Anda di halaman 1dari 10

Keragaman Budaya Dalam Mempengaruhi Perkembangan Motorik Anak

Saat pengasuh pengasuh memberi anak tuntunan fisik dengan menangani mereka secara
fisik dengan cara khusus (misalnya menepuk, memijat, meregangkan) atau dengan memberi
mereka kesempatan berlatih, anak sering mencapai kejadian penting motorik lebih cepat daripada
anak yang pengasuhnya tidak memberikan aktifitas-aktifitas tersebut (Adolph & Berger, 2006).
Contohnya ibu-ibu di Jamaika mengharapkan bayi mereka duduk dan berjalan sendiri dua
atau tiga bulan lebih cepat daripada ibu-ibu di Inggris ( Hopkins & Westra, 1990 ).
Meskipun demikian, ketika aktivitas motorik bayi dibatasi, banyak bayi masih mencapai
kejadian penting perkembangan motorik di usia normal. Contohnya, bayi di Algonquin di
Quebec, Kanada, menghabiskan waktu mereka terikat di gendngan bayi ppada tahun pertama.
Menyebabkan si anak kurang banyak melakukan aktivitas. Namun anak dengan kebiasaan seperti
itu tetap duduk, merangkak, dan berjalan dalam rentang usia yang sama dengan bayi dalam
budaya yang memiliki kesempatan beraktivitas lebih besar.

Masa Kanak-Kanak
Saat usia prasekolah, anak menggerakan kaki dengan lebih percaya diri dan membawa
diri dengan lebih bertujuan, gerakan menjelajahi ruangan menjadi makin otomatis.
Saat berusia 3 tahun, anak menimati gerakan sederhana, seperti meloncat-loncat,
melompat, dan lari kesana kemari hanya demi kesenangan murni melakukan aktivitas tersebut.
Anak dalam usia tersebut mendapatkan rasa bangga ketika dapat melakukan kegiatan tersebut.
Saat berusia 4 tahun, anak menjadi lebih senang berpetualang. Biasanya anak pada usia
tersebut lebih menunjukan kemampuan atetis mereka yang luar biasa, seperti memanjat dan
menuruni anak tangga dengan menggunakan satu kaki.
Saat berusia 5 tahun, anak semakin menyukai petualangan dibandingkan ketika mereka
berusia 4 tahun. Pada usia ini, anak lebih percaya diri untuk melakukan hal-hal yang menakutkan
seperti memanjat suatu objek dan menyenangi adu cepat berlari dengan teman sebaya dan orang
tua.
Selama masa kanak-kanak tengah dan akhir, perkembangan motorik anak menjadi lebih
halus dan lebih berkoordinasi dibandingkan dengan ketika masih di masa kanak-kanak awal.
Berlari, memanjat, bermain lompat tali, berenang, mengendarai sepeda, dan bermain skating
hanya beberapa dari banyak ketrampilan fisik yang dapat dikuasai anak sekolah dasar. Namun
jika telah dikuasai, ketrampilan fisik ini merupakan sumber kesenangan dan prestasi yang besar.
Dalam ketrampilan. Dalam ketrampilan motorik kasar yang melibatkan aktivitas otot besar, anak
laki-laki biasanya mengungguli anak perempuan.
Saat anak melalui tahun-tahun sekolah dasar, mereka mendapatkan kendali yang lebih
besar atas tubuh mereka serta duduk dan memperhatikan dalam waktu yang lebih lama. Tindakan
fisik penting bagi anak-anak ini untuk memperbaiki ketrampilan mereka yang sedang
berkembang, seperti memukul bola, bermain lompat tali. Anak sekolah dasar harus lebih terlibat
dalam kegiatan yang aktif daripada yang pasif. Olahraga yang teratur adalah salah satu cara
untuk mendorong anak agar aktif dan untuk mengembangkan ketrampilan motorik mereka.

Keterampilan Motorik Halus


Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan gerakan yang lebih
diatur dengan halus, contohnya menggenggam mainan, menancingkan baju, atau melakukan
apapun yang memerlukan keteampilan tangan menunjukan keteampilan motorik halus.

1. Masa Bayi
Bayi sangat sedikit memiliki control terhadap keterampilan motorik halus sewaktu lahir,
tetapi mereka memiliki banyak komponen hal yang akan menjadi gerakan lengan, tangan,
dan jari yang terkoordinasi (Rosenblith, 1992).
Rachel Clifton dan timnya (1993) mendemonstrasikan bahwa bayi tidak harus melihat
tangannya sendiri untuk meraih suatu objek. Mereka menyimpulkan bahwa sinyal
proprioseptif dari otot, tendon, dan sambungan tulang, bukan penglihatan pada kaki dan
tangan, yang menuntun bayi berusia 4 bulan meraih sesuatu. Awalnya bayi menggerakan
bahu dan siku mereka secara kasar, tetapi kemudian mereka menggerakan pergelangan
tangan, memutar tangan mereka, serta mengkordinasikan ibu jari dan telunjuk mereka.
Sistem menggenggam bayi sangat fleksibel. Bayi membedakan genggamannya pada
objek tergantung padda ukuran dan bentuk objek tersebut, juga ukuran tangan mereka sendiri
dibandingkan dengan ukuran objek.
Pemasangan perceptual-motorik perlu bagi bayi untuk mengkoordinasikan genggaman
(Keen, 2005). Sistem perceptual yang paling mungkin digunakan dalam mengkoordinasikan
genggaman bervariasi sesuai umur. Perubahan perkembangan ini efisien karena penglihatan
memungkinkan bayi untuk menyesuaikan bentuk tangan sebelum meraih suatu objek.
2. Masa Kanak-Kanak
Pada usia 3 tahun, anak telah memiliki kemampuan untuk mengambil objek terkecil di
antara ibu jari dan telunjuk untuk beberapa waktu, tetapi mereka masih canggung
melakukannya. Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak lebih tepat. Kadang anak
berumur 4 tahun bermasalah dalam membangun menara tinggi dengan balok karena, dengan
keinginan mereka untuk meletakkan setiap balok dengan sempurna.
Saat berumur 5 tahun, koordinasi motorik halus anak semakin meningkat. Tangan, lengan
dan jari semua bergerak bersama di bawah perintah mata. Saat masa kanak-kanak tengah,
anak dapat menggunakan tangan mereka dengan terampil sebagai alat. Anak berumur 6 tahun
dapat memalu, mengelem, mengikat tal sepatu, dan merapikan baju. Saat berusia 7 tahun,
tangan anak menjadi lebih stabil. Pada usia 8 sampai 10 tahun, anak dapat menggunakan
tangan mereka secara mandiri.
Gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat yang diperlukan untuk menghasilkan kerajinan
tangan yang berkualitas baik dan untuk memainkan sajian alat musik yang rumit dapat
dikuasai. Anak perempuan biasanya melebihi kemampuan anak laki-laki dalam keterampilan
motorik halus.

Penggunaan Tangan
Salah satu aspek yang menarik dari perkembangan motorik adalah penggunaan tangan,
pilihan menggunakan satu tangan tertentu dan bukan yang lainnya. Selama berabad-abad,
pengguna tangan kiri telah menerima diskriminasi yang tidak adil dalam dunia yang dirancang
untuk para pengguna tangan kanan.
1. Asal-usul dan Perkembangan Penggunaan Tangan
Penggunaan tangan kanan dominan di seluruh budaya (dalam perbandingan sekitar 9
pengguna tangan kanan banding 1 pengguna tangan kiri), dan muncul sebelum budaya
mempengaruhi anak. Contohnya, pengamatan ultrasound pada janin menemukan bahwa 9
dari 10 janin lebih mungkin menghisap ibu jari tangan kanan (hepper, Shahidullah, dan
White, 1990). Preferensi pada kanan atau kiri in dihubungkan dengan penggunaan tangan
kanan dalam perkembangan anak selanjutnya.
2. Penggunaan tangan dan Karakteristik Lain
Peneliti telah meneliti apakah penggunaan tangan berhubungan dengan lateralisasi,
spesialisasi hemisfer otak. Secara keseluruhan, ketika mayoritas besaar orang merupakan
pengguna tangan kanan, baik pengguna tangan kanan atau tangan kiri mempunyai
sejumlah kelebihan. Meskipun kadang harus menyesuaikan diri karena hidup di dunia
pengguna tangan kanan, seperti menulis dengan meja khusus pengguna tangan kanan dan
memotong dengan gunting khusus tangan kanan, secara keseluruhan, menjadi pengguna
tangan kiri sepertinya tidak menghambat secara signifikan (Porac dan Searleman, 2002;
Teasdale dan Owen, 2001).

Perkembangan Sensorik dan Perseptual


1. Sensasi dan Persepsi
Sensasi terjadi ketika informasi berinteraksi dengan reseptor sensorik mata, telinga,
lidah, lubang hidung, dan kulit. Seperti contoh, sensasi pendengaran terjadi ketika
gelombang udara yang bergetar dikumpulkan oleh telinga luar dan dikirimkan melalui
tulang telinga dalam ke saraf auditori. Sedangkan sensasi pengihatan terjadi saat
pancaran sinar menyentuh mata, terfokus pada retina, dan dikirim oleh saraf optic ke
pusat visual di otak.
Persepsi merupakan interprestasi dari sensasi. Seperti contoh, gelombang udara yang
menyentuh telinga dapat diterjemahkan sebagai kebisingan atau suara musik.
2. Pandangan Ekologi
Selama beberapa dekade terakhir, banyak peneliti perkembangan perceptual pada
bayi dituntun oleh pandangan ekologi daeri Eleanor dan James J. Gibsonn (E.
Gibson,1969, 1989, 2001; J. Gibson, 1966, 1979).
Menurut pandangan ekolgi Gibson, kita secara langsung mempersepsikan informasi
yang ada di dunia sekitar kita. Persepsi membawa kita kepada kontak dengan
lingkungan untuk berinteraksi dengan dan beraddaptasi terhadap lingkungan tersebut.
Persepsi memberikan informasi kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan.
Dalam pandangan Gibson, semua objek memiliki affordances, yaitu kesempatan
berinteraksi yang ditawarkan oleh objek yang diperlakukan untuk melakukan
aktivitas.
Dalam sebuah studi, contohnya, saat bayi yang dapat berjalan dihadapkan pada kasur
air yang empuk, mereka berhenti dan mengamatinya, kemudian memilih merangkak
ke atasnya daripada berjalan melewatinya (Gibson dkk, 1987). Mereka
mengkombinasikan persepsi dan tindakan untuk beradaptasi terhadap tuntutan tugas.
Melalui perkembangan perseptual, anak menjadi lebih efisien dalam menemukan dan
menggunakan affordances.

Mempelajari Persepsi Bayi yang Baru Lahir

1. Metode Preferensi Visual


Robert Fantz (1963) adalah pelopor dalamm metode preferensi visual. Metode yang
dikembangkan Fantz untuk menentukan apakah bayi dapat membedakan satu
stimulus dari stimulus lain dengan mengukur panjang waktu yang digunakan untuk
stimulus yang berbeda-beda.
2. Habituasi dan Dishabituasi
Habituasi adalah menurunnya respons terhadap stimulus setelah penyajian yang
berulang-ulang. Dishabituasi adalah pengembalian respons habituasi setelah
perubahan stimulus. Bayi yang baru lahir dapat membiasakan diri pada pemandangan,
suara, bau atau sentuhan yang berulang-ulang (Rovee-Collier, 2004).
3. High-Amplitude Sucking
Metode ini digunakan untuk mengukur perhatian bayi terhadap suara. Dalam metode
ini, bayi diberi puting susu buatan untuk dihisap, dan putting susu tersebut
dihubungkan dengan “sistem yang menghasilkan suara. Tiap hisapan menghasilkan
suara dan bayi belajar dengan cepat bahwa menghisap menghasilkan suara.
Jika bayi tersebut mengulanngi peningkatan perilaku menghisap, dapat disimpukan
bahwa bayi tersebut telah mengenali perubahan suara dan menghisap lebih sering
karena mereka ingin mendengar suara baru yang menarik tersebut (Menn dan Stoel-
Gammon, 2005 )
4. Respons Orientasi dan Tracking
Suatu teknik yang dapat digunakan untuk menentukan apakah bayi dapat melihat saat
mendengar adalah respons orientasi. Teknik lain, tracking, terdiri dari gerakan mata
yang mengikuti (track) sebuah objek yang bergerak dan dapat digunakan untuk
menentukan apakah bayi dapat melihat.

A. Penglihatan
Beberapa perubahan penting dalam persepsi visual dan usia dapat ditemukan pada
perbedaan bagaimana mata itu berfungsi sepanjang waktu.

Masa Bayi, seorang bayi mengalami beberapa tahapan dalam kemampuan untuk melihat
pada setiap tingkatan usia tumbuh kembangnya.

1. Ketajaman Visual dan Penglihatan Warna


Penglihatan bayi yang baru lahir diperkirakan bernilai 20/600 pada bagan Snellan
yang terkenal yang digunakan untuk penelitian mata (Banks dan Salapatek, 1983).
Dengan kata lain, sebuah objek yang berada pada jarak 20 kaki sama jelasnya bagi
bayi yang baru lahir dengan jarak 600 kaki bagi orang dewasa dengan penglihatan
normal (20/20). Saaat mencapai usia 6 bulan, penglihatan mencapai 20/100 atau lebih
baik, dan saat berusia sekitar 1 tahun, penglihatan bayi kira-kira sama dengan
penglihatan norang dewasa (Banks dan Salapatek, 1983).
Penglihatan warna bayi juga meningkat. Saat lahir, bayi dapat membedakan antara
warna hijau dan warna merah (Adams, 1989). Seluruh reseptor peka warna (cones)
pada mata berfungsi saat berusia 2 bulan.
Beberapa bulan pertama kehidupan juga membawa kemampuan untuk menggunakan
tanda-tanda akan kedalaman dan jarak. Salah satu contoh penting adalah penglihatan
binokuler, yaitu penglihatan yang mengkombinasikan dua pemandangan dunia yang
berbeda yang diterima mata menjadi satu karena kaduanya terpisah beberapa inci.
Perbedaan antara gambar yang diterima oleh dua mata ini memberikan tanda yang
kuat akan jarak dan kedalaman. Penglihatab ini berkembang sekitar usia 3 atau 4
bulan (Slater, Field & Hernandez-Reif, 2002).
2. Pola-Pola Berpersepsi
Robert Fantz (1963) mengungkapkan bahwa bayi melihat pada hal-hal yang berbeda
seiring berjalannya waktu. Bahkan bayi berusia 2 atau 3 bulan lebh suka melihat
gambar berpola dibandingkan dengan gambar yang tidak berpola.
Bahkan bayi yang sangat muda segera mengubah cara mereka mengumpulkan
informasi dai dunia visual. Dengan menggunakan cermin khusus, peneliti
memproyeksikan gambar wajah manusia di depan mata bayi sehingga gerakan mata
bayi dapat difoto (Maurer & Salapatek, 1976). Oleh karena itu, bayi umur 2 bulan
mendapat informasi lebih mengenai dunia dibandingkan bayi umur 1 bulan.
3. Konstansi Perseptual
Beberapa pencapaian perceptual secara khusus menarik karena pencapaian tersebut
mengindikasikan bahwa persepsi bayi jauh lebih rumit dari informasi yang diberikan
oleh indera (Bower, 2002; Slater, Field, & Hernandez-Reif, 2002). Jika bayi tidak
mengembangkan konstansi perceptual, tiap kali mereka melihat suatu objek dalam
jarak yang berbeda atau dengan orientasi yang berbeda, mereka akan
mempersepsikannya sebagai objek yang berbeda. Dua macam konstansi perceptual
adalah konstansi ukuran dan konstansi bentuk.
4. Konstansi Ukuran
Konstansi ukuran merupakan persepsi bahwa objek tetap sama meskipun gambar
retinal dari objek tersebut berubah. Peneliti telah menemukan bahwa bayi setara 3
bulan menunjukan konstansi ukuran (Bower, 1996; Day &McKenzie,1973).
Meskipun demikian, di usia 3 bulan, kemampuan ini belum mencapai puncak dan
terus berkembang. Kemajuan lebih jauh dalam mempersepsikan konstansi ukuran
berlanjut hingga usia 10 atau 11 tahun (Kellman & Banks, 1908).
5. Konstansi bentuk
Konstansi Bentuk merupakan persepsi bahwa objek tetap sama bentuknya meskipun
orientasinya bagi kita berubah. Sama seperti konstansi ukuran, para peneliti telah
menemukan bahwa bayi berusia 3 bulan sudah memiliki konstansi bentuk (Bower,
1966; Day & McKenzie, 1973). Meskipun demikian, bayi umur 3 bulan tidak
memiliki konstansi bentuk untuk objek yang terbentuk secara tidak teratur, misalkan
bangun yang miring (Cook & Birch, 1984).
6. Persepsi Kedalaman
Bayi mengembangkan kemampuan untuk menggunakan tanda-tanda binokuler
terhadap kedalaman di sekitar usia 3 atau 4 bulan. Bayi umur 2 hingga 4 bulan
menunjukan perbedaan detak jantung ketika mereka ditempatkan secara langsung
pada sisi yang turun dari jurang visual dibandingkan pada sisi yang rata (Campos,
Langer, & Krowitz, 1970). Meskipun demikian, perbedaan ini dapat berarti bahwa
bayi bereaksi terhadap beberapa karakteristik visual dari jurang turun dan jurang rata,
tanpa pengeetahuan actual mengenai kedalaman.
7. Harapan Visual
Saat menginjak umur 3 bulan, bayi tidak hanya melihat bentuk dan gambar tetapi juga
mengembangkan harapan mengenai kejadian dii masa depan. Saat mencapai usia 4
bulan, meskipun bayi belum mempunyai kemampuan untuk berbicaara tentang objek,
mengelilingi objek, menggerakkan objek, atau bahkan melihat objek dengan resolusi
tinggi, mereka dapat mengharapkan objek untuk bersifat keras dan terus-menerus.
Meskipun demikian, pada usia 4 bulan bayi tidak mengharapkan sebuah objek untuk
mematuhi batasan gravitasi (Spelke dkk, 1992). Pada usia 6 hingga 8 bulan, bayi telah
belajar untuk mempersepsi gravitasi dan penyangga. Saat bayi berkembang,
pengalaman dan perlakuan mereka pada objek membantu mereka memahami hukum
fisik.

Masa Kanak-Kanak
Anak menjadi semakin efisien dalam mendeteksi batasan antar warna (seperti merah dan
oranye) pada umur 3 atau 4 tahun (Gibson, 1969). Ketika mereka berusia sekitar 4 atau 5 tahun,
kebanyakan otot mata anak cukup berkembang untuk digerakkan secara efisien mengikuti
serangkaian huruf. Banyak anak prasekolah menderita rabun dekat, tidak dapat melihat dekat
sebaik mereka melihat jauh. Meskipun demikian, saat mereka memasuki kelas 1 sekolah dasar,
sebagian besar anak memfokuskan mata mereka dan mempertahankan perhatian mereka secara
efektif pada benda dekat.

B. Pendengaran

1. Janin, Bayi, dan Anak


Selama dua bulan terkahir kehamilan, janin dapat mendengar suara saat bayi sedang
berada di rahim ibunya, ia mendengar suara ibunya, musik dan lain0lain (Kisilevsky,
1995). Otak bayi memiliki kemampuan yang luar biasa untuk belajar bahkan sebelum
kelahiran. Kemampuan mendengar bayi yang baru lahir memiliki beberapa keterbatasan.
Perubahan di masa bayi mencakup keras-lemah suara, tinggi-rendah suara, dan arah
datangnya suara. Bayi juga kurang peka terhadap pitch suara daripada orang dewasa.
Pitch adalah persepsi frekuensi suara. Suara sopran terdengar ber-pitch tinggi, suara bas
berpitch rndah. Sekitar umur 2 tahun, bayi telah meningkatkan kemampuan mereka untuk
membedakan suara dengan pitch yang berbeda-beda.
Penting untuk mampu melokalisasi suara, mendeteksi asal-usulnya. Bahkan bayi yang
baru lahir dapat menentukan lokasi umum datangnya suara, tetapi baru pada saat berusia
6 bulan lebih terampil melokalisasi suara. Kemampuan ii terus berkembang dalam tahun
kedua (Litovsky &Ashmead, 1997; Morrongiello, Fenwick, & Chance, 1990).
Bayi dilahirkan ke dunia siap untuk bereaksi pada suara dan bahasa manusia apa pun.
Bahkan bayi yang masih muda dapat membedakan perbedaan fonetik yang kecil, seperti
antara suku kata “ba” dan “ga”. Meskipun demikian, pengalaman dengan bahasa asal
mempunyai pengaruh terhadap persepsi bicara.
2. Masa Remaja
Sebagian besar pendengaran remaja baik sekali. Meskipun demikian, seseorang yang
mendengarkan suara keras dalam periode berkepanjangan berisiko meiliki masalah
pendengaran.

C. Indera Lain
Saat kita berkembang, kita tidak hanya memperoleh informasi tentang dunia ini dari mata
dan telinga kita. Kita juga mendapatkan informasi mengenai dunia melalui reseptor
sensorik dalam kulit, hidung dan lidah kita.

1. Sentuhan dan Rasa Sakit


Bayi yang baru lahir memang bereaksi pada sentuhan. Sentuhan pada pipi
membuat kepala menoleh, sentuhan pada bibir menghasilkan gerakan menghisap.
Selama bertahun-tahun, dokter melakukan operasi pada bayi yang baru lahir tanpa
pembiusan. Praktik ini diterima karena bahaya pembiusan dank arena keyakinan
bahwa bayi yang baru lahir tidak merasakan sakit. Saat peneliti mendemonstrasikan
bahwa bayi yang baru lahir dapat merasakan sakit, praktik operasi pada bayi yang
baru lahir tanpa pembiusan dipertanyakan. Anastesi sekarang digunakan dalam
bebrapa praktik operasi, seperti praktik penyunatan.
2. Bau dan Rasa
Seperti indera yang lain, sebagian besar peneliti perubahan perkembangan pada
indera penciuman berfokus pada masa bayi awal dan penuaan. Bayi yang baru lahir
dapat membedakan bau. Ekspresi pada wajah mereka tampak mengindikasikan bahwa
mereka suka bau vanilla dan strawberi tetapi tidak suka bau telur dan ikan busuk
(Steiner, 1979).
Kepekaan terhadap rasa mungkin muncu sebelum lahir. Ketika sakarin ditambahkan
pada cairan amniotic di dekat janin yang akan lahir, perilaku menelan mmeningkat
(Windle, 1940).

D. Persepsi Intermodal
Persepsi intermodal meliputi penggabungan informasi dari dua atau lebih modalitas
sensorik, seperti penglihatan dan pendengaran. Untuk menguji persepsi intermodal,
Elizabeth Spelke (1979) menunjukan pada bayi berumur 4 bulan dua film d waktu yang
sama. Pada setiap film, sbuah boneka meloncat ke atas dan ke bawah, tetapi pada salah
satu film, suara dalam film tersebut sesuai dengan gerakan menari boneka tersebut,
sedangkan di film lain tidak. Dengan mengukur tatapan bayi, Spelke menemukan bahwa
bayi lebih melihat pada boneka yang gerakannya sinkron dengan suara, menyiratkan
bahwa mereka mengenali korespeondensi visual-suara. Bayi yang masih dalam usi 3
bulan juga dapat mengkoordiasikan informasi visual-audiotoris yang melibatkan orang.
Kemampuan untuk menghubungkan informasi pendengaran dengan informasi sentuhan
juga berkembang di masa bayi. Anak berumur 1 tahun dengan jelas dapat melakukan hal
ini, dan tampaknya bayi berumur 6 bulan juga dapat (Arcedolo & Hake, 1982). Oleh
karena itu, bayi dilahirkan ke dunia ini dengan beberapa kemampuan yang
mempersepsikan hubungan antara modalitas sensorik, tetapi kemampuan intermodal
mereka meningkat seiring pengalaman. Dalam perkembangan perceptual, sebagaimana
halnya dengan seluruh aspek perkembangan nature dan nurture berinteraksi dan
bekerjasama (Condry, Smith, & Spelke, 2001; Lickliter & Bahrick, 2000).

Anda mungkin juga menyukai