Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PJK


(PENYAKIT JANTUNG KORONER)

Oleh:
M. Davit Hidayat (14.401.16.055)
Tanti Liana Sari (14.401.16.084)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
atau penyumbatan pembuluh nadi koroner karena adanya endapan lemak dan
kolesterol sehingga mengakibatkan penyediaan darah ke jantung terganggu.
Pernyempitan tersebut dapat terjadi karena fangsangan tertentu pada pola hidup, pola
makan, dan stres[CITATION Pro121 \p 245 \l 1057 ]
Salah satu penyebab pjk adalah hipertensi, yang dianggap sebagai penyebab
kematian. Komplikasi hipertensi yang akhirnya menyebabkan kematian adalah karena
kegagalan jantung 45%, infark miokard 35%, kecelakaan serebrovaskular 15%, gagal
ginjal 5%. Komplikasi yang sering terjadi adalah kegagalan ventrikel kiri, Angina
pictoris dan infark myokart.[CITATION Pro121 \p 245 \l 1057 ]

B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien
yang menderita penyakit jantung koroner.

C. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari penyakit jantung koroner
2. Apa etiologi dari penyakitnjantung koroner
3. Apa saja tanda dan gejala penyakit jantung koroner
4. Apa klasifikasi dari penyakit jantung koroner
5. Bagaimana potofisiologinya dari penyakit jantung koroner
6. Bagaimana komplikasi dari penyakit jantung koroner

D. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mahasiswa mampu memahami tentang konsep dasar medis pada penyakit
jantung koroner
b. Mahasiswa apat memahami asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
jantung koroner

2
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian tentang jantung koroner
b. Dapat menjelaskan tentang etiologi penyakit jantung koroner
c. Menjelaskan patofisiologi dari penyakit jantung koroner
d. Menjelaskan penatalaksanaan yang akan dilaksanakan pada klien dengan
penyakit jantung koroner

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyakit kardiovaskuler
yangpaling mematikan.[CITATION Har10 \p 36 \l 1057 ]
American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner
adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak pada arteri koroner ini disebut
dengan aterosklerosis. Penyakit jantung koroner (pjk) merupakan keaadaan dimana
terjadi penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang menyuplai
darah otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak. [CITATION NsE17 \p 188 \l
1057 ]
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit dimana adanya penumpukan
plak dan penyempitan di arteri jantung yang menyebabkan seseorang mengalami
serangan jantung.
2. Etiologi
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan,
atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau penyumbatan pembuluh
darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke otot jantung yang sering ditandai
dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah, kemampuan jantung memompa darah dapat
hilang. Hal ini dapat merusak sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan
berakhir dengan kematian.
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak
kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk di
bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat
menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti,
sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari
jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran
darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi
pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan jantung.
Proses pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut dinamakan
arteriosklerosis. Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat
4
ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun.
Hal ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan
profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit”baru yang bersifat degnaratif.
Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat perkotaan antara
lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar lemak jenuh tinggi,
kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan
stress. [CITATION NsE17 \p 190 \l 1033 ]
3. Tanda dan gejala
1. Asimtomatik.
2. Sakit dada (angina) karena aliran darah berkurang ke otot jantung dan atau
meningkatnya permintaan oksigen karena stress.
3. Rasa sakit bisa menyebar kelengan, punggung, dan rahang.
4. Sakit dada muncul setelah tenaga terkuras, senang berlebihan, atau ketika pasien
terpapar hawa dingin karena ada peningkatan dalam aliran darah ke seluruh
tubuh, meningkatkan kecepatannya.
5. Sakit dada berakhir antara 3 sampai 5 menit.
6. Sakit dada dapat terjadi ketika pasien sedang istirahat [CITATION Mar141 \p 5 \l
1057 ]
4. Patofisiologi
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ketunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah arteri
koroner, aorta dan arteri serebral.
Langkah pertama dalam pembentukan ateroklerosis dimulai dengan disfungsi
lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera pada sel endotel
atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan permeabelitas terhadap
berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan triglesirida, sehingga zat ini
dapat masuk kedalam arteri, oksidadi asam lemak menghasilkan oksigen radikal
bebas yang selanjutnya dapat merusak pembulu darah.
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta trombosit
kearea cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori poten yang
kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah putih dan trombosit
5
kearea lesi, menstimulasi proses pembekuan, mengaktifitas sel T dan B, dan
melepaskan senyawa kimia yang berperan sebagai chemoattractant (penarik kimia)
yang mengaktifkan siklus inflamasi, pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik kearea
cedera, sel darah putih akan menempel disana oleh aktivitas faktor adhesif endotelial
yang bekerja seperti velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah
putih, pada saat menempel dilapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai
berimigrasi diantara sel-sel endotel keruang interstisial. Diruang interstisial, monosit
yang matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin, yang
meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsang ploriferasi sel
otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh ditunika intimia.
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini kerusakan
terdapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus berlanjut, agregasi
trombosit meningkat dan memulai terbentuk bekuan darah (tombus), sebagian
dinding pembuluh diganti dengan jaringan perut sehingga mengubah strktur dinding
pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan kolesterol dan lemak, pembentukan
deposit jaringan perut, pembentukan bekuan yang berasal dari trombosit dan
proliferasi sel otot polos sehingga pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit.
Apabila kekauan ini dialami oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak
dapat berdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan
kemudian terjadi iskemia (kekurangan suplai darah ) miokardium dan sel-sel
miokardium sehingga menggunakan glikosis anerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak afisien dan menyebabkan
terbentuknya asam laktat sehingga menurunkan pHmiokardium dan menyebabkan
nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika kekurangan oksigen pada
jantung dan sel sel otot jantung berkepanjangan dan iskemia miokard yang tidak
teratasi maka terjadilah kematian otot jntung yang dikenal sebagai miokard infark.
Patofisiologi penyakit jantung koroner zat masuk arteri proinflamatori permeabilitas
reaksi inflamasi cedera sel endotel sel darah putih menempel di arteri imigrasi
keruang interstisial pembuluh kaku dan sempit aliran darah pembentukan trombus
monosit makrofag lapisan lemak sel otot polos tumbuh asam laktat terbentuk MCI
kematian. [CITATION NsE17 \p 192-193 \l 1057 ]

6
Perjalanan terhadap Latihan
Ateroskelerosispasme – Stress Makan-makanan
dingin fisik
pembuluh darah

Vasokontriksi Adrenalin Keb O2Aliran


JantungO2

meningkat meningkat ke
Meningkat
mesentrikus

Aliran O2 koronaria

menurun Aliran O2 jantung

menurun

Jantung

kekurangan O2

Iskemia otot jantung

Kontraksi jantung turun


Nyeri akut

Perlu menghindari

Nyeri b/d komplikasi


Takut mati
Curah jantung menurun iskemia
Diperlukan
Cemas
pengetahuan tinggi

Cemas b/d
Kurang
kematian
pengetahuan b/d

devicit knowladge

[CITATION NsE17 \p 193 \l 1057 ]

7
5. Klasifikasi
Menurut, Putra S, dkk, klasifikasi dari penyakit jantung coroner adalah sebagai
berikut :
1) Angina pektoris stabil/stable Angina pectoris
Penyakit iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai
oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen
miokardium melebihi suplainya. Iskemika miokard dapat bersifat asimtomatis
(iskemia sunyi/slient ischemia), terutama pada pasien diabetes. Penyakit ini
sindrom klinis episodik karena iskemia miokard transien. Laki laki merupakan
70% dari pasien dengan Angina Pectoris dan bahkan sebagian besar menyerang
pada laki laki kurang lebih 50 tahun dan wanita 60 tahun.
2) Angina Pectoris tidak stabil/unstable angina pectoris
Sindrom klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi plak
ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan aliran darah
koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas atau lama nyeri,
Angina timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau istirahat, tanpa terbukti
adanya nekrosis miokard. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya
langsung >10 menit.
a) Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya)
b) Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan, atau sering
dari sebelumnya)
3) Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke otot
jantung (iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner yang
disignefisikan, namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian mempunyai
penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan kekejangan terjadi pada
tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum dan hampir selalu t erjadi bila
seorang istirahat sewaktu tidur. Anda mempunyai resiko menigkat untuk kejang
koroner jika anda mempunyai : penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok,
atau enggunakan obat perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika kejang
arteri menjadi parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung
bisa terjadi.

8
4) Infark Miokard / Myocardial infarction
Nekrosis Miokard akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang bermakna,
sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau spasme hebat yang
berlangsung lama. Infark miokart terbagi 2 :
a) Non ST Elevasi Miokardial infark (NSTEMI)
b) ST Elevasi miokardial infark (STEMI). [CITATION NsE17 \p 188-189 \l 1057 ]
6. Komplikasi
Komplikasi penyakit jantung koroner adalah
1)Gagal jantung kongestif
2)Syok kardigenik
3)Disfungsi otot papilaris
4)Defek septum ventrikel
5)Ruptura jantung
6)Aneurisme ventrikel
7)Tromboembolisme
8)Perikarditik
9)Sindrom dressler
10) Aritmia [CITATION Wij13 \p 14 \t \l 1057 ]
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
Laki laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina Pektoris dan bahkan
sebagian besar menyerang pada laki laki kurang lebihnya 50 tahun dan wanita
60 tahun. Namun, saat ini ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh
pasien dibawah usia 40 tahun. [CITATION NsE17 \p 194 \l 1057 ]
b. Status kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Ditandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika kebutuhan oksigen miokardium
melebihi suplainya. Iskemia miokard dapat bersifat asimtomatis (iskemia
sunyi/silent ischemia), terutama pada pasien diabetes. [CITATION NsE17 \l
1057 ]

2) Alasan masuk rumah sakit


9
Pasien merasakan nyeri dada selama 3-5 hari berturut-turut sehingga dia
memeriksakan dirinya ke rumah sakit untuk mengetahui penyakitnya,
ternyata dia di fonis menderita penyakit jantung koroner (PJK).[CITATION
Nix161 \p 22 \l 1057 ]
3) Riwayat penyakit sekarang
Pada klien PJK merasakan nyeri dada.
1. Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat penyakit yang yang mendahului terjadi penyakit jantung
koroner adalah hipertensi, merokok, pengguna alkohol, diabetes militus,
kolesterol, pola hidup yang tidak sehat.[CITATION NsE17 \p 195 \l 1057 ]
2. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat dalam keluarga biasanya pada laki-laki keturunan keluarga
pertama yang berusia <55 tahun, pada perempuan keturunan keluarga
pertama berusia < 65 tahun.[CITATION Sit141 \p 142 \l 1057 ]
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
a. Kesadaran
Pasien penyakit jantung koroner dalam kondisi yang parah karena
adnya penyempitan dan penyumbatan sehingga jantung tidak dapat
memompa darah secara optimal. [CITATION NsE17 \p 190 \t \l 1057 ]
b. Tanda-tanda vital
TD: dapat meningkat sekunder akibat nyeri atau menurun sekunder
akibat gangguan hemodinamik dan atau terapi farmakologi.
Fj: dapat meningkat sekunder akibat nyeri
Kardiovaskular : S4 mungkin ada
Pulmoner: dispnea dan takipnea mungkin ada.
[CITATION Sus111 \p 145 \l 1057 ]
c. Body system
a. Sistem pernafasan
Pada pemeriksaan mungkin didapatkan peningkatan respirasi, pucat
atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga vesikuler.
Sputum jernih atau juga merah muda / pink tinged.
[CITATION NsE17 \p 195 \l 1057 ]

10
b. Sistem kardiovaskular
Hipotensi postural, frekuensi jantung meningkat, takipnea. Tekanan
darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia. Suara jantung, suara
jantung tambahan s3 atau s4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung / ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur
jika ada merupakan akibat dari insuflensi katub atau muskulus
papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate mungkin meningkat atau
mengalami penurunan (tachy atau bradi cardia). Irama jantung
mungkin ireguler atau juga normal. Odema anasarka, crackles
mungkin juga timbul dengan gagal jantung. [CITATION NsE17 \p
195 \l 1057 ]
c. Sistem persarafan
Edema : jagular vena distension, [CITATION NsE17 \p 195 \l 1057 ]
d. Sistem perkemihan
Gangguan ginjal saat ini atau sebelumnya, disuria, oliguria, anuria,
poliuria sampai hematuria. [CITATION NsE17 \p 195 \l 1057 ]
e. Sistem pencernaan
Mual, kehilangan nafsu makan, muntah, perubahan berat badan.
[CITATION NsE17 \p 195 \l 1057 ]
f. Sistem integumen
Warna kulit mungkin pucat baik dibibir dan dikuku, penurunan
turgor kulit. [CITATION NsE17 \p 195 \l 1057 ]
g. Sistem muskuloskeletal
Pada klien PJK adanya kelemahan otot sehingga timbul
ketidakmampuan melakukan aktivitas yang diharapkan atau
aktivitas yang biasanya dilakukan. (Dewi, 2014, hal 20)

h. Sistem endokrin
Pada pasien PJK biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
(Dewi, 2014, hal 20)
i. Sistem reproduksi

11
Pada pasien PJK akan mengalami penurunan jumlah produksi urine
dan frekuensi urine. (Dewi, 2014, hal 20)
j. Sistem penginderaan
 Mata , pada pasien PJK mata mengalami pandangan kabur
 Telinga, hidung, dan tenggorokan pada pasien PJK tidak
mengalami gangguan
Mulut, pada paien PJK ditemukan adanya mukosa pada mulut dan
bibir. . (Dewi, 2014, hal 20)
k. Sistem imun
pada pasien PJK akan mengalami penurunan, karena disebabkan
sering merokok, kurangnya berolahraga, dan kurangnya menjaga
kesehatan tubuh sehi ngga pada pasien PJK sistem imunnya sangat
terganggu. (Dewi, 2014, hal 20)

d. Pemeriksaan penunjang
Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan
pemeriksaan penunjang diantaranya :
1. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman
yang dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat.
Gambaran diagnosis dari EKG adalah :
a. Depresi segmen ST > 0,05 mV

Sumber: Debarus.wordpress.com  (2013)

12
b. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inversi
gelombangT yang simetris di sandapan prekordial.

Sumber: Ekgindonesia.blogspot.com: (2015)


Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB)
dan aritmia jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat
jika ditemukan adanya perubahan segmen ST, namun EKG yang
normal pun tidak menyingkirkan diagnosis APTS/NSTEMI.
Pemeriksaaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat mengambarkan
kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk evaluasi
lebih lanjut dengan berbagai ciri dan katagori:
c. Angina pektoris tidak stabil; depresi segmen ST dengan atau
tanpa inversi gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST
sewaktu nyeri, tidak dijumpai gelombang Q

13
Sumber: Abufachri.wordpress.com (2015)

d. Infark miokard non-Q: depresi segmen ST, inversi gelombang


T dalam

Sumber: www.medicinesia.com: (2015)

2. Chest X-Ray (foto dada) Thorax foto mungkin normal atau


adanya kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau
aneurisma ventrikiler.

3. Latihan tes stres jantung (treadmill)


Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan
banyak digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan

14
treadmill detak jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-
menerus dipantau, jika arteri koroner mengalami penyumbatan
pada saat melakukan latihan maka ditemukan segmen depresi ST
pada hasil rekaman
4. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar jantung, selama ekokardiogram dapat
ditentukan apakah semua bagian dari dinding jantung
berkontribusi normal dalam aktivitas memompa. Bagian yang
bergerak lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau
menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin menunjukkan
penyakit arteri coroner.
5. Kateterisasi jantung atau angiografi
Adalah suatu tindakan invasif minimal dengan memasukkan
kateter (selang/pipa plastik) melalui pembuluh darah ke pembuluh
darah koroner yang memperdarahi jantung, prosedur ini disebut
kateterisasi jantung. Penyuntikkan cairan khusus ke dalam arteri
atau intravena ini dikenal sebagai angiogram, tujuan dari tindakan
kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan sekaligus sebagai
tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan
6. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)
Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi
Koroner adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
membantu memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat
pewarna kontras disuntikkan melalui intravena selama CT scan,
sehingga dapat menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga
disebut sebagai ultrafast CT scan yang berguna untuk mendeteksi
kalsium dalam deposito lemak yang mempersempit arteri koroner.
Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, maka memungkinkan
terjadinya PJK.

7. Magnetic resonance angiography (MRA)


Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan
dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk
15
mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun
pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung
[CITATION NsE17 \p 200 \l 1033 ].
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut[CITATION Her14 \t \l 1057 ]
a. Hindari makanan kandungan kolesterol yang tinggi
Kolesterol jahat LDL di kenal sebgai penyebab utana terjadinya
proses aterosklerosis, yaitu proses pengerasan dinding pembuluh
darah, terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata.
b. Konsumsi makanan yang berserat tinggi
c. Hindari mengonsumsi alcohol
d. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
e. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan
memperbaiki kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi,
olahraga bermanfaat karena Memperbaiki fungsi paru dan
pemberian O2 ke miokard.
f. Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang
berlebih berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDL
kolesterol
g. Menurunkan tekanan darah
h. Meningkatkan kesegaran jasmani.
[CITATION NsE17 \p 201 \l 1057 ]
2. Diagnose keperawatan
a. Nyeri Akut
1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
2. Penyebab
a. Agen pancedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
b. Agen pancedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
c. Agen pancedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, produser operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
3. Gejala dan tanda mayor
16
a. Subjektif : Mengeluh nyeri
b. Objektif :
1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
3. Gelisah
4. Frekuensi nadi meningkat
5. Sulit tidur
4. Gejala dan tanda minor
a. Subjekti : (tidak tersedia)
b. Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaforesis
5. Kondisi klinis terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
[CITATION Tim171 \p 172 \l 1057 ]
b. Gangguan Pola Tidur
1. Definisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal.
2. Penyebab
a. Hambatan lingkungan (mis. Kelembapan lingkungan sekitar, suhu
lingkungan, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, jadwak
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
b. Kurang kontrol tidur
c. Kurang privasi
d. Restraint fisik
17
e. Ketiadaan teman tidur
f. Tidak familiar dengan peralatan tidur
3. Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif
1. Mengeluh sulit tidur
2. Mengeluh sering terjaga
3. engeluh tidak puas tidur
4. Mengeluh pola tidur berubah
5. Mengeluh istirahat tidak cukup
b. Objektif : (tidak tersedia)
4. Gejala dan tanda minor
a. Subjektif : Mengeluh kemampuan beraktifitas menurun
b. Objektif : (tidak tersedia)
5. Kondisi klinis terkait
a. Nyeri/kolik
b. Hipertiroidisme
c. Kecemasan
d. Penyakit paru obstruksi kronis
e. Kehamilan
f. Periode pasca partum
g. Kondisi pasca operasi.
[CITATION Tim171 \p 126 \l 1057 ]

c. Intoleran Aktivitas
1. Definisi : Ketidak cukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Penyebab
a. Ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b. Tirah baring
c. Kelemahan
d. Imobilitas
e. Gaya hidup monoton
3. Gejala dan tanda mayor
a. Subjektif : Mengeluh lelah
b. Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
18
4. Gejala dan tanda minor
a. Subjektif
a. Dispnea saat/setelah aktivitas
b. Mersa tidak nyaman setelah beraktivitas
c. Merasa lemah
b. Objektif
a. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
b. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah III.
c. aktivitas
d. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
e. Sianosis
5. Kondisi klinis terkait
1. Anemia
2. Gagal jantung kongestif
3. Penyakit jantung koroner
4. Penyakit katup jantung
5. Aritmia
6. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
7. Gangguan metabolik
8. Gangguan muskulokeletal.
[CITATION Tim171 \p 128 \l 1057 ]
3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut
1. Tujuan/kriteria Evaluasi
a. Memperlihatkan pengendalian nyeri, yang dibuktikan oleh indikator
sebagaiberikut (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang,
sering, atau selalu)
Mengawali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
b. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut (sebutkan 1-5: sangat berat, sedang, ringan atau tidak ada):
Ekspresi nyeri pada wajah
Gelisah atau tegangan otot
19
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis, gelisah
Contoh lain:
Pasien akan:
a. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kenyamanan.
b. Mempertahan tingkat nyeri pada atau (dengan skala 0-10).
c. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis.
d. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk
memodifikasi faktor tersebut.
e. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehtan.
f. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesik dan
non analgesik secara tepat.
g. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut
jantung, atau tekanan darah.
h. Mempertahankan selera makan yang baik.
i. Melaporkan pola tidur yang baik.
Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan
hubungan interpersonal.[CITATION JUD16 \p 297 \l 1057 ]
2. Aktivitas Keperawatan
a. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasi pengkajian
b. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 0
sampai 10 (0= tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri hebat)
c. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh
analgesik dan kemungkinan efek sampingnya
d. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan respon pasien
e. Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata yang sesuai dan
tingkat perkembangan pasien
f. Manajemen nyeri (NIC)
Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensif meliputi lokasi,
karateristik, awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau
keparahan nyeri dan faktor presipetasinya
20
Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada mereka
yang tidak mampu berkomunikasi efektif
Penyuluhan untuk pasien /keluarga
a. Sertak dalam instruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
diminum, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengosumsi obat tersebut ( misal pembatasan aktifitas fisik,
pembatasan diet) dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyeri membandel.
b. Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapat dicapai.
c. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatlan nyeri dan tawarkan setrategi koping yang
disarankan.
d. Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau apioid
(misal , risiko ketergantungan atau overdosis.
3. Aktivitas kolaboratif
a. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal
(misal, setiap 4 jam selama 36 jam) atau PCA
b. Manajemen nyeri (NIC)
Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat
4. Aktivitas lain
a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri dan
efek samping
b. Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyamanan yang efektif
dimasa lalu, seperti, distraksi, relaksasi,atau kompres hangat/dingin
c. Hadir didekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman dan
aktifitas lain untuk membantu relaksasi
d. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktivitas, bukan pada nyeri dan
rasa tidak nyaman dengan melakukan pengalihan melalui televisi,
radio, tape, dan interaksi dengan pengunjung

21
Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimakan respons pasien
terhadap analgesik (misal, obat ini akan mengurangi nyeri anda).
[CITATION JUD16 \p 298 \l 1057 ]
b. Gangguan pola tidur
1. Tujuan
Contoh menggunakan bahasa NOC
Menunjukan tidur, yang dibuktikan oleh indikator berikut seperti gangguan
ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak mengalami gangguan.
Perasaan segar setelah tidur
Pola dan kualitas tidur
Rutinitas tidur
Jumlah waktu tidur yang terobservasi
Terjaga pada waktu yang tepat
Contoh lain :
Pasien akan :
a. Mengidentikfikasi tindakan yang akan meningkat istirahat atau tidur.
b. menunjukkan kesejahteraan fisik dan psikologis.
c. melaporkan tidur yang cukup dimalam hari.
[CITATION JUD16 \p 404 \l 1057 ]

2. Aktivitas Keperawatan
a. kaji adanya gejala deprivasi tidur dan insomnia seperti konfusi akut,
agitasi, ansietas, gangguan perseptual, reaksi lambat dan iritabilitas
b. identifikasi faktor lingkungan ( misal, bising, cahaya yang dapat
mengganggu tidur)
c. peningkatan tidur (NIC)
tentukan efek medikasi pasien pada pola tidur
tentukan pola tidur / aktifitas pasien
pantau / catat pola tidur pasien dan jumblah waktu tidur.
3. Penyuluhan untuk pasien
a. Peningkatan tidur (NIC)
Instruksikan pasien dan orang terdekat lain tentang faktor
(misal, faktor psiologis, fisiologis, gaya hidup, perubahan sif kerja

22
yang sering, perubahan zona waktu yang cepat, jam kerja extra
panjang, dan faktor lingkungan lainya) yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur
Instruksikan pasien cara melakukan relaksasi otot autogenik
atau bentuk nonfarmakologis lainnya agar merangsang tidur
Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama kehamilan, sakit,
stres psikososial dan sebagainya
Instruksikan pasien untuk menghindari mengonsumsi makanan
dan minuman ketika mendekati waktu tidur yang mengganggu tidur
(misal, kafein)
4. Aktivitas kolaboratif
a. Diskusikan dengan dokter tentang pentingnya merevisi progam obat
jika obat tersebut menimbulkan gangguan tidur
b. Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan obat tidur yang tidak
menekan tidur REM (rapid eye movement)
c. Lakukan perujukan yang diperlukan untuk penanganan gejala
deprivasi tidur yang parah (isal, konfusi akut, agitasi atau ansietas.
5. Aktivitas lain
a. Tangani gejala gangguan pola tidur, sesuai dengankebutuhan (misal,
mengantuk, gelisah, ketidakmampuan untuk konsentrasi) hal ini akan
berbeda setiap pasien
b. Hindari kebisingan dan penggunaan lampu ruangan pada waktu tidur,
ciptakan lingkungan yang tenang dan damai serta minimalkan
gangguan
c. Atur pasien dirawat sekamar dengan pasien lain yang cocok, jika
mungkin
d. Bantu pasien mengidentifikasi kemungkina penyebab yang mendasari
kurang tidur, seperti takut, masalah yang tidak selesai dan konflik
e. Yakinkan pasien bahwa iritabilitas dan perubahan alam perasaan
merupakan dampak yang umum pada gangguan tidur
f. Peningkatan tidur (NIC)
fasilitas memlihara rutinitas umum yang biasa dilakukan
menjelang tidur, tanda/barang barang sebelum tidur dan benda yang
familier (misal, untuk anak , selimut/mainan kesukaan, mengayun
23
ayun, dot atau cerita, : untuk orang dewasa , buku untuk dibaca) jika
perlu bantu untuk menghilangkan situasi yang menimbulkan stres
sebelum tidur
mulai/lakukan tidakan yang menimbulkan kenyamanan, seperti
masase, pemberian posisi, dan sentuhan afeksi
bolehkan tidur siang, jika diindaskan untuk memenuhi kebutuhan tidur
atur stimulus lingkungan untuk mempertahankan siklus siang
malam normal. [CITATION JUD16 \p 405 \l 1057 ]
c. Intoleransi Aktivitas
1. Tujuan :
Contoh menggunakan bahasa NOC
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibutikan oleh :
toleransi aktivitas,ketahanan dan penghematan energi
b. Mendomenstrasikan penghematan energi, yang dibuktikanoleh
indikator sebagai berikut ( yaitu, tidak pernah, jarang, kadang kadang,
sering, atau selalu ditunjukan )
c. Menyadari keterbatasan energi
d. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
e. Melaporkan tingkat ketahanan yang kuat untuk aktifitas

Pasien akan :
a. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan
yang dapat mengakibatkan intoleran aktivitas
b. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan
peningkatan normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan
darah serta memantau pola tersebut dalam batas normal
c. Melaporkan bebas dan dispnea, kesulitan bernafas, dan keletihan
melakukan aktivitas sehari hari
d. Melakukan perubahan yang hidup yang diperlukan untuk penghematan
enrgi.
[CITATION JUD16 \p 19 \l 1057 ]
2. Aktivitas Keperawatan
Pengkajian
24
a. Tentukan pengetahan dan pemahaman terhadap keterbatasan energi
oleh klien dan orang terdekat
b. Pantau tingkat energi dan toleransi pasien terhadap aktivitas
c. Identifikasi kendala untuk beraktivitas
d. Rujuk pada diagnosis itoleran aktivitas, untuk pengkajian yang lain
Penyuluhan untuk pasien
a. Susun rencana yang realistis untuk proses adaptasi terhadap
keterbatasan pasien
b. Gali bersama pasien dampak spesifik ketidakaktifan
c. Instruksikan pasien dan keluarga untuk memberitahu penyedia
layanan primer jika keletihan terys menerus terjadi
d. Manajemen Energi (NIC)
Ajarkan pasien dan orang terdekat pasien tentang teknik
keperawatan diri lain yang terdapat minimalkan konsumsi oksigen
(misal, pemantauan mandiri, dan teknik langkah untuk melakukan
aktifitas kehidupan sehari hari)
Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu
untuk mencegah keletihan.
3. Aktivitas Lain
a. Dapatkan bantuan dari keluarga dalam usaha mendukung dan
mendorong pasien untukmenyelesaikan aktivitas
Berikan dukungan dalam pengambilan keputusan (dan lainnya) selama
periode penyakit atau stres yang tinggi. . (wilkinson, 2016: hal 20)

25
DAFTAR PUSTAKA

DiGiulio dkk. (2014). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Rapha.

Hermawati, D. R., & Candra, H. A. (2014). Berkat Herbal Penyakit Jantung Koroner.
Jakarta: F Media.

Lapau, B. (2012). Metode penilitian kesehatan: metode imiah penulisan skripsi, tesis, dan
dixertasi. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.

Manurung, N. (2016). Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Muhammad, H. F., & Oktavianti, P. H. (2010). Bebas Kanker Tanpa Daging. Yogyakarta: PT
Niaga Swadaya.

Prabowo, E., & Pranata, A. E. (2017). Keperawatan Medikal Bedah Demham Gamgguan
Sistem Kardio Vaskuler. YOGYAKARTA: Nuha medika.
Setiati, S. (2014). Ilmu Penyakit Dalam. jakarta: Interna.

Stillwell, S. B. (2011). Pedoman Keperawatan kritis. jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta:
DPP PPNI.

Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jogyakarta: Nuha
Medika.

Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2016). Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

27
LEMBARA PENGESAHAN

Disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Judul : asuhan keperawatan kepada pasien penyakit jantung koroner (pjk)

Disusun oleh :
1. M. Davit hidayat (14.401.16.055)
2. Tanti liana sari (14.401.16.084)

Pembimbing

28

Anda mungkin juga menyukai