Saudara Mahasiswa...,
Coba Saudara tambahkan metode-metode lainnya yang Saudara ketahui dalam menghitung
Alokasi Biaya produk bersama?
Selamat berkarya dan berdiskusi, sukses selalu.
Pada bulan pertama diharapkan biaya yang dikeluarkan oleh departemen pendukung
adalah Rp.120.000.000,- dimana dari biaya ini sebesar Rp.30.000.000,- merupakan biaya
tetap.
Selama bulan ini depeartemen pendukung telah mengeluarkan biaya variabel sebesar
Rp.98.000.000,- dan biaya tetap Rp.48.000.000,-.
Sebagai informasi tambahan jarak tempuh yang telah dilayani untuk masing-masing kota
adalah sebagai berikut:
Diminta:
1. Hitung berapa biaya yang telah ditentuka dimuka oleh departemen pendukung per
Km.
2. Hitung dan tentukan berapa biaya yang akan dialokasikan oleh departemen
pendukung ke masing-masing rute perjalanan?!
3. Atas dasar pengalokasian biaya ke masing-masing rute tersebut, bagaimana penilaian
kinerjanya?! Berikan argument saudara berikut contoh tindakan yang harus
dilakukan?!
4. Identifikasi dan tentukan biaya yang terjadi di departemen pendukung yang tidak
dialokasikan ke masing-masing rute pelayanan jasa transportasi tersebut berikut
alasannya?!
Jawaban :
AKUNTANSI MENENGAH
Sebagaimana yang dipelajari, Hak Sewa (Lease Hold) adalah hak yang diperoleh atas suatu
sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya
menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris).
Apakah Hak Sewa digolongkan/dicatat sebagai aktiva tetap yang tidak berwujud (intangible
asset) atau apakah seharusnya hak sewa tersebut dibukukan sebagai biaya sewa
Note :
Jangan takut salah dalam menyampaikan pendapat, karena forum diskusi ini akan
sangat membantu pemahaman rekan-rekan mahasiswa terhadap materi yang
sedang dipelajari.
Sampaikan pendapat Anda dalam diskusi ini dengan menggunakan bahasa sendiri,
karena itu dapat menggambarkan sejauh mana pemahaman Anda atas materi
dimaksud, dan akan memudahkan Anda dalam memahami materi yang dipelajari.
Jawaban :
Apakah Hak Sewa digolongkan/dicatat sebagai aktiva tetap yang tidak berwujud (intangible
asset) atau apakah seharusnya hak sewa tersebut dibukukan sebagai biaya sewa ?
Hak Sewa adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa
gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat
pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua
alasan :
1. Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya
(dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi
menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
2. Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh
perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
Jadi, Hak Sewa bisa dicatat sebagai aktiva tetap tidak berwujud dan juga bisa disebut sebagai biaya
sewa apabila dari hak sewa tersebut tidak mencakup 2 alasan diatas.
Misal :
a. Ada perusahaan yang bergerak dibidang retail. Menyewa bangunan selama 10 tahun
untuk membuka cabang baru. Mengapa menyewa 10 tahun, karena secara
perhitungan agar mendapatkan untung minimal waktu sewa selama 5 tahun. Nah
dari kasus ini, hak sewa masuk kedalah aktiva tidak berwujud. Atas cost sewa yang
dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat (menjadikannya
sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku, untuk itu
transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
b. Sewa 1 kamar hotel selama 5 hari untuk keperluan liburan keluarga. Ini termasuk ke
biaya sewa
Sumber : http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/2007/12/aktiva-tetap-tak-
berwujud-intangible.html
HUKUM BISNIS
Saudara Mahasiswa,
Setelah Anda membaca modul atau sumber bacaan lain yang mendukung materi ini.
Coba anda diskusikan usaha-usaha yang dijalankan oleh Bank Umum menurut Pasal 6
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998.
Petunjuk Berdiskusi:
Jawaban :
Undang-Undang No. 10 Tahun 1998
Ketentuan pasal 6 huruf m diubah, sehingga Pasal 6 huruf m menjadi berbunyi sebagai
berikut:
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
Bank dapat menerbitkan surat pengakuan hutang baik yang berjangka pendek maupun
yang berjangka panjang. Surat pengakuan hutang yang berjangka pendek adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100 sampai dengan pasal 229 k Kitab Undang-
undang Hukum Dagang, yang dalam pasar uang dikenal sebagai Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU), yaitu promes dan wesel maupun jenis lain yang mungkin dikembangkan di
masa yang akan datang. Surat pengakuan hutang berjangka panjang dapat berupa
obligasi atau sekuritas kredit.
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk kepentingan dan
atas perintah nasabahnya:
1. surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya
tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
2. surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak
lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
3. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ;
5. obligasi;
6. surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
7. instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
yang dimaksud dengan “menyediakan tempat” dalam ketentuan ini adalah kegiatan
bank yang semata-mata melakukan penyewaan tempat penyimpanan barang dan surat
berharga (safety box) tanpa perlu diketahui mutasi dan isinya oleh bank.
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak;
Dalam melakukan kegiatan penitipan, bank menerima titipan harta penitip dengan
mengadministrasikannya secara terpisah dari kekayaan bank. Mutasi dari barang titipan
dilaksanakan oleh bank atas perintah penitip.
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
Dalam kegiatan ini bank berperan sebagai penghubung antara nasabah yang
membutuhkan dana dengan nasabah yang memiliki dana.
k. dihapus
l. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat;
Kegiatan anjak piutang merupakan kegiatan pengurusan piutang atau tagihan jangka
pendek dari transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, yang dilakukan dengan cara
pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut. Usaha kartu kredit merupakan usaha
dalam kegiatan pemberian kredit atau pembiayaan untuk pembelian barang atau jasa
yang penarikannya dilakukan dengan kartu. Secara teknis kartu kredit berfungsi sebagai
sarana pemindahbukuan dalam melakukan pembayaran suatu transaksi.
Bank umum yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dapat juga melakukan
kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah melalui :
a. pendirian kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang baru; atau
b. pengubahan kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang melakukan
kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang melakukan kegiatan
berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam rangka persiapan perubahan kantor bank tersebut,
kantor cabang atau kantor di bawah kantor cabang yang sebelumnya melakukan
kegiatan usaha secara konvensional dapat terlebih dahulu membentuk unit tersendiri
yang melaksanakan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah di dalam kantor bank
tersebut.
Bank Umum berdasarkan Prinsip Syariah tidak melakukan kegiatan usaha secara
konvensional. Pokok-pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat
antara lain:
a. kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan Prinsip Syariah;
b. pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah;
c. persyaratan bagi pembukaan Kantor Cabang yang melakukan kegiatan usaha secara
konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.
n. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan
dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank dalam hal ini adalah kegiatan-kegiatan
usaha selain dari kegiatan tersebut pada huruf a sampai dengan huruf m, yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya
memberikan bank garansi, bertindak sebagai bank persepsi, swap bunga, membantu
administrasi usaha nasabah dan lain-lain.
Penjelasan :
Bank umum dapat melakukan sebagian atau seluruh kegiatan usaha sebagaimana dimaksud
dalam huruf a sampai dengan huruf n. Masing-masing bank dapat memilih jenis usaha yang
sesuai dengan keahlian dan bidang usaha yang ingin dikembangkannya. Dengan cara
demikian kebutuhan masyarakat terhadap berbagai jenis jasa bank dapat dipenuhi oleh
dunia perbankan tanpa mengabaikan prinsip kesehatan dan efisiensi.
Sumber :
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/undang-undang/Documents/331.pdf
PDRD
1. Sebutkanlah perbedaan mendasar dari pengertian administrasi perpajakan dalam arti
sempit dan administrasi perpajakan dalam arti luas yang anda ketahui !
2. Hukum pajak formal memuat tentang hak-hak dan kewajiban wajib pajak. Sebutkan yang
termasuk kedalam hak-hak dan kewajiban wajib pajak yang saudara/i ketahui !
=Selamat Mengerjakan=
Jawaban :
1. Sebutkanlah perbedaan mendasar dari pengertian administrasi perpajakan dalam arti
sempit dan administrasi perpajakan dalam arti luas yang anda ketahui !
Pajak dalam arti sempit adalah kegiatan dalam penatatalaksaan pelayanan terhadap hak
dan kewajibanwajib pajakyang dilakukan di kantor fiscus atau kantor wajib pajak.
2. Hukum pajak formal memuat tentang hak-hak dan kewajiban wajib pajak. Sebutkan
yang termasuk kedalam hak-hak dan kewajiban wajib pajak yang saudara/i ketahui !
Sumber :
https://aguspajak.com/2018/02/20/hak-wajib-pajak-menurut-undang-undang-kup/
https://ayopajak.com/hak-dan-kewajiban-wajib-pajak/
PAJAK PENGHASILAN I
Rekan Mahasiswa silahkan anda diskusikan tentang :
1. Apa saja objek pemotongan PPh Pasal 23 beserta tarif dan dasar pengenaan
pajaknya!
2. Ketentuan umum penghitungan PPh Pasal 25!
Uraikan dan jelaskan dengan bahasa anda sendiri, serta tuliskan sumber anda menjawab
diskusi. Kemiripan jawaban anda dengan rekan anda akan mempengaruhi penilaian.
Jawaban :
1. Apa saja objek pemotongan PPh Pasal 23 beserta tarif dan dasar pengenaan
pajaknya!
Tarif PPh 23 dikenakan atas nilai Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari
penghasilan. Ada dua jenis tarif yang dikenakan pada penghasilan yaitu 15% dan 2%,
tergantung dari objek PPh pasal 23 tersebut. Berikut tarif dan objek PPh Pasal 23 :
1. Tarif 15% dari jumlah bruto atas :
Dividen, kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga
dan royalti;
Hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh pasal 21;
2. Tarif 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan
penggunaan harta kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.
3. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi
dan jasa konsultan.
4. Tarif 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya adalah yang diuraikan dalam
Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.03/2015 dan efektif mulai berlaku pada
tanggal 24 Agustus 2015.
5. Bagi Wajib Pajak yang tidak ber-NPWP akan dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh
Pasal 23.
6. Jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek
pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha
tetap, tidak termasuk:
1. Penilai (appraisal);
2. Aktuaris;
3. Akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4. Hukum;
5. Arsitektur;
6. Perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7. Perancang (design);
8. Pengeboran (drilling) di bidang penambangan minyak dan gas bumi (migas)
kecuali yang dilakukan oleh Badan Usaha Tetap (BUT);
9. Penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi
(migas);
10. Penambangan dan jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas);
11. Penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
12. Penebangan hutan;
13. Pengolahan limbah;
14. Penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services);
15. Perantara dan/atau keagenan;
16. Bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan Bursa Efek,
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI);
17. Kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
18. Pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
19. Mixing film;
20. Pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, foto, slide,
klise, banner, pamphlet, baliho dan folder;
21. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer,
termasuk perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
22. Pembuatan dan/atau pengelolaan website;
23. Internet termasuk sambungannya;
24. Penyimpanan, pengolahan dan/atau penyaluran data, informasi, dan/atau
program;
25. Instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC dan/atau TV
Kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;
26. Perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai
pengusaha konstruksi;
27. Perawatan kendaraan dan/atau alat transportasi darat.
28. Maklon;
29. Penyelidikan dan keamanan;
30. Penyelenggara kegiatan atau event organizer;
31. Penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media massa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi, dan/atau jasa periklanan;
32. Pembasmian hama;
33. Kebersihan atau cleaning service;
34. Sedot septic tank;
35. Pemeliharaan kolam;
36. Katering atau tata boga;
37. Freight forwarding;
38. Logistik;
39. Pengurusan dokumen;
40. Pengepakan;
41. Loading dan unloading;
42. Laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau
institusi pendidikan dalam rangka penelitian akademis;
43. Pengelolaan parkir;
44. Penyondiran tanah;
45. Penyiapan dan/atau pengolahan lahan;
46. Pembibitan dan/atau penanaman bibit;
47. Pemeliharaan tanaman;
48. Permanenan;
49. Pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan/atau
perhutanan;
50. Dekorasi;
51. Pencetakan/penerbitan;
52. Penerjemahan;
53. Pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-
Undang Pajak Penghasilan;
54. Pelayanan pelabuhan;
55. Pengangkutan melalui jalur pipa;
56. Pengelolaan penitipan anak;
57. Pelatihan dan/atau kursus;
58. Pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
59. Sertifikasi;
60. Survey;
61. Tester;
62. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada
APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) atau APBD (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah).
2. Ketentuan umum penghitungan PPh Pasal 25!
Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara angsuran.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri
dan tidak bisa diwakilkan.
Penghasilan neto dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibagi dua belas atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak
Besaran angsuran PPh Pasal 25 untuk wajib pajak orang pribadi yang baru terdaftar,
dan wajib pajak badan yang baru terdaftar yang bukan merupakan hasil
merger/likuidas/perubahan bentuk badan usaha dari wajib pajak badan yang
sebelumnya sudah ada, adalah nihil.
PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal
25 dan telah mendapat validasi dengan nomor transaksi penerimaan negara
dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 sesuai dengan tanggal
validasi.
Sumber :
https://www.online-pajak.com/tentang-bukti-potong/pph-pajak-penghasilan-pasal-23
https://pajak.go.id/id/penghitungan-angsuran-pph-pasal-25
PAJAK PENGHASILAN II
Rekan Mahasiswa silahkan anda diskusikan dengan membuat ringkasan tentang :
Jelaskan dengan bahasa anda sendiri, serta tuliskan sumber anda menjawab
diskusi. Kemiripan jawaban anda dengan rekan anda akan mempengaruhi
penilaian. Tutor berhak memberikan nilai 0 jika anda terindikasi melakukan
plagiarisme.
Jawaban :
Pajak Penghasilan Pasal 24 adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak
terutang yang dimiliki di Indonesia. Tercantum dalam Pasal 24 ayat 1 UU PPh bahwa
pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak
yang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh (UU nomor 36 tahun 2008) dalam
tahun pajak yang sama. Sebagaimana tercantum dalam Pasal 24 ayat 2 UU PPh,
besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan
Undang-undang PPh (UU nomor 36 tahun 2008 ).
Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24) dapat berlaku bagi seorang pengusaha yang
memiliki berbagai usaha di luar negeri dan penghasilan yang diperoleh dapat berasal
dari beberapa sumber usaha di luar negeri, seperti pendapatan dari saham dan surat
berharga lainnya, penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa berhubungan dengan
jasa, pekerjaan, dan usaha lain.
Yang menjadi subjek PPh Pasal 24 yaitu wajib Pajak dalam negeri yang terutang pajak
atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar
negeri. Dan Yang menjadi objek PPh Pasal 24 adalah penghasilan yang berasal dari luar
negeri.
Untuk melaksanakan pengkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri,
wajib pajak wajib menyampaikan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan
dilampiri:
Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri
Fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri
Dokumen pembayaran pajak di luar negeri
Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri
tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT tahunan PPh.
Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong hutang pajak
Indonesia:
1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari
pengalihan saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan
harta-benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan
pertambangan.
7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha
tetap (BUT).
Jika nilai pajak di luar negeri yang telah digunakan sebagai kredit pajak di Indonesia,
telah berkurang atau dikembalikan, sehingga nilai kredit akan berkurang untuk
menutup pajak terutang yang ada di sini, maka harus membayar jumlah terutang
tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia.
Sedangkan apabila penghasilan luar negeri mengalami perubahan, maka wajib pajak
diharuskan melakukan pembetulan SPT tahun pajak yang bersangkutan.
Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) adalah pajak yang dibayar secara angsuran.
Tujuannya adalah untuk meringankan beban wajib pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun. Pembayaran ini harus dilakukan sendiri
dan tidak bisa diwakilkan.
Penghasilan neto dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibagi dua belas atau
banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak
Besaran angsuran PPh Pasal 25 untuk wajib pajak orang pribadi yang baru terdaftar,
dan wajib pajak badan yang baru terdaftar yang bukan merupakan hasil
merger/likuidas/perubahan bentuk badan usaha dari wajib pajak badan yang
sebelumnya sudah ada, adalah nihil.
PPh Pasal 25 harus dibayar paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir. Wajib Pajak yang melakukan pembayaran PPh Pasal
25 dan telah mendapat validasi dengan nomor transaksi penerimaan negara
dianggap telah menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 sesuai dengan tanggal
validasi.
Sumber :
https://taxcenterfeunesa.com/read/15/pph-24-pengertian-subjek-objek-sumber-
penghasilan-kena-pajak-pelaksanaan-kredit-pajak-hingga-perhitungan-pph-24
https://pajak.go.id/id/penghitungan-angsuran-pph-pasal-25
Jelaskan dengan bahasa anda sendiri, serta tuliskan sumber anda menjawab diskusi.
Kemiripan jawaban anda dengan rekan anda akan mempengaruhi penilaian.
Selamat Berdiskusi...!
Jawaban :
1. Gunadi menyampaikan secara umum, dapat disebut bahwa kebijakan pemajakan atas
arus penghasilan internasional ditujukan kepada perolehan manfaat ekonomis
maksimal dari investasi orang asing yang dilakukan di dalam negeri dan investasi di
manca negara yang dilakukan oleh orang dalam negeri. Manfaat ekonomis demikian
dapat diperoleh dari usaha, perdagangan, mobilitas sumberdaya manusia serta
sumberdaya lainya antarnegara
3. Doernberg (1989) menyebut 3 unsur netralitas yang harus dipenuhi dalam kebijakan
perpajakan internasional:
a. Capital Export Neutrality (Netralitas Pasar Domestik): Kemanapun kita berinvestasi,
beban pajak yang dibayar haruslah sama sehingga tidak ada bedanya bila kita
berinvestasi di dalam atau luar negeri. Maka jangan sampai bila berinvestasi di luar
negeri, beban pajaknya lebih besar karena menanggung pajak dari dua negara. Hal
ini akan melandasi UU PPh Psl 24 yang mengatur kredit pajak luar negeri.
b. Capital Import Neutrality (Netralitas Pasar Internasional): Dari mana pun investasi
berasal, dikenakan pajak yang sama sehingga baik investor dari dalam negeri atau
luar negeri akan dikenakan tarif pajak yang sama bila berinvestasi di suatu negara.
Hal ini melandasi hak pemajakan yang sama dengan Wajib Pajak Dalam Negeri
(WPDN) terhadap permanent establishment (PE) atau Badan Usaha Tetap (BUT)
yang dapat berupa cabang perusahaan ataupun kegiatan jasa yang melewati time-
test dari peraturan yang berlaku.
c. National Neutrality: Setiap negara, mempunyai bagian pajak atas penghasilan yang
sama sehingga bila ada pajak luar negeri yang tidak bisa dikreditkan boleh
dikurangkan sebagai biaya pengurang laba
Sumber :
Jelaskan dengan bahasa anda sendiri, serta tuliskan sumber anda menjawab
diskusi. Kemiripan jawaban anda dengan rekan anda akan mempengaruhi
penilaian
Jawaban :
A. Objek PPnBM:
Berdasarkan UU Nomor 42 tahun 2009 Pasal 5 Ayat 1, Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah terhadap:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh
pengusaha yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya; dan
b. impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah.
Atas penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah oleh produsen atau atas
impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah, di samping dikenai Pajak
Pertambahan Nilai, dikenai juga Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan
pertimbangan bahwa:
Yang dimaksud dengan "Barang Kena Pajak yang tergolong mewah" adalah:
Pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas impor Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah tidak memperhatikan siapa yang mengimpor Barang Kena Pajak
tersebut serta tidak memperhatikan apakah impor tersebut dilakukan secara terus-
menerus atau hanya sekali saja.
Selain itu, pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah terhadap suatu penyerahan
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tidak memperhatikan apakah suatu bagian
dari Barang Kena Pajak tersebut telah dikenai atau tidak dikenai Pajak Penjualan atas
Barang Mewah pada transaksi sebelumnya.
Yang termasuk dalam pengertian menghasilkan pada ayat ini adalah kegiatan:
a. merakit, yaitu menggabungkan bagian-bagian lepas dari suatu Barang menjadi
barang setengah jadi atau barang jadi seperti merakit mobil, barang elektronik, dan
perabot rumah tangga;
b. memasak, yaitu mengolah barang dengan cara memanaskan baik dicampur bahan
lain maupun tidak;
c. mencampur, yaitu mempersatukan dua atau lebih unsur (zat) untuk menghasilkan
satu atau lebih barang lain;
d. mengemas, yaitu menempatkan suatu barang kedalam suatu benda untuk
melindunginya dari kerusakan dan/atau untuk meningkatkan pemasarannya; dan
e. membotolkan, yaitu memasukkan minuman atau benda cair ke dalam botol yang
ditutup menurut cara tertentu;
f. serta kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan kegiatan itu atau menyuruh
orang atau badan lain melakukan kegiatan tersebut.
1. Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan yang dipetik langsung/
disadap langsung dari sumbernya.
2. Barang hasil perburuan.
3. Barang hasil pertambangan.
4. Saham obligasi dan surat berharga.
Berdasarkan Pasal 7 PMK 64/PMK.011/2014, PPnBM tidak dikenakan atas impor atau
penyerahan:
1. Kendaraan CKD;
2. Kendaraan Sasis;
3. Kendaraan Pengangkutan Barang;
4. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 250 cc;
dan
5. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 (enam belas) orang atau lebih
termasuk pengemudi.
Sumber :
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/objek-ppnbm
UU Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah
PMK 64/PMK.011/2014 tentang Jenis Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah Dan Tata Cara Pemberian Pembebasan Dari Pengenaan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah
https://www.online-pajak.com/tentang-ppn-efaktur/subjek-ppnbm#:~:text=Pengecualian
%20Objek%20PPnBM&text=Barang%20hasil%20pertanian%2C%20hasil
%20perkebunan,Saham%20obligasi%20dan%20surat%20berharga.
silahkan anda jawab menggunakan bahasa anda sendiri dan biasakan anda tuliskan
sumber anda menjawab. kemiripan atas diskusi anda akan mempengaruhi penilaian.
Jawaban :
Kewajiban pembayaran pajak terutang menurut Surat Ketetapan Pajak (SKP) akan
dikeluarkan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam hal pemeriksaan pajak atas pelaporan
Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan/Masa Pajak Penghasilan (PPh) maupun Pajak
Pertambahan Nilai (PPN).
Kewajiban wajib pajak dalam pembayaran Surat Tagihan Pajak (STP) serta cara
pelunasan pajak yang benar yaitu setelah STP diterbitkan maka WP diwajibkan membayar
STP tersebut. Jika tidak maka akan berlaku mekanisme bunga sebesar 2% dalam satu bulan
dengan ketentuan paling lama 24 bulan dihitung sejak waktu terutangnya pajak, atau bagian
Tahun atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya STP.
STP dapat diterbitkan atas tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga
maupun denda. Sesuai dalam peraturan UU Nomor 16 Tahun 2000 KUP, STP diatur dan
diterbitkan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Jika Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.
2. Jika hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak
sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung.
3. Jika Wajib Pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda atau bunga.
4. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang PPN dan
perubahannya tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
pengusaha kena pajak (PKP).
5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi membuat
faktur pajak.
6. Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tidak membuat
atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi faktur pajak
secara lengkap.
Cara pelunasan pajak yang benar
Pasal 20 Undang-Undang Pajak Penghasilan mengatur bahwa pajak yang
diperkirakan terutang dalam suatu tahun pajak, dilunasi oleh Wajib Pajak dalam tahun
berjalan melalui:
1. pemotongan dan pemungutan pajak oleh pihak lain, yang meliputi PPh Pasal 21, PPh
Pasal 22, dan PPh Pasal 23.
2. pembayaran sendiri oleh wajib pajak, yang dikenal dengan PPh Pasal 25.
Pelunasan pajak dalam tahun berjalan merupakan angsuran pembayaran pajak yang
nantinya boleh diperhitungkan dengan cara mengkreditkan terhadap Pajak Penghasilan
yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, kecuali penghasilan tersebut
dikenakan pajak bersifat final. Beberapa penghasilan dikenakan PPh Pasal 21 atau PPh Pasal
22 yang bersifat final, sehingga pada akhir tahun tidak bisa dikreditkan.
Perhitungan pajak pada akhir tahun bagai Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk
Usaha Tetap dilakukan dengan menghitung Pajak Penghasilan terutang atas penghasilan
yang merupakan objek pajak tidak final. Selanjutnya, Pajak Penghasilan yang sudah
dipotong/dipungut oleh pihak lain dan angsuran PPh Pasal 25 yang sudah dibayar sendiri
dikurangkan dari Pajak Penghasilan terutang. Jika terdapat kurang bayar, kekurangan
tersebut dikenal dengan PPh Pasal 29 dan harus disetor sebelum SPT Tahunan PPh
disampaikan. Jika terdapat lebih bayar, kelebihan tersebut dikenal dengan PPh Pasal 28A,
bisa dilakukan permohonan restitusi atau dikompensasikan untuk pembayaran pajak
lainnya.
https://www.online-pajak.com/tentang-pajakpay/tata-cara-pembayaran-pajak-penghasilan
https://klikpajak.id/blog/tips-pajak/jenis-ketetapan-pajak/
http://www.kabarpajak.com/2015/08/cara-pelunasan-pajak-penghasilan.html