Modal

Penilaian terhadap transaksi modal ini sama dengan penilaian pada harta dan

kewajiban yaitu berdasarkan harga pasar pada saat terjadinyatransaksi.dalam hal pencatatan

modal saham harus dipisahkan nilai parinya dengan nilai jualnya. Laba ditahan dicacat

sebagai akumulasi laba dari tahun-tahun sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai