Anda di halaman 1dari 11

Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik

ERA DIGITAL MELAHIRKAN PERAN BARU, AGGREGATOR MUSIK


DALAM MENDISTRIBUSIKAN KARYA CIPTA LAGU DAN MUSIK
Rinitami Njatrijani, Herni Widanarti dan Mutia Adiva Aribowo
Fakultas Hukum Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudarto, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang
njatrijani@yahoo.com

ABSTRAKSI

Di zaman yang serba digital ini, pola pada pendistribusian musik telah bergeser dari media
fisik ke media digital. Pergeseran ini menimbulkan sebuah peran baru dalam pola
pendistribusian musik, yaitu Aggregator Musik. Aggregator Musik adalah perantara antara
musisi atau pencipta dengan toko musik digital maupun platform streaming musik online
dalam pendistribusian karya cipta baik lagu maupun musik secara digital ke kedua platform
tersebut. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji peran Aggregator Musik dalam
mendistribusikan karya cipta lagu dan musik secara digital. Berdasarkan kajian pustaka,
penelitian ini berkesimpulan bahwa Aggregator Musik memiliki peran penting dalam pola
pendistribusian musik secara digital.

Kata kunci : Aggregator Musik, Karya Cipta Lagu dan Musik, Peran.

ABSTRACT

In this digital era, the pattern of music distribution has shifted from physical form to digital
form. This changes attracts a new role in the pattern of music distribution, The Music
Aggregator. Music Aggregator is a intermediary between music creators and digital music
stores or platforms streaming music online in order to distribute their songs digitally, to both
platforms. This paper is intended to examine the role of Music Aggregators in order to
distributing songs digitally. Based on literature review, this research concludes that Music
Aggregator has an important role in the pattern of digital music distribution.

Keywords : Music Aggregator, Songs, and Role.

A. PENDAHULUAN Di Indonesia, penjualan rekaman


1. Latar Belakang Masalah fisik mencapai periode keemasan pada era
Perkembangan zaman pada 1900-an. Menurut data dari Asosiasi
teknologi telah berdampak pada hampir Industri Rekaman Indonesia (ASIRI), pada
seluruh aspek kehidupan termasuk pada tahun 1996 penjualan rekaman fisik di
industri musik. Salah satu yang berdampak Indonesia mencapai 77,55 juta unit. Pada
dalam perkembangan ini yakni pada aspek masa itu, gerai musik berjamuran muncul
pendistribusian musik. Pendistribusian di Indonesia akibat dari permintaan
musik berawal dari media fisik seperti masyarakat terhadap rekaman album fisik
melalui vinyl, kaset tape dan CD yang yang begitu besar. Namun tren penjualan
kemudian bergeser ke media digital. rekaman fisik global yang terus menurun
ternyata turut mempengaruhi industri
musik Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari

689
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020

menurunnya data penjualan rekaman fisik ke tingkat internasional. Aggregator Musik


dalam kurun waktu 2011-2013 yang akan fokus pada urusan distribusi karya
mengerucut hingga di kisaran 5 juta keping dan terhubung dengan berbagai toko musik
di Indonesia. (Hutapea, 2016) online di seluruh dunia. Namun, distribusi
Sebelum era digital datang, banyak di sini tidak hanya soal bagaimana menjual
musisi menggantungkan hidup dari lagu lewat toko musik digital saja, tetapi
penghasilan royalti. Besaran royalti ini bagaimana mengemas artis dan karyanya
bermacam-macam. Jumlah royalti yang secara utuh. Aggregator Musik juga akan
diterima musisi jelas tergantung pada terhubung dengan berbagai media sosial,
penjualan album. Karena itu, banyak website artis, hingga aplikasi smartphone.
musisi, terutama dari label besar yang Selain itu, Aggregator Musik dianggap
marah karena pendapatannya tergerus oleh mampu mewadahi karya-karya musisi baru
pembajakan. Pembajakan terhadap karya atau musisi independen yang seringkali
orisinal pun marak terjadi. Pola konsumsi mengalami kesulitan luar biasa untuk
masyarakat cenderung mengarah untuk memperkenalkan karyanya. (Wardhana,
melakukan pengunduhan musik secara 2014)
ilegal, seperti pada CD bajakan yang
marak ditemukan, dan tidak hanya itu saja 2. Rumusan Masalah
sewaktu penggunaan beralih pada media Berdasarkan latar belakang di atas,
internet, pembajakan terhadap karya muncul beberapa masalah yang akan
orisinal pun juga banyak beredar. Apalagi dibahas lebih dalam pada jurnal ini, yaitu:
sekarang di era digital, penjualan album 1. Bagaimana peran Aggregator Musik di
fisik juga semakin terus menurun. Era Digital?
Pergeseran dari media fisik ke 2. Bagaimana peran lembaga manajemen
media digital disebabkan oleh modernisasi kolektif sebelum dan sesudah era
pada segala aspek kehidupan yang digital dalam pendistribusian karya
menimbulkan dampak pada budaya cipta lagu dan musik secara digital?
masyarakat yang cenderung lebih memilih
kemudahan akses dalam hal apapun. 3. Metode Penelitian
Pengembangan pada teknologi yang tidak Penulis dalam penulisan ini
ada habisnya pun turut menjadi salah satu menggunakan metode pendekatan
alasan pergeseran ini. penelitian yuridis normatif yaitu penelitian
Media digital dalam industri musik hukum yang bersandar pada bahan pustaka
dapat berupa toko musik digital dan atau sekunder (Soekanto, 2004). Metode
platform streaming musik online seperti analisis dilakukan dengan menghimpun
Spotify, Apple Music, Joox dan lain data melalui penelahaan bahan
sebagainya. Proses pendistribusian pada kepustakaan atau data sekunder yang
platform-platform tersebut sebenarnya meliputi bahan hukum primer, bahan
belum dapat leluasa mengaksesnya, hanya hukum sekunder dan bahan hukum tersier,
beberapa pihak saja yang bisa seperti baik berupa dokumen-dokumen maupun
major label yang biasanya sudah memiliki peraturan perundang-undangan yang
akses tersendiri kepada platform-platform berlaku.
tersebut, sedangkan yang tidak
memilikinya membutuhkan seorang 4. Kerangka Teori
perantara untuk mengaksesnya, atau yang Musik secara umum merupakan
biasa disebut sebagai Aggregator Musik. suara yang disusun demikian rupa
Singkatnya, Aggregator Musik sehingga mengandung irama, lagu dan
adalah fasilitator bagi musisi untuk keharmonisan terutama dari suara yang
menjual musik mereka secara online dihasilkan dari alat-alat yang dapat
dengan cakupan yang luas, bahkan hingga menghasilkan irama. Lagu dan musik

690
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik

adalah sebuah fenomena yang sangat unik dan ada pencipta lirik, tetap saja kedua
yang bisa dihasilkan oleh beberapa alat peran tersebut dipandang sebagai satu
musik. Ada banyak fungsi lagu dan musik kesatuan yakni pencipta lagu/musik.
seperti untuk hiburan, untuk ekspresi diri, Kemudian setelah lagu tercipta, lagu
untuk alasan ekonomi dan bisnis, untuk direkam yang akan ditampilkan oleh
upacara dan ritual, untuk menenangkan seorang penyanyi dan dipandu oleh
hati, untuk mediasi dan lain sebagainya. seorang produser.
(Zakky, 2020) Sebelum era digital, seorang musisi
Pada dasarnya lagu dan musik dalam menciptakan sebuah karya ke dalam
diatur dalam Pasal 40 huruf d Undang- bentuk sebuah lagu maupun musik yang
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang siap rilis membutuhkan sebuah label
Hak Cipta sebagai landasan terhadap Hak rekaman.
Cipta untuk lagu dan musik ini. Menurut Label rekaman seperti yang banyak
penjelasan Pasal 40 huruf d Undang- orang ketahui, terbagi menjadi dua jenis,
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang yaitu Major Label dan Independent Label
Hak Cipta, lagu dan/atau musik baik atau sering dikenal sebagai Indie Label.
dengan atau tanpa teks dipandang sebagai Major Label juga biasa disebut
satu kesatuan karya cipta yang bersifat sebagai industri musik rekaman yang
utuh. Dalam Pasal 58 ayat (1) huruf d mainstream. Menurut Wenz, yang
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 dimaksud mainstream adalah arus utama,
Tentang Hak Cipta menerangkan bahwa tempat band-band yang bernaung di bawah
Hak Cipta untuk lagu dan musik dengan label besar, sebuah industri yang mapan.
atau tanpa teks berlaku selama hidup Band-band tersebut dipasarkan secara
Pencipta dan terus berlangsung selama 70 meluas yang coverage promosinya juga
tahun setelah Pencipta meninggal dunia, secara luas, nasional maupun internasional,
terhitung mulai tanggal 1 Januari pada dan mereka mendominasi promosi di
tahun berikutnya. seluruh media massa, mulai dari media
Singkatnya, Aggregator Musik cetak, media elektronik hingga multimedia
adalah fasilitator bagi musisi untuk dan mereka terekspos dengan baik
menjual musik mereka secara online (Resmadi, 2017). Maka dari itu terlihat
dengan cakupan yang luas, bahkan hingga bahwa Major Label ini merupakan sebuah
ke tingkat internasional. Aggregator Musik perusahaan rekaman yang mana hasil
akan fokus pada urusan distribusi karya produksi mereka mampu mendominasi
dan terhubung dengan berbagai toko musik industri musik di dunia termasuk
online di seluruh dunia. (Wardhana, 2014) Indonesia.
Wendi Putranto mengatakan bahwa
B. HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai investor maka kontrol label (Major
1. Peran Aggregator Musik di Era Label) atas karya musik yang diciptakan
Digital artis akan semakin besar. Dalam artian,
Proses penciptaan sebuah lagu suka atau tidak suka, artis harus tunduk
maupun musik tentunya melibatkan kepada keinginan dan arahan label jika
beberapa peran seperti pencipta lagu, karier mereka ingin berkembang dan
produser rekaman, dan penyanyi. Peran- mendapat prioritas utama. (Putranto, 2009)
peran tersebut dapat diperankan hanya Pengertian independen dalam
dengan satu orang saja namun bisa musik berbanding terbalik dengan
melibatkan beberapa pihak. Singkatnya, mainstream yang dapat dikatakan sebagai
proses ini diawali dengan diciptakannya arus utama, tempat musisi-musisi bernaung
lagu maupun musik oleh pencipta, dalam di bawah label besar, sebuah industri
hal ini pun bisa terbagi menjadi beberapa mapan. Karya musisi tersebut dipasarkan
peran yakni pencipta irama atau musiknya secara meluas yang coverage promosinya

691
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020

juga secara meluas nasional maupun penghasilan royalti. Jumlah royalti yang
internasional, dan mereka mendominasi diterima musisi jelas tergantung pada
promosi di seluruh media massa dari media penjualan album. Karena itu, banyak
cetak, media elektronik hingga multimedia. musisi, terutama dari label besar yang
Hal ini tentunya terjadi karena Major marah karena pendapatannya tergerus oleh
Label menempatkan dirinya sebagai pembajakan. Pembajakan terhadap karya
perusahaan yang menaruh investasi besar orisinal pun marak terjadi. Pola konsumsi
kepada hasil karya musisi, sehingga yang masyarakat cenderung mengarah untuk
diincar adalah profit. (Putranto, 2009) melakukan pengunduhan musik secara
Perkembangan teknologi dan ilegal, seperti pada CD bajakan yang
informasi membuat proses produksi dalam marak ditemukan, dan tidak hanya itu saja
industri musik Major Label maupun Indie sewaktu penggunaan beralih pada media
Label sepadan. Teknologi yang serba internet, pembajakan terhadap karya
digital mempermudah musisi orisinal pun juga banyak beredar. Apalagi
memproduksi karyanya dengan modal sekarang di era digital, penjualan album
yang terbilang murah, karena tidak perlu fisik juga semakin terus menurun.
menggunakan cara lama seperti pada era Dalam prakteknya, toko musik
analog (era piringan hitam) yang dalam digital atau platform streaming musik
produksinya sangat perlu modal besar. online seperti iTunes, Apple Music,
Kini proses produksi musik secara Spotify, Joox dan lain sebagainya
independen bahkan dapat dengan mudah cenderung susah untuk dijangkau bahkan
dilakukan di rumah musisi itu sendiri. bagi musisi yang dinaungi label rekaman
(Lestari, 2019) besar (Major Label) maupun musisi
Berdasarkan artikel dari independen, dikarenakan toko musik
Kompas.com yang bekerja sama dengan digital yang jangkauannya luas hingga
web infografik Ziliun tertulis bahwa, seluruh dunia tidak memungkinkan
memang sebagian musisi menggunakan baginya untuk melakukan hubungan
jalur independen karena memang tidak hukum dengan masing-masing musisi yang
atau belum punya akses ke media ingin memasukkan karya cipta musiknya
mainstream, tapi sebagian lainnya memang ke dalam toko musik digital tersebut,
memilih independen karena mereka tidak sehingga Aggregator Musik dapat menjadi
mau diatur pasar dan korporat besar yang perantara atau distributor bagi kedua belah
hanya ingin berjualan dan mendapat pihak tersebut untuk melakukan sebuah
untung. Mereka tidak mau diatur dan kerja sama.
disuruh membuat lagu dan musik yang Pada dasarnya Aggregator Musik
mereka tidak suka hanya karena ada target dalam menyediakan jasa, karena ia
penjualan. Ada banyak sekali musisi merupakan sebuah badan usaha maupun
Indonesia yang bagus dan memilih untuk perseorangan yang tidak bersifat nirlaba,
berkarya di jalur independen. Tapi itu sehingga dalam menjalankan jasanya ia
sama sekali tidak membuat prestasi mereka tetap membutuhkan timbal balik berupa
tidak terlihat. Justru mereka banyak keuntungan materiil melalui penarikan
diapresiasi oleh komunitas musik, baik di biaya atau penerapan tarif atas jasa yang
dalam sampai di luar negeri. (Hidayat, diberikannya. Aggregator Musik secara
2014) garis besar mempunyai peran sebagai
Era digital mulai merambah pada pelaku usaha, dan musisi menjadi
industri musik yang merubah alur pengguna usaha atau dapat dikatakan
pendistribusian musik. Awal mulanya, sebagai konsumen.
musik dinikmati secara kaset tape atau CD Tugas Aggregator Musik tidak
yang dapat dibeli pada toko-toko musik. hanya menjadi perantara untuk
banyak musisi menggantungkan hidup dari mendistribusikan sebuah karya cipta ke

692
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik

toko musik digital, namun ada beberapa maupun pemegang hak cipta biasanya
tugas dibalik peran tersebut, yaitu: berbentuk perjanjian yang sudah disiapkan
(Galuszka, 2015) oleh sang aggregator lalu pencipta maupun
1. Memantau status akan hak-hak pemegang hak cipta hanya tinggal
pencipta dan/atau pemegang hak cipta; menandatanganinya atau bisa disebut
2. Merubah bentuk fisik dari pencipta dengan perjanjian baku yang berasaskan
atau musisi ke bentuk digital; take it or leave it. Dengan kata lain, maka
3. Merubah dari bentuk digital, ke format timbul pernyataan ‘take it or leave it’ jika
digital yang dihendaki beberapa toko kamu tidak setuju dengan isi di dalam
musik digital [seperti iTunes kontrak yang telah dibuat oleh pihak
menggunakan Advanced Audio Coding penawar, maka mundur saja dari perjanjian
(AAC)]; ini. Perjanjian baku inilah yang diterapkan
4. Mengantarkan marketing materials dalam hubungan hukum antara Aggregator
pada toko musik digital. Musik dengan pencipta maupun pemegang
Tidak dapat dipungkiri era digital, hak cipta, baik oleh Major Label maupun
sadar maupun tidak, memaksa kita untuk musisi independen dalam naungan Indie
menghadapinya siap maupun tidak. Untuk Label.
itu, sebagai manusia kita perlu menjadi Klausula baku telah diatur pada
dinamis terhadap perubahan zaman. Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor
Aggregator Musik merupakan bagian dari 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
bentuk adaptasi akan perubahan ini, namun Konsumen (UUPK) yang menyebutkan
dalam tindak lakunya ia masih belum bahwa tujuan dari larangan pencantuman
mempunyai batasan kewenangan, maka klausula baku yaitu larangan ini
dapat memunculkan kekhawatiran jika dimaksudkan untuk menempatkan
aggregator melakukan sebuah kelalaian, penerima setara dengan pihak penawar
berdasarkan hal tersebut perlu tinjauan berdasarkan prinsip kebebasan berkontrak
lebih lanjut mengenai bagaimana batasan yang diatur pada Pasal 1338 Kitab
tanggung jawab suatu Aggregator Musik Undang-Undang Hukum Perdata
dalam pelaksanaan jasanya dalam (KUHPer). Pasal 18 ayat (1) UUPK
distribusi musik secara digital. mengatur secara rinci klausula-klausula
Tugas dan wewenang Aggregator baku apa saja yang dilarang dicantumkan
Musik secara garis besar ialah dalam sebuah perjanjian sehingga jika
pendistribusian sebuah lagu dan musik, klasula tersebut ditemukan dalam sebuah
untuk melakukan itu aggregator tentunya perjanjian maka perjanjian tersebut dapat
membutuhkan sebuah landasan dengan dibatalkan oleh pihak penerima.
pemilik lagu dan musik yakni dengan Memang, berlakunya perjanjian
sebuah perjanjian. baku yang menerapkan asas take it or
Menurut Sudikto Mertokusumo, leave it cenderung memberi kesenjangan
pada dasarnya perjanjian adalah proses posisi antara pihak penawar dan penerima,
interaksi atau hubungan hukum dari dua maka dari itu sebagai penerima harus lebih
perbuatan hukum yang saling berhadapan cerdik dalam hal meneliti imbangnya hak
yaitu penawaran oleh pihak penawar dan dan kewajiban antar kedua belah pihak
penerimaan oleh pihak penerima. Di antara sebelum menyetujui sebuah perjanjian.
pihak penawar dan pihak penerima Timbulnya perjanjian antara
tersebut harus tercapai kesepakatan untuk Aggregator Musik dengan pencipta
menentukan isi perjanjian yang akan maupun pemegang hak cipta
mengikat kedua belah pihak. mengakibatkan pemberian kuasa atas karya
(Mertokusumo, 1983) cipta yang dibuat oleh pencipta kepada
Bentuk perjanjian antara aggregator untuk bertindak pada karya
Aggregator Musik dengan pencipta cipta tersebut atas dirinya (pencipta) dalam

693
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020

melakukan kegiatan pendistribusian secara 1. Penyelesaian sengketa melalui


digital ini. pengadilan
Pemberian kuasa menurut Pasal a. Penyelesaian sengketa secara
1792 Kitab Undang-Undang Hukum damai, oleh para pihak sendiri yaitu
Perdata menyebutkan bahwa pemberian konsumen dan pelaku
kuasa ialah suatu persetujuan yang usaha/produsen;
berisikan pemberian kekuasaan kepada b. Penyelesaian sengketa melalui
orang lain yang menerimanya untuk Badan Penyelesauan Sengketa
melaksanakan sesuatu atas nama orang Konsumen dengan menggunakan
yang memberikan kuasa. mekanisme alternative dispoute
Batasan tanggung jawab suatu resolution, yaitu konsiliasi, mediasi
Aggregator Musik masih sebatas sesuai dan arbitrase.
dengan perjanjian yang dibuat antara 2. Penyelesaian sengketa di luar
aggregator dengan pencipta maupun pengadilan
pemegang hak cipta, karena peraturan Penyelesaian sengketa konsumen di
perundang-undangan belum mengatur. luar pengadilan diselenggarakan untuk
Baik kepada pencipta dan aggregator mencapai kesepakatan mengenai
bertindak untuk melaksanakan kewajiban bentuk dan besarnya ganti kerugian,
agar hak masing-masing pihak terpenuhi. atau mengenai tindakan tertentu untuk
Jika salah satu lalai dalam pemenuhan hak menjamin tidak akan terulang kembali
dan melaksanakan kewajiban, besar kerugian yang diderita oleh konsumen.
kemungkinan untuk terjadi sebuah Pola penyelesaian sengketa konsumen
sengketa. di luar pengadilan yang dikehendaki
Selain itu, jika terjadi sengketa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dapat melakukan penyelesaian berdasarkan Tentang Perlindungan Konsumen
peran Aggregator Musik sebagai pelaku merupakan pilihan yang tepat karena
usaha dan pencipta maupun pemegang hak jalan keluar yang dirumuskan
cipta sebagai konsumen, dilandaskan berisikan penyelesaian yang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 memuaskan pihak yang sedang
Tentang Perlindungan Konsumen. bersengketa. (Rusli, 2012)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 3. Perbandingan Peran Lembaga
1999 Tentang Perlindungan Konsumen Manajemen Kolektif Sebelum dan
pada dasarnya telah memberikan Sesudah Era Digital dalam
kesetaraan kedudukan antara konsumen Pendistribusian Karya Cipta Lagu
dengan pelaku usaha, tetapi konsep dan Musik Secara Digital
perlindungan konsumen sebagai suatu Dalam hak cipta, terdapat berbagai
kebutuhan harus senantiasa hak-hak eksklusif di dalamnya seperti hak
disosialisasikan untuk mencapai prinsip ekonomi, hak moral dan hak terkait.
kesetaraan yang berkeadilan dan untuk Sejatinya, hak moral melekat dan tidak
mengimbangi kegiatan pelaku usaha yang dapat dialihkan pada pencipta selama
menjalankan prinsip ekonomi untuk masih hidup, tetapi pada pelaksanaannya
mendapatkan keuntungan yang hak moral dapat dialihkan dengan wasiat
semaksimal mungkin dengan modal atau sebab lain dengan ketentuan yang
seminimal mungkin yang dapat merugikan telah diatur undang-undang setelah
kepentingan konsumen. (Rusli, 2012) pencipta meninggal dunia. Berbeda dengan
Undang-Undang Nomor 8 Tahun hak moral, hak ekonomi dan hak terkait
1999 Tentang Perlindungan Konsumen dapat dialihkan. Peralihan hak tersebut
membagi penyelesaian sengketa menjadi dapat terjadi karena pencipta melibatkan
dua bagian, yaitu: pihak lain dalam proses ciptaan sampai ke
pendengar/konsumen, hal ini tentunya

694
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik

menciptakan sebuah hubungan hukum b. Hak memperbanyak


baru. Pencipta atau Pemegang Hak Cipta Hak ini merupakan hak pengadaan
memiliki keterbatasan untuk menjadikan dengan jalan merekam dalam bentuk
ciptaannya menjadi uang. Pencipta cassette, piringan hitam, compact disk,
membutuhkan peran pihak lain dan untuk buku-buku, film. Hal ini lazim disebut
itu Pencipta akan mengalihkan semua atau dengan istilah mechanical right.
sebagian hak-hak ekonominya kepada (Dimyati, 2018)
pihak lain. (Ananda, 2018).
Hak ekonomi merupakan hak Undang-Undang Nomor 28 Tahun
eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak 2014 Tentang Hak Cipta mengatur
Cipta untuk mendapatkan manfaat mengenai Lembaga Manajemen Kolektif.
ekonomi atas ciptaan. Pencipta atau Menurut undang-undang ini, Lembaga
Pemegang Hak Cipta memiliki hak Manajemen Kolektif berwenang
ekonomi untuk melakukan: memungut dan mendistribusikan royalti.
a. Penerbitan ciptaan; Pasal yang mengatur mengenai Lembaga
b. Penggandaan ciptaan dalam segala ini adalah Pasal 1 angka 22 UU Hak Cipta
bentuknya; yang menyatakan bahwa Lembaga
c. Penerjemahan ciptaan; Manajemen Kolektif adalah institusi yang
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, berbentuk badan hukum nirlaba yang
atau pentransformasian ciptaan; diberi kuasa oleh Pencipta, Pemegang Hak
e. Pendistribusian ciptaan atau Cipta, dan/atau pemilik Hak Terkait guna
salinannya; mengelola hak ekonominya dalam bentuk
f. Pertunjukan ciptaan; menarik, menghimpun dan
g. Pengumuman ciptaan; mendistribuskan royalti.
h. Komunikasi ciptaan; dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
i. Penyewaan ciptaan. (Sudjana, 2019) 2014 Tentang Hak Cipta pun mengatur
Setiap orang yang melaksanakan Lembaga Manajemen Kolektif ini secara
hak ekonomi wajib mendapatkan izin tersendiri dalam Bab XII dari Pasal 87
Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Setiap sampai Pasal 93 Undang-Undang Nomor
orang yang tanpa izin Pencipta atau 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.
Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan Singkatnya, Lembaga Manajemen Kolektif
penggandaan dan/atau penggunaan secara adalah badan hukum yang bersifat nirlaba
komersial ciptaan. (Sudjana, 2019) yang berwenang menarik imbalan dari
Adanya hak khusus dalam hak cipta pengguna yang memanfaatkan Hak Cipta
yaitu diantaranya hak untuk dan Hak Terkait dalam bentuk layanan
mengumumkan dan memperbanyak publik yang bersifat komersial, pengguna
ciptaan lagu, seperti tertera dalam Pasal 9 tersebut membayarkan sebuah royalti
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 kepada Pemegang Hak Cipta atau Pemilik
Tentang Hak Cipta. Hal ini para pencipta Hak Terkait melalui Lembaga Manajemen
lagu mempunyai diantaranya dua macam Kolektif ini (Pasal 87 ayat (1) dan (2)).
hak atas lagu ciptaannya tersebut yaitu: Setelah dihimpun, Lembaga ini wajib
a. Hak mengumumkan menyalurkan atau mendistribusikan kepada
Hak ini meliputi penyiaran, penyuaraan Pemegang Hak Cipta atau Pemilik Hak
dan pertunjukan agar dapat didengar Terkait.
dan disaksikan oleh orang lain. Hal ini Lembaga Manajemen Kolektif
seringkali disebutkan sebagai hak (LMK) pertama kali dikenal di Indonesia
untuk pertunjukan (performing right) dengan berdirinya Karya Cipta Indonesia
(KCI), dengan tujuan untuk membantu
musisi-musisi dalam menegakan hak
mengumumkan dan hak menggandakan

695
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020

dengan cara melakukan pemungutan Peraturan mengenai LMK tidak


royalti. (KCI, n.d.) berhenti pada UU Hak Cipta saja,
Menurut Pasal 87 ayat (1) Undang- peraturan lain diterbitkan oleh
Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Kemenkumham yakni Permenkumham No.
Hak Cipta, seorang pencipta, pemegang 29 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
hak cipta dan pemilik hak terkait agar Permohonan dan Penerbitan Izin
menjadi anggota LMK untuk dapat Operasional serta Evaluasi Lembaga
menarik imbalan yang wajar dari pengguna Manajemen Kolektif. Pasal 6
yang memanfaatkan hak cipta dan hak Permenkumham No. 29 Tahun 2014
terkait dalam bentuk layanan publik yang mengatur mengenai tugas LMKN, yaitu:
bersifat komersial. Dan dalam pelaksanaan 1. Menyusun kode etik LMK di bidang
berdasarkan Pasal 88 Undang-Undang lagu dan/atau musik;
Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, 2. Melakukan pengawasan terhadap LMK
LMK harus memiliki izin operasional yang di bidang lagu dan/atau musik;
diterbitkan oleh Kementerian Hukum dan 3. Memberikan rekomendasi kepada
Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Menteri untuk menjatuhkan sanksi atas
Bagi LMK yang tidak berizin, kepadanya pelanggaran kode etik yang dilakukan
dilarang untuk menarik, menghimpun dan oleh pengurus LMK;
mendistribusikan royalti. 4. Memberikan rekomendasi kepada
Syarat-syarat yang harus dipenuhi Menteri terkait dengan perizinan LMK
oleh LMK untuk mendapatkan izin di bidang lagu dan/atau musik yang
operasional, yakni: berada di bawah koordinasinya;
1. Berbentuk badan hukum Indonesia 5. Menetapkan sistem dan tata cara
yang bersifat nirlaba; penghitungan pembayaran royalti oleh
2. Mendapat kuasa dari pencipta, pengguna kepada LMK;
pemegang hak cipta atau pemilik hak 6. Menetapkan tata cara pendistribusian
terkait untuk menarik, menghimpun royalti dan besaran royalti untuk
dan mendistribusikan royalti; pencipta, pemegang hak cipta dan
3. Memiliki pemberi kuasa sebagai pemilik hak terkiat;
anggota paling sedikit 200 (dua ratus) 7. Melakukan mediasi atas sengketa hak
orang pencipta untuk LMK bidang lagu cipta dan hak terkait;
dan/atau musik yang mewakili 8. Memberikan laporan kinerja dan
kepentingan pencipta dan paling sedikit laporan keuangan kepada Menteri.
50 (lima puluh) orang untuk LMK
yang mewakili pemilik hak terkait Dalam berita di hukumonline.com,
dan/atau objek hak cipta lainnya; Menteri Hukum dan HAM Yasona
4. Bertujuan untuk menarik, mengatakan bahwa hampir semua negara
menghimpun, dan mendistribusikan telah memiliki mekanisme pemberian
royalti; royalti permusikan melalui media sosial
5. Mampu menarik, menghimpun, dan dan aplikasi yang telah diatur dengan jelas.
mendistribusikan royalti kepada Sementara, Indonesia masih memakai
pencipta, pemegang hak cipta atau Undang-Undang No 28 tahun 2014 tentang
pemilik hak terkait. Hak Cipta yang belum menyebutkan
Karena setiap orang mampu secara spesifik pengaturan platform digital.
membentuk LMK maka pemerintah Saat ini telah ada wacana pembentukan
membentuk Lembaga Manajemen Kolektif regulasi penarikan royalti melalui media
Nasional (LMKN) untuk mengintegrasi sosial dan aplikasi, serta dari luar negeri.
dan mengelola LMK-LMK yang ada di Hal ini mendesak untuk dilakukan
Indonesia. mengingat potensi royalti musik Indonesia
yang berada di luar negeri mencapai Rp 3

696
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik

triliun. Saat ini, dana tersebut tidak dapat ini maka perlunya LMKN mencari strategi
ditarik oleh Lembaga Manajemen Kolektif yang tepat untuk meningkatkan kinerja
Nasional (LMKN) dikarenakan belum penarikan, penghimpunan, dan
adanya database musik yang lengkap. pendistribusian royalti agar dapat
(Heriani, 2019) memastikan hak Pencipta, Pemengang Hak
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Cipta dan Hak Terkait terpenuhi. (Ginting,
Asasi Manusia No. 36 Tahun 2018 tentang 2019)
Tata Cara Permohonan dan Penerbitan Izin Sejak tahun 2014 melalui UU Hak
Operasional serta Evaluasi Lembaga Cipta dan Permenkumham No. 29 Tahun
Manajemen Kolektif Pasal 1 menjelaskan 2014 membuktikan bahwa kedudukan
bahwa Lembaga Manajemen Kolektif LMK memang diakui hukum, dan posisi
Nasional (LMKN) adalah lembaga bantu Aggregator Musik dalam hukum dan
pemerintah non APBN yang mendapatkan perundang-undangan Indonesia cenderung
kewenangan atribusi dari Undang-Undang masih lemah. Walau secara garis besar
Hak Cipta untuk menarik, menghimpun antar keduanya memiliki tugas yang
dan mendistribusikan royalti serta hampir sama yaitu diberikan kuasa oleh
mengelola kepentingan hak ekonomi pencipta untuk melakukan kegiatan
Pencipta dan Pemilik Hak Terkait di menarik, menghimpun dan
bidang lagu dan/atau musik. Dari mendistribusikan royalti dari penggunaan
penjelasan tersebut jelas bahwa yang karya cipta lagu dan musik terhadap
berhak menarik royalti adalah LMKN. penjualan dan pengedaran karya cipta lagu
(Ginting, 2019) tersebut.
Sebelum peraturan ini diterbitkan, Ada beberapa hal yang dapat
penarikan royalti dan pendistribusian menjadi sebuah alasan Aggregator Musik
royalti pada lagu dan/atau musik yang tidak dapat dikatakan sebagai LMK,
digunakan untuk kepentingan bisnis karena pada dasarnya yang dilaksanakan
dilakukan oleh Lembaga Manajemen oleh Aggregator Musik lebih daripada tiga
Kolektif (LMK). Dikutip dari laman tugas dasar LMK yaitu menarik,
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, menghimpun dan mendistribusikan royalti.
pada pelaksanaan Deklarasi Bali, Aggregator Musik berwenang untuk
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual menyebarluaskan, mengumumkan, dan
(DJKI) Kementerian Hukum dan Hak menggandakan karya cipta tersebut yang
Asasi Manusia (Kemenkumham) Bersama kemudian menghimpun serta mengelola
Lembaga Manajemen Kolektif Nasional royalti atas karya cipta lagu dan musik
(LMKN) dan 8 (delapan) Lembaga yang dipertanggungjawabkan kepadanya
Manajemen Kolektif (LMK) seperti KCI, untuk didistribusikan ke platform-platform
WAMI, RAI, SELMI, PAPPRI, ARDI, streaming musik online maupun toko
ARMINDO, dan SMI menyepakati musik digital. Karena masih belum diatur
pemungutan royalti musik sistem satu dalam undang-undang, maka Aggregator
pintu. (Ginting, 2019) Musik dapat menawarkan jasa secara luas
Melalui Deklarasi Bali ini, kepada pencipta dan bertindak bebas atas
disepakati bahwa LMKN menjadi satu- kehendak dirinya. Karena pada dasarnya,
satunya badan yang memiliki kewenangan Aggregator Musik merupakan sebuah
untuk menarik, menghimpun, dan badan maupun perseorangan yang mencari
mendistribusikan royalti dari pengguna profit atas jasa yang ia lakukan, berbeda
yang bersifat komersial. Penarikan royalti dengan LMK sebuah badan nirlaba di
sistem satu pintu ini merupakan langkah bawah naungan Negara yang
awal perwujudan pengelolaan royalti melaksanakan tugas sesuai dengan undang-
musik yang profesional, transparan, adil, undang, bertanggung jawab terhadap
dan efisien. Dengan adanya kesepakatan LMKN dan Kemenkumham.

697
DIPONEGORO PRIVATE LAW REVIEW• VOL. 7 NO. 1 FEBRUARI 2020

Walau terdapat kemiripan, landasan kewajiban dan wewenang yang


Aggregator Musik tidak dapat dikatakan jelas oleh Aggregator Musik untuk
sebagai LMK maupun sama dengannya, melaksanakan fungsinya sebagai
karena beberapa hal yang telah dijelaskan distributor musik ke ranah digital, sehingga
di atas. Untuk solusi di era digital ini, tentu dapat meminimalisir terjadinya kelalaian
memperbarui peraturan perundang- dalam melaksanakan kewajiban maupun
undangan sekarang agar sesuai dengan perusakan hak.
kondisi zaman ini, atau seorang Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
Aggregator Musik dapat bertindak sesuai menghindari terjadinya sebuah
peraturan yang telah dibuat seputar LMK permasalahan baik terhadap pencipta
untuk bertindak sepertinya, karena UU maupun Aggregator Musik adalah
Hak Cipta maupun Permenkumham No. 29 memperketat sistem registrasi lagu dalam
Tahun 2014 membuka kemungkinan untuk pendistribusian musik oleh aggregator agar
siapa saja membentuk suatu LMK dengan meminimalisir terjadinya pembajakan,
memenuhi syarat-syarat tertentu. Pilihan adanya aturan yang jelas mengenai izin
lainnya adalah Aggregator Musik operasional suatu Aggregator Musik, dan
menerapkan asas-asas perjanjian dengan yang terakhir adanya aturan mengenai
itikad baik dan memenuhi syarat-syarat sah batasan atas kewenangan serta tugas suatu
perjanjian hingga timbul pemenuhan hak Aggregator Musik.
yang baik dan utuh untuk pencipta, dan

DAFTAR PUSTAKA

Hutapea, B. (2016, Maret 12). 25 Tahun Wardhana, Y. W. (2014, Maret 13).


Musik Indonesia, dari Era Kaset ke Aggregator Musik, Distribusi Era
Layanan "Streaming". Diambil Digital. Retrieved from
kembali dari Tabloid Bintang: CompusicianNews.com:
http://www.tabloidbintang.com/arti https://compusiciannews.com/Aggr
cles/film-tv-musik/ulasan/34731- egator-Musik-Distribusi-Era-
25-tahun-musik-indonesia- dari- Digital-1007/
era-kaset-ke-layanan-streaming
Resmadi, I. (2017). Music Records Indie
Soekanto, S. (2004). Penelitian Hukum Label: Cara Membuat Album
Normatif. Jakarta: Rajawali Pers. Independen! Bandung: Dar! Mizan.

Zakky. (2020, Februari 26). Pengertian Putranto, W. (2009). RollingStone Music


Musik Menurut Para Ahli & Biz. Yogyakarta: Penerbit B-First
Definisi Seni Musik Secara Umum. (PT. Bentang Pustaka).
Retrieved from Zona Referensi:
https://www.zonareferensi.com/pen Lestari, N. D. (2019). Proses Produksi
gertian-musik/ Dalam Industri Musik Independen
Di Indonesia. Jurnal Komunikasi,
London School of Public Relations,
Vol. 10, No. 2, 165.

698
Era Digital Melahirkan Peran Baru, Aggregator Musik Dalam Mendistribusikan Karya Cipta Lagu Dan Musik

Hidayat, W. (2014, Agustus 7). Didukung Heriani, F. N. (2019, Februari 6). Aplikasi
Teknologi, Musisi Indie Indonesia Penyedia Musik Sejenis JOOC,
Berprestasi. Retrieved from iTunes Siap-Siap Kena Royalti.
Kompas.com: Retrieved from hukumonline.com:
https://tekno.kompas.com/read/201 https://www.hukumonline.com/beri
4/08/07/10100087/Didukung.Tekn ta/baca/lt5c5abae4ca28f/aplikasi-
ologi.Musisi.Indie.Indonesia.Berpr penyedia-musik-sejenis-joox--
estasi itunes-siap-siap-kena-royalti/

Galuszka, P. (2015). Music Aggregator Ginting, A. R. (2019). Peran Lembaga


Musiks and Intermediation of The Manajemen Kolektif Nasional
Digital Music Market. Polandia: dalam Perkembangan Aplikasi
University of Lodz. Musik Streaming. Jakarta: Pusat
Pengkajian dan Pengembangan
KCI, K. C. (n.d.). Sejarah KCI. Retrieved Kebijakan Badan Penelitian dan
from http:kci-lmk.or.id/ Pengembangan Hukum dan Hak
Ananda, S. (2018). Peran lembaga Asasi Manusia Kementerian
Manajemen Kolektif Dalam Hukum dan Hak Asasi Manusia
Mengelola Royalti Pencipta Terkait Republik Indonesia.
Usaha Karaoke. Mertokusumo, S. (1983). Sejarah
Sudjana. (2019). Pembatasan Peradilan dan Perundang-
Perlindungan Kekayaan Intelektual Undangannya di Indonesia Sejak
Dalam Perspektif Hak Asasi 1942, Cetakan II. Yogyakarta:
Manusia (Vol. 10). Bandung: Liberty.
Fakultas Hukum Universitas Rusli, T. (2012). Penyelesaian Sengketa
Padjajaran. Antara Konsumen dan Pelaku
Dimyati, A. (2018). Tinjauan Yuridis Usaha Menurut Peraturan
Terhadap Perlindungan Hak Cipta Perundang-Undangan (Vol. 3).
Dalam Penggunaan Karya CIpta Keadilan Progresif.
Musik dan Lagu Karaoke. Cirebon:
Fakultas Hukum Universitas
Swadaya Gunung Jati.

699

Anda mungkin juga menyukai