Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

AMNIOTOMI, EPISIOTOMI, DAN CTG

Dosen pengajar : Angga Arsesiana, SST.,MPr. Kep

Disusun oleh :

Egga Ellisiya

Nim : 2019.C.11a.1006

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Amniotomi epsiotomi dan CTG. Dalam
penyusunan makalah mungkin ada sedikit hambatan. Namun berkat bantuan dan dukungan dari
teman-teman serta bimbingan dari dosen pembimbing. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Dengan adanya makalah ini,diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga tidak lupa mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak atas bantuan, dukungan dan doanya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Makalah ini mungkin
kurang sempurna, untuk itu penulis mengharap kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah
ini.

Palangka Raya, 26 november 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar belakang.......................................................................................................................1
B. Rumusan masalah.................................................................................................................2
C. Tujuan pembahasan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................4

1. Amniotomi............................................................................................................................4
1.1 pengertian amniotomi...........................................................................................................4
1.2 jenis-jenis amniotomi............................................................................................................4
1.3 persiapan dan pelaksanaan amniotomi..................................................................................4
1.4 keuntungan dan kerugian amniotomi....................................................................................5
1.5 kontraindikasi amniotomi.....................................................................................................5

2. episiotimi...............................................................................................................................6
2.1 pengertian episiotomi............................................................................................................6
2.2 indikasi episiotomi................................................................................................................6
2.3 manfaat episiotomi................................................................................................................7
2.4 jenis-jenis episiotomi............................................................................................................7
2.5 tujuan episiotomi...................................................................................................................7
2.6 prosedur pelaksanaan episiotomi..........................................................................................8

3. Cardiotocography..................................................................................................................8
3.1 pengertian carditotocography................................................................................................8
3.2 tujuan pemeriksaan carditotocography.................................................................................9
3.3 tujuan pemeriksaan carditotocography.................................................................................9
3.4 syarat pemeriksaan CTG.....................................................................................................10

BAB III PENUTUP.................................................................................................................12

Kesimpulan...............................................................................................................................12

Saran..........................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. latar belakang

Amniotomi

Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput ketuban (amnion) dengan jalan membuat
robekan kecil yang kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan dan adanya
tekanan didalam rongga amnion. Tindakan ini hanya dilakukan pada saat pembukaan lengkap
atau hamper lengkap agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana mestinya.
Menurut hasil berbagai penelitian yang dikutip dari jurnal kedokteran, melakukan amniotomi
dini secara rutin pada persalinan sama sekali tidak memberikan manfaat terhadap proses
persalinan. Dahulu ada anggapan bahwa dengan dipecahkannya ketuban maka proses persalinan
akan lebih pendek dan nyeri akan berkurang anggapan ini terbantahkan oleh penelitian yang
melibatkan wanita dengan hasil bahwa, ternyata pemecahan selaput ketuban secara rutin sama
sekali tidak terbukti mempercepat persalinan dan mengurang rasa nyeri. Cairan amnion berfungsi
sebagai pelindung bayi dari tekanan kontraksi uterus. Karena alas an inilah maka amniotomi dini
tidak dilakukan pada persalinan kala I. biasanya selaput ketuban akann pecah secara spontan.

Episiotomi

Episiotomi dalam artian sempit adalah insisi pudenda. Periniotomi adalah insisi pada perineum.
Akan tetapi , dalam bahasa biasa episiotomi sering sama digunakan dengan episiotomi. Dengan
kata lain episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pengertian
lain dari episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah
ruptur perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin yang
tujuannya untuk mencegah ruptur yang secara berlebihan pada perineum, membuat tepi luka rata
agar memudahkan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan pada kepala dan infeksi, tetapi hal
itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.

Cardiotocography

Alat Kardiotokografi (CTG) atau Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa
kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan
dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut
jantung janin (DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin
dikatakan normal apabila denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan
dibarengi dengan kontraksi rahim yang adekuat. Apabila kemungkinan terdapat masalah pada
janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan memberikan infus
oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut jantung janin diperiksa dengan

1
CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan
melakukan tindakan persalinan dengan segera. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada
fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan teknologi dan produksi harga peralatan
CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya. Sekarang
tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin berjalan dengan baik rumah
bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada
kasus keterlambatan dalam mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.

B. rumusan masalah

1. Amniotomi

1. Apa pengertian Amniotomi itu...?


2. Apa sajakah jenis-jenis Amniotomi...?
3. Apa saja persiapan dalam pelaksanaan Amniotomi...?
4. Apa keuntungan dan kerugian Amniotomi...?
5. Bagaimana teknik pelaksanaan amniotomi...?
6. Indikasi amniotomi...?

2. Epsiotomi

1. Apa yang dimaksud dengan episotomi...?


2. Apa indikasi dilakukan episiotomi...?
3. Apa manfaat episotomi...?
4. Apa jenis-jenis episiotomi...?
5. Tujuan episiotomi...?
6. Prosedur pelaksanaan episiotomi...?

3. Cardiotocography

1. Apa pengertian CTG


2. Apa tujuan/indikasi pemeriksaan CTG
3. Bagaimana cara kerja/mekanisme CTG
4. Apa saja syarat pemeriksaan CTG

c. tujuan pembahasan

amniotomi

 Untuk mengetahui pengertian amniotomi


 Untuk mengetahui jenis amniotomi
 Untuk mengetahui persiapan dalam pelaksanaan amniotomi
 Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian amniotomi
 Untuk mengetahui teknik pelaksanaan amniotomi

2
 Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi amniotomi

Epsitiotomi

 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan epsiotomi


 Untuk mengetahui indikasi dilakukan epsiotomi
 Untuk mengetahui manfaat episiotomi
 Untuk mengetahui jenis-jenis episiotomi
 Untuk mengetahui tujuan episitiomi
 Agar mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan pada saat melakukan episiotomi

Cardiotocography

 Untuk mengetahui pengertian CTG


 Untuk mengetahui indikasi pemeriksaan CTG
 Untuk mengetahui mekanisme CTG
 Agar mengetahui apa saja syarat mempersiapkan pemeriksaan CTG

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Amniotomi

1.1 pengertian amniotomi

Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan
sudah lengkap. Amniotomi dilakukan dengan cara memecahkan ketuban baik di bagian bawah
depan ( fore water ) maupun dibagian belakang ( hind water ) dengan suatu alat khusus
(drewsmith catheter ). Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti bagaimana pengaruh
amniotomi dalam merangsang timbulnya kontraksi rahim.

1.2 jenis-jenis amniotomi


 Amniotomi untuk augmentasi.
Amniotomi sering dilakukan apabila persalinan spontan yang berlangsung terlalu lambat.
Berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh dari uji coba klinis pada persalinan spontan dan
dari induksi persalinan, besar kemungkinan bahwa amniotomi akan meningkatkan
kemajuan persalinan yang disfungsional.
 Amniotomi untuk induksi.
Dilakukan untuk menstimulasi mulainya proses persalinan. Bisa berupa amniotomi saja
atau dikombinasikan dengan induksi yang lain seperti oksitosin.
1.3 persiapan dalam pelaksanaan amniotomi
a. Persiapan ibu dan keluarga
b. Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
• Perawatan sayang ibu
• Pengosongan kandung kemih/2 jam
• Pemberian dorongan psikologis
c. Persiapan penolong persalinan
• Perlengkapan pakaian
• Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
d. Persiapan peralatan
• Ruangan
• Penerangan
• Tempat tidur
• Handscoon
• Klem setengah kocher
• Bengkok
• Larutan klorin 0.5%
• Pengalas
• Bak instrumen

4
1.4 keuntungan dan kerugian amniotomi
a. Keuntungan amniotomi
 memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau tidaknya
mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus didindikasikan, maka
elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit kepala janin, yang memungkinkan
pelacakan yang lebih baik daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda
diatas abdomen ibu.
 kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat mengukur tekanan
intrauterin secara langsung dan akurat.
 lamanya persalinan bisa diperpendek.
 Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa amniotomi dan stimulasi
salaruran genital bawah menyebabkan peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini
selanjutnya menyempurnakan kontraksi uterus.
 bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan plasenta yang
berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti.
 Partus berlangsung lebih cepat.
 Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan dan regangan
SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas.
b. Kerugian amniotomi
 Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa menimbulkan
cacatnya tulang kepala janin.
 Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menmabah kompresi tali pusat.
 Sementara itu amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa pula
menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta.
1.5 teknik pelaksanaa amniotomi
a. Persiapan ibu dan keluarga
b. Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
 Perawatan sayang ibu
 Pengosongan kandung kemih/2 jam
 Pemberian dorongan psikologis
c. Persiapan penolong persalinan
 Perlengkapan pakaian
 Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
d. Persiapan peralatan
 Ruangan
 Penerangan
 Tempat tidur
 Handscoon
 Klem setengah kocher
 Bengkok
 Larutan klorin 0.5%
5
 Pengalas
 Bak instrument
1.6 kontraindikasi amniotomi
 Polihidramnion
Suatu keadaan dimana juga jumlah air ketuban lebih banyak dari normal, lebih
dari 2 liter atau 2000 ML.
 Presentasi Muka
Keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput
tertekan. Pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap ke
bawah.
 Tali Pusat terkemuka
Dimana tali pusat yang berada di samping bagian besar janin dapat teraba pada
canalis servikalis.
 Vasa Previa
Komplikasi obstetrik dimana pembuluh darah janin melintasi atau berada di dekat ostium
uteri internum. Pembuluh tersebut berada di dalam selaput ketuban atau tidak terlindung
dengan tali pusat atau jaringan plasenta sehingga akan pecah bila selaput ketuban pecah.
 Letak Lintang
Suatu keadaan dimana janin melintang di dalam uterus dengan kepala pada sisi yang satu
sedangkan bokong berada pada sisi yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit
lebih tinggi daripada kepala janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul.

2. episiotomi

2.1 pengertian episiotomi

Episiotomi dalam artian sempit adalah insisi pudenda. Periniotomi adalah insisi pada
perineum. Akan tetapi , dalam bahasa biasa episiotomi sering sama digunakan dengan
episiotomi. Dengan kata lain episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut
vagina. Pengertian lain dari episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan
persalinan dan mencegah ruptur perineum totalis. Pada masa lalu dianjurkan untuk melakukan
episiotomi secara rutin yang tujuannya untuk mencegah ruptur yang secara berlebihan pada
perineum, membuat tepi luka rata agar memudahkan penjahitan, mencegah penyulit atau tahanan
pada kepala dan infeksi, tetapi hal itu tidak didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang cukup.

2.2 indikasi episiotomi


 Gawat janin.
 Penyulit persalinan pervaginam ( sunsang, distosia bahu, ekstraksi forcep dan vakum,
bayi besar, presentasi muka, dll ).
 Pada persalinan prematur.

6
 Jaringan parut pada perineum atau vagina yang memperlambat kemajuan persalinan.
2.3 manfaat episiotomi
 Mencegah robekan perineum derajat tiga, terutama sekali dimana sebelumnya ada
laserasi yang luas didasar panggul. Insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi yang
benar akan lebih cepat sembuh daripada luka yang tidak teratur.
 Menjaga uretra dan klitoris dari trauma yang luas. Kemungkinan mengurangi regangan
otot penyangga kandung kemih atau rektum yang terlalu kuat dan berkepanjangan, yang
dikemudian hari akan menyebabkan inkonensia urin daan prolaps vagina.
 Mengurangi lama kala II yang mungkin penting terhadap kondisi ibu atau keadaan janin (
fetal distress ).
 Memperlebar vagina jika diperlukan menipulasi untuk melahirkan bayi, contohnya pada
presentasi bokong atau pada persalinan dengan tindakan.
 Mengurangi resiko luka intrakranial pada baayi prematur.
2.4 jenis-jenis episiotomi
a. Episiotomi mediolateralis
Merupakan insisi perineum kearah bawah, tetapi menjauhi rektum, selain itu
dapat juga kearah kanan atau kiri tergantung tangan dominan yaang digunakan oleh
penolong. Episotomi mediolateralis memotong sampai titik tendineus pusat perineum,
melewati bulbokavernosus dan otot-otot tranversus perinei supervisialis dan profunda,
kemudian kedalam otot pubokoksigeus ( levator ani ).
b. Episiotomi Medialis
Pengguntingan yang dimulai pada garis tengah komisura posterior lurus
kebawah, tetapi tidak sampai mengebai serabut sfingter ani. Episiotomi medialis
merupakan insisi pada garis tengah perineum kearah rektum, yaitu ke arah titik
tendensius perineum, memisahkan dua sisi otot perineum bulbokavernosus. Otot
transversus perinei profunda juga dapat dipisahkan, bergantung pada kedalaman insisi.
c. Episiotomi Lateralis
Pengguntingan yang dilakukan kearah lateral mulai dari kira-kira jam tiga atau
sembilan menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi
karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat menyebar kearah dimana
terdapat pembuluh darah pudendal interna sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang
banyak. Selain itu bparut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu
penderita.
d. Insisi Schuchardt
Jenis ini merupakan variasi dari episotomi mediolateralis, tetapi
pengguntingannya melengkung kearah bawah lateral, melingkari rektum dan sayatannya
lebih lebar.
2.5 tujuan episiotomi
 Mempercepat persalinan dengan memperlebar jalan lahir lunak.
 Mengendalikan robekan perineum untuk memudahkan jahitan.

7
 Menghindari robekan perineum spontan.
 Memperlebar jalan laahir pada persalinan pervaginam dengan tindakan.
2.6 prosedur pelaksanaan episiotomi
 Tunda tindakan episotomi hingga perineum menipis dan pucat, serta 3-4 cm kepala bayi
sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan : melakukan episiotomi akan menyebabkan
perdarahan jangan melakukan secara dini.
 Masukkan dua jari kedalam vagina diantara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak
diregangkan dan berikan tekanan lembut kearah luar pada perineum. Alasan : hal ini akan
melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya
lebih mudah di episotomi.
a. Gunakan gunting tajam disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Tempatkan gunting
ditengah fourchette posterior dan gunting mengarah kesudut yang diinginkan, untuk
melakukan episotomi mediolateralis ( jika penolong bukan kidal, episiotomi
mediolaterla yang dilakukakan disisi kiri lebih mudah dijahit ). Pastikan untuk
melakukan palpasi/ mengidentifikasi sfingter ani eksternal dan mengarahkan gunting
cukup jaauh kearah samping untuk menghindari sfingter.
b. Gunting perineum sekitar 3-4 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau
dua arah gunting yang mantap. Hindari menggunting sedikit demi sedikit karena akan
menimbulkan tepi luka yang tidak rata sehingga akan menyulikan penjahitan atau
penyembuhan yang lebih lama.
c. Gunakan gunting untuk memotong sekitar 2-3 cm kedalam vagina.
d. Jika kepala belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episotomi dengan dilapisi
kain atau kasaa disinfeksi tingkat tinggi atau steril diantara kontraksi untuk membantu
mengurangi perdarahan.
e. Kendalikan kelahiran kepala, bahu dan badan bayi untuk mencegah perluasan
episotomi.
f. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episotomi, perineum,
dan vagina mengalami perluasan dan laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi
perluasan episotomi atau laserasi tambahan.

3. Cardiotocography

3.1 pengertian carditotocography

Cardiotocography adalah sebuah alat yang digunakan oleh dokter kandungan untuk
memantau denyut jantung dan kontraksi rahim saat bayi berada di dalam kandungan. Biasanya,
bayi di dalam kandungan memiliki detak jantung antara 110 dan 160 denyut per menit dan
meningkat ketika bayi bergerak.Pemeriksaan detak jantung bayi ini secara tidak langsung adalah
cara mengetahui bayi mendapat cukup oksigen dari plasenta. Tes ini melihat bagaimana
detakjantung bayi dipengaruhi oleh kontraksi. Alat ini digunakan saat ibu hamil menginjak

8
trimester ketiga dan bermanfaat untuk mendeteksi apakah ada gangguan atau tidak pada bayi
sebelum atau selama persalinan.

3.2 tujuan pemeriksaan carditotocography

Untuk mengidentifikasi program efektifitas mengenai carditocopraphy pada pengetahuan


perawat-bidan. Memahami konsep dasar pemantauan kesejahteraan janin. Memahami dasar
fisiologi kesehatan janin dan factor yang memengaruhinya.

Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kodisi
janin terutama dalam kandungan :

 Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi
kronis, dll)
 Kehamilan dengan berat badan janin rendah (intra growth retriction)
 Oligihidramnion (air ketuban sedikit sekali)
 Polihidramnion (air ketuban berlebih)

3.3 mekanisme CTG

a. Sistem saraf simpatis, yang bekerja pada miokardium, dimana dengan obat
(betaadrenergik) akan merangsang atau meningkatkan kekuatan otot jantung, frekuensi
dan curah jantung
b. Sistem saraf simpatis, sebagian besar dipengaruhi oleh N.Vagus yang berasal dari batang
otak. Bekerja pada nodul SA dan AV serta neuron. Rangsangan N.Vagus (ex asetilkolin)
akan menurunkan kerja jangtung, frekuensi dan curag jantung, sedangkan hambatan pada
N.Vagus (ex atropin) akan meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung.
c. Baroreseptor, letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pada
daerah tersebut, maka reseptor-reseptorya akan merangsang N.Vagus untuk menurunkan
kerja, frekuensi da curah jantung.
d. Kemorseptor yang terletak di aorta dan bahan karotid (bagian parifer) serta dibatang otak
(sentral), dimana berft/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pada darah dan cairan otak.
Pada saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akan mengakibatkan takhikardi
sehingga aliran darah banyak dan CO2 meningkat pada darah dan cairan otak.
e. Sitem saraf pusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pada keadaan tidur dimana
aktifitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun.
f. Sistem hormonal, pada keadaan stress (asfiksia) maka adrenal mengeluarkan epi dan
norepi untuk meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung.

Karakteristik DJJ :

1. Basa fetal hearth rate


Yakni baseline variabilitas disaat tidak ada gerakan dan kontraksi uterus

9
2. Reactivity
Merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi
3. Baseline rate
Normal 120-160 dpm, dan juga yang membuat 120-150 dpm.
Takhikardi jika djj>160 dpm, dan bradikardi jika djj <120 dpm.
4. Takhikardi dapat terjadi pada keadaan : (hipoksia janin, (ringan/kronik), kehamilan
preterm (<30 minggu), infeksi ibu atau janin, ibu febris atau gelisah, ibu hipertiroid,
takhiaritmia janin, obat-obatan (mis Atropin, Betamimetik).

Variabilitas DJJ :

Suatu gambaran osilasi yang tidak teratur yang tampat pada rekaman djj, dan merupakan
hasil dari interaksi antara saraf simpatis (kardioakselarator) dengan sistem para
(kardiodeselerator). Pada keadaan hipoksia variabilitas akan menurun sampai menghilang.

Dibedakan atas dua : variabilitas jangka pendek dan jangka panjang.

Jangka panjang dibedakan lagi : normal (6-25dpm), berkurang (2-5dpm), menghilang


(<25dpm).

Perubahan periodik DJJ :

Suatu perubahan pola djj berhubungan dengan kontraksi dan gerakan janin (akselerasi dan
deselerasi).

Indikasi CTG : Hipertensi, DGM, gerak janin kurang, riw, obstetri jelek, PRM, posttern,
oligohidramnion, polihidramnion, gameli, iugr, ibu dengan penyakit penyerta, kehamilan dengan
amenia.

3.4 syarat pemeriksaan CTG

1) Usia kehamilan mulai 28 minggu


2) Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan)
3) Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ) diketahui
4) Prosedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
5) Waktu pemeriksaan selama 20 menit
6) Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tidak menyakitkan ibu maupun
bayi
7) Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan
pertolongan yang sesuai
8) Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil pada usia kehamilan 28
minggu untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan :
 Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kecing manis, tiroid, penyakit infeksi
kronis, dll)

10
 Kehamilan dengan berat badan janin rendah (intra uterine growth retriction)
 Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
 Polihidramnion (air ketuban berlebih)

11
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Amniotomi merupakan suatu tindakan untuk memecahkan ketuban pada saat pembukaan sudah
lengkap. episiotomi adalah insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan dan mencegah
ruptur perineum totalis

CTG adalah alat yang di gunakan memantau kesejeteraan janin pada saat kehamilan.

Saran

Dalam memberikan asuhan persalinan kala I kita sebagai bidan harus memahami apa saja yang
arena episotomi adalah tindakan yang menyebabkan kesakitan pada ibu, maka kita sebagai
seorang bidan tidak boleh melakukan episiotomi tanpa indikasi yang mendukungdibutuhkan ibu
dan bayi dengan rajin membaca agar tidak salah dalam memberikan asuhan.

Untuk lebih mengenal alat alat elektronik beserta fungsi dan cara kerja sehingga dapat
menggunakan alat tersebut sebagaimana mestinya

12
DAFTAR PUSTAKA

Sulistiyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin . Salemba Medika. Jakarta

Rohani. Dan Reni Saswita. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan . Salemba Medika.
Jakarta

Depkes RI. 2008. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. Hlm: 167.

Midwife Magazine. Amniotomy to do or not

13

Anda mungkin juga menyukai